Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI


Ny”S” P10001 8 HARI POST PARTUM DENGAN MASTITIS
DI BPS KASIH BUNDA

Laporan Studi Kasus

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kegawatdaruratan Kebidanan Tentang


“Nifas”)

Disusun Oleh:

REA ARIYANTI
14613803

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (DIV)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2014

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi
“Ny.S P10001 8 hari post pasrtum dengan mastitis”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penyusunan laporan


kasus ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada:

1. Siti Khadijah, S.ST., M.Kes selaku pembimbing mata kuliah


Kegawatdaruratan kebidanan
2. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat


kesalahan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan
laporan kasus Praktik Klinik Kebidanan III. Harapan penulis semoga
laporan kasus ini dapat diterima dan dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Kediri, November 2014

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................


KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii...........................................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................
1..............................................................................................................
1.2. Tujuan penulisan....................................................................................
2..............................................................................................................
1.3. Metode penulisan ..................................................................................
3
1.4. Lokasi dan waktu...................................................................................
3
1.5. Sistematika Penulisan ...........................................................................
4..............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................
5
2.1. Konsep Nifas .........................................................................................
5
2.2. Konsep Mastitis ....................................................................................
9
2.3. Konsep Manajemen Askeb menurut Varney ........................................
14
BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................
21
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................
29

3
BAB V PENUTUP..............................................................................................
31
5.1. Kesimpulan............................................................................................
31
5.2. Saran......................................................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi,
dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan
bervariasi dari sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di
bawah 10%. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan
ketiga pasca-kelahiran. Dengan sebagian besar laporan menunjukkan
bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama.
Namun, mastitis dapat terjadi pada setiap tahap laktasi. Abses payudara
juga paling sering terjadi pada 6 minggu pertama paska kelahiran
(WHO, 2002).
Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga
pasca kelahiran. Penyebab penting dari mastitis ini adalah pengeluaran
ASI yang tidak efesien akibat teknik menyusui yang buruk. Untuk
menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan bra

4
atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudara
(Sally, 2003). Pada tahun 2005 Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan bahwa jumlah kasus infeksi payudara yang terjadi pada
wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrocustic terus
meningkat, dimana penderita kanker payudara mencapai hingga lebih
1,2 juta orang yang terdiagnosis, dan 12% diantaranya merupakan
infeksi payudara berupa mastitis pada wanita pasca post partum. Data
ini kemudian didukung oleh The American Cancer Society yang
memperkirakan 211.240 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis
menderita kanker payudara invasive (stadium I-IV) tahun ini dan
40.140 orang akan meninggal karena penyakit ini. Sebanyak 3 % kasus
kematian wanita di Amerika disebabkan oleh kanker payudara.
Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan akibat
infeksi berupa mastitis (Depkes RI, 2008).
Di Indonesia tahun 2008 hanya 14% ibu yang memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Menurut penelitian Jane A.
Morton, MD bahwa kasus mastitis terjadi pada tahun pertama seusai
persalinan yakni sekitar 17,4%. Dan sekitar 41% kasus mastitis justru
terjadi pada bulan pertama setelah melahirkan (Jane A. Morton, MD,
2002). Mastitis merupakan suatu inflamasi/infeksi jaringan payudara
yang terjadi paling umum pada wanita yang menyusui, meskipun hal ini
dapat terjadi pada wanita yang tidak menyusui. Kejadian mastitis
berkisar 2-33% ibu menyusui dan lebih kurang 10 % kasus mastitis
akan berkembang menjadi abses, dengan gejala yang makin berat.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-
2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan
putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena
kurangnya perawatan payudara selama kehamilan. Berdasarkan
penelitian di Surabaya pada tahun 2004 menunjukkan 46% ibu yang
memberikan ASI eksklusif pada anaknya dan yang melakukan
perawatan payudara sekitar 34% (Depkes RI, 2010). Berdasarkan

5
laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007)
diusia lebih dari 25 tahun sepertiga wanita di Dunia (38%) didapati
tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkakan payudara.

1.2. Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir
secara ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata
serta mendapatkan pengetahuan dalam memecahkan masalah
Asuhan Kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
1) Mampu melakukan pengkajian data, baik data subyektif
maupun data obyektif pada ibu nifas patologi dengan mastitis.
2) Mampu melakukan analisa data dari hasil pengkajian data
3) Mampu merumuskan diagnosa potensial
4) Mampu melakukan antisipasi tindakan segera yang mungkin
ada
5) Mampu menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan
6) Mampu melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun
7) Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah
dilaksanakan

1.3. Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan ini
adalah :
1. Metode pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya
mengungkapkan peristiwa dan gejala yang terjadi.
2. Teknik pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui
observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen dan studi
kepustkaan.

6
3. Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan
petugas kesehatan.

1.4. Lokasi Dan Waktu


1. LOKASI
Asuhan Kebidanan ini disusun saat penulis melaksanakan praktek
lapangan di BPS Kasih Bunda
2. WAKTU
Penyusunan asuhan kebidanan ini dilakukan pada saat praktek di
BPS Kasih Bunda Kediri pada tanggal 10 oktober 2014 sampai
dengan 31 Oktober 2014

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, lokasi dan waktu, serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori meliputi konsep dasar nifas, konsep dasar
mastitis dan konsep manajemen asuhan kebidanan menurut
varney.
BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian data, diagnosa/ masalah,
diagnosa potensial, tindakan segera, rencana tindakan dan
rasional, pelaksanaan rencana tindakan dan evaluasi.
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup meliputi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA

7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Masa Nifas


2.1.1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan hamil,
beralngsung kira-kira 6 minggu (Reproduksi Wanita, 2000). Nifas
(puerperium) masa mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan
(Sarwono, 2002).
2.1.2. Macam-macam Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode
1. Puerperium dini
Yaitu masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
2. Puerperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lainnya 6-8
minggu
3. Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sempurna bila berminggu-minggu,
bulanan bahkan sampai tahunan (Rustam Mochtar, 1998)
2.1.3. Fisiologis Nifas
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis dan bersifat
karakteristik dalam masa nifas. Perubahan-perubahan fisiologis
tersebut yaitu :
1. Perubahan fisik

9
2. Involusi uterus dan mengeluarkan lochea
3. Laktasi atau pengeluaran ASI
4. Perubahan sisitem tubuh lainnya
5. Perubahan psikis
2.1.4. Proses Nifas
Involusi dan masa laktasi
1. Involusi
A. Pengertian
Involusi adalah perubahan yang merupakan kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan kelahiran setelah bayi
dilahirkan, sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil
B. Perubahan-perubahan yang terjadi pada alat kandungan
1) Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali sebelum hamil.
Tinggi fudus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
bayi baru lahir setinggi pusat 1000 gram
uri lahir jari bawah pusat 750 gram
1 minggu pertengahan pusat simphisis 500 gram
2 minggu tidak teraba di atas simphisis 350 gram
6 minggu bertambah kecil 50 gram
8 minggu sebesar normal 30 gram

2) Bekas implantasi placenta


Perubahan endometrium tempat bekas implantasi placenta
adalah timbulnya trombosis, degonerasi dan nekarasi. Hari
pertama endometrium 2,5 mm dengan permukaan kasar. Ada
pula bekas implantasi plasenta adalah :
Akhir persalinan : 1,27 cm
Akhir minggu I : 7,6 cm
Akhir minggu II : 5 cm
Akhir minggu III : 2,5 cm

10
3) Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan
sembuh dalam 6-8 hari
4) Rasa sakit yang disebut after pains (merion atau mules-
mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4
hari pasca persalinan, perlu diberi pengertian pada ibu
mengenai hal ini dan bila terlalu menggangu dapat diberikan
obat-obat anti sakit atau anti mules
5) Dalam proses involusi akan terjadi pengeluaran lochea-
lochea adalah cairan atau secret yang berasal dari vacum uteri
dan vagina dalam masa nifas.
Jenis-jenis lochea adalah
a) Lochea rubra (cruenta)
Selama 2 hari post partum berisi darah segar, sisa-sisa
selaput kelubang sel-sel desidua serta vernix caseosa
b) Lochea sanguilenta
Terjadi pada hari ke 3-7 post partum, berwarna kuning
kecoklatan berisi darah dan lendir
c) Lochea serosa
Pada hari ke 7-14 post partum yang berwarna kuning dan
cairan tidak berdarah lagi
d) Lochea alba
Cairan yang berwarna putih setelah 2 minggu
6) Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks agak mengganga seperti
cacing berwarna merah kecoklatan kehitaman, konsisiten
lunak, kadang terdapat perlukaan kecil setelah bayi lahir
tangan masih kedalam rongga rahim. Setelah 2 jam post
partum dapat di lalui dan jari dan setelah 7 hari post partum
serviks terbuka 1 jar

11
7) Ligamen-ligamen
Ligamen fascia dan diafragma pelviks yang meregang pada
waktu partus, setelah baayi lahir secara berangsur-angsur
menciut dan pulih kembali dengan dibantu latihan-latihan
tertetnu (senam nifas) mulai hari ke 2 post partum
8) Saluran kencing
Pada masa nifas kandung kencing kurang sensitif dan
kapasitasnya bertambah sehingga setelah kencing tertinggal
urine residual. Ureter pelviks renalis yang mengalami renalis
dilatasi kembali ke keadaan ssebelum hamil mulai 2-8
minggu setelah kelahiran
2. Laktasi
Setelah persalinan pengaruh penekanan dari estrogen dan
progesteron terhadap hipofisis tulang, maka timbul pengaruh
hormon-hormon hipofisis kembali antara lain lactogenic hormone
(Sarwono, 2002). Payudara yang telah dipersiapkan pada masa
hamil akan memproduksi ASI reflex. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laktasi
a. Faktor anatomis
Apabila jumlah lobus dalam payudara berkurang akan
mempengaruhi jumlah produksi air susu
b. Faktor fisiologis
Jika terjadi gangguan pada hormon prolaktin akan menghambat
produksi air susu
c. Nutrisi ibu
Makan dan minum mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI
yang dihasilkan. Apabila nutrisi ibu berkurang maka ASI
dihasilkan akan turun kualitas dan kuantitasnya
d. Faktor istirahat
Istirahat diperlukan untuk Parlemen-parlemen sel jaringan
dalam tubuh, agar dapat giat kembali setelah kelelahan tulang

12
e. Faktor hisap anak
Isapan anak akan mempengaruhi kontraksi mioipitel payudara
untuk menghasilkan atau mengeluarkan ASI. Jika hisapan
berkurang maka produksi pengeluaran ASI pun berkurang
f. Gangguan psikologis dapat menyebabkan berkurangnya produksi
ASI laktasi memerlukan keterangan, perasaan aman. Karena
kecemasan, kesedihan yang akan menyebabkan ketegangan –
ketegangan

2.2. Konsep Mastitis


2.2.1. Pengertian
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama
pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus,
infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga
mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).
Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3
minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air
susu (Masjoer, 2001 : 324). Pada kasus mastitis ini biasanya tidak
segera ditangani, jika mastitis tidak segera ditangani menyebabkan
abses payudara yang biasa pecah kepermukaan kulit dan akan
menimbulkan borok yang besar. Pada mastitis biasanya yang selalu
dikeluhkan adalah payudara membesar, keras, nyeri, kulit murah dan
membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok
disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai
dengan suhu badan naik, menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda
seperti ini maka pemberian ASI pada bayi jangan dihentikan, tetapi
sesering mungkin diberikan.
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan
dan menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau
putting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi
pada satu atau kedua oayudara sekaligus. Namun, tidak semua

13
perempuan dapat terkena mastitis. Banyak factor yang menyebabkan
perempuan menderita penyakit ini. Diantaranya adalah daya tahan
tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan putting
payudara saat menyusui.
2.2.2. Etiologi
1. Bakteri stafilokokkus aureus
Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman
penyebab ialah putting susu yang luka atau lecet, dan kuman per-
kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian
besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah stafilokokkus
aureus. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke
dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit
(biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada wanita
yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan
setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami
mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
2. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan
puting payudara saat menyusui
3. Saluran ASI tersumbat tidak segera diatasi sehingga menjadi
mastitis.
2.2.3. Penyebab
Penyebab terjadinya mastitis sebagai berikut:
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara
adekuat yang akan menyebabkan mastitis jika tidak segera
ditangani
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus
aureus masuk menyebabkan infeksi mastitis
3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga
menyebabkan mastitis

14
5. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika
tidak disusui dengan adekuat, maka bias terjadi mastitis
6. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah
terkena infeksi
2.2.4. Tanda dan Gejala
Selain pembesaran berat, prekursor tanda dan gejala mastitis
biasanya tidak ada sebelum akhir minggu pertama pasca partum.
Setelah masa itu, wanita mungkin mngelami gejala berikut ini :
1. Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika
bayi menyusui.
2. Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keletihan.
3. Peningkatan suhu yang cepat dari (39,5 – 40 oC)
4. Peningkatan kecepatan nadi
5. Mengigil
6. Malaise umum
7. Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras.
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hamper 10% resiko
terbentuknya abses. Tanda dan gejala abses meliputi hal – hal berikut :
1. Discharge putting susu purulenta
2. Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil
3. Pembengkakkan payudara dan sangat nyeri, massa besar dank eras
dengan area kulit berwarna berfluktasi kemerahan dan kebiruan
mengindikasikan lokasi abses berisi pus.
2.2.5. Pencegahan
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Perawatan puting susu atau perawatan payudara
2. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal
3. Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk
menghilangkan kerak dan susu yang sudah kering

15
4. Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke
kalang payudara.
5. Bra yang cukup meyangga tetapi tidak ketat.
6. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan
payudara
7. Kompres hangat pada area yang terkena
8. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
9. Peningkatan asupan cairan
10. Istirahat
11. Membatu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan
keletihan dalam kehidupannya
12. Suportif, pemeliharaan perawatan ibu
13. Secara bergantian payudara kiri dan kanan
14. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran,
kosongkan payudara dengan cara memompanya
15. Mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat
dan ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan menekan payudara.
16. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya
dilakukan bebat tekan pada payudara dengan menggunakan kain
atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada dokter
atau bidan.
2.2.6. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan pada kasus mastitis:
1. Teruskan pemberian ASI meski payudara mengalami abses atau
pembengkakan Tahan sakit. Pemberian ASI mempercepat
penyembuhan
2. Kompres payudara dengan air dingin atau kain dibasahi air dingin
3. Cukup istrirahat dan tidur agar tubuh aktif memproduksi sistem
imun guna memerangi infeksi mastitis
4. Minum antibiotik sesuai resep dokter
5. Makan makanan yang bergizi tinggi

16
6. Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam
7. Berikan antibiotic
Pengobatan dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu
10-14 hari. Selama 24 sampai 48 jam setelah pengobatan
antibiotik, gejala mulai berkurang. Namun obat tetap perlu
diminum untuk mencegah kekambuhan.
8. Menyesuaikan teknik menyusui
Pastikan bahwa payudara benar-benar kosong payudara selama
menyusui dan bayi berada pada posisi yang benar.
2.2.7. Penanganan dan peran bidan
1. Payudara dikompres dengan air hangat
2. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik
3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika
4. Bayi mulai menyusu pada payudara yang mengalami peradangan
5. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
istirahat yang cukup
7. Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat
frustrasi, dan membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain
dengan penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri, wanita
membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan kembali
tentang nilai menyusui; yang aman untuk diteruskan; bahwa ASI
dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya; dan
bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.
8. Pengeluaran Asi Dengan Efektif
Dengan membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara,
mendorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi
menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu peras ASI dengan
tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui
dapat dimulai lagi.

17
2.3. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Mastitis
2.3.1. Pengertian asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah prosedur tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai wewenang dalam lingkup prateknya berdasarkan
ilmu dan kiat kebidanan, dengan memperhatikan pengaruh-pengaruh
social, budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika dan kode
etik serta hubungan interpersonal dan hal dalam mengambil keputusan
dengan prinsip kemitraan dengan perempuan dan mengutamakan
keamanan ibu, janin/bayi dan penolong serta kepuasan perempuan
dan keluarganya. Asuhan kebidanan dibidanan diberikan dengan
mempratikan prinsip-prinsip bela rasa, kompetensi, suara hati, saling
percaya dan komitment untuk memelihara serta meningkatkan
kesejahteraan ibu dan janin/ bayinya (Varney, 1997)
2.3.2. Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, ilmiah penemuan-penemuan,
keterampilan dan rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan
suatu yang berfokus pada klien (Varney.1997).
2.3.3. Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Varney (1997), yaitu:
1. PENGKAJIAN
Menurut Muslihatun dkk (2009) pengkajian merupakan suatu
langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan
pada pasien.Pada tahap ini semua data dasar dan informasi yang
akurat dan lengkap tentang klien dikumpulkan dan dianalisis untuk
mengevaluasi keadaan klien. Data yang dikumpulkan pada langkah
ini adalah: Data yang dikumpulkan adalah data subjektif dan
objektif pasien atau klien
a. Data Subjektif
1) Keluhan utama / alasan kunjungan

18
Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dirasakan ibu dan
yang menjadi keluhan ibu sehingga ibu datang ketempat
pelayanan kesehatan seperti, ibu cemas karena plasenta
belum lahir setelah setengah jam bayi lahir, ibu takut plasenta
tidak lahir karena uterus tidak berkontraksi, ibu merasa tidak
nyaman karena tali pusat masih menggantung di vulva ibu
(Prawirohardjo:2005)
2) Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
a) Ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit akut
atau kronis seperti hypertensi, jantung, pernah mengalami
perdarahan pasca persalinan dan riwayat ketuban pecah
dini
b) Ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit
menular seperti HIV- AIDS, TBC, hepatitis, pernah
mengalami perdarahan pasca persalinan dan riwayat
persalinan
c) Ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit
menurun seperti asma , DM, pernah mengalami
perdarahan pasca persalinan dan riwayat ketuban pecah
dini (Prawirohardjo:2008)
3) Riwayat Obstetri
Riwayat hasil merupakan kesan pada kita tentang faal alat
kandungan, Perlu dikaji ulang tentang:
a) Menarche
b) Siklus haid
c) Banyaknya darah dan sifat darah
d) Lamanya haid
e) Dysminorhea
f) Flour albus
g) HPHT
h) HPL

19
4) Riwayat kehamilan sekarang
Perlu dikaji ulang :
a) GPAPAH (Gravida, Partus, Aterm, Premature,Abortus,
Hidup) usia kehamilan
b) ANC tempat :
 Berapa kali : pemeriksaan sebaiknya dikerjaan setiap 4
minggu, jika segala sesuatu normal sampai usia
kehamilan 28 minggu. Sesudah itu pemeriksaan
dilakukan tiap 2 minggu dan sesudah 36 minggu setiap
minggu. Pada setiap pemeriksaan harus diperhatikan
keadaan ibu dan janinnya
 Imunisasi TT : diberikan secara IM dosis 0,5 cc pada
ibu hamil, diberikan minimal 2 x dengan interval 4
minggu, kecuali bila sebelumnya ibu pernah mendapat
TT misal pada kehamilan yang lalu atau satu kali saja
(TT boster). Pemberian TT pada ibu hamil tidak
membahayakan walau demikian diberikan pada
kehamilan muda
 Terapi : pemberian vitamin, zat besi : 1 tablet sehari
1) Keluhan hamil muda
2) Keluhan hamil tua
3) Gerakan anak dirasakan sejak kapan(Varney:2007)
5) Riwayat perkawinan
Ditanyakan berapa lama dan berapa lama dan berapa kali
kawin dengan tujuan untuk membantu menentukan
bagaimana keadaan kelamin dalam ibu , bila diperlukan
tanyakan tentang kawin atau tidak, berapa kali kawin, berapa
lama kawin

20
6) Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a) Kehamilan: adalah gangguan seperti pendarahan, muntah,
toxaemia gravidarum,dan riwayat ketuban pecah dini
b) Persalinan: spontan/ buatan, aterm/ prematur, pendarahan/
tidak, ditolong oleh siapa ( bidan atau dokter)
c) Nifas: adalah panas/ pendarahan, mengalami sepsis
maupun infeksi postpartum
d) Anak: jenis kelamin, hidup / tidak, kalau meninggal umur
berapa dan sebabnya meninggal, berat badan waktu lahir
7) Riwayat KB
8) Riwayat psikososial, spiritual dan cultural
9) Activity daily Life
a) Nutrisi
Ditanyakan menu sehari-hari porsi makanan, komposisi,
minum air atau susu, berapa gelas. Adakah makanan
pantangan. Ditanyakan nutrisi selama hamil dan
menjelang persalinan. Hal ini penting dalam pengawasan
ibu hamil, karena kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita
hamil tersebut.
b) Eliminasi
Ditanyakan tentang eliminasi alur dan ASI selama hamil
dan menjelang persalinan
c) Istirahat
Selama hamil istirahat itu dapat terpenuhi dengan baik.
Ditanyakan apakah kebutuhan istiraht sudah terpenuhi,
adakah gangguan atau masalah antara selama hamil dan
menjelang persalinan.
d) Personal Hygeine
Pakaian yang longgar, bersih, memakai BH yang
menyokong payudara, pakaian dalam bersih

21
e) Aktifitas
Ditanyakan apakah pekerjaan ibu sehari-hari. Apakah ibu
lebih banyak berdiri atau duduk saat bekerja dan apakah
tempat bekerja ibu jauh atau dekat dari rumah
f) Seksualitas
b. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum yang lengkap dari penderita untuk
mengetahui keadaan / kelainan dari penderita, membantu
dalam penetapan diagnosa dan pengobatan (terapi) mengenai
kejadian ketuban pecah dini.
2. Pemeriksaan TTV
3. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi:
 Muka: Tampak dicoasma gravidarum sebagai akibat
deposit pigmen yang berlebihan, tidak sembab, bentuk
simetris, bila tidak menunjukkan adanya kelumpuhan
atau polese syaraf
 Mata: bentuk simetris, conjungtiva normal merah
muda, sklera ihterus atau tidak
 Mammae: simetris atau tidak, hyperpigmentasi areola
dan papilo mammae atau tidak
 Abdomen: terdapat bekas operasi atau tidak,terdapat
uterus globuler atau tidak
 Genetalia: lokhea (jenis, warna dan banyak), terdapat
Pus atau tidak, luka jahitan infeksi atau tidak
 Ekstrimitas: simetris atau asimetris, kuku pucat atau
tidak, oedem atau tidak, varices atau tidak
b) Palpasi
TFU dan Kontraksi uterus kuat atau tidak

22
2. INTERPRETASI DATA DASAR
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah
atau diagnose berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosis
yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan
dirumuskan secara spesifik.Interprestasi data terdiri dari diagnosa
kebidanan, diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan.
3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Diagnosa atau masalah potensial didentifikasi berdasarkan
diagnosis atau masalah yang telah teridentifikasi.Langkah ini
penting dalam melakukan asuhan yang aman dan nyaman serta
tepat. Pada kasus mastitis masalah potensial terjadi adalah
terjadinya abses pada payudara
4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Antisipasi Tindakan Segera dibuat berdasarkan hasil
identifikasi pada diagnose potensial. Langkah ini digunakan untuk
mengidentifikasi dan menetapkan penanganan segera untuk
mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan yang terjadi
akibat masalah pasien.Menurut Sarwono (2009) tindakan yang
segera dilakukan untuk mengantisipasi
5. INTERVENSI
Langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Rencana
asuhan pada ibu dengan masalah yang telah di hadapi.Yaitu
pengembangan rencana yang merupakan langkah lanjutan setelah
diagnosa rencana asuhan yang menyeluruh.
6. IMPLEMENTASI
Melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan
secara efektif dan aman.Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan
oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas

23
lainnya.Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri,
tetapi dia tetap memiliki tanggungjawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya.
7. EVALUASI
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah
diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah
teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan
rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apalagi ibu
mengalami perkembangan yang lebih baik. Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan
mungkin sebagaian belum efektif. Karena proses manajemen
asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan
maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum efektif.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan
pengajian yang memperjelas proses berfikir yang mempengaruhi
tindakan serta berorentasi pada proses klinis, karena proses
manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik. Di tulis
sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor: 938/ Menkes/ SK/ VII/ 2007
dalam bentuk perkembangan SOAP.
S :adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
O :adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
A :adalah hasil analisa, mecatat diagnosa dan masalah kebidanan
P :adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan
rujukan(Kepmenkes RI, 2007).

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


Ny”S” P10001 8 HARI POST PARTUM DENGAN MASTITIS
DI BPS KASIH BUNDA

Tanggal Pengkajian : 24 Oktober 2014 Jam : 09.00 WIB


No. Register : 1461003

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Klien : Ny.S Nama Suami : Tn.J
Umur : 24 Tahun Umur : 28 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 2.000.000
Alamat : Mojoreto 14a Alamat : Mojoreto 14a
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan payudaranya bengkak dan nyeri, berwarna merah
seperti meradang, badannya panas.
3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang lalu
Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit menular seperti
(Hepatitis dan TBC ), penyakit menahun (Hati Dan Jantung),
penyakit keturunan (Asma dan DM).
b. Penyakit Sekarang
Saat ini sedang tidak menderita penyakit menular seperti
(Hepatitis dan TBC ), penyakit menahun (Hati Dan Jantung),
penyakit keturunan (Asma dan DM).

25
c. Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak suami dan keluarga tidak ada yang
menderita DM, Asma, dan sakit menular (Hepatitis dan TBC)
dan tidak ada keturunan kembar
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Amenorhoe : tidak Disminorhoe : tidak
Menarche : 12th Fluor Albus : tidak
Lama : ±5 hari Banyak : 3 kotek penuh
Siklus : 30 hari Teratur/tidak : teratur
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Jenis Anak
Tgl/Bln/Th Usia Tempat Penyulit Usia
No Persalin Penolong Nifas
Persalinan Kehamilan Persalinan Kehamilan JK BB PB Anak
an
1 16 Okt 39 BPS Spontan Bidan Tidak ada L 3000 50c 8
2014 Minggu gr m hari
c. Riwayat kehamilan sekarang, persalinan dan nifas sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama, dengan usia
kehamilan 9 bulan, ANC pertama kali di BPS Kasih Bunda.
Keluhan selama Hamil, TM I : Mual Muntah
TM II : Tidak ada
TM III : Tidak ada
Penyuluhan yang didapat : Nutrisi selama hamil, pentingnya
Tablet Fe dan kunjungan ANC
Riwayat Persalinan:
Melahirkan tanggal 16 Oktober 2014, Jam 04.30 WIB, secara
spontan, ditolong oleh bidan, di BPS Bunda Kasih.
Penyulit Kala I : Tidak ada
Kala II : Tidak ada
Kala III : Tidak ada
Kala IV : Tidak ada
JK Laki-laki, BBL 3000gr, PB 50cm, Menangis spontan dan
dilakukan IMD.

26
Riwayat Nifas:
Perdarahan Normal, ASI eksklusif
5. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun.
6. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, Lama 2 tahun, Usia pertama menikah 22 tahun.
7. Riwayat Psikososial
a. Ibu merasa senang dan lega karena telah melahirkan dengan
mudah/normal dan selamat
b. Hubungan ibu dan keluarga baik, terdapat dukungan yang baik
dari keluarga
c. Keluarga menerima dengan senang kehadiran anggota keluarga
baru
d. Sosial Budaya
Ibu mengatakan tidak ada budaya yang menghambat/
berpengaruh selama masa nifas. Selama nifas tidak ada
pantangan makan
e. Perilaku kesehatan
Jamu : tidak
Rokok : tidak
Alkohol : tidak
8. Pola Kebutuhan sehari-hari

No. Pola Kebiasaan Selama Nifas


1 Nutrisi Makan: Ibu mengatakan selama nifas
makan 3 kali sehari, porsi banyak, menu:
nasi, lauk-pauk, sayur.
Minum ± 6 gelas/hr air putih
2 Eliminasi Ibu mengatakan BAB 1x/ hr, konsistensi
lunak, tidak ada keluhan. BAK ± 5 – 6
x/hr, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan.
3 Istirahat Ibu mengatakan tidur siang ±1\jam/hr

27
Tidur malam ±8jam/hr. keluhan:
terkadang bangun karena bayi menangis
4 Personal higine Ibu mengatakan mandi 3 kali/hr, gosok
gigi 3 kali/hr, ganti baju 2 kali/hr,
keramas 2 kali/minggu
5 Aktivitas Ibu mengatakan setiap hari tidak
melakukan pekerjaan rumah tangga
sendiri, tetapi masih dibantu oleh suami

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Baik
TTV : TD : 110/80mmHg
Nadi : 84 kali/menit
RR : 24 kali.menit
Suhu : 37,9C
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Rambut : Tidak ada benjolan, kulit kepala bersih, rambut lurus
dan panjang
Wajah : tidak oedem, tidak ada cloasma.
Mata : Simetris, conjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterus, palpegra tidak odema.
Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada polip, tidak ada secret.
Telinga : Simetris, tidak ada sekret menkopurulen.
Mulut : Simetris, mukosa mulut lembab, tidak ada stomatitis,
tidak ada caries gigi, tidak terdapat gigi palsu.
Leher : Tidak ada pembesaran kel.tyiroid, tidak ada
bendungan v.jugularis.

28
Dada :Tidak ada retraksi, bentuk payudara simetris puting
susu menonjol,berwarna merah meradang, payudara
kanan bengkak
Abdomen :Terdapat strie albican dan linea nigra. Tidak ada
luka bekas operasi
Genitalia :Tidak odema, tidak varices, tidak ada tumor, tidak
ada condiloma, tidak ada pembesaran bartholini.
Luka jahitan kering, tidak infeksi, lokhea
sanguinolenta
Ekstremitas: tidak odema, simetris.
b. Palpasi
Payudara : payudara kanan bengkak
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
TFU : pertengahan antara pusat dan sympisis
UC :
c. Perkusi
Reflek Patella : +

II. INTERPRETASI DATA


Tanggal : 24 Oktober 2014 Jam : 09.10 WIB
Dx : Ny.S P10001 8 hari Post Partum dengan Mastitis Non Infeksius
DS : Ibu mengatakan payudaranya bengkak dan berwarna merah
meradang dan badannya terasa panas
DO : TTV
TD : 11080 mmHg RR : 24 kali/menit
S : 37,9C N : 84 kali.menit
Payudara : bagian kanan bengkak, berwarna kemerahan

Masalah : cemas

DS :Ibu mengatakan nyeri serta cemas dengan kondisi yang dialaminya

DO : TTV

29
TD : 11080 mmHg RR : 24 kali/menit
S : 37,9C N : 84 kali.menit
Payudara : bagian kanan bengkak, berwarna kemerahan

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Dx Potensial : Terjadinya Abses Payudara
Antisipasi : Kompres dingin pada payudara

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri

V. INTERVENSI
Dx : Ny S P10001 8 hari post partum dengan mastitis
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan tidak dapat
berkembang menjadi abses payudara.
Kriteria Hasil :
 TTV normal
N 80kali/menit RR 24 kali/menit
S 37,5C TD 110/80 mmHg
 Payudara : tidak bengkak, tidak radang, dan tidak nyeri
Intervensi :
1. Tetap Melanjutkan pemberian ASI.
Rasional : Pemberian ASI dapat mempercepat penyembuhan
2. Kompres Payudara dengan air dingin
Rasional : mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri
3. Anjurkan untuk istirahat yang cukup
Rasional : Pada saat istirahat, tubuh akan lebih aktif memproduksi
sistem imun guna memerangi infeksi mastitis
4. Anjurkan untuk makan-makanan yang bergizi
Rasional : dapat mempercepat proses penyembuhan
5. Anjurkan minum banyak air putih

30
Rasional : membantu menurunkan demam
6. Berikan Paracetamol 3x500mg peroral
Rasional : untuk menurunkan panas

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 24 Oktober 2014 Jam : 09.30 WIB
Dx: Ny S P10001 8 hari post partum dengan mastitis
1. Menganjurkan ibu untuk tetap memebrikan ASI nya pada payudara
yang tidak mengalami pembengkakan atau nyeri.
2. Melakukan kompres payudara pada payudara ibu yang mengalami
mastitis
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
4. Menganjurkan ibu untuk tetap mengonsumsi makan-makanan yang
bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan
5. Menganjurkan ibu untuk banyak mengonsumsi air putih
6. Memberikan ibu obat penurun panas yaitu Paracetamol 3x500mg

VII. EVALUASI
Tanggal : 27 Oktober 2014 Jam: 10.00 WIB
S: Ibu mengatakan pembengkakan di payudaranya sudah mulai
berkurang, tidak merasannyeri dan sudah tidak berwarna
kemerahan seperti meradang
O: Keadaan umum: Baik
TTV : N 84 kali/menit
RR 24 kali/menit
TD 110/80 mmHg
S 37,6C
Payudara: tidak mengalami pembengkakan, tidak kemerahan.
A: Ny S P10001 11 hari post partum dengan riwayat mastitis
P: 1. Ajari ibu untuk melakukan perawatan payudara

31
2. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI secara on demand pada
bayi
3. Ajarkan ibu teknik atau cara menyusui yang benar
4. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan puting susu
5. Anjurkan ibu untuk menggunakan Bra yang tidak terlalu ketat
6. Anjurkan ibu untuk meningkatkan asupan cairan
7. Anjurkan ibu untuk tetap mengonsumsi makan-makanan yang
bergizi

32
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan


tinjauan kasus tentang asuhan nifas pada Ny”S” P10001 39 minggu Post
Partum dengan Mastitis di BPS Kasih Bunda, adapun yang dibahas pada
bab ini antara lain :
1. Pengkajian
Menurut Muslihatun dkk (2009) pengkajian merupakan suatu
langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada
pasien.Pada tahap ini semua data dasar dan informasi yang akurat dan
lengkap tentang klien dikumpulkan dan dianalisis untuk mengevaluasi
keadaan klien. Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan data
subyektif dan obyektif tidak ada kesenjangan.
2. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Pada kasus ini didapatkan diagnose Ny”S”
P10001 8 hari Post Partum dengan Mastitis. Data subyektif, ibu
mengatakan payudaranya terasa nyeri, bengkak dan berwarna merah
meradang. Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
3. Identifikasi diagnose/ masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.
Pada kasus ini tidak terjadi masalah potensial pada ibu seperti terjadi

33
abses pada payudara. Maka antara teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan.
4. Identifikasi kebutuhan segera
Tindakan segera yang dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak
terjadi abses pada payudara ialah dengan cara kompres dingin pada
payudara. Dalam hal ini telah dilakukan kompres payudara. Maka
antara teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan.
5. Intervensi
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa
atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini
informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Pada kasus
ini seluruh rencana asuhan sudah dilaksanakan, maka antara teori dan
kasus tidak ada kesenjangan
6. Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Pada kasus ini seluruh rencana asuhan sudah dilaksanakan, maka
antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan.
7. Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah
diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah
teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah.Pelaksanaan rencana
asuhan tersebut dapat dianggap efektif apalagi ibu mengalami
perkembangan yang lebih baik. Di tulis sesuai dengan Kepmenkes RI
Nomor: 938/ Menkes/ SK/ VII/ 2007 dalam bentuk perkembangan
SOAP. penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif ; penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan rujukan(Kepmenkes RI,
2007). Pada kasus ini klien mengerti dan memahami apa yang dikatan
bidan, maka dapat disimpulkan antara teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan.

34
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktik di lapangan, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi dengan
mastitis melalui pendekatan manajemen asuhan kebidanan menurut 7
langkah varney, yaitu: dimulai dari pengkajian data baik data subyektif
maupun data obyektif, melakukan analisa data dari hasil pengkajian
data, merumuskan diagnosa potensial dan antisipasi tindakan segera,
menyusun perencanaan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan
rencana tindakan yang telah disusun dan melakukan evaluasi terhadap
asuhan yang telah dilaksanakan.

5.2. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan
harus meningkatkan kemampuan & keterampilan yang dimiliki
serta harus memiliki kerja sama yang baik dengan petugas
kesehatan yang lain, klien dan keluarga.
2. Bagi Klien
Klien harus dapat bekerja sama dengan baik dengan tenaga
kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai
serta semua masalah klien dapat terpecahkan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi Pendidikan dapat lebih memperhatikan &
memberikan bimbingan kepada calon tenaga kesehatan pada
umumnya serta dapat lebih meningkatkan kelengkapan buku-buku
yang ada di perpustakaan yang merupakan gudang ilmu bagi para
anak didik.

35
4. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan lahan praktik dapat mempertahankan mutu
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
abortus incomplete secara optimal melalui penanganan segera.

36
DAFTAR PUSTAKA

Conningham, Mc. Donald, Gant.1995.Obstetri Williams Edisi 18. Jakarta:


EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri I Edisi 2. Jakarta: EGC

Persis, Marry Hamilton. 1995. Dasar- dasar Keperawatan Maternitas Edisi


6. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

37

Anda mungkin juga menyukai