Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO Angka kematian ibu sangat tinggi. Sekitar 295.000

wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan pada tahun

2017. Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan menyumbang sekitar 86%

(254.000) dari perkiraan kematian ibu global pada 2017. Sub-Sahara Afrika

sendiri menyumbang sekitar dua pertiga (196.000) dari kematian ibu,

sementara Asia Selatan menyumbang hampir seperlima (58.000). (WHO,

2017, https://www.who.int, diperoleh 20 November 2019)

Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan

2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012

menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian

ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan

menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Profil kesehatan RI, 2017,

hal. 104, https://www.depkes.go.id/, diperoleh tanggal 20 November 2019)

Angka Kematian Ibu Berdasarkan laporan rutin Profil Kesehatan

Kabupaten/Kota tahun 2016 tercatat jumlah kematian ibu maternal yang

terlaporkan sebanyak 799 orang (84,78/100.000 KH), dengan proporsi

kematian pada Ibu Hamil 227 orang (20,09/100.000), pada Ibu Bersalin 202

orang (21,43/100.000 KH), dan pada Ibu Nifas, 380 orang (40,32/100.000

KH), . Dan jika dilihat Berdasarkan Kabupaten/Kota proporsi kematian

maternal pada ibu tertinggi terdapat di Kabupaten Indramayu yaitu

169,09/100.000 KH dan terendah di Kota Cirebon yaitu 18,06/100.000 KH.


(DepKes Jabar, 2016, https://www.depkes.go.id, diperoleh 20 November

2019).

Di kabupaten Bandung Barat Berdasarkan laporan rutin Profil

Kesehatan Kabupaten/Kota pada tahun 2016 tercatat jumlah kematian ibu

maternal yang terlaporkan 105,05/100.000 KH, dan menempati posisi lebih

tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Bandung dengan jumlah kematian

ibu maternal yang terlaporkan 73,29/100.000 KH. Maka dapat disimpulkan

bahwaangka kematian ibu di KBB cukup tinggi jika di bandingkan dengan

Kabupaten Bandung. (DepKes Jabar, 2016, https://www.depkes.go.id,

diperoleh 20 November 2019).

Puskesmas DTP Jayagiri merupakan salah satu puskesmas yang

berada di Kabupaten Bandung Barat, Berdasarkan data Puskesmas DTP

Jayagiri pada tahun 2018 jumlah kejadian angka kematian ibu yang

dilaporkan terdapat 1 kematian ibu dan terdapat angka kejadian kematian

pada bayi sebanyak 6 bayi baru lahir (Laporan Tahunan Puskesmas DTP

Jayagiri, 2018).

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan

sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal (Sarwono, 2014)

1. Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)

2. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu)

3. Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu)

Selain memberikan asuhan kehamilan, persalinan dan nifas

kemudian akan berlanjut ke masa antara, tugas bidan dalam berperan

menurunkan AKI adalah memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil,


bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir. Melakukan pertolongan persalinan,

melakukan pergerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk

mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan anak, dan penyuluhan tentang

keluarga berencana. Keluarga Berencana (KB) ini merupakan kegiatan

untuk mengatur jarak kehamilan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan bahwa

semua ibu hamil menghadapti terjadinya resiko komplikasi. Keadaan

fisiologis pada masa kehamilan merupakan hal yang baik terjadi pada ibu,

namun jika tidak dipantau dan di berikan asuhan dengan tepat tidak menutup

kemungkinan untuk terjadinya resiko komplikasi pada ibu. Maka penulis

terdorong untuk melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif karena

merupakan suatu cara untuk mendeteksi dini adanya komplikasi pada ibu

hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir sehingga dapat dipantau lebih lanjut

komplikasi yang akan terjadi dalam studi kasus yang berjudul “Asuhan

Kebidansan Komprehensif Pada Ny. R Dengan Kehamilan, Persalinan,

Nifas, Bayi Baru Lahir, Masa antara (KB) Fisiologis di Puskesmas

Jayagiri”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah dalam studi

kasus ini adalah “Bagaimana memberikan asuhan kebidanan komprehensif

pada Ny.R G2P1A0 di puskesmas DTP Jayagiri.


C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Bagaimana memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. R

Usia 22 tahun G2P1A0

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan asuhan kehamilan pada Ny. R G2P1A0.

b. Mampu melakukan asuhan persalinan pada Ny. R G2P1A0.

c. Mampu melakukan asuhan nifas pada Ny. R G2P1A0.

d. Mampu melakukan asuhan bayi baru lahir pada pada Ny. R G2P1A0 .

e. Mampu melakukan asuhan KB pada pada Ny. R G2P1A0.

f. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan Ny. R G2P1A0 .

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Mengembangan ilmu kebidanan secara umum dan khususnya

dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan,

nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi peneliti

Sebagai sarana dalam mengaplikasikan keterampilan sesuai

ilmu yang telah didapat dalam mata ajar asuhan kebidanan, terutama

dalam melakukan atau menerapkan keterampilan dalam asuhan

kebidanan pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,

dan kb.
b. Bagi Lahan Praktik

Sebagai sarana evaluasi bagi bidan terutama dalam

melakukan pelayanan praktik kebidanan dan pendokumentasian dari

asuhan yang telah di berikan.

c. Bagi institusi

Pengaplikasian Asuhan kebidanan ini sebagai salah satu cara

menerapkan ilmu yang telah diterima mahasiswi selama proses

pembelajaran, selain untuk membantu mahasiswi dalam melakukan

asuhan kebidanan tetapi di lakukan sebagai bahan evalusi bagi

institusi pendidikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian

Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Yulistiana, 2015: 81).

Manuaba, 2012, mengemukakan kehamilan adalah proses mata rantai

yang bersinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan

ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada

uterus,pembentukan placenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai

aterm (Sholic hah, Nanik, 2017: 79-80). Manuaba (2010) mengemukakan

lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm (cukup bulan) yaitu

sekitar 280 sampai 300 hari (Kumalasari, 2015, ¶ 1,

http://eprints.umpo.ac.id, diperoleh tanggal 17 November 2019)

Kehamilan didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah telur dan

sebuah sperma, yang menandai awal suatu peristiwa yang terpisah, tetapi

ada suatu rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kejadian kejadian itu

ialah pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur),

penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Jika

peristiwa ini berlangsung baik, maka proses perkembangan embrio dan

janin dapat dimulai (Mandriwati, 2012, ¶ 1, http://eprints.umpo.ac.id,

diperoleh tanggal 17 November 2019).

Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut

perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang


wanita. kehamilan dengan kasus khusus misalnya hamil bermasalah

kecemasan yang menghantui ibu hamil juga mempengaruhi turun naiknya

kadar hormon. Selain itu, ibu yang menjalani kehamilan dengan kasus

khusus, misalnya hamil bermasalah atau pernah mengalami keguguran

juga mengalami keguguran juga mengalami kecemasan (Maulana, 2007,

¶ 1, http:// digilib.unimus.ac.id, diperoleh tanggal 17 November 2019).

Masa antenatal mencakup waktu kehamilan mulai hari pertama

haid yang terakhir (HPHT) atau Last Menstruation Period (LMP) sampai

permulaan dari persalinan yang sebenarnya, yaitu 280 hari, 40 minggu, 9

bulan 7 hari. Setiap wanita hamil menghadapi komplikasi yang bias

mengancam jiwanya. (Hani, et al. 2014:9)

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan

menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu

yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan,

perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan

rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan

melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana. (Dapatermen Kesehatan

RI, 2015, http:// www.depkes.go.id, diperoleh tanggal 17 November 2019).

2. Perubahan anatomi dan fisiologi ibu hamil

Penentuan dan dugaan terhadap kehamilan sangat terkait

pengetahuan tentang fisiologi awal kehamilan. Pengenalan ini juga penting

bagi penapisan terhadap kelainan yang mungkin terjadi selama kehamilan.

Tanda tanda presumtif adalah perubahan fisiologi pada ibu atau seorang

perempuan yang mengindikasikan bahwa iya telah hamil. Tanda tanda


tidak pasti atau terduga hamil adalah peubahan anatomi dan fisiologi selain

dari tanda tanda presumtif yang dapat dideteksi atau dikenali oleh

pemeriksa. Tanda tanda pasti kehamilan adalah data atau kondisi yang

mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui

pemeriksaan dan di reakam oleh pemeriksa ( misalnya denyut jantung

janin, gambaran sonogram janin, dan gerakan janin ).

Hal lain yang terkait dengan perubahan hormonal dan dikaitkan

dengan tanda kehmilan adalah rasa mual dan muntah berlebihan atau

hyperemesis. Walaupun demikian, kondisi ini juga tidak dapat di

kategotikan sebagai tanda pasti kehamilan karena berbagai penyabab

metabolik lain dapat menimbulkan gejala yang serupa.hiperemesis pada

kehmilan digolongkan normal apabila trtjdinya tidak lebih dari trimester

pertama.gejala metabolic lain yang di alami oleh ibu hamil dalam trimester

pertama adalah rasa lelah atau fatigue kondisinini disebekan oleh

menurunnya basal metabolic rate (BMR) dalam trimester pertama

kehamilan. Dengan meningkatnya aktivitas metabolic produk kehamilan

(janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan, maka rasa lelah

menjadi selama trimester pertama akan berangsur angsur menghilang dan

kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar. (Prawohardjo, 2016:214).

a. System reproduksi

1) Uterus

Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus

(endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenore atau tidak

datangnya haid sebagai dating tandanya kehamilan. Namun hal ini

tidak dapat di anggap sebagai tanda pasti kehamilan karena amenore


dapat juga terjadi pada beberapa penyakit krionik. Tumor hipofise,

perubahan factor factor lingkungan, malnutrisi dan (yang paling

sering) gangguan emosional terutama pada mereka yang tidak ingin

hamil atau malahan mereka yang ingin sama sekali hamil (dikenal

dengan pseudocdesis atau hamil semu). (Prawohardjo, 2016:214)

Selama kehamilan uterus beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali

seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setalah persalinan.

Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g dan

kapasitas 10 ml atau kurang, selama kehamilan, uterus akan berubah

menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan

cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya

mencapai 5 L bahkan dapat mencapai 20 L atau lebih dengan berat

rata-rata 1100 g.

Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-

sel otot, sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas.

Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastic,

terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan

meningkatkan kekuatan diding uterus. Daerah korpus pada bulan –

bulan pertama akna menebal, tetapi seiing dengan bertambahnya

usia kehamilan akan menipis. Pada akhir kehamilan tebalnya hanya

berkisar 1,5 cm bahkan kurang.


Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi oleh

hormone estrogen dan sedikit hormone progesterone. Hal ini dapat

dilihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dngen

kehamilan ektopik. Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih

penambahan ukuran uterus didomisili oleh desakan dari hasil

konsepsi. Pada aawal kehamilan tuba fallopii, ovarium, dan

ligamentum berada sedikit di bawah aspek fundus, sementara pada

akhir kehamilan akan berbeda seikit di atas pertengahan uterus.

Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus

dimana bagian uterus yang mengelilingi tempat implantsi pelasenta

akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya

sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal

dengan piscaseck. (Prawohardjo, 2016:175)

Otot polos Rahim mengalami adaptasi fisiologi selama masa

kehamilan. Terdapat dua tahapan penting pada myometrium sejak

awal kehamilan sampai dengan akhir kehamilan. Tahapan pertama

fase proliferasi dimana terjadi hyperplasia miosit terkait dengan

peningkatan anti apoptosis protein pada trimester awal kehamilan.

Tahap kedua, fase sintetik pada paruh kedua kehamilan dimana

myometrium mengalami hipertrofi terkait dengan peningkatan ukuran

sel pada otot halus.

Pembesaran uterus akan menyebabkan pembesaran

abdomen, pada minggu ke-12 kehamilan uterus akan bertambah

ukuran kira- kira seukuran buah jeruk dan telah menonjol keluar dari

pelvis. Dengan bertambahnya usia kehamilan dan adanya hasil


konsepsi, uterus mengalami penyesuaian, pada usia kehamilan 16

minggu uterus akan terlihat lebih bulat, ismus dan serviks menjadi

lebih tipis dengan sedikit pembuluh darah. Pada trimester akhir

kehamilan, bagian terendah janin akan mulai turun ke pelvis dan

menyebabkan berkurangnya tinggi fundus. Tekanan pada pelvis ini

akan dapat mengakibatkan timbulnya keluhan berupa kontipasi, seing

berkemih dan rabas vagina. (Irianti, et al. 2015:40-41)

2) Serviks

Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan

heterogren yang mengalami perubahan yang luar biasa selama

kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang bertanggung

jawab menjaga janin dalam uterus sampai akhir kehamioan dan

selama persalinan. Serviks didominasi jaringan ikat fibrosa.

Komposisinya berupa jaringan matriks ekstraselular terutama

mengandung kolagen dengan elastin dan proteoglikan dan bagian sel

otot dan fibrosa, epotel, serta pembuluh darah. Rasio relative jaringan

ikat terhadap otot tidak sama sepanjang serviks semakin ke distal

rasio ini semakin besar.

Pada perempuan yang tidak hamil berkas kolagen pada

serviks terbungkus rapat dan tidak beraturan. Selama kehamilan,

kolagen secara aktif disintesis dan secara terus-menerus diremodel

oleh kolagenase, yang disekresi oleh sel-sel serviks dan neutrophil.

Kolagen yang tidak sempurna untuk mencegah pembentukan

kolagen yang lemah, dan ekstraseluler yang secara lambat akan

melemahkan matriks kolagen agar persalinan dapat berlangsung.


Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan

lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. Konesntrasinya menurun secara

nyata dari keadaan yang relative dilusi dalam keadaan menyebar

(dispresi) dan ter-remodel menjadi serat. Dispresi meningkat oleh

peningkatan rasio dekorin terhadap kolagen.

Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga

siklus kehamilan yang berikutnya akan terlulang. Waktu yang tidak

tepat bagi perubahan kompleks ini akan mengakibatkan persalinan

preterm, penundaaan persalinan menjadi postterm dan bagkan

gangguan persalinan spontan. (Prawohardjo, 2016:177-178).

3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga akan ditunda. Hanya satu korpus luteum

yang dapat ditemukan di ovarium.folikel ini akan berfungsi maksimal

selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan

sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal.

Relaksin, suatu hormone protein yang mempunyai struktur

mirip dengan insulin dan insulin like growth factor I & II, disekresikan

oleh korpus luteum, desidua, plasenta, dan hati. Aksi biologi

utamanya adalah dalam proses rollemodeling jaringan ikat pada

salurqan reproduksi, yang kemudian akan mengakomondasi

kehamilan dan keberhasilan proses persalinan. Perannya belum

diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui mempunyai efek pada

perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi myometrium yang

akan berimplikasi pada kehamilan preterm. (Prawohardjo, 2016:178)


4) Payudara

Pembesaran payudara sering di kaitkan dengan terjadinya

kehmilan. Tetapi hal ini bukan petunjuk pasti karena konsisi serupa

dapat terjadi pada poengguna kontrasepsi hormonal, penderita tumor

otk atau ovarium, pengguna rutin obat penenang, dan hamil semu

(pseudocyesis). (Prawohardjo, 2016:214).

Konsentrasi tinggi estrogen dan progesterone yang dihasilkan

oleh plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan

membesar), pigmentasi kulit dan pembesaran uterus. Adanya

chorionic gonadotropin (hCG) digunakan sebagai dasr uji imunologi

kehamilan. Korionik somatotropin (Human Placental Lactogen/Hpl)

dengan muatan laktogenik akan merangsang poertumbuhan

kelenjarsusu di dalam payudara dan sebagai perubahan metabolic

yang mengiringinya. Secara spesifik estrogren akan merangsang

pertumbuhan system penyaluran air susu dan jaringan payudara.

Progesterone berperan dalam perkembangan system alveoli kelenjar

susu. Hofetropi alveoli yang terjadi sejak 2 bulan pertama kehamilan

menyebebkan sensasi nudulan pada payudara. Chorionic

somatotrpin dan kedua hormone ini memyebabkan pembesaran

payudara yang disertai dengan rasa penuh atau tegang dan sensitive

terhadap sentuhan ( dalam dua bulan pertama kehamilan )

pembesaran putting susu dan pengeluaran kolostrum ( mulai terlihat

atau dapat dieskspresikan sejak kehamilan memasuki usia 12 minggu

) hipertifi kelenjar sebasea berupa tuberkel Montgomery atau folikel

disekitar areola mulai terlihat jelas sejak dua bulan pertama


kehamilan pembesaran belebihan payudara dapat menyebabkan

striasi ( garis garis hipo atau hiperpigmentasi pada kulit) selain

membesar, dapat terlihat opada gambaran vena bawah kulit

payudara. (Prawohardjo, 2016:214).

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan

payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah sebluan kedua payudara

akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih

terlihat. Putting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak.

Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang

disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini bersal dari kelenjar-

kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan,

air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktib ditekan oleh

prolactin inbiting hormone. Setelah persalinan kadar progesterone

dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh insihibisi

progesterone terhadap alaktabumin akan hilang. Peningkatan

prolactin akan merangsang sintesis lactose dan pada akhirnya akan

meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan

menjadi lebih basar dan kehitaman. Kelenjar mentgomery, yaitu

kelenjar sebasea dari aeorla, yang akan membesar dan cenderung

untuk menojol keluar. Jika payudara semakin membesar, striae

seperti terlihat pada perut akan muncul. Ukuran payudara sebelum

kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan banyaknnya air susu

yang dihasilkan (Prawohardjo, 2016:179).


5) Kulit

Walaupun tidak diketahui secara pasti pigmentasi kulit terjadi

akibat efek stimulasi melanisit yang dipicu oleh peningkatan hormone

estrogen dan progesterone. Bagaian kulit yang sering mengalami

hiperpgmentasi adalah putting susu dan areola disekitarnya serta

umumnya pada linea mediana abdomen. Payudara, bokong dan

paha. Chloasma gravidarum adalah hiper pigmentasi pada area

wajah (dahi,hidung,pipi dan leher) area atau daerah kulit yang

mengalami hiperpigmentasi akan kembali mejadi normal setelah

kehamilam berakhir pengecualian terjadi pada striae dimana area

hiperpigmentasi akan memudar tetapi guratan pada kulit akan

menetap dan berwarna putih keperakan. (Prawohardjo, 2016:214).

Meningkatnya aliran darah ke kulit selama kehamilan

meningkatkan kelebihan panas yang terbentuk karena meningkatnya

metablisme. Penyebab pigmentasi kulit belum jelas hingga kini,

dugaan bahwa progesterone dan estrogen memiliki efek

menstimulasi melanosit. Efek ini dapat membuat warna putting dan

aeorla primer menjadi gelap. Kedua hal ini terjadi pada bulan ketiga

kehamilan. Penggelapan warna ini juga dapat terjadi pada areola

sekunder (motling pada kulit sekitar dan diaera melewati garis

primer); linea nigra (garis tipis hasil pigmentasi kulit pada garis tengah

abdomen mulai simpisis pubis hingga ke umbilicus); striae (tanda

peregangan kulit), pada abdomen (striae gravidarum) serta koasma

(topeng kehamilan, perubahan warna menjadi kecoklatan dan tidak

merata didaerah dahi, pipi, dan leher). Sebagian besar perubahan


pigmentasi kehamilan akan berkurang dan hilang setelah kehamilan

berakhir, kecuali striae. (Irianti, et al 2015;54).

b. System Kardivaskuler

Selama kehamilan dan masa nifas, jantung dan sirkulasi darah

mengalami adaptsai fisiologis. Selama kehamilan normal, tekanan arteri

rerata dan resistensi vasicular menurun, sementara volume darah dan

laju metabolic basal meningkat. Akibatnya, pada awal kehamilan curah

janung saar istirahat diukur dalam posisi berbaring lateral, meningkat

secara bermakna. Curah janung terus meningkat dan tetap meninggi

selama sisa kehamilan.

Selama kehamilan tahap lanjut jika ibu hamil berbaring dalam

posisi terlentang, uterus yang besar secara konsisten menekan aliran

balik vena dari tubuh bagian bawah. Uterus juga dapat menekan aorta.

Akibatnya adalah pengisian jantung dapat berkurang disertai penurunan

curah jantung sehingga dapat menyebabkan aliran darah pada janin

terhambat yang disebut supine hypotension syndrome. (Irianti, et al

2015:42).

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ± 6 cm,

tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan

volume residu paru-paru karena pengaruh diagfragma yang naik ± 4 cm

selama kehamilan. Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit

perubahan selama kehamilan, tetapu volume tidak, volume ventilasi per

menit dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara

signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai


puncaknya pada minggu ke-37 dan akan kembali hamper seperti sedia

kala dalam 24 minggu setelah persalinan (Prawohardjo, 2016:185).

c. System pencernaan

Dalam keadaan hamil estrogen menyebabkan peningkatan

aliran darah ke mulut sehingga gusi menjadi rapuh dan dapat

menimbulkan gingivitis. Hal ini juga dapat mendorong ibu untuk

memperhatikan perawatan gigi dan mulut. Di bawah pengaruh hormone

estrogen dan progesterone tonus pada sfinger esophagus bagian

bawah melemah yang menyebabkan relaksasi otot polos. Adanya

pembesarasn uterus dan pergeseran diagfragma akibat pembesaran

abdomen yang diperburuk oleh hilangnya tonus sfinger mengakibatkan

reflukd fan nyeri ulu hati.

Terjadi peningkatan absorpsi air dari kolon disebabkan oleh

transit makanan yang lebih lambat melalui usus halus, hal ini

menyebabkan peningkatan terjadinya konstipasi. Selain kondisi ini juga

dapat menyebabkan peningkatan flatulen karena usus mengalami

pergeseran akibat pembesaran uterus, dibawah pengaruh estrogen

pada kandung emoedu, dapat terjadi stasis garam-garaman empedu

yang menyebabkan pruritus dan icterus. (Irianti, 2015;49).

d. Perubahan metabolisme

Sebagai respon terhadapt peningkatan kebutuhan janin dan

plasenta yang tumbuh pesat, ibu hamil mengalami perubahan metabolic

yang besar dan intens. Pada trimester ke-3, laju metabolic basal ibu

meningkat 10 sampai 20 % dibandingkan dengan keadaan tidak hamil.

Hal ini meningkat sebanyak 10% pada wanita dengan kehamilan


kembar (shinagawa, dkk., 2006). Tambahan kebutuhan total energy

selama kehamilan diperkirakan mencapai 80.000 kkal atau sekitar

300kkal/ hari (hytten dan chamberlain, 1991). (Irianti, et al. 2016).

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya. Kemudaian payudara, volume darah, dan

cairan ekstraselular. Diperkirakan kehamilan berat badan akan

bertambah 12,5 kg.

Tabel 2.1 Rekomendasi Penambahan berat badan selama kehamilan

berdasarkan indeks massa tubuh

Katagori IMT Rekomendasi (kg)


Rendah <19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 0 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas >29 ≥7
Gemeli 16 – 20,5
Sumber: (Purwohardjo, 2016:180)

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi

baik dianjurkan menambahberat badan per minggu sebesar 0,4 kg,

sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau lebih dianjurkan

menambah berat badan per minggu masing masing sebesar 0,5 kg

dan 0,3 kg. (Prawohardjo, 2016:180).

e. System endokrin

Perubahan fiologis dalam kehamilan salah satunya dipengaruhi

oleh perubahan sekresi hormone. Adanya hCG yang diproduksi oleh

sel-sel tropoblas menyebabkan peningkatan produksi “Ovarian Steroid

Hormone” pada saat kehamilan, fungsi endrokrin dari plasenta menjadi

lebih luas untuk menghasilkan hormone maupun produksi “Releasing

Faktor”. Efek dari produk yang dihasilkan plasenta ini tidak hanya
berpengaru pada sirkulasi maternal, namun juga berperan dalam

sirkulasi janin. Kondisi ini merupakan bentuk penyesuaian tubuh

maternal akibat dari perubahan fisiologis oleh adanya kehamilan dan

persiapan pertumbuhan janin. (Husin, 2015:30)

Selama kehamilan noemal kelenjar hipofisis akan membesar ±

135 %. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti dalam

kehamilan. Pada perempuan yang mengalaami hipofisektomu

persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormone prolactin akan

meningkat 10 x lipat pada nkehamilan aterm. Sebaliknya, setelah

pwersalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga di

temukan pada ibu ibu yang menyusui.

Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat

dengan magnesium, fosfat, hormone paratiroid, vitamin D, dan

kalsitonin. Adanya gangguan pada salah satu factor itu akan

menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi plasma

hormone paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan

kemudaian akan meninggkat secara progesif. Aksi yang penting dari

hormone paratiroid ini adalah untuk memaok janin dengan kalsium yang

adekuat. Selain itu, juga diketahui mempunyai peran dalam produksi

pepetida pada janin, plasenta, dan ibu. Pada saat hamil dan menyusui

dianjurkan untuk mendapatkan asupan vitamin B 10 ug atau 400 IU.

Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil,

sedangkan hormone androstenedione, testoteron, dioksikortikosteron,

aldosterone, dan kortisol akan meningkat. Sementara itu

dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun. (Prawirohardjo, 2016:186).


f. System musculoskeletal

Lordosis yang progesif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan. Akibat dari kompensasi dari pembesaran uterus keposisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya barat kebelakang arah dua

tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat

mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas

tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya

menyebabkan perasaaan tidak enak pada bagian bawah punggung

terutama pada akhir kehamilan. (Prawirohardjo, 2016:186).

3. Perubahan Psikologis Pada Wanita Hamil Trimester III

Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan

waspada, sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran

bayinva. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang

mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir

bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu.Ini menyebabkan ibu

meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan

terjadinya persalinan pada ibu meningkat. lbu seringkali merasa khawatir

atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.

Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinva dan akan

menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan

bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan

bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan (Varney, 2012)

4. Standar Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Proses


ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan

sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua, dan

trimester ketiga.(Dapatermen Kesehatan RI, 2015, http://

www.depkes.go.id, diperoleh tanggal 17 November 2019).

Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi

elemen pelayanan sebagai berikut :

a. Penimbangan berat badan (T1)

Salah satu pengukuran yang digunakan untuk mengkaji jenis

tubuh adalah dengan menggunakan indeks Quetelet atau Indejks

masa tubuh. Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari

perhitungan antara berat badan (BB) dan Tinggi Badan (TB)

seseorang. (Irianti, 2015:257).

Secara perlahan berat badan ibu hamil akan mengalami kenailkan

antara 9-13 kg selama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per

minggu atau 2 kg dalam satu bulan. Penambahan berat badan paling

banyak terjadi pada trimester ke II kehamilan.

Pertanda bahaya

1) Tubuh ibu sangat kurus atau tidak bertambah (paling sedikit

9 kg) selama masa kehamilan.

2) Tubuh ibu sangat gemuk atau bertambah lebih dari 19 kg

selama masa kehamilan.

3) Berat badan ibu naik secara tiba-tiba lebih dari 0,5 kg dalam

satu minggu atau lebih dari 2 kg dalam satu bulan.

Penambahan BB ibu salama kehamilan sebagian besar

terdiri atas penambahan BB bayi, plasenta, serta air ketuban dan


sebagian lagi berasal dari penambahan BB ibu sendiri. (Hani, et al.

2014:10)

b. Pengukuran tekanan darah (T2)

Saat kondisi tubuh normal, tekanan darah diastole berkisar

antar 60-8- mmHg dan sistol 90-12- mmHg. Akan tetapi saat hamil

terjadi penurunan tekanan darah. Setelah usia kehamilan 20-32

minggu tekanan darah kembali normal. Peningkatan tekanan darah

harus selalu di lihat selama masa kehamilan untuk menghindari hal-

hal buruk seperti eklampsia, gagal ginjal, penyakit jantung Koroner.

Standar pemeriksaan tekanan darah adalah 4x selama masa

kehamila yakni 1x pada trimester pertama, 1x pada trimester kedua

dan 2x pada trimester ketiga. (Hani, et al. 2014:10)

c. Nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas) (T3)

LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita

usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat

digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka

pendek. Ambang batas LILA <23,5 cm atau di bagian pita merah LILA

menandakan gizi kurang dan lebih dari sama dengan 23,5 cm

menandakan gizi baik. LILA < 23,5 cm termasuk kelompok rentan

kurang gizi (Kemenkes RI, 2017).

d. Pengukuran tinggi fundus uteri (T4)

Pengukuran TFU (Tinggi Fundus Uteri) merupakan salah satu

metode pengukuran sederhana yang dilakukan pada khamilan

rimestere kedua dan ketiga, dengan cara mengukur perut ibu dari

simpisis pubis hingga fundus uteri mengguakan pita ukur.


Pengukuran TFU dengan menggunakan pita ukur ini pertama kali

diperkenalkan di Amerika oleh Mc.Donald pada tahun 1906-1910.

Hingga dikenal dengan sebutan ‘penukuran Mc. Donald’. (Irianti,

2015:217).

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald

adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan

hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama

haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan.

Tabel 2.3 TFU Menurut Aturan Mc- Donald

Tinggi Fundus Uteri


NO Umur Kehamilan (Minggu)
(CM)

1 12 12
2 16 16
3 20 20
4 24 24
5 28 28
6 32 32
7 36 36
8 40 40
(Sumber: Astuti dkk, 2017)

Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (Menurut Leopold) :

1) 12 minggu 1-2 jari atas symphysis.

2) 16 minggu pertengahan antara Symphysis – pusat.

3) 20 minggu fundus uteri 3 jari bawah pusat.

4) 24 minggu setinggi pusat.

5) 28 minggu 3 jari atas pusat.

6) 32 minggu pertengahan Px-pusat.

7) 36 minggu 3 jari dibawah Px.

8) 40 minggu pertengahan Px dan pusat. (Farid Husin,2013).


Gambar 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan

(http://en.wikipedia.org/wiki/Leopold’s_maneuvers, diperoleh tanggal 20

November 2019).

Tabel 2.4 Menentukan Tinggi Fundus Uteri Cara Spielberg

Usia
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Kehamilan

12 3 jari diatas simpisis


16 Pertengahan pusat-simpisis
20 3 jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus
32 (Px)
36 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (Px)
Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus
40 (Px)
(Sumber: Astuti dkk, 2017)

Perhitungan Taksiran Berat Bada Janin (TBBJ). Perhitungan TBBJ

dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dalam kandungan

pertambahan berat badan janin yang diukur saat palpasi abdomen.


Taksiran Berat Janin (TBJ) = [Tinggi Fundus Uteri (dalam cm) - N] x 155

Taksiran berat badan janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson

Toshack:

N: 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul

N: 12 bila kepala masih berada diatas spina isciadika

N: 11 bila kepala sudah memasuki pintu atas panggul

e. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (T5)

Denyut jantung merupakan salah satu penetu kesejahteraan

janin. Perubahan ritme dan frekwensi denyut jantung janin

menandakan adanya gangguan dalam vaskulerasi plasenta, yang

menyebabkan turunnya kadar oksigen yang diterima oleh janin

sehingga menimbulkan keadaaab fetal distress, yang dapat

mempengaruhi keadaan bayi saat dilahirkan. (Irianti, 2015).

1) Presentasi janin

Palpasi leopold merupakan teknik pemeriksaan pada

perut ibu untuk menentukan posisi dan letak janin. Tujuan dari

palpasi leopold pada ibu hamil menurut Sulistyawati (2009)

Leopold I: Pemeriksaan menghadap ke arah muka ibu hamil,

menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terletak

pada fundus uteri. Jika kepala, akan teraba bulat dan keras.

Leopold II: Menentukan batas samping uterus dan dapat pula

ditentukan letakpunggung janin yang membujur dan

menghubungkan bokong dengan kepala.

Leopold III: Menentukan bagian apa yang terletak disebelah

bawah, dan bagian bawah tersebut sudah PAP atau belum.


Leopold IV: Pemeriksaan menghadap ke arah kaki ibu hamil,

menentukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam

pintu atas panggul. (Sulistyawati, 2009).

2) Auskultasi DJJ

Hidayati (2009) mengindikasikan bahwa auskultasi

dilakukan menggunakan stetoskop monoaural untuk

mendengarkan:

a) Denyut jantung janin

b) Bising tali pusat, bising rahim, bising usus

c) Gerakan dan tendangan janin.

Gambar 2.1 posisi melakukan pemeriksaan leopold

(http://en.wikipedia.org/wiki/Leopold’s_maneuvers, diperoleh
tanggal 20 November 2019)

f. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (T6)

Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun

kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.

Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan


dan kemudian dimurnikan.Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu

hamil dan bayi yang dikandungnya. Berikut tabel jadwal pemberian

imunisasi TT pada ibu hamil (Menkes, 2016).

Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil guna

memberikan kekebalan pada janin terhadap insfeksi tetanus (

Tetanus neonatorum) pada saat persalinan, maupun postnatal. Bila

seorang wanita selama hidupnya mendapatkan imunisasi sebanyak

lima kali berarti akan mendapatkan kekebalan seumuer hidup (Long

Life) dengan periode waktu tertentu terhadap penyakit tetantus.

Menurut WHO, jika seorang ibu belum pernah mendapatkan

imunisasi TT selama hidupnya, maka ibu tersebut minimal

mendapatkan paluing sedikit 2 kali injeksi selama masa kehamilan(

pertama saat kunujungan antenatal pertama dan kedua, empat

minggu setelah kunjungan yang pertama). Dosis terakhir yang di

berikan sebaiknya diberikan dua minggu seblum persalinan untuk

mendapatkan efektifitas dari obat. (Hani, et al. 2014:11).

Tabel 2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil

Imunisasi TT Selang waktu Minimal Lama perlindungan

TT1 Langkah awal pembentukan


kekebalan tubuh terhadap
penyakit tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 12 bulan setelah TT 10 tahun


3
TT 5 12 bulan setelah TT >25 tahun
4
(Sumber : Buku KIA 2018)
Imunisasi selama kehamilan dengan toksoid atau bakteri atau

virus mati belum pernah di laporkan berkaitan dengan efek ke janin.

ACIP (Advisory Committee on Imunnization practices) tahun 2011,

merekomendasikan vaksin tetanus toksoid untuk mengurangi

tinggnya angka kejadian bayi meninggal karena pertussis. Vaksin ini

untuk ibu hamil di berikan pada trimester III atau akhir trimester II

(setelah usia kehamilan 20 minggu). Apabila tidak diberikan selama

kehamilan di anjurkan agar tetap di berikan segera setelah

persalinan. Untuk memastikan perlindungan terhadap ibu dan bayi,

ibu hamil yang belum pernah di suntikkan tetanus harus

mendapatkan 3 vaksin yang berisi tetanus dan mengurangi difteri

tetanus. (Farid Husin, 2013)

g. Pemberian tablet tambah darah Fe (T7)

Tablet ini mengandung zat besi yang setara dengan 60mg

yang berisi di dalam bentuk sediaan Ferro sulfat, Ferro Fumarat atau

Ferro Gluconat dan asam folat 500mg. Pemberian kepada ibu hamil

sebanyak minimal 90 tablet selama masa kehamilan diminum setiap

hari. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan

Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan

kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat besi ini

penting untuk mengkompensasi peningkatan volume darah yang

terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan

perkembangan janin (Kemenkes, 2014).

h. Pemeriksaan Laboratorium khusus (T8)

1) Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara

Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil

pada kunjungan pertama, dan selanjutnya pada usia kehamilan

28 minggu atau lebih sering jika terdapat tanda tanda anemia.

Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi

Anemia pada ibu hamil. Penetuan anemia didasarkan kepada

kadar haemoglobin dan hematokrit darah. WHO menyatakan

bahwa anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai

konsentrasi haemoglobin yang kurang dari 11g% pada trimester

pertama dan ketiga serta kurang dari 10,5g% pada trimester

kedua. (Farid Husin, 2013). Anemia bumil di Indonesia sangat

bervariasi, yaitu :

a) Hb 11 gr% normal

b) Hb 9-10 gr% anemia ringan

c) Hb 7-9 gr% anemia sedang

d) Hb 5-7 gr% anemia berat

Sebagian besar anemia adalah anemia defisiensi Fe

yang dapat di sebabkan oleh konsumsi Fe dari makanan yang

kurang atau terjadi perdarahan menahun akibat parasit, seperti

ankilostomiasis. Berdasarkan fakta tersebut dapat dikemukan

bahwa dasar utama anemia pada bumil adalah kemiskinan

sehingga tidak mampu memenuhi standar makanan “empat

sehat lima sempurna” dan situasi lingkungan yang buruk

sehinggan masih terdapat penyakit parasait, seperti

ankilostomoasis.
Untuk menegakkan diagnosis anemia pada kehamilan,

dapat dilakukan anamnesis. Akan di dapatkan keluhan capet

Lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan

mual-muntah yang lebih hebat pada kehamilan muda. Faktor

yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai

berikut :

a) komponen (bahan) yang berasal dari makanan :

(1) protein, glukosa dan lemak

(2) vitamin B12, B6, asam folat, dan Vit C

(3) Elemen dasar Fe, ion Cu, dan Zink

(4) Sumber pembentukan darah (sumsum tulang)

b) kemampuan resorbsi usus halus terhadap bahan yang di

perlukan.

c) Umur sel darah merah (eritrosit) yang terbatas (sekitar 120

hari). Sel-sel darah merah yang sudah tua di hancurkan

kembaliuntuk dijadikan bahan baku untuk membentuk sel

darah yang baru.

d) Perdarahan kronis :

(1) Gangguan menstruasi

(2) Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada

perempuan, seperti mioma uteri, polip serviks, dan

penyakit darah.

(3) Parasit dalam usus, seperti askariasis, ankilostomiasis

dan taenia.
Pengaruh anemia terhadap kehamilan yaitu : dapat

terjadi abortus, persalinan premature, hambatan tumbuh

kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman

dekompensasi kordis (Hb<6 gr%), mola hidatidosa,

hyperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban

pecah dini (KPD). Bahaya saat persalinan sendiri yaitu :

gangguan his-kekuatan mengejan, kala pertama dapat

berlangsung lama, kala dua berlangsung lama sehingga dapat

melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi, kala tiga

dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum

akibat atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan post

partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas yaitu : terjadi

subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum,

memudahkan infeksi pueperium, pengeluaran asi berkurang,

dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia

pada kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae.

Bahaya terhadap janin. Sekalipun tampaknya janin

mamou menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya

anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang

sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam Rahim

akan terganggu. Akibat anemia pada janin antara lain adalah :

abortus, kematian intrauteri, persalinan prematuritas tinggi,

berat bdan lahir rendah, dapat terjadi cacat bawaan, bayi

mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal,

inteligensia rendah.
2) Pemeriksaan Protein Urine

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya

protein dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan

asam asetat 2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat

tekanan darah tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan protein urin

ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia. (Farid

Husin, 2013)

3) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab)

Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory

(VDRL) adalah untuk mengetahui adanya treponema pallidum/

penyakit menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan

kepada ibu hamil yang pertama kali datang diambil spesimen

darah vena ± 2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan postif, ibu hamil

dilakukan pengobatan/rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah

kematian janin pada kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan

lanjut dapat menyebabkan prematur, cacat bawaan.

4) Pemeriksaan urine reduksi

Pemeriksaan glukosa urine kepada ibu hamil untuk

mengetahui adanya glukosa pada urine dan merupakan

skrinning terhadap diabetes gestasional. Semua ibu hamil

harus menjalani penapisan diabetes pada minggu ke 26-28,

karena kpada waktu tersebut merupakan puncak konsentrasi

HPL (Human Placenta Lactogen), sehingga meningkatkan

resistensi sel terhadap insulin, yang dapat menyebabkan

diabetes gestasional. Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila


hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk

memastikan adanya Diabetes Melitus Gestasioal. Diabetes

Melitus Gestasioal pada ibu dapat mengakibatkan adanya

penyakit berupa pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.

i. Tatalaksana kasus. (T9)

Dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan

hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan

pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan

kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat

ditangani di rujuk sesuai dengan sistem rujukan (Depkes, 2015).

j. Pelaksanaan temu wicara.

Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. Hal

ini dilakukan sebagai perencanaan, antisipasi dan persiapan dini

untuk pengambilan keputusan dalam melakukan rujukan jika terjadi

komplikasi (Depkes, 2015).

Selain elemen tindakan yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan

ibu hamil juga harus memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu

satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali

pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada

trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar

waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan

terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko,

pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan. (Dapatermen


Kesehatan RI, 2015, http:// www.depkes.go.id, diperoleh tanggal 17

November 2019).

Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan

konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi,

terutama tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan

tetap sehat dan berkualitas. Kunjungan antenatal membei ksempatan bagi

petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi

ibu hamil dan keluarganya termasuk rencana persalinan (di mana, pnolong,

dana, pendamping, dan sebagainya) dan cara merawat bayi. Beberapa

informasi penting tersebut adalah nutrisi yang adekuat (kalori, protein,

kalsium, zat besi, asam folat), perawatan payudara, perawatan gigi,

kebersihan tubuh dan pakaian.(Sarwono, 2014)

5. Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)

Sejak tahun 2007, pemerintah mengadakan P4K dengan stiker

sebagai upaya terobosan dalam mempercepat penurunan AKL dan angka

kematian bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas

pelayanan. Kegiatan ini juga sekaligus merupakan kegiatan yang

membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk

persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.

Kegiatan ini difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peran aktif

suami, keluarga, dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang

aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk

merencanakan penggunaan KB pascapersalinan dengan menggunakan

stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan


cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.

(Astuti, 2016:12).

Peran bidan dalam P4K terdiri dari 3 bagian yaitu pada masa

kehamilan, persalinan, dan masa nifas:

a. Masa kehamilan

1) Melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) sesuai standar.

Pemeriksaan ini dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan,

diantaranya:

a) Memeriksa kondisi umum

b) Menentukan taksiran partus (telah dituliskan pada stiker)

c) Memeriksa kondisi janin

d) Melakukan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan

e) Memberikan imunisasi TT (dengan melihat status imunisasinya)

f) Memberikan tablet Fe

g) Memberikan tindakan jika terdapat komplikasi

2) Melakukan penyuluhan konseling pada ibu hamil dan keluarga

tentang

a) Tanda bahaya kehamilan dan persalinan.

b) Tanda-tanda persalinan.

c) Personal hygine dan lingkungan.

d) Gizi dan kesehatan.

e) Perencanaan persalinan.

f) Perlunya inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif

g) KB pascapersalinan.
3) Melakukan kunjungan rumah

a) Memberikan penyuluhan atau konseling tentang perencanaan

persalinan pada keluarga.

b) Memberikan pelayanan ANC bagi ibu hamil yang tidak dating ke

bidan

c) Memotivasi ibu saat persalinan pada waktu menjelang taksiran

partus.

d) Membangun komunikasi persuasive dan setara dengan forum

peduli KIA dan kemitraan dengan paraji untuk meningkatkan

partisipasi aktif unsur-unsur masyarakat dalam peningkatan

kesehatan ibu dan anak.

4) Melakukan rujukan

5) Melibatkan peran serta kader dan tokoh masyarakat.

6) Melakukan pencatatana pada kartu ibu, kohort ibu, dan buku KIA.

7) Membuat laporan dalam pemantauan wilayah setempat (PWS) KIA.

8) Memberdayakan suami, keluarga, dan kader kesehatan, untuk

terlibat secara aktif dalam P4K.

b. Masa persalinan

Memberikan asuhan persalinan sesuai standar, yaitu:

1) Mempersiapkan sarana prasarana dalam pertolongan persalinan

yang aman, termasuk pencegahan infeksi.

2) Memantau kemajuan persalinan sesuai patrograf

3) Melakukan asuhan persalinan normal sesuai standar

4) Melakukan manajemen aktif kala 3.

5) Melaksanakan IMD
6) Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk pemberian salep

mata, vitamin k, termasuk imunisasi hepatitis B (HBO)

7) Melakukan tindakan penanganan penderita gawat darurat obstetric

neonates (PPGDON) jika mengalami komplikasi.

8) Merujuk jika diperlukan.

9) Melakukan pendokumentasian persalinan pada kartu ibu, kohort ibu

dan bayi, register persalinan, serta buku KIA.

10) Membuat laporan pada PWS-KIA dan audit internal pernatal (AMP)

c. Masa nifas

Memberikan asuhan masa nifas sesuai standar, yaitu:

1) Memberikan asuhan ibu nifas dan bayinya melalui kunjungan nifas

lengkap(KF1,KF2, KF Lengkap, KN 1, KN). Waktu pelaksanaan

kunjungan neonates (KN) dan nunjungan nifas (KF)

2) Memberikan vitamin A 200.000 IU pada ibu sebanyak 2 kali (warna

merah)

3) Melakukanperawatan payudara

4) Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling pada ibu,

keluarga serta masyarakat.

6. Kebutuhan Ibu Hamil

a. Kebutuhan Energi

Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan pada ibu

hamil untuk meningkatkan asupan energinya sebesar 285 kkal per hari,

yang terdiri atas :

1) Protein
Bersumber dari daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan

yang bermanfaat untuk membantu sintesis produk konsepsi dan

pertumbuhan jaringan maternal.

2) Zat Besi

Bersumber dari sayuran hijau (misalnya bayam, kangkung,

daun singkong, daun pepaya), daging dan hati ayam, yang bermafaat

untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin ibu sehingga dapat

mencegah anemia, penyimpanan besi di hati janin, serta

pembentukan sel dan jaringan baru.

3) Asam Folat

Asam folat tsebaiknya diberikan pada 28 hari setelah ovulasi

atau 28 hari setelah kehamilan karena sumsum tulang belakang dan

otak dibentuk pada minggu pertama kehamilan. Sumber utama asam

folat adalah sayuran berwarna hijau gelap, misalnya bayam,

asparagus, kembal kol, dan brokoli. Pada buah-buahan, asam folat

diantaranya terdapat dalam jeruk, pisang, wortel, dan tomat.

4) Kalsium

Sumber utama kalsium adalah susu, dan hasil olahannya

udang, sarang burung, sarden dalam kaleng, dan beberapa bahan

makanan nabati, seperti sayuran warna hija yang bermanfaat untuk

pemeebentukan tulang dan bakal gigi janin, serta melindungi ibu

hamil dari osteoporosis. Jika kebutuhan kalsium ibu hamil tidak

tercukupi, maka kekurangan kalsium akan diambil dari tulang ibu

(Fathonah, 2016).

b. Obat-obatan
Jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar-benar

berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaiknya pemberian obat

dihindari.

c. Lingkungan yang bersih

Salah satu pendukung untuk keberhasilan yang sehat dan aman

adalah adanya lingkungan yang bersih, karena kemungkinan terpapar

kuman dan zat toksik yang berbahaya bagi ibu dan janin akan

terminimalisasi. Lingkugan bersih disini adalah temasuk bebas dari

populasi udara seperti asap rokok.

d. Senam hamil

Senam hamil berfungsi melancarkan sirkulasi darah, nafsu

makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik, dan tidur menjadi

lebih nyenyak.

e. Pakaian

Pemakaian pakaian dan kelengkapannya yang kurang tepat

akan mengakibatkan beberapa ketidaknyamanan yang akan

mengganggu fisik dan psikologis ibu.

f. Istirahat dan rekreasi

Adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya beban

berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang

ibu akan mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur

sangat penting untuk ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan sering

diiringi dengan bertambahnya ukuran janin sehingga terkadang ibu

kesulitan untuk menentukan posisi yang paling baik dan nyaman

untuk tidur. Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring
kekiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan

bantal, dan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan

bantal pada perut bawah sebelah kiri.

g. Kebersihan tubuh

Perubahan sistem metabolisme mengakibatkan peningkatan

pengeluaran keringat. Keringat yang menempel di kulit meningkatkan

kelembapan kulit dan memungkinkan menjadi tempat

berkembangnya mikroorganisme. Jika tidak dibersihkan (dengan

mandi), maka ibu hamil akan sangat mudah untuk terkena penyakit

kulit. yang menyebabkan ibu akan lebih terkena penyakit.

h. Perawatan payudara

Hal-hal yang harus di perhatikan dalam perawatan payudara :

1) Hindari pemakaian bra yang terlalu ketat

2) Gunakan bra dengan bentuk penyanggah payudara.

3) Hindari membersihkan puting susu dengan sabun mandi.

4) Bersihkan puting susu ibu dengan baby oil.

5) Jika di temukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan

dari payudara, berarti produksi ASI telah dimulai.

i. Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada kehamilan berkaitan

dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering berkemih. Konstipasi

terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron yang

mempunyai efek rileks terhadap otot-otot polos, salah satunya otot

usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga

menyebabkan bertambahanya konstipasi. Tindakan pencegahan


yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi

serat dan banyak minum air putih hangat ketika perut dalam keadaan

kosong. Minum air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong

dapat merangsang gerakan peristaltik usus. Jika ibu sudah

mengalami dorongan, maka segeralah untuk buang air besar agar

tidak terjadi konstipasi.

j. Persiapan persalinan

Meskipun perkiraan persalinan masih lama tidak ada salahnya

jika ibu dan keluarga mempersiapkan persalinan sejak jauh hari

sebelumnya. Ini dimasukkan agar terjadi sesuatu hal yang tidak

diinginkan atau persalinan maju dari perkiraan,semua perlengkapan

yang dibutuhkan sudah siap (Astuti dkk, 2017).

7. Ketidaknyamanan pada kehamilan Trimester III

Trimester III mencakup minggu ke-29 samoai 42 minggu

kehamilan. Trimester III seringkali disebut sebagai “priode menunggu,

penantian da waspada” sebab pada saat itu, ibu tidak sabar menunggu

kelahiran bayinya.

a. Sering berkemih

Keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih

oleh uertus yang smeakin membesar dan menyebabkan kapasitas

kandung kemih berkurang serta frekuwensi berkemih meningkat.

(Irianti, 2015:134).

b. Varises dan wasir

Adalah pelebaran pada pembuluh darah balik vena hingga

katup vena melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran


pembuluh darah balik dan biasa terjadi pada pembuluh darah

supervisial. Biasanya terlihat di bagian kaki, namun sering juga

muncul ppada vulva dan anus. Varises dibagian anus biasa disebut

haemoroid.

Kelemahan katup vena pada kehamilan karena tingginya

kadar hormone progesterone dan estrogen hingga aliran darah balik

mauju jantung melemah dan vena dipaksa bekerja lebih keras untuk

dapat mempompa darah. Karenanya, varices vena banyak terjadi

pada tungkai vena atau rectum. Selainperubahan yang terjadi pada

vena, penekanan uterus yang membesar selama kehamilan pada

vena panggul saat duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava

inverior saat ia berbaring dapat menjadi pencetus terjadinya varices.

Selain itu pada kehamilan kadar estrogen dan progesterone

mempengaruhi pembuluh darah untuk rileksasi akibatnya tekanan

akan meningkat sebagai usaha memompa darah ( Irianti, 2015:136).

c. Sesak nafas

Peningkatan ventilasi menit yang menyertai kehamilan sering

dianggap sebagai sesak nafas. Sesak nafas merupakan keluhan

yang sering dialami oleh ibu hamil pada kehamilan trimester III yang

dimulai pada 28-31 minggu. Sesak nafas yang berlangsung pada saat

istirahat atau aktifitas yang ringan sering disebut sebagai sesak nafas

yang normal. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas

ibu hamil. Peningkatan ventilasi menit pernafasan dan beban

pernafasan yang meningkat dikarenakan oleh Rahim yang membesar


sesuai dengan kehamilan sehingga menyebabkan peningkatan kerja

pernafasan.

Keluhan sesak juga dapat terjadi karena adanya perubahan

volume paru yang terjadi akibat perubahan anatomi toraks selama

kehamilan. Dengan semakin bertambahnya usia kehamilan,

pembesaran uterus akan semakin mempengaruhi keadaan

diagfragma ibu hamil, dimana diagfragma terdorong keatas sekitar 4

cm disertai pergeseran ke atas tulang iga. (Irianti, 2015:137).

d. Bengkak dan kram pada kaki

Bengkak atau oedem adalah penumpukan atau resistensi

cairan pada daerah luar sel akibat dari perpindahannya cairan

intraseluler ke ekstraseluler. Hal ini dikarenakan tekanan uterus yang

semakin meningkat dan mempengaruhi sirkulasi cairan. Dengan

bertambahnya tekanan uterus dan tarikan gravitasi menyebabkan

resistensi cairan semakin besar (Irianti, 2015:138).

e. Gangguan tidur dan mudah lelah

Pada trimester III, hamper semua wanita mengalami

gangguan cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh noktus

(sering berkemih dimalam hari), terbangun di malam hari dan

mengganggu tidur yang nyenyak. Dari bebeapa penelitian

menyatakan bahwa cepet lelah pada ibu hamil dikarenakan tidur

malam yang tidak nyenyak karena terbangun di malam hari untuk

berkemih.

f. Nyeri perut bawah


Secara normal, nyeri perut bawah dapat disebabkan leh

muntah yang berlenbih dan konstipasi yang dialami oleh sebagian

besar ibu dalam kehamilannya, nyeri ligamentum, torsi uterus yang

parah dan adanya kontraksi Braxton-hicks juga mempengaruhi

keluhan ibu yang terkait dengan nyeri perut bagian bawah. Mengubah

posisi ibu agar uterus yang mengalami torsi dapat kembalu ke

keadaab semula tanpa harus memberikan manipulasi. Pemberian

analgesic dalam hal ini harus mendapat pemantauan dari bidan atau

dokter (Irianti, 2015:141)

g. Kontraksi Bracton Hicks

Kontraksi ini muncul tanpa dapat diduga dan menyebar

dengan tanpa adanya ritme. Pada saat kehamilan trimester akhir,

kontraksi dapat sering terjadi setiap 10-20 menit dan juga, sedikit

banyak, mungkin berirama. Pada akhir kehamilan kontraksi-kontraksi

ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan menjadi penyebab

persalinan palsu atau false labour.(Irianti, 2015:143).

8. Gejala dan tanda bahaya

a. Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada

umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi

sangat terkait dengan luasnya plasenta dan kondisi segmen bawah

Rahim yang menjadi tempat implantasi plasenta tersebut. Pada

plasenta yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir, maka pada

umumnya terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila segmen

bawah Rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan


bagian terbawah janin, maka perdarahan mulai meningkat hingga

tingkatan yang dapat membahayakan keselamatan ibu.

Plasentayang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat

menimbulkan perdarahan hebat tanpa didahului oleh perdarahan

bercak atau berulang sebleumnya. Plasenta pervia menjadi

penyebab dari 25 % kasus perdarahan antepartum. Bila mendekati

saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio plasenta

(40 %) atau vasa previa (5%) dari keseluruhan kasus perdarahan

antepartum.(prawohardjo, 2016:282).

b. Preeklamsi

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20

minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal

sering diasosiasikan dengan preekelamsi. Data atau informasi awal

terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu

petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis ( yang

sudah ada sebelumnya) dengan preeklamsi. Gejala dan tanda lain

dari preeklamsi adalah sebagai berikut:

1) Hipperrefleksia (irritabilitas susunan saraf pusat)

2) Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak

membaik dengan pengobatan umum.

3) Gangguan pengelihatan seperti pandangan kabur, scotomata,

silau atau berkunang-kungan

4) Nyeri epigastric

5) Oliguaria (luaran kurang dari 500ml/24 jam)


6) Tekanan darah sistolik 20 – 30 mmHg dan diastolic 10 – 20

mmHg diatas normal

7) Proteinuria ( diatas postif 3)

8) Edema menyeluruh (prawohardjo, 2016:283)

c. nyeri hebat pada daerah abdominopelvikum

bila hal tersebut diatas terjadi pada kehamilan trimester kedua

atau ketiga di sertai dengan riwayat dan tanda-tanda dibawah ini,

maka diagnosisnya mengarah pada solusio plasenta. Baik dari janin

yang disertai perdarahan (revealed) maupun tersembunyi

(concealed). (prawohardjo, 2016:285).


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan

Kerangka konsep kasus ini merupakan bentuk asuhan komprehensif

yang diberikan pada ny.R yang dimulai pada masa kehamilan, persalinan,

nifas, KB dan asuhan pada bayi baru lahir dengan memberikan asuhan yang

disesuaikan dengan teori-teori asuhan kebidanan.

MALAKUKAN ASUHAN
KEBIDANAN PADA NY.R USIA 22
TAHUN G2P1A0

ASUHAN FISIOLOGIS

IBU HAMIL TRIMESTER III IBU BERSALIN IBU NIFAS


/

Penerapan asuhan Pemantauan kemajuan Penerapan asuhan


kebidanan persalinan kebidanan
Kunjungan 2x
dengan patrograf dan Asuhan nifas 2 – 6 jam.
- Kunjungan usia Kunjungan nifas 6 hari
melakukan asuhan dalam
kehamilan 38 mgg - Kunjungan nifas 14 hari
- Kunjungan usia persalinan dari kala I - Kunjungan nifas 6
kehamilan 39 mgg sampai kala IV. minggu

BAYI
- BARU LAHIR

KELUARGA BERENCANA
Penerapan asuhan kebidanan

Kunjungan 3x Kunjungan nifas ke 6


minggu :
- Kunjungan BBL 6 jam
- Kunjungan BBL 6 hari Pemberian kontrasepsi
- Kunjungan BBL 14 hari suntik 3 bulan.
- Kunjungan 28 hari
B. Pendekatan Desain Penelitian (Case Study)

Dalam asuhan komprehensif pada ny.R penulis bertujuan untuk

melakukan asuhan pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan

KB , dengan asuhan yang dimulai dari melakukan pendekatan dan

melakukan pemeriksaan antenatal untuk memeriksa adanya pendeteksian

dini terhadap kesehatan kehamilanya pada tanggal 25 Oktober 2019. Dan

hasil dari asuhan antenatal tersebut ny,R merupakan ibu hamil dalam

kondisi fisologis. Namun penulis tetap melakukan asuhan hingga KB, karena

kehamilan fisiologis yang dialami oleh ny.R tidak menutup kemungkinan

untuk terjadinya resiko pada saat persalinan, nifas maupun pada bayi baru

lahir.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Studi kasus komprehenshif ini dilaksanakan di Puskesmas DTP

Jayagiri di Desa Jayagiri, Kabupaten Bandung Barat dimulai dari tanggal 25

Oktober 2019 untuk pemeriksaan awal antenatal atau kehamilan.

D. Objek Penelitian

Objek dalam studi kasus komprehenshif ini adalah Ny. R umur 22

tahun dan By. Ny.R mulai dari usia kehamilan 38 minggu hari sampai

dengan masa nifas 6 minggu.

E. Metode pengumupan data (SOAP)

1. Anamnesa

Anamnesa dilakukan langsung dengan cara pengkajian data

yang di butuhkan sebagai upaya penyesuaian dalam memberikan

asuhan pada ibu yang di sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu,

anamnesa data ini dilakukan di kunjungan awal pada periode antenatal.


2. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara terus menerus dalam

melakukan asuhan kepada ibu sebagai upaya untuk memantau keadaan

ibu memastikan perkembangan keadaan ibu dan bayi dalam keadaaan

normal dan sebagai sarana evaluasi asuhan yang telah diberikan kepada

ibu, yang bertujuan sebagai pendeteksi dini untuk menghindari

komplikasi selama kehamilan, persalinan maupun nifas.

3. Dokumentasi

Pendokumentasian asuhan yang kita berikan pada pasien dapat

dilakukan secara tertulis seperti SOAP dengan menuliskan data yang

akurat dan lengkap serta sesuai dengan asuhan yang telah dilakukan,

sebagai upaya memaksimalkan asuhan yang kita berikan pada pasen.

E. Etika Penelitian/ Informed Consent

1. Pesetujuan (Informed Consent)

Informed consent di berikan sebelum melakukuan studi kasus

informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi

partisipan, tujuan pemberiannya agar partisipan mengerti maksud dari

tujuan studi kasus dan menambah pengetahuan bagi partisipan. Jika

partisipan bersedia maka subjek harus menandatangani lembar

persetujuan dan jika partisipan tidak bersedia maka penulis harus

menghormati hak partisipan. Ny.B bersedia menjadi subjek studi kasus

maka di persilahkan menadatangani informed consent yang telah di

berikan oleh penulis.


2. Tanpa nama (Anonim)

Menjaga kerahasian identitas partisipan, penulis tidak mencantumkan

nama partisipan pada lembar pengumpulan data dan cukup dengan

memberikan kode atau inisial nama depan yaitu Ny. B.

3. Kerahasiaan (Confidential)

Pada studi kasus ini, penulis menjamin seluruh kerahasian data dan

perijinan hasil studi kasus baik informasi masalah lainnya.


PENDOKUMENTASIAN KEBIDANAN ANTENATAL

PADA NY.R USIA 22 TAHUN G2P1A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU

DI PUSKESMAS DTP JAYAGIRI

Tanggal pengkajian : 25 Oktober 2019

Tempat Pengkajian : Puskesmas DTP Jayagiri

Nama pengkaji : JIhan Herdyana Pirnanda

A. DATA SUBYEKTIF

1. Identitas / Biodata

Nama : Ny. R Nama Suami : Tn. C

Umur : 22 Tahun Umur : 37 Tahun

Suku : Sunda Suku : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai swasta

Alamat rumah :Jl. Tangkuban perahu, Kp. Cibogo, Rt. 4 Rw. 11 Kec.

Lembang, Kabupaten Bandung Barat

Telp : 08812233566

2. Status Kesehatan

a. Datang pada tanggal : 25 Oktober 2019 Pukul : 09.00

WIB

b. Alasan Kunjungan ini : Kunjungan rutin


c. Keluhan – keluhan : Ibu datang ke PMB untuk memeriksakan

kehamilannya

d. Riwayat menstruasi

1) Haid pertama : Umur 11 Tahun

2) Siklus : 28 Hari

3) Banyaknya : 3 kali ganti pembalut setiap harinya

4) Dismenorrhoe : Tidak

5) Teratur/tidak : Teratur

6) Lamanya : ±7 hari

7) Sifat darah : Kental, tidak menggumpal berwarna

merah tua

8) Keputihan : Ya, sebelum Haid

e. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :


Anak
Tgl/ Tahun Tempat Jenis Usia Penyulit
No Penolong Nifas J Umur
Persalinan pertolongan persalinan Kehamilan persalinan TB/BB
K Saat ini
1 2014 BPM Normal 9 Bulan Bidan Tidak ada Normal P 50/3000 5 thn
.
f. Riwayat Kehamilan ini

1) Hari 1 haid terakhir : 28 Januari 2019

Usia Kehamilan : TP - HPHT x 4 1/3

: 28-02-2019 – 25-10-2019 x 4 1/3

: 38 Minggu 1 Hari

2) Kehamilan yang Ke : 2 (Dua)

3) Taksiran persalinan : 04 November 2019

4) Keluhan – keluhan pada :

Trimester 1 : Ibu mengeluh mual


Trimester 2 : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

e. Pergerakan anak pertama kali : ± pada usia kehamilan 4

bulan.

f. Pergerakan anak dalam 24 jam terakhir : ± 10 kali

g. Keluhan yang dirasakan

Rasa Lelah : Tidak ada

Mual dan muntah yang lama : Tidak ada

Nyeri perut : Tidak ada

Panas, menggigil : Tidak ada

Sakit kepala berat/ terus menerus : Tidak ada

Penglihatan kabur : Tidak ada

Rasa nyeri/ panas waktu BAK : Tidak ada

Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : Tidak ada

Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada

Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada

Oedem : Tidak ada

h. Pola sehari – hari

No Pola Sehari – hari Sebelum Hamil Saat Hamil

1 Pola Nutrisi
A. Makan

Frekwensi 2 kali/hari 2-3 kali/ hari


Jenis makanan Ibu biasa makan Ibu biasa makan
nasi 1 piring, dengan nasi 1-2
sayuran dan lauk piring, sayuran,
lauk pauk dan
daging dagingan

Makanan Tidak ada Tidak ada makanan


pantangan makanan pantangan.
pantangan
B. Minum

Jenis minum Air putih Air putih,


Frekwensi Air putih : ± 6 Air putih : ± 6
gelas/hari gelas/ hari.

2. Pola Eliminasi
A. BAK

Frekwensi 3 kali/hari 3-5 kali/ hari


Warna Jernih Kekuningan

B. BAB

Frekwensi 1x/ hari 1x/ hari


Konsistensi Tidak keras Tidak keras
Warna Kecoklatan Kecoklatan

3. Pola istirahat dan Ibu biasa tidur Ibu biasa tidur


tidur malam ± 6 jam, malam ± 5 jam, dan
dan tidur siang ± tidur siang ± 1jam
30 menit

4. Personal Hygiene Ibu biasa mandi Ibu biasa mandi 1-2


Mandi 1 kali/ hari. kali/ hari.
Ibu biasa gosok Ibu biasa gosok
Gosok gigi gigi 1 kali/ hari. gigi 2 kali/ hari.
Ibu biasa Ibu biasa keramas
Keramas keramas 1 kali/ 2 2kali/ minggu.
Hari Melakukan saat
Perawatan Tidak dilakukan mandi dengan baby
payudara oil.
Ibu melakukan
Ibu melakukan perawatan vulva
Perawatan Vulva perawatan vulva ketika BAK.
ketika BAK.

5. Pola aktivitas Ibu biasa Ibu biasa


mengerjakan mengerjakan
pekerjaan rumah pekerjaan rumah
tangga dan tidak tangga dan tidak
ada kesulitan ada kesulitan saat
saat beraktifitas. beraktifitas.
6. Pola seksual 2-3 kali dalam 2 kali dalam
seminggu, tidak seminggu, tidak
ada keluhan ada keluhan.
i. Imunisasi TT terakhir : TT 2

TT 1 tanggal 22 Maret 2019 Usia kehamilan 8 Minggu

TT 2 tanggal 22 Juli 2019 Usia Kehamilan 20 minggu

j. Kontrasepsi yang pernah digunakan : Ibu terakhir

menggunakan KB suntik 3 bulan, alasan berhenti karena

ingin memiliki anak.

k. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita

Jantung : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

Asma/TBC : Tidak ada

Hepatitis : Tidak ada

D . M. : Tidak ada

Hipertensi : Tidak ada

Epilepsi : Tidak ada

Anemia : Memiliki riwayat penyakit anemia

Lain – lain : Tidak ada

l. Riwayat penyakit keluarga.

Jantung : Tidak ada

Hipertensi : Tidak ada

D. M . : Tidak ada

m. Riwayat Sosial.

Perkawinan

Kehamilan ini : Direncanakan

Perasaan tentang kehamilan ini : ibu dan keluarga merasa

senang atas kehamilan ini


Status perkawinan : sah

Kawin : Pertama

Kawin 1 : Umur : 16 Tahun, dengan suami umur :

31 Tahun

Lamanya : 6 Tahun, Anak : 1 Orang

n. Data Sosial

1) Persiapan perlengkapan persalinan : ibu sudah belum

menyiapkan peralatan persalinan

2) Persiapan komplikasi persalinan :

Pendonor Darah : suami

Biaya persalinan : sudah di siapkan

Persiapan transportasi untuk persiapan rujukan : Mobil

Siapa penolong persalinan : Bidan

Dimana tempat melahirkan : Puskesmas.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran umum

Kesadaran umum : Composmentis

Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 100/60 mmHg Nadi : 81x/ menit

Respirasi : 20x/menit Suhu :36,7

celscius

Tinggi Badan : 158 Cm.

Berat badan : 75 Kg
Berat badan sebelum hamil : 68 Kg

IMT : 27,3 ( kelebihan berat badan).

Rekomendasi kenaikan berat badan dengan IMT tinggi (26 – 29)

yaitu 7 – 11,5 kg.

Kenaikan berat badan selama masa kehamilan : 8 Kg.

b. Kepala

Rambut : Bersih, distribusi rambut merata dan tidak rontok.

Muka : Oedem : tidak

Mata : Konjungtiva : Pucat. Sklera mata : Putih.

Mulut & gigi : mulut tidak pucat, bersih, tidak ada caries gigi.

c. Leher

Jugular Venous pressure : Tidak ada peningkatan.

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan.

Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran.

d. Dada dan Payudara.

1) Dada

Jantung : Bunyi jantung reguler.

Paru : Bunyi paru normal.

2) Payudara.

Bentuk : Simetris.

Kebersihan : Bersih

Putting susu : Menonjol pada payudara kiri dan kanan.

Pengeluaran : Tidak ada pengeluaran.

Rasa Nyeri : Tidak ada nyeri.

Bekas luka : Tidak ada


Benjolan : Tidak ada benjolan.

Striae : tidak terdapat striae pada payudara

Keadaan : Normal

e. Pemeriksaan Kebidanan

Abdomen

a. Inspeksi :Membesar : Terdapat Pembesaran abdomen

Strie : Terdapat striae gravidarum.

Bekas Luka : Tidak ada

Oedem : Tidak ada

Acites : Tidak ada

Kelainan lain : Tidak ada

b. Palpasi

TFU Mc.Donald: 30 Cm

Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting.

Leopold II : Teraba panjang, keras seperti papan

pada perut bagian kiri ibu, dan teraba bagian-bagian

kecil pada perut kanan ibu.

Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting, dan

tidak dapat digoyangkan.

Leopold IV :Convergent.
Perlimaan : 4/5 (Sulit digerakkan, bagian terbesar

kepala belum masuk panggul)

Taksiran Berat badan Anak ( TBA ) : 2.945 gram

c. Auskultasi

DJJ : Punctum Maksimum : 3 jari di bawah pusat

Tempat : Kuadran kanan bawah.

Frekwensi :143 ×/menit, teratur.

f. Ekstremitas Atas dan Bawah

1) Atas.

Kebersihan : Bersih

LILA : 26 cm

2) Bawah : Tidak oedem, tidak ada varices

Reflek patella : +/+

g. Genetalia

a. Vulva / Vagina

Oedem : Tidak ada

Keadaan : Tidak ada kelainan

Varices : Tidak ada

Pengeluaran pervaginam : Tidak ada

b. Kelenjar Bartholini

Pembengkakan : Tidak ada

Rasa nyeri : Tidak ada


c. Perineum

Luka Parut ( keadaan ) : Tidak ada

d. Kelainan lain :Tidak ada

C. ANALISA DATA

G2P1A0 Gravida 38 minggu 1 hari janin hidup tunggal intrauterin presentasi

kepala.

D. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu dan

janin dalam keadaan baik mengenai hasil pemeriksaan bahwa usia

kehamilan ibu saat ini 38 minggu secara keseluruhan keadaan ibu dan

janin baik, ibu mengerti dan tampak senang dengan hasil pemeriksaan.

2. Memberikan ibu tablet Fe sebanyak 1 kaplet di minum 1x1 perhari untuk

mencegah anemia dan persiapan persalinan sehingga mencegah

perdarahan. Ibu mengerti dan mau meminumnya.

3. Menyarankan ibu untuk mengosumsi makanan yang banyak

mengandung zat besi seperti Ati ayam dan sayuran hijau contohnya

bayam dan brokoli dan buah yang banyak mengandung vitamin C untuk

meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh seperti: jeruk,

strawbery, pepaya. Ibu mengerti dan akan mengkonsumsinya demi

kesehatan ibu dan bayinya

4. Mengingatkan pada ibu tentang tanda-tanda akan dimulainya

persalinan, seperti: mules yang semakin kuat dan sering, keluar lendir

bercampur darah dari jalan lahir, keluar cairan dari jalan lahir tanpa

disadari, dan apabila ibu mengalami hal tersebut segera datang ke

fasilitas kesehatan, ibu memahaminya dan tampak bersemangat.


5. Menyarankan ibu untuk melakukan senam hamil.untuk mendukung

kelancaran persalinan ibu, karena Kelancaran proses persalinan ada

berhubungan bermakna dengan pelaksanaan senam hamil. Para ibu

yang mengikuti senam hamil terbukti dapat melalui proses

persalinannya dengan lancar dan lebih cepat dibandingkan yang tidak

mengikuti senam hamil.

6. Memberitahu kunjungan ulang 1 minggu kemudian (tanggal 31 Oktober

2019) atau segera kembali jika ada keluhan dan ada tanda-tanda

persalinan, maka ibu bisa kapan saja datang ke fasilitas kesehatan, ibu

mengerti dan mengatakan akan segera kembali jika ada keluhan atau

telah muncul tanda-tanda persalinan.


PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

PERIODE ANTENATAL (PEMERIKSAAN LANJUTAN)

PADA NY. R USIA 22 TAHUN G2P1A0 USIA KEHAMILAN 39 MINGGU

Nama Pasien : Ny. R Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Ruangan : Pemeriksaan Kehamilan

NO TANGGAL / JAM CATATAN BIDAN

1. 1 November 2019 S : Tidak ada keluhan.

10.30 WIB O : A.Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Kesadaran : Composmentis

Tanda-Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit, R : 21x/menit, S: 36,3

2. Kepala

Mata : tidak pucat, sklera putih

Mulut dan Gigi : bersih, tidak ada caries.

Leher :

a. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

b. Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid

3 Payudara

Bentuk normal, simetris, puting menojol,

Tidak ada massa, tidak ada benjolan

Pengeluaran ASI +

4.Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada bekas luka oprasi

b. Palpasi

TFU : 30 Cm

Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting

Leopold II : teraba keras lebar pada perut

bagian kiri ibu, dan teraba bagian bagian

kecil pada perut kanan ibu

Leopold III : teraba bagian bulat keras

Leopold IV : Konvergent

Perlimaan : 4/5 (Sulit digerakkan, bagian

terbesar kepala belum masuk panggul)

TBJA : 2.945 gram

c. Auskultasi : DJJ : 142 x/ menit

B. Pemeriksaan Penunjang

Hb : 11,2 gr/dl.

A:G2P1A0 Usia kehamilan 39 Minggu janin hidup

tunggal intrauterin presentasi kepala

P:

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu

bahwa keadaan ibu dan janin dalam keadaan

baik mengenai hasil pemeriksaan bahwa usia

kehamilan ibu saat ini 39 minggu secara

keseluruhan keadaan ibu dan janin baik, ibu


mengerti dan tampak senang dengan hasil

pemeriksaan. Ibu tampak senang.

2. Menyarankan ibu untuk tetap melakukan

senam hamil. untuk mendukung kelancaran

persalinan ibu, karena Kelancaran proses

persalinan ada berhubungan bermakna

dengan pelaksanaan senam hamil. Para ibu

yang mengikuti senam hamil terbukti dapat

melalui proses persalinannya dengan lancar

dan lebih cepat dibandingkan yang tidak

mengikuti senam hamil. Mengingatkan pada

ibu tentang tanda-tanda akan dimulainya

persalinan, seperti: mules yang semakin kuat

dan sering, keluar lendir bercampur darah dari

jalan lahir, keluar cairan dari jalan lahir tanpa

disadari, dan apabila ibu mengalami hal

tersebut segera datang ke fasilitas kesehatan,

ibu memahaminya dan tampak bersemangat.

3. Menanyakan kembali dan mengingatkan ibu

tentang persiapan persalinan, seperti : pakaian

ibu dan bayi, asuransi serta kelengkapan surat

surat BPJS, transportasi, orang yang sama

golongan darahnya dengan ibu adalah ibu dari

Ny. B, ibu sudah mempersiapkannya.


4. menganjurkan ibu untuk segera kembali jika

merasakan adanya tanda tanda persalinan

seprti yang sudah di jelaskan.

5. melakukan pendokumentasian
BAB IV

IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi masalah diagnose dan masalah

1. Periode antenatal

a. Antenatal kunjungan pertama tanggal 25 Oktober 2019

Diagnose : G2P1A0 Gravida 38 minggu 1 hari janin hidup tunggal

intrauterin presentasi kepala.

Masalah : Tidak ada

b. Antenatal kunjungan kedua tanggal 1 November 2019

Diagnose : G2P1A0 Usia kehamilan 39 Minggu janin hidup

tunggal intrauterin presentasi kepala.

Masalah : tidak ada

B. Pembahasan

1. Periode Antenatal

Ny. R kontak pertama dengan penulis pada tanggal 25 Oktober

2019, untuk melakukan kunjungan kehamilan. Berdasarkan hasil

pemeriksaan kepada ny.R didapatkan diagnose.

Diagnose : G2P1A0 Gravida 38 minggu 1 hari janin hidup tunggal

intrauterin presentasi kepala.

Masalah : Tidak ada

a. Asuhan yang diberikan

Berdasarkan pengkajian yang di lakukan Ny.B melakukan

pemeriksaan kehamilan sebanyak 12 kali yaitu (berdasarkan buku

KIA) :
- Kunjungan 1 pada tanggal 23 Maret 2019 pada usia kehamilan 8

minggu

- Kunjungan 2 pada tanggal 20 April 2019 pada usia kehamilan 12

minggu

- Kunjungan 3 pada tanggal 21 Mei 2019 pada usia kehamilan 16

minggu

- Kunjungan 4 pada tanggal 22 Juni 2019 pada usia kehamilan 20

minggu.

- Kunjungan 5 pada tanggal 20 Juli 2019 pada usia kehamilan 24

minggu.

- Kunjungan 6 pada tanggal 19 Agustus 2019 pada usia kehamilan

28 minggu.

- Kunjungan 7 pada tanggal 16 September 2019 pada usia

kehamilan 32 Minggu.

- Kunjungan 8 pada tanggal 30 september 2019 pada usia

kehamilan 34 Minggu.

- Kunjungan 9 pada tanggal 14 Oktober 2019 pada usia kehamilan

36 Minggu.

- Kunjungan 10 pada tanggal 25 Oktober 2019 pada usia

kehamilan 38 minggu.

- Kunjungan 11 pada tanggal 1 November 2019 usia kehamilan 39

minggu. (berdasarkan buku KIA)

Asuhan yang diberikan kepada Ny. B berdasarkan standar asuhan

kehamilan 10 T yaitu :
1) Mengukur tinggi badan ibu, di dapatkan hasil tinggi ibu 158

cm. Dalam batas normal.

2) Mengukur berat badan ibu, di dapatkan hasil pada saat

pemeriksaan 75 kg dan pada sebelum hamil yaitu 68 kg.

sehingga di dapatkan hasil IMT 27,3 (berat badan berlebih)

3) Mengukur tekanan darah, di dapatkan hasil 100/60 mmHg.

Dari hasil pemeriksaan ibu di katakan rendah tekanan

darahnya.

4) Mengukur tinggi fundus uteri, di dapatkan TFU 30 cm. Pada

usia kehamilan ibu yang menginjak 38 minggu dengan TFU

30 cm .

5) Pemeriksaan Hb, di dapatkan hb ibu sebesar 11,3 gr/dl.

(pada tanggal 14 Oktober 2019)

6) Pemeriksaan protein urin, didapatkan hasil negatif.

7) Pemeriksaan VDRL. Di puskesmas jayagiri di lakukan

pemeriksaan tes HIV/AIDS dan sifilis, di dapatkan hasil ibu

negatif dari penyakit tersebut

8) Pemeriksaan reduksi urin atau glukosa, didapatkan hasil

negatif.

b. Penatalaksanaan menurut teori

Berdasarkan pemeriksaan yang telah di berikan pada Ny.

R maka kunjungan yang telah di lakukan sesuai dengan standar

kunjungan minimal 4 kali menurut Dapatermen Kesehatan

RI(2015). Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah untuk

mengidentifikasi adanya komplikasi dan mempertahankan


kehamilan yang aman. Asuhan yang diberikan yaitu 8T

berdasarkan standar asuhan kehamilan. Tidak dilakukan 10T

karena ibu telah dilakukan suntuk TT sebanyak 2 kali dalam

kehamilannya kali ini. tidak di lakukan perawatan payudara karena

ibu sudah mengetahuinya .Asuhan yang diberikan sudah sesuai

dengan ketentuan Dapatermen Kesehatan RI(2015).

c. Kesesuaian asuhan kebidanan yang diberikan berdasarkan konsep

teori

Berdasarkan asuhan yang diberikan oleh penulis sudah sesuai

dengan ketentuan Dapatermen Kesehatan RI(2015) yaitu

melakukan asuhan 10T pada kehamilan.


DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S. 2017. Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan, Bandung ; Erlangga.

Dinas Kesehatan RI . 2016. Profil Kesehatan Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan RI . 2017. Profil Kesehatan Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2018. Profil Kesehatan Kota Bandung 2017.

Bandung Jawa Barat.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2016. Profil Kesehatan

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROV

INSI_2016/12_Jabar_2016. Di unduh pada tanggal 18 November 2019

Hani, U. 2016. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis.Jakarta : salemba

medika.

Hermanto, 2013. Hubungan indeks masa tubuh dan peningkatan berat badan

saat kehamilan dengan preeklamsi. Skripsi. Manado: Fakultas kedokteran

Unsrat.

Irianti, dkk. 2015. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto.

Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Prawirohardjo, S. (2014 ). Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Pusat Data dan Informasi Kesehatan Republik Indonesia.2014. Profil Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Puskesmas Jayagiri. 2019. Laporan Puskesmas DTP Jayagiri.

Varney, H., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai