Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kista ovarium termasuk tumor jinak yang terbungkus oleh selaput

semacam jaringan, bentuknya kistik dan ada pula yang berbentuk seperti

anggur yang berisi udara, cairan kental maupun nanah. Pembesaran tumor

dalam waktu singkat 20-30% kista dapat memicu tumbuhnya keganasan

seperti kanker ovarium yang merupakan penyebab kematian terbanyak

dari semua kanker ginekologi. Dimana penyakit ini juga salah satu

penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas terhadap wanita.

(http://www.anggrekcommunity.blogsone.com,2008 )

Kista ovarium merupakan tumor paling sering ditemui pada wanita

dibanding jenis tumor ovarium lainnya. Hal tersebut ditandai dengan jumlah

penderita kista ovarium sampai saat ini semakin meningkat dari hari ke hari.

Peningkatan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan serta kesadaran

mereka untuk memeriksakan diri terutama melalui pemeriksaan Diagnostic

Ultrasonografi (USG). Hingga kini belum diketahui secara pasti faktor-faktor

penyebab tumbuhnya kista pada tubuh seorang wanita, namun ada pendapat

bahwa terbentuknya kista ovarium disebabkan oleh gagalnya sel telur (folikel)

untuk berovulasi. (http://www.anggrekcommunity.blogsone.com.online,2008)


2

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2005

memperkirakan lebih dari 70.000 terdiagnosis menderita kista ovarium. Di

Amerika Serikat 23%, Jepang 15%, Belanda 35%, China 18,3%, dan di

Indonesia 16%. Angka kejadian yang tinggi ini pada awalnya disebabkan oleh

penyakit yang bersifat asimtomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila

sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut.

(http://www.republika.co.id.online,2008 )

Dari beberapa penelitian di Indonesia seperti Kartodimejo di Yogyakarta

tahun 2001 mendapatkan angka kejadian kista ovarium sebesar 30,5%,

Gunawan di Surabaya pada tahun 2001 mendapatkan kejadian kista ovarium

sebesar 121,5% dan Toni Sumatera Utara pada tahun 2005 melaporkan

sebesar 33,5% dari seluruh keganasan ginekologi.

(http://www.republik.co.id,2008 )

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari Dinas Kesehatan Propinsi

Sulawesi Selatan pada tahun 2007 sebanyak 92 penderita. Sedangkan data

yang diperoleh dari Medical Record di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia

Makassar pada tahun 2007 sebanyak 58 penderita.

Risiko yang paling ditakuti dari kista ovarium yaitu mengalami degenerasi

keganasan, disamping itu bisa mengalami torsi atau terpelintir sehingga

menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi. Oleh karena itu, masalah

kista ovarium merupakan masalah penting yang menyangkut kualitas

kesehatan reproduksi wanita. Sehingga kista ovarium memerlukan

penanganan yang profesional dan multidisiplin. Berdasarkan kejadian diatas


3

penulis tertarik untuk membahas secara spesifik mengenai kista ovarium

melalui karya tulis ilmiah dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada

Ny. “R” dengan Kista Ovarium di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia

Makassar Tanggal 04 s.d 08 Agustus 2008.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Pendekatan ruang lingkup penulisan adalah studi kepustakaan dengan

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. “R” Dengan Kista Ovarium di

Rumah Sakit Tingkt II Pelamonia Makassar tanggal 04 s.d 08 Agustus 2008.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny. “R” dengan Kista Ovarium di

Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar tanggal 04 s.d 08 Agustus

2008 dengan menerapkan manajemen kebidanan sesuai dengan wewenang

bidan

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian dan analisis data pada Ny. “R” dengan Kista

Ovarium di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar tanggal 04

s.d 08 Agustus 2008.

b. Mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual pada Ny. “R” dengan Kista

Ovarium di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar tanggal 04

s.d 08 Agustus 2008.


4

c. Mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada Ny. “R” dengan Kista

Ovarium di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar tanggal 04

s.d 08 Agustus 2008.

d. Mengevaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi guna pemecahan

masalah pada Ny. “R” dengan Kista Ovarium di Rumah Sakit Tingkat

II Pelamonia Makassar tanggal 04 s.d 08 Agustus 2008.

e. Merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Kista

Ovarium di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar tanggal 04

s.d 08 Agustus 2008.

f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Kista

Ovarium di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar tanggal 04

s.d 08 Agustus 2008.

g. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada

Ny. “R” dengan Kista Ovarium di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia

Makassar tanggal 04 s.d 08 Agustus 2008.

h. Mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam asuhan

kebidanan yang telah dilaksanakan pada Ny. “R” dengan Kista

Ovarium di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar tanggal 04

s.d 08 Agustus 2008.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Praktis
5

Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi dalam

memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan acuan bagi

penulis selanjutnya.

2. Manfaat Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan di akademi kebidanan

makassar dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

3. Manfaat Bagi Penulis

a. Merupakan kontribusi pemikiran bagi penulis dalam proses penerapan

ilmu pengetahuan yang telah diperoleh khususnya tentang asuhan

kebidanan pada penderita kista ovarium.

E. Metode Penulisan

Dalam menyusun karya tulis ini, metode yang digunakan adalah :

1. Studi Kepustakaan

Mempelajari berbagai literatur yang ada hubungan dengan kista ovarium

antara lain : membaca buku dari berbagai sumber, mengakses melalui

internet dan mempelajari karya tulis yang ada.

2. Studi Kasus

Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan pemecahan

masalah melalui manajemen asuhan kebidanan yang meliputi :

pengumpulan data, mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual,

mengantisipasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan

segera/kolaborasi, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta


6

mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada klien

dengan kista ovarium.

Untuk memperoleh data yang akurat maka penulis menggunakan

tehnik :

a. Anamnese

Penulis melakukan tanya jawab dengan klien, suami, maupun

keluarganya yang dapat membantu dalam memberikan

keterangan/informasi yang dibutuhkan dalam pemberian asuhan

kebidanan.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala

sampai kaki (head to too) meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan

perkusi.

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan diagnostik lainnya seperti ultra sonografi (USG), elektro

kardiografi (EKG), foto rontgen dan lain-lain.

d. Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial dilakukan meliputi pengkajian status

emosional, respon terhadap kondisi yang dialami serta pola interaksi

dengan keluarga, petugas, kesehatan dan lingkungan.

3. Studi Dokumenter
7

Mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari catatan dokter,

bidan, perawat, petugas laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang

lainnya.

4. Diskusi

Penulis melakukan tanya jawab dengan dokter, bidan dan perawat yang

menangani langsung klien tersebut serta mengadakan diskusi dengan

dosen pembimbing karya tulis ilmiah.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Tujuan Penulisan

D. Manfaat Penulisan

E. Metode Penulisan

F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kista Ovarium

1. Definisi Kista Ovarium

2. Etiologi

3. Klasifikasi

4. Patofisiologi

5. Gejala

6. Manifestasi Klinik
8

7. Komplikasi

8. Diagnosis

9. Test Diagnostik

10. Penanganan

a. Penanganan Pre Operasi

b. Penanganan Post Operasi

B. Tinjauan umum tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Asuhan Keperawatan

2. Tahapan Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

BAB III STUDI KASUS

A. Langkah I : Pengumpulan dan Analisa Data Dasar

B. Langkah II : Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

C. Langkah III : Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial

D. Langkah IV : Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi

E. Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

F. Langkah VI : Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

G. Langkah VII : Evaluasi

H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas tentang kesenjangan antara teori dengan praktek

Asuhan Kebidanan Pada Ny. “R” Dengan Kista Ovarium Di Rumah

Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar.


9

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kista Ovarium

1. Definisi Kista Ovarium

a. Kista ovarium adalah tumbuhnya jaringan abnormal yang jinak berisi

zat cairan yang kental yang berada pada sistem reproduksi yaitu.

ovarium (wiknjosastro. H, 2005, hal. 335)

b. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi

semi solid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium.

(http://www.medicinandlinux.online,2008 )

c. Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada

indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh

semacam selaput yang terbentuk dari lapisan telur dari ovarium.

(http://www.tengkuarhamazhari.online,2008 )

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa kista ovarium

adalah tumbuhnya jaringan abnormal yang berisi cairan yang

dibungkus semacam selaput, yang tumbuh pada sistem reproduksi atau

sekitar ovarium.

2. Etiologi

Penyebab kista ovarium belum diketahui secara pasti, diduga sebagian

besar disebabkan oleh perubahan kadar hormon pada hipothalamus,

hipofise, atau ovarium itu sendiri, merupakan faktor penyebab terjadinya


11

kista ovarium. Kista indung telur/ovarium timbul dari folikel yang tidak

berfungsi selama siklus menstruasi. Mengakibatkan gangguan pada proses

menstruasi (gagalnya folikel berovulasi).

(http://www.Blogdokter.online,2008 )

Seorang wanita mempunyai faktor resiko lebih besar menderita kista

ovarium apabila haid pertama (menarche) lebih lambat, tidak pernah atau

sulit hamil, memiliki riwayat keluarga menderita kista ovarium (faktor

genetik), menderita Ca mammae dan kolon.

(http://www.RS.KangkerDharmais.online,2008 )

Kista ovarium dipengaruhi oleh berbagai macam tipe diantaranya yang

paling sering ditemukan adalah tipe folikuler yang merupakan tipe kista

ovarium yang pertumbuhannya di pengaruhi oleh folikel ovarium yang

tidak terkontrol, dimana folikel ini adalah suatu rongga cairan yang

manual terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal folikel yang berisi

sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur,

namun pada beberapa kasus folikel ini tidak terbuka sehingga

menimbulkan cairan yang terbendung dan nantinya akan menjadi kista.

(http://TengkuArhamAzhari.online,2008 )
12

3. Klasifikasi

Tidak ada klasifikasi untuk kista dan tumor ovarium yang memuaskan

benar disebabkan karena kompleksnya pertumbuhan-pertumbuhan baru

ovarium dan karena beberapa perbedaan diantara tumor-tumor ovarium itu

yang hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan histologik. Secara garis

besar tumor ovarium terbagi 2 yaitu tumor non neoplastik (bersifat jinak)

dan tumor neoplastik (bersifat jinak/benigna dan ada juga bersifat

ganas/maligna). Tumor neoplastik jinak ada yang berbentuk kistik (cair)

dan ada yang solid/padat. (Wiknjosastro.H, 2005, Hal. 335)


13

Berikut dipresentasikan satu klasifikasi dan proporsi kista dan tumor

ovarium jinak dalam bentuk tabel 1 (Liewellyn D. Jones, 2002, Hal. 266).

Klasifikasi Kista dan Tumor Ovarium Jinak


Insiden

Tumor (jinak) Sifat Asal sel Tipe Proporsional

(%)
Kista fungsional Non Folikel Kistik 24

(folikel, neoplastik normal

konpuslateum)
Kista adinoma Neoplastik Epitelium Kistik 20

musinosa coelomik
Kista adenoma Neoplastik Epitelium Kistik 20

serosa coelomik
Teratoma (kista Neoplastik Oogonia Kistik 15

dermoid)
Endometrioma Neoplastik Endometrium Kistik 10

ektopik
Fibrioma Neoplastik Mesenkim Solid 5

(termasuk tumor

brenner)
Sumber : Liewellyn, D. Jones, 2002. Hal 226

a. Kista fungsional

1) Kista folikel adalah pembesaran folikel graff yang tidak pecah dan

terus-menerus mengeluarkan cairan. Kista ini biasanya unilaterd

dan berdiameter < 5 cm. Sel-selnya dapat mensekresi estrogen atau


14

relatif tenang. Karena itu, gejalanya bervariasi, siklus menstruasi

mungkin menunjang dan mungkin menoragia atau mungkin

siklusnya normal atau lebih pendek.

Gambar 1. Kista Follikel

Sumber : Liewellyn, D, 2001, hal. 266

2) Kista folikel multipel dapat terjadi setelah penggunaan klomifen

atau gonadatropin untuk menginduksi ovulasi.

3) Kista luteum terjadi ketika korpus luteum bertahan hidup dan

tumbuh terus dan tidak berdegenerasi ketika implantasi gagal

berlangsung.

4) Kista lutein teka terjadi ada penyakit trofoblastik gestasional.

b. Kistadenoma musinosa

Kista ini paling sering terjadi pada usia 35-55 tahun. Dapat tumbuh

sangat besar dan multilokular, biasanya unilateral dan jarang menjadi

maligna. Dinding kista dibentuk oleh sel kolumnar tinggi yang masing-

masing mempunmyai nukleus pada bagian basal dan musin sitoplasma.

Musin terus-menerus disekresikan ke dalam kista sehingga dindingnya


15

menjadi tegang. Sering bagian dinding menonjol keluar dan terbentuk

lekukan pada leher, tempat penonjolan leher ini dapat mengalami

oklusi, sehingga membentuk anak kista. Kadang-kadang kista dapat

ruptur dan melepaskan sel-sel musin, yang mungkin melekat pada

peritoneum dan omemntum sehingga menyebabkan akumulasi musin

intrapertoneal. (PseundomiksomaPeritonel)

Gambar 2. Kista Musinosa

Sumber : Liewellyn, hal. 356

c. Kistadenoma serosa

Kista ini juga lebih sering ditemukan pada wanita berusia 35-55

tahun. Kista dilapisis oleh epitelium kuboid, seperti sel pada tuba

uterine, sel ini mensekresi cairan encer seperti air, tetapi jumlahnya

tidak banyak akibatnya tegangan di dalam kista rendah dan sel epitelial

berproliferasi membentuk papiloma intra kista. Pada beberapa kasus

sel menembus dinding kista membentuk tonjolan-tonjolan papila


16

keluar. Kistadenoma serosa adalah uni atau parvilakular dan bilateral

pada 30 persen kasus. Tumor ini hanya tumbuh sampai ukuran sedang

saja. Perubahan ke arah maligna terjadi pada sepertiga kasus, biasanya

terjadi pada wanita berusia 50 tahun.

Gambar 3. Kistadenoma Serosa

Sumber : Liewellyn, D 2001 Hal 268

d. Teratoma (Kista dermoid)

Berasal dari sel germinal, teratoma relatif sering dijumpai. Kista ini

mengandung elemen epitelial mesodermal dan endoterial. Karena itu

dermoid dapat berisikan rambut, gigi dan materi seperti bubur dari

kelenjar sebasen. Tumor ini bilateral pada 10 persen kasus. Terutama

dapat terjadi pada setiap golongan umur, tetapi kebanyakan ditemukan

pada wanita berusia antara 20 dan 40 tahun. Temuan ini dapat

dikonfirmasi dengan pemeriksaan ultrasonografi atau radiologi.


17

Gambar 4.Teratoma (Kista Dermoid)

Sumber : Liewellyn, D 2001 Hal 268

e. Endometrioma

Tumor ovarium ini (kista-kista cokelat) biasanya bersamaan

dengan adanya bukti endometriosis lain dan jarang menjadi maligna.

f. Fibrioma

Tumor ini seluruhnya dapat merupakan jaringan ikat atau dapat

ditemukan bersamaan dengan kistadenoma serosa, atau dengan tumor

brenner yang jarang. Fibroma biasanya kecil dan bilateral pada 10

persen kasus. Fibroma jarang disertai dengan hidrotoraks dan asites

(sindroma meigs).
18

Gambar 5. Kista Fibrioma

Sumber : Manuaba.

4. Patofisiologi

Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat

merupakan pembesaran sederhana, konsitensi ovarium normal, folikel

degraff atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat

pertumbuhan abdomen dari epitelium ovarium. (Suzenne C. Zmeltzer,

RN, EdD, FAAN. 2001. Hl 1556)

Seorang wanita mempunyai 2 indung telur atau ovarium yaitu pada

sisi kanan dan kiri. Setiap ovarium tersebut terdiri dari epitelium

coelomik, oosit yang berasal dari primitive germ cell, elemen


19

mesenkim yang membentuk medula (Liewellyn D. Jones, 2002, Hal.

266). Ukuran normalnya sebesar biji kenari, setiap indung telur berisi

ribuan telur atau ovum yang masih muda yang disebut folikel. Setiap

bulan folikel tersebut membesar dan satu diantaranya membesar sangat

cepat dan menjadi telur atau ovum yang matang. Pada peristiwa

ovulasi, ovum yang matang ini keluar dari ovarium dan bergerak ke

uterus melalui tuba fallopi, ovum yang matang ini keluar dari ovarium

tidak dibuahi, maka folikel akan mengecil dan menghilang dalam

waktu 2-3 minggu dan akan sterus berulangs sesuai siklus haid pada

seorang wanita. Jika ada gangguan pada proses siklus ini maka akan

terjadi apa yang disebut kista.

(http://www.suaramerdeka.com.online,2008 )

Kista-kista ini terdiri dari folikel-folikel pra ovulasi yang telah

mengalami atresia (degenerasi). Pada sindrom ovarium pada kista,

ovarium utuh dan responsif terhadap FSH dan LH tetapi tidak terjadi

ovulasi. Kadar FSH di bawah normal, sepanjang stadium folikular daur

haid. Kadar lebih tinggi dari pada normal, tetapi tidak memperlihatkan

lonjakan. LH yang terus-menerus tinggi meningkatkan pembentukan

androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenalin. Folikel

ovulasi berdegenerasi dan membentuk kista. Jaringan ovarium sangat

dinamik, dipengaruhi oleh rangsang abnormal sejak dari masa pubertas

hingga menopause. Hal ini merupakan alasan mengapa banyak kista

tumor jinak timbul di ovarium. (Corwin. E. J, 2000, Hal. 649)


20

5. Gejala

Kebanyakan tumor atau kista ovarium tidak bergejala, sebagian

besar gejala adalah akibat dari pertumbuhan, aktifitas endokrin atau

komplikasi tumor. (http://www.blogdokter.online,2008 )

a. Akibat pertumbuhan

1) Pembesaran perut sebagai akibat adanya tumor atau kista dalam

perut bagian bawah.

2) Gangguan miksi yang diakibatkan oleh penekanan kandung

kemih.

3) Tekanan tumor yang lebih besar menimbulkan rasa berat dalam

perut, obstipasi, oedema tungkai, nafsu makan menurun dan

sesak.

b. Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali

jika tumor tersebut mengeluarkan hormon.

c. Komplikasi

1) Perdarahan kedalam kista bisa mengakibatkan nyeri perut

mendadak

2) Perputaran tangkai/torsi menimbulkan nyeri abdomen

mendadak.

3) Infeksi pada tumor menimbulkan gejala infeksi seperti badan

panas nyeri pada abdomen dan mengganggu aktifitas sehari –

hari.
21

4) Robekan dinding kista menyebabkan isi kista tampak kedalam

ruangan abdomen.

5) Degenerasi keganasan, sering dijumpai pada usia penderita

sebelum menarche dan diatas 45 tahun.

d. Sindrom Meings

Sindrom yang ditmukan oleh meings menyebutkan terdapat

fibroma ovarii, ascites dan hidrotoraks, tindakan yang di berikan

operasi fibroma ovarii maka sindrom ini akan menghilang dengan

sendirinya. (Wiknjosastro. H, 2005, Hal.347)

6. Manifestasi Klinik

Pada umumnya kista jenis ini tidak mencapai ukuran yang amat

besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan

tumor biasanya licin, sakan tetapi kista serosum pun berbentuk

multikuler meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih

keabu-abuan ciri khas ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam

rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan sebesar 5%. Isi

kista cair, kuning, kadang-kadang cokelat karena campuran darah.

Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan

pertumbuhan papiler (Solid Papiloma).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin

membedakan gambaran makroskopik kistadenoma serosum

spapileferum yang ganas dan yang jinak, bahkan pemeriksaan

mikroskopik tidak selalu memberikan kepastian. Pada pemeriksaan


22

mikroskopikpun terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik

atau epitel torek yang rendah dengan sitoplasma eosinofil dan inti yang

besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel

permukaan ovarium (germinal chitelium), maka bentuk epitel pada

papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas

bulu getah, seperti epitel tuba.

Pada jaringan epitel dapat ditemukan pengendapan kalsium

dan stromanya yang dinamakan psammoma. Adanya psammoma

biasanya menunjukkan bahwa kista adalah kistademoma ovarii

serosum papiliferum, tetapi tidak bahwa tumor ini ganas.

(Wiknjosastro. H, 1995, Hal. 358)

7. Komplikasi

Salah satu bahaya yang ditakuti ialah kista tersebut menjadi

ganas, sekalipun tidak semua kista mudah berubah menjadi ganas.

Berdasarkan kajian teoritik, kista fungsional yang sering terjadi sangat

jarang menjadi ganas. Sebaliknya kistadenoma yang jarang terjadi

tetapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun atau

kurang dari 20 tahun. Bahaya lain dari kista adalah terpuntir. Kejadian

ini akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan memerlukan

tindakan darurat untuk mencegah kista jangan sampai parah.

(http://www.suaramerdeka,2008 )

Dalam jangka waktu tertentu, kista terus tumbuh hingga

diameter mencapai puluhan centimeter. Sebenarnya tidak ada patokan


23

mengenai ukuran besarnya kista sehingga berpotensi untuk parah.

Pecahnya kista dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi rusak

dan menimbulkan terjadinya perdarahan yang dapat berakibat fatal.

(http://www.info_sehat.com.online,2008 )

8. Diagnosis

Beberapa ahli mencurigai kista ovarium berkaitan erat dengan

terjadinya kanker ovarium terutama wanita diatas 40 tahun dianjurkan

untuk melakukan pemeriksaan atau scrining atau deteksi dini terhadap

keganasan pada ovarium. Adapun faktor resiko lain yang dicurigai

adalah penggunaan alat kontrasepsi dan kemudian mengalami keluhan

saat menstruasi. Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada ovarium

adalah :

a. Torsi

b. Ruptur

c. Pendarahan

Bebarapa jenis kista berpotensi menjadi ganas adalah kista adenoma

ovarium (sudah dipostulasikan) sedangkan dermoid dan endometriosis

masih sedikit kemungkinan. Prognosis dari kista ovarium jinak sangat

baik karena dapat tumbuh dijaringan sisa ovarium atau di ovarium

kontra lateral.

9. Test Diagnostik

Apabila dirongga panggul ditemukan tomur, maka diteliti sifat –

sifatnya (besarnya, lokalisasinya, permukaannya, konsistensinya atau


24

dapat digerakan atau tidak). Apabila tumor itu adalah tumor ovarium

maka uterus akan teraba dengan sendirinya terpisah dari tumor.

Apabila terdapat garis tengah dalam rongga panggul bersifat kistik

sehingga perlu anamnese dan pemeriksaan yang lebih cermat. Setelah

dipastikan bahwa itu tumor selanjutnya tentukan sifatnya neoplastik

atau non neoplastik, tumor non neoplastik dalam anamnese akan

menunjukkan gejala – gejala misalnya : ada perlekatan dan tidak dapat

digerakkan, tidak besar dan menghilang dengan sendirinya.

a. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu

menegakkan diagnosis adalah :

1) Laparoskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah

tumor berasal dari ovarium atau tidak serta untuk menentukan

sifatnya, caranya pemeriksaan dengan peneropongan yang tipis

dan ringan dimasukkan kedalam pembedahan kecil dibawah

pusar dan kemudian menghisap cairan dari kista sebagai contoh

biopsy.

2) Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui letak dan batas

tumor serta apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau

kandung kemih, kistik atau soli. Pemeriksaan ini menggunakan


25

gelombang bunyi untuk melihat gambaran organ tubuh, melalui

dinding perut dan gunanya untuk mengetahui ukuran dari kista.

3) Foto Roentgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks

selanjutnya pada kista dermoid kadang – kadang dapat melihat

adanya gigi dalam tumor, menggunakan foto roentgen pada

pielogram intravena.

4) Parasintesis

Fungsi ascites berguna untuk menetukan sebab ascites dengan

cara menusukan kedalam suatu rongga dan perlu di ketahui

bahwa tindakan ini dapat mencemarkan kavum uteri

peritoneum dengan isi kista.

5) CA – 125

Pemeriksaan ini selain menggunakan sonograf juga melakukan

pemeriksaan kadar protein dalam darah dan hal ini dilakukan

pada wanita yang berada pada tahap resiko mengalami proses

keganasan pada ovarium.

b. Diagnosa banding

1) Tumor akibat radang

2) Kista endometrium

3) Tumor uterus

4) Kehamilan

10. Penanganan
26

a. Penanganan pre Operasi

Terapi kista ovarium bergantung dari beberapa faktor yaitu

ukuran dan jenis kista, umur dan kondisi kesehatan penderita,

rencana kehamilan dimasa depan, demikian juga dengan beratnya

gejala – gejala yang terjadi. Beberapa pilihan pengobatan yang

mungkin disarankan :

1) Pendekatan Wait and see

Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil

berovulasi teratur,tanpa gejala, dan hasil USG menunjukkan

kista berisi cairan, dokter tidak memberikan pengobatan apaun

untuk pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan

USG ulangan secara periodik (selang 2-3 siklus haid) untuk

melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga

menjadi pilihan bagi wanita pasca menopause jika kista berisi

cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.

2) Kontrasepsi

Jika terdapat kista fungsional yang digunakan untuk

mengecilkan ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga

mengurangi peluang pertumbuhan kista.

3) Pembedahan

Jika kista besar (diameter > 5 cm), padat, tumbuh atau tetap

selama 2-3 siklus haid, atau kista yang berbentuk iregular,

menyebabkan nyeri atau gejala-gejala berat, maka kista dapat


27

dihilangkan dengan pembedahan. Jika kista tersebut bukan

kanker, dapat dilakukan tindakan miomektomi untuk

menghilangkan kista dengan ovarium masih pada tempatnya.

Jika kista tersebut merupakan kanker, dokter akan

menyarankan tindakan histerektomi untuk pengangkatan

ovarium. (http://www.medicine.and.linux,2007 )

b. Penanganan Post Operasi

Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan dalam hal

perawatan pasca pembedahan adalah :

1) Perawatan luka pasca operasi

a) Balutan pada luka saat keluar dari kamar operasi harus

segera dibuka.

b) Bila memungkinkan klien dimandikan atau dilap diatas

tempat tidur.

c) Luka harus dikaji setiap hari dan sampai klien

diperbolehkan untuk pulang dari RS.

2) Nutrisi

Pemberian makanan dan minuman setelah klien flatus sudah

dapat mengkonsumsi makanan dan minuman pada saat 6 – 10

jam pasca operasi berupa minuman tetapi bila pemberian cairan

sudah dihentikan maka penderita sudah dapat makan bubur

hingga dapat makan seperti biasa. Tetapi dijumpai komplikasi

pada saluran pencernaan maka makanan tadi dihentikan karena


28

kemungkinan adanya kembung pada perut dan peristaltik yang

kurang baik pada usus.

3) Nyeri

Sejak penderita sadar dalam waktu 24 jam pertama maka rasa

nyeri akan terasa terutama daerah bekas bedah, untuk

mengurangihal itu maka klien diberikan obat – obatan anti sakit

dan penenang sehingga klien akan merasa lebih tenang.

4) Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan dalam beberapa tahap karena dapat

membantu proses penyembuhan kemajuan tekhnik mobilasasi

akan sangat berpengaruh pada keadaan klien tapi bila

ditemukan komplikasi maka hal ini dihentikan. Proses ini

dilakukan secara bertahap yaitu : Pada hari pertama klien

dianjurkan miring kekanan dan kiri, pada hari kedua klien

dianjurkan untuk posisi setengah duduk, sampai klien dapat

bergerak separti sedia kala, selain itu istirahat yang cukup akan

mempercepat proses penyembuhan.

5) Perawatan rutin

Hal – hal yang perlu diperhatikan baik – baik dalam perawatan

pemeriksaan rutin adalah :

a) Tanda – tanda vital yang meliputi : Tekanan darah (TD),

jumlah denyut nadi permenit (N), frekuensi pernapasan

permenit (P), dan suhu badan (S).


29

b) Jumlah Intake dan Out put

c) Pemeriksaan lain yang berkaitan dengan diagnosa klien

d) Konsultasi keadaan klien.

Gambar 6. Kista Ovarium Dextra

Sumber: (diagnosa post operasi)

B. Tinjauan umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang

logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. (Salmah,

2006 Hal 155)

2. Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan

a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)


30

pada langkah ini di kumpulkan semua data yang berkaitan dengn klien

secara akurat dari semua sumber. Untuk memperoleh data itu di

lakukan cara :

1. Anamnese

2. Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda

vital

3. Pemerisaan penunjang (pemeriksaan laboratorium).

b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)

Pada langkah ini dilakukan terhadap diagnosis atau masalah

berdasaran interpretasi yang benar atas data-data yang telah di

kumpulkan, sta dasar yang sudah terkumpul di interpretasikan

sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah spesifik dan

kemudian akan di kembangkan dalam suatu rencana asuhan yang

menyeluruh pada klien.

c. Langkah III (Identifikasi Diagnosa atau masalah potensial)

Langkah ini merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi

diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya

dan bila memungkinkan dilakukan pencegahan, bidan diharapkan

waspada dan mencegah kemungkinan terjadi masalah potensial itu dan

perlu melakukan asuhan yang aman.

d. Langkah IV ( Penetapan kebutuhan segera atau kolaborasi)

Pada langkah ini bidan perlu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan

segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain


31

yang berkaitan dengan keadaan klien dan bila perlu melakukan

tindakan darurat untuk menyelamatkan klien.

e. Langkah V (Penyusunan rencana tindakan / asuhan menyeluruh)

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan

ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya, rencana asuhan

yang menyeluruh ini tidak hanya meliputi apa yang sudah

diidentifikasi dari klien tetapi juga dari kerangka antisipasi terhadap

klien tersebut. Semua keputusan harus benar-benar valid berdasarkan

pengetahuan dan teori yang terbaru serta sesuai dengan asumsi tentang

apa yang dilakukan klien.


32

f. Langkah VI (pelaksanaan rencana tindakan / asuhan )

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien

dan aman. Implementasi dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian oleh tenaga kesehatan lain tetapi bidan bertanggung jawab

penuh untuk menyerahkan dan memastikan asuhan itu benar-benar

terlaksana.

g. Langkah VII (Mengevaluasi)

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah

diberikan. Hal ini dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah

terpenuhi dan mengatasi masalah, rencana efektif jika efektif dalam

pelaksanaannya. Ada kemungkinan efektif tetapi sebagian tidak

sehingga perlu melakukan evaluasi dan kemudian asuhan tersebut

diulang kembali dari awal serta melakukan penyesuaian terhadap

rencana tindakan karena mengingat proses asuhan kebidanan adalah

suatu proses yang berkesinambungan.

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan

a. Dokumentasi SOAP

Pengertian dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara petugas

kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan yang mencatat

tentang hasil prosedur pemeriksaan, pengobatan dan pendidikan kesehatan

kepada klien serta respon klien terhadap kegiatan yang dilakukan. Untuk

mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui

pemikiran yang sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu


33

1. Subyektif (S)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnase.

2 Obyektif (O)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien, hasil

laboratorium dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan yang menyeluruh.

3. Anamnese (A)

Menggambarkan pendokumentasian hasil asuhan analisis dan

interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi.

4. Planning (P)

Menggambarkan penatalaksanaan asuhan dan melakukan evaluasi

perencanaan berdasarkan assesment / analisis sebelumnya.

b. Penggunaan dokumentasi

Beberapa alasan mengapa penggunaan SOAP dalam dokumentasi

kebidanan

1. Merupakan kemajuan dalam perkembangan informasi yang sistematis

dan mengorganisasi penemuan dan kesimpulan menjadi suatu tindakan

rencana asuhan.

2. Metode ini merupakan intisari dari beberapa proses penatalaksanaan

kebidanan untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.

3. Merupakan urutan yang dapat membantu bidan dalam mengorganisasi

pikiran dan memberi asuhan yang menyeluruh.


34

4. Pencatatan ini sangat penting oleh karena :

a. Merupakan catatan yang bersifat permanen

b. Memfasilitasi berbagai bentuk asuhan yang diberikan

c. Berkesinambungan

d. Efektifitas

e. Dapat digunakan sebagai data rasional, keperluan riset, statistic

mortalitas dan morbiditas.

Tabel 2. Pola pikir manajemen kebidanan kompetensi bidan dan dokumentasi

SOAP
35

Alur Pikir Bidan Pencatatan dari


Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen Pendokumentasian


Kebidanan Asuhan Kebidanan

7Langkah Vaney 5 langkah (Kompentensi SOAP Notes


Bidan)

Data Data Subyektif


Obyektif
Masalah/diagnosa Assesment/ Assesment /
Diagnosa diagnosis
Antisipasi masalah
potensial/diagnosa
lain
Menetapkan
kebutuhan segera
untuk konsultasi
kolaborasi
Perencanaan Perencanaan Plan :
- Konsul
- Tes Lab
- Rujukan

Implementasi Implementasi - Pendidikan/


Konseling
Evaluasi Evaluasi - Follow up
Sumber : Salmah, 2006, hal 160.

Anda mungkin juga menyukai