Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


“ ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS NASOFARING “

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Hani Ruh Dwi.,S.Kep.,M.Kep

Di susun Oleh :
Irwan Sagita

YAYASAN SETIH SETIO MUARA BUNGO


AKADEMI KEPERAWATAN SETIH SETIO MUARA BUNGO
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita hantarkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah malimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas KMB 1 yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Nasofaring“. Penyusun tugas ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas
saya pada Mata Kuliah KMB 1 dalam rangka pembuatan tugas Individu yang telah diberikan
kepercayaan kepada saya. Saya berharap tugas ini mampu menjelaskan meteri yang saya
kerjakan, sehingga mencapai nilai yang memuaskan. Amiin

Dalam penulisan tugas ini saya bekerja secara mandiri dari pencarian bahan materi hingga
pembuatan tugas. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ns. Hani Ruh Dwi., S.Kep.,M. selaku Penanggung Jawab Mata KMB I
2. Orang tua yang turut membantu dan mendukung terselesainya makalah ini.
3. Terutama kepada Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai tujuan kehidupan yang
lebih baik lagi. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun agar kami bisa lebih baik lagi dalam berkarya.

Muara Bungo, Oktober 2020

Irwan Sagita

2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang..............................................................................................................


1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian.....................................................................................................................
2.2. Penyebab ......................................................................................................................
2.3. Tanda dan Gejala..........................................................................................................
2.4. Patofisiologi .................................................................................................................
2.5. Komplikasi...................................................................................................................
2.6. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................
2.7. Penatalaksanaan............................................................................................................
2.8. Asuhan Teoritis Keperawatan......................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan...................................................................................................................
3.2. Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nasofaring merupakan bagian paling atas dari faring, di ikuti dengan nasofaring
lalu laring faring. Meskipun jarang namun akibat adanya faktor prediposisi dan pencetus
tertentu, dpat berkembang tumor didaerah ini. Tumor nasofaring dapat dibedakan
menjadi tumor jinakk dan tumor ganas.
Tumor jinak nasofaring salah-satunya adalah Juvenile Nasopharingeal
Angiofibroma (JNA) hanya menjadi 0,05% hingga 0,5% kasus tumor pada bagian kepala,
leher, namun yang menjadi paling umum terjadi di antara tumor jinak nasofaring lainnya.
Insidensinya tinggi di india dan mesir dibandingkan di Amerika dan Eropa. Tumor ini
sering menjangkit remaja pria dengan rata-rata terdiagnosis di usia 14-15 tahun.
Selain itu, terdapat juga tumor nasofaring dalam bentuk ganas yang disebut
dengan Karsinoma Nasofaring. Etiologi dari penyakit ini multivoktoral dan meliputi
ras/suku, genetik, lingkungan, dan keterlibatan virus Eptstein-Barr (EBV). Kanker ini
jarang dialami oleh populasi kaukasia, namun insedensinya tinggu pada ras China, dan
memiliki kelompok endemic diantara eskimo alaska dan indian. Kanker ini dapat timbul
berbagai usia berapapun namun sering ditemukan pada dewasa pada usia 50-60 tahu dan
lebih banya pada laki-laki.
Untuk dapat mendiagnosis kedua tumor tersebut, dibutuhkan pemeriksaan yang
cermat sehingga dapat memberikan intervensi secapatnya. Selain itu, penentuan Staging
juga dapat membantu pilihan terapi yang akan diberikan untuk penderita.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang akan dikaji dalam penulisan ini
adalah mengenai Neoplasma Nasofaring.

1.3 Tujuan Penulisan


A. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui mengenai penyakit Neoplasma
Nasofaring serta Asuhan Keperawatan secara teoritis.

4
B. Tujuan Khusus
1). Mengetahui pengertian Neoplasma Nasofaring
2). Mengetahui penyebab dari Neoplasma Nsofaring
3). Mengetahui tanda dan gejala dari Neoplasma Nasofaring
4). Mengetahui bagaimana patofisiologi dari Neoplasma Nasofaring
5). Mengetahui komplikasi Neoplasma Nasofaring
6). Mengetahui pemeriksaan penunjang Neoplasma Nasofaring
7). Mengetahui penatalaksanaan Neoplasma Nasofaring
8). Mengahui bagaimana Asuhan Keperawatan Neoplasma Nasofaring

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Kanker Nasofaring adalah salat-satu jenis kanker yang berkembang di bagian
kepala dan leher, khususnya di nasofaring. Nasofaring merupakan bagian atas
tenggorokan (faring) yang terhubung dengan bagian belakang hidung.
Kanker nasofaring adalah tumor yang berasal dari sel-sel epitel yang menutupi
permukaan nasofaring nasofaring ( Arima, 2006 )
Kanker nasofaring adalah kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring di rongga
belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut yang tumbuh dari jaringan
epitel yang meliputi jaringan limfoit dengan predileksi di fosa ressenmuler pada
nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi
skuamusa dan atap nasofaring ( Brunner & suddarth. 2002 ).

2.2 Penyebab
Penyebab pasti kanker nasofaring masih belum diketahui secara pasti. Namun,
para dokter menduga bahwa kondisi ini memiliki hubungan dengan viru Epstein-Barr
(EBV). EBV umumnya terdapat pada air liur dan dapat ditularkan melalui kontak
langsung ke orang atau benda yang terkontaminasi.
Kanker nasofaring diduga muncul karena adanya kontaminasi EBV dalam sel
nasofaring penderitanya. Sel yng telah terkontaminasi menyebabkan pertumbuhan sel
yang tidak normal.
EBV menjadi penyebab beberapa penyakit, seperti Mononukleosis. Namun pada
kebanyakan kasus, EBV tidak menyebabkan infeksi yang berkepanjangan, keterkaitan
EBV dengan kanker nasofaring masih terus diteliti.
Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko kanker
nasofaring yaitu :
a. Kanker nasofaring labih sering terjadi pada seseorang berusia 30-50 tahun.
b. Riwayat kanker nasofaring dalam keluarga.
c. Merokok dan mengkonsumsi alkohol.

6
d. Mengkonsumsi makanan yang diawetkan dengan garam.
e. Kontak dengan zat karsinogenik
Jika terlalu sering dapat mengakibatkan munculnya kanker, antara lain :
gas kimia, asap industri.
f. keturunan
kejadian KNF mayoritas ditemukan pada keturunan ras mongolid
dibandingkan dengan ras lainnya.
g. radang kronis didaerah nasofaring
terjadinya peradangan didaerah nasofaring dapat membuat mukosa
nasofaring menjadi lebih rentan terhadap mikroorganisma.
h. faktor lingkungan
adanya kebiasaan diberikan pengawet pada ikan asin, maka dapat
memberikan efek notagenik bagi masyarakat.
i. keadaan sosial ekonomi yang rendah dan PHBS yang buruk
keadaan lingkungan yang tidak kondusif bagi kesehatan yang dapat
tercermin dari ventilasi yang kurang baik, sehingga sirkulasi udara menjadi
terhambat
j. genetik
k. umur
lansia menjadi lebih rentan dikarenakan penurunan fungsi organ.
l. daya tahan tubuh pasien yang menurun
m. kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan asin.

2.3 Tanda dan Gejala


Umunya, tanda-tanda gan gejala kanker nasofaring tidak terlihat pada stadium
awal. Namun, banyak penderita yang mengeluhkan benjolan atau pembengkakan disalah
satu atau kedua sisi leher.
Benjolan biasanya bertekstur keras dan tidak terasa sakit. Kondisi ini disebabkan
karena sel kanker kemungkinan menyebar ke kelenjar gerah bening yang terdapat di
leher.

7
Selain itu, gejala-gejala yang biasanya muncul seiring dengan berkembangnya
penyakit ini adalah :
a. radang tenggorokan
b. kesulitan bernafas atau berbicara
c. mimisan
d. hidung tersumbat
e. kehilangan pendengaran
f. sering terjadi infeksi telingan
g. sakit kepala
h. penglihatan terganggu
i. wajah terasa kaku atau mati rasa

2.4 Patofisiologi
Kanker nasofaring dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah-satu penyebab dari
kanker nasofaring ini adalah adanya virus eipstein yang dapat menyebabkan ca
naspfaring. Sel yang terinfeksi oleh sel EBV akan dapat menghasilkan sel-sel tertetu yang
berfungsi untuk mengadakan proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus dalam
sel ost. Protein tersebut dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1,
dan LPM-1, LPM-2A dan LPM-2B, EBV dapat mengaktifkan dan merupakan zat
kasinogenik yang menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol
sehingga terjadilah defesiensi dan polifeasi potein laten, sehingga memicu pertumbuhan
sel kanker pada nasofaring terutama pada fossa rossenmuller.
Dinding tumor biasanya rapuh oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi
perdarahan hidung yang ditunjukan dengan keluarnya darah berulang-ulang dengan
jumlah yang sedikit dan kadang-kadang bercampur dengan ingus, sehingga berwarna
kemerahan. Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor kedalam
rongga hidung dan menutupi koana. Gejala merupai pilek kronis, kadang-kadang disertai
dengan gangguan penciuman, dan ingus kental. Sel-sel kanker dapat berkembang terus,
menembus kelenjar dan mengenai otot dibawahnya. Kelenjar yang terus melekat pada
otot dan sulit untuk digerakkan.

8
Nasofaring berhubungan dengan rongga tengkorak melalui beberapa lubang,
maka gangguan saraf dapat juga terganggu. Jika tumor menjalar melalui poramen
laserum akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI dan dapat mengenai saraf ke V, sehingga
dapat terjadi penglihatan ganda (diplopia). Proses kanker lebih lanjut akan mengenai
saraf otak IX, X, XI jika menjalar melalui poramen jugular dan menyebabkan sindrom
jackson. Bila sudah mengenai seluruh saraf otak disebut sindrom unilateral dapat juga
disertai dengan gastruksi tulang tengkorak. Sel-sel kanker dapat ikut bersama aliran darah
dan mengenai bagian organ tubuh yang jauh dari nasofaring. Organ yang paling sering
terkena adalah tulang, hati dan paru.

2.5 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat kanker nasofaring dapat berbeda-beda.
Jika kanker yang diderita pasien semakin besar, akan membahayakan organ lain di
dekatnya, seperti tulang, tenggorokan, dan otak
Kanker juga dapat menyebar ke organ lain. Apabila kanker telah menyebar, akan
menimbulkan gejala lain sesuai organ yang terserang. Jika kanker telah menyebar ke
kelenjar getah bening, maka diperlukan tindakan pembedahan untuk mengangkat kelenjar
tersebut.
a. Komplikasi akut
1). Mukositis
Imflamsi pada mukosa mulut berupa eitema dan adanya ulser yang biasanya
ditemukan pada pasien yang mendapatkan terapi kanker. Pasien akan mengeluhkan
rasa sakit pada mulut dan dapat mempengaruhi nutrisi dan kualitas hidup pasien.
2). Kandidiasis
Infeksi oportunic berupa kandidiasis pada mukosa mulut yang disebabkan oleh
jamu candida albicans.
3). Dysgeusia
Respon awal berupa hilangnya salah-satu indera pengecapan oleh terapi radiasi.

9
b. Komplikasi kronis
1). Karies gigi
Merupakan akibat dari terapi radiasi berupa gigi yang mengalami
destruktif dan mengalami kerusakan.
2). Gagal nafas
Gagal nafas terjadi dikarenakan adanya metastase dari tumor nasofaring
sampai pada trakea sehingga terjadi penyumbatan total pada trakea.
3). Peningkatan tekanan intrakranial
Hal ini dapat terjadi jika tumor sudah menyebar sampai lapisan otak dan
menekan durameter otak.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penderita kanker nasofaring ini dapat
melakukan bebrapa tes untuk menentukan stadium kanker yang diderita. Diantaranya :
a. Computerized Tomografhy (CT-SCAN)
b. Magnetic Resonance Imaging ( MRI SCAN )
c. X-ray
d. Foto Rontgen
e. Positron Emission Topography (PET) scan

2.7 Penatalaksanaan
Penanganan kanker nasofaring ini tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis
kanker, stadiumnya, ukuran tumor, serta kondisi kesehatan pasien. Berikut beberapa jenis
pengobatan standar yg dilakukan :
a. Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi menggunakan cahaya berkekuatan tinggi, seperti
X-ray atau proton, untuk membunuh sel kanker. Pada kanker jenis ini, terapi biasanya
dilakukan dengan prosedur radiasi eksternal.

10
b. kemoterapi
digunakan untuk membunuh sel-sel kanker. Dapat diberikan dengan cara
diminum dalam bentuk pil, disuntikkan ke pembuluh darah, atau kombinasi dari
keduanya. Kemoterapi dengan kanker jenis ini biasa dilakukan dengan cara :
1). Kemoterapi digabungkan dengan terapi radiasi
2). Kemoterapi setelah radiasi dilakukan
3). Kemoterapi sebelum terapi dilakuka

c. Operasi

Prosedur bedah atau operasi merupakan alternatif yang jarang dipilih. Biasanya,
operasi dilakukan untuk mengangkat kelenjar getah bening di leher yang terdampak
sel-sel kanker. Namun, dalam beberapa kasus, prosedur bedah dilakukan untuk
mengangkat tumor di nasofaring.

11
2.8 Asuhan Teoritis Keperawatan
1. Pengkajian
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia : (rentan usia 45-54 tahun)
4. Alamat : (lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap
dengan ventilasi rumah yang kurang baik akan meningkatkan resiko terjadinya
tumor nasofaring serta lingkungan yang sering terpajan oleh gas kimia, asap
industri, asap kayu, dan beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan)
5. Suku Bangsa :
6. Pekerjaan :
7. Diagnosa Medis : Diagnosa medis yang ditegakkan adalah Tumor
Nasofaring
8. Status Kesehatan :
a. Keluhan Utama
biasanya didapatkan adanya keluhan suara agak serak kemampuan menelan
terjadinya penurunan dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri dan rasa
terbakar dalam tenggorokan. Pasien mengeluh rasa penuh ditelingga, rasa
berdengung kadang-kadang disertai dngan gangguan pendengaran. Terjadi
perdarahan dihidung yang terjadi berulang-ulang,berjumlah sedikit dan
bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat dirumah
sakit. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjlanan
penyakit smapai timbulnya keluhan, faktor apa saja yang memperberat dan
meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang
dirasakan, daerah terasanya keluhan. Penderita tumor nasofaring ini
menunjukkan tanda dan gejala telinga kiri merasa buntu hingga peradangan dan
nyeri, timbul benjolan didaerah samping leher dibawah daun telinga gangguan
pendengaran, pradangan hidung, dan bisa juga menimbulkan komplikasi apabila
terjadi dalam tahap yang lebih lanjut

12
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit ini maka akan
meningkatkan resiko seseorang untk terjangkit tumor nasofaring pula.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Penglihatan
pada penderita kanker nasofaring terdapat posisi bola mata klien simetris,
kelopak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun,
konjungtiva klien anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil mata klien
isokor, otot mata klien tidak ada kelainan, namun fungsi penglihatan kabur,
tanda-tanda radang tidak, reaksi terhadap cahaya baik. Hal ini terjadi karena
ada kanker nasofaring, hanya bagian tertentu yang mengalami beberapa gejala
yang tidak normal seperti konjuntiva klien yang anemis disebabkan klien
memilki kekurangan nutrisi dan fungsi penglihatan kabur.
b. Sistem Pendengaran
pada penderita kanker nasofaring, daun telinga kiri dan kanan pasien normal
dan simetris, terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri tekan pada telinga.
Hal ini terjadi akibat adanya nyeri saat menelan makanan oleh pasien dengan
tumor nasofaring sehingga terdengar suara berdengung pada telinga.
c. Sistem Pernafasan
jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak tidak menggunakan
otot bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 26x/i, irama nafas klien teratur,
jenis pernafasan spontan, nafas dalam, klien mengalami batuk produktif dengan
sputum kental berwarna kuning, tidak terdapat darah, palpasi dada klien
simetris, perkusi dada bunyi sonor, suara nafas klien ronkhi, namun tidak
mengalami nyeri dada dan menggunakan alat bantu nafas. Pada sistem ini akan
sangat terganggu karena akan mempengaruhi pernafasan, jika dalam jalan
nafas terdapat sputum maka pasien akan kesulitan dalam bernafas yang bisa
mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti

13
ronkhi karena suara nafas ini menandakan adanya gangguan pada saat
ekspirasi.
d. Sistem Kardiovaskular
pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82x/i dengan irama teratur,
tidak mengalami distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat suhu tubuh
klien 360c,warna kulit tidak pucat,pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada
edema. Sedangkan pada sirkulasi jantung, kecepatam denyut apical 82x/i
dengan irama teratur tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada.
Tumor nasofaring tidak menyerang peredaran darah pasien sehingga tidak akan
mengganggu peradaran darah tersebut.
e. Sistem Saraf Pusat
tidak ada keluhan sakit kepala, migran/vertigo, tingkat kesadaran klien kompos
metis dengan glasgow coma scale ( GSC ) E : 4, M : 6, V : 5. Tidak ada tanda-
tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem persyarafan dan pada
pemeriksaan refleks fisiologis klien normal. Tumor nasofaring juga bisa
menyerang saraf otak karena ada lubang penghubung dirongga tengkorak yang
bisa menyebabkan gangguan pada beberapa saraf otak. Jika terdapat gangguan
pada otak tersebut maka pesien akan memiliki prognosis yang buruk.
f. Sistem Pencernaan
keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah klien tidak
kotor, saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare
konsistensi feses lunak, bising usus klien 8x/i, tidak terjadi konstipasi, hepar
tidak teraba, abdomen lembek. Tumor tidak menyerang disaluran pencernaan
sehingga tidak ada gangguan dalam sistem pencernaan pasien.
g. Sistem Endokrin
pada klien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton,
dan tidak ada luka gangren. Hal ini terjadi karena tumor nasofaring tidak
menyerang kelenjar tiroid pasien sehingga tidak mengganggu kerja sistem
endokrin.
h. Sistem Urogenital

14
balance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500ml, tidak ada perubahan
pola kemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia, inkontinensia,
anunial), warna BAK klien kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih,
tidak ada keluhan sakit pinggang. Tumor nasofaring tidak sampai melebar
sampai dengan urogenital sehingga tidak mengganggu sistem tersebut.
i. Sistem Integumen
turgor kulit klien elastis, temperatur kulit klien hangat, warna kulit pucat,
keadaan kulit baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah
pemasangan infus baik, tekstur kulit baik, kebersihan rambut bersih, warna
pucat yang terlihat pada pasien menunjukkan adanya sumbatan yang ada dalam
tenggorokkan sehingga pasien terlihat pucat.
j. Sistem Muskuloskeletal
saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang,
sendi dan kulit serta tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada bentuk tulang
sendi dan tidak ada kelainan struktur tulang belakang, dan keadaan otot baik.
Pada tumor ini tidak menyerang otot rangka sehingga tidak ada kelainanyang
mengganggu sistem muskuloskeletal.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. pemeriksaan kelenjar limfe leher
perhatikan pemeriksaan kelenjar limfe rantai jugularis internal, rantai nervus
aksesorius dan rantai arteri vena transver salis koli apakah terdapat pembesaran
(Desen, 2008).
b. Pemeriksaan Nasofaring
nasofaring diperiksa dengan cara rinoskopi posterior, dengan atau tanpa
menggunakan kateter (American cancer socienti, dan soeptjipto, 1989).
1. Rinoskopi Posterior Tanpa Menggunkan Kateter
nasofaringoskopi indirek menggunakan kaca dan lampu khusus untuk
menilai nasofaring dan area yang dekat sekitarnya. Pada pasien dewasa
yang tidak sensitiv, pemeriksaan ini dapat dilakukan. tumor yang tumbuh
eksofitik dn sudah agak besar akan dapat tampak dengan mudah.
2. Rinoskop Posterior Menggunakan Kateter

15
Nasofaringoskopi direk, dokter menggunakan sebuah fibreoptic scope
(lentur, menerangi, tabung sempit yang dimasukkan kerongga
hidung/mulut) untuk menilai secara langsung lapisan nasofaring. Dua buah
kateter dimasukkan masing-masing kedalam rongga hidung kanan dan kiri,
setelah tampak diorofaring, ujung kateter tersebut dijepit dengan pinset dan
ditarik keluar selanjutnya disatukan dengan masing-masing ujung kateter
yang lainnya.
c. Pemeriksaan Saraf Cranial
Ditunjukkan pada kecurigaan paralisi otot mata, kelompok otot kunyah dan
lidah kadang perlu diperiksa berulang kali berulah ditemukan hasil positif
(desen, 2008).
d. CT-scan
pemeriksaan tomografi, ct-scan nasofaring merupakan pemeriksaan yang
paling dipercaya untuk menetapkan stadium tumor dan prluasan tumor. Pada
stadium dini terlihat asimetri dari resessus lateralis, torus tobarius dan dinding
posterior nasofaring
e. X-ray dada
jika pasien telah didiagnosa kanker nasofaring, poto polos x-ray dada mungkin
dilakukan untuk menilai penyebaran kanker ke paru ( American Cancer
Society, 2011 dan Soeptjipto, 1989 ).
f. Magnetik Resonance Imaging (MRI) Scan
MRI memiliki resolusi yang baik terhadap jaringan lunak, dapat serentak
membuat potongan melintang, segital koronal, sehingga lebih baik dari ct.MRI
selain dengan jelas memperlihatkan lapisan struktur nasofaring dan luas lesi,
juga dapat secara lebih dini menunjukkan antara fasca fibrosis fasca radioterapi
dan rekurensi tumor, MRI juga lebih bermanfaat ( desen, 2008 dan American
Cancer Society, 2011)
g. Poto Thoraks
untuk memastikan adanya destruksi pada tulang dasar tengkorak serta adanya
metastasis jauh ( Soeptjipto, 1989 ).
h. Biopsi

16
penghapusan sel atau jaringan sehingga dapat dilihat dibawah mikroskop oleh
patologi untuk memastikan tanda-tanda kanker. Biopsi nasofaring dapat
dilakukan dengan 2 cara dari hidung atau dari mulut. Biopsi melalui hidung
dilakukan tanpa melihat jelas tumornya ( blind biopsy ). Cunan biopsi
dimasukkan melalui rongga hidung menyusuri konka media ke nasofaring
kemudian cunan diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsi. Biopsi melalui
mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukan melalui
hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar diklem
bersama-sama ujung kateter yang dihidung. Demikian juga dengan kateter
yang dihidung disebelahnya, sehingga palatum mole tertarik ke atas. Kemudian
dengan kaca laring dilihat daerah nasofaring. Biopsi dilakukan dengan melihat
tumor melalui kaca tersebut atau memakai nasofaringoskop yang dimasukkan
melalui mulut, maka tumor akan terlihat lebih jelas. Biopsi tumor nasofaring
umumnya dilakukan dengan anestesi topikal dengan xylocain 10%.
i. Pemeriksaan Darah
Untuk mengetahui adanya metastasis jauh.

11. Analisa Data

Data Etiologi Masalah keperawatan


DS: - Sesak nafas/Nersihan jalan nafas Bersihan jalan nafas tidak efektif
DO: 1.Suara nafas pasien ronkhi tidak efektif/Penumpukan lendir
Tumor
2. Pasien sulit menelan.
3. Adanya
pembengkakan pada
leher
DS : - Kesulitan bernafas Ketidak efektifan pola nafas
DO : 1. Adanya bengkak pada Ketidakefektifan pola nafas
leher. Penyumbatan saluran nafas
2.pemeriksaan cuping (+). Tumor

DS : - Gangguan nyeri akut penekanan Nyeri akut

17
DO : 1.Adanya perilaku saraf tumor
ekspresif dari pasien.
2. kesulitan beraktivitas.
3. Sianosis.
DS : - Penurunan berat badan Ketidakseimbangan nutrisi kurang
DO : 1.Penurunan BB. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan
2. pasien kesulitan kurang dari kebutuhan tubuh
menelan. Anoreksia
3.Pasien tampak lemah. Infeksi

2. Diagnosa Keperawatan
1. bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan lendir d/d terdengarnya suara
ronkhi
2. pola nafas tidak efektif b/d penyempitan jalan nafas oleh tumor d/d cuping hidung
positif
3. nyeri akut b/d penekatan jaringan saraf oleh tumor d/d adanya perilaku ekspresif
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia d/d
penurunan BB

18
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional


1 bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Tujuan : Setelah dilakukan 1. Posisikan klien dengan 1. Posisi membantu
penumpukan lendir d/d terdengarnya tindakan keperawatan semifowler untuk memaksimalkan
suara ronkhi 3x24 jam jalan nafas memaksimalkan ekspansi paru dan
bersih . ventilasi. menurunkan upaya
KH : 1. Jalan nafas bersih dan 2. Kaji keefektifan pernafasan.
efektif pengobatan yang 2. Mengetahui pengobatan
2. Mengeuarkan sekresi diresepkan. yang telah dijalankan.
secara efektif 3. Atur pemberian O2. 3. Untuk meningkatkan
3. Mempunyai irama dan 4. Lakukan pengisapan transport oksigen.
fekuensi pernafasan endotrakea atau 4. Untuk mengeluarkan
dalam rentang normal. nasotrakea, sesuai sputum
dengan kebutuhan. 5. Inform consent kepada
5. Informasikan kepada klien dan keluarga
klien dan keluarga 6. Untuk mengetahui
sebelum memulai kebutuhan yang
prosedur diperlukan pasien
selama perawatan
2 pola nafas tidak efektif b/d penyempitan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Pantau adanya pucat 1. Untuk mengetahui tanda
jalan nafas oleh tumor d/d cuping hidung tindakan keperawatan dan sianosis. dan gejala yang uncul

19
positif selama 3x24 jam 2. Pantau kecepatan akibat tumor nasofaring.
diharapkan pola nafas irama, kedalaman dan 2. Untuk mengetahui
kembali efektif. upaya pernafasan. upaya pasien dalam
KH : 1. Pasien tidak merasa 3. Perhatikan pergerakan bernafas.
sesak lagi dengan RR dada, amati 3. Untuk mengetahui pola
20x/i. kesimetrisan, dan nafas yang normal.
2. cuping hidung (-). penggunaan otot bantu 4. Untuk melihat adanya
3. Bunyi nafas tambahan pernafasan. bunyi nafa tambahan
tidak ada 4. Pantau bunyi 5. Untuk mengetahui
pernafasan seperti upaya pasien dalam
mendengkur. nafas dalam.
5. Anjurkan pasien untuk 6. Untuk memberikan
nafas dalam. kenyamanan.
6. Ajarkan pasien tentang 7. Posisi membantu
teknik relaksasi untuk memaksimalkan
memperbaiki pola ekspansi paru dan
pernafasan. menurunan upaya
7. Atur posisi pasien pernafasan.
semifowler.
3 nyeri akut b/d penekatan jaringan saraf Tujuan : setelaj dilakukan 1. berikan tindakan 1. meningkatkan relaksasi dan
oleh tumor d/d adanya perilaku ekspresif tindakan keperawatan kenyamanan dan aktivitas memfokuskan kembali
3x24 jam klien hiburan. perhatian.
menunjukkan tingkat 2. dorong penggunaan 2. memungkinkan pasien untuk

20
kenyamanan. keterampilan manajemen berpartisipasi secara aktif dan
KH : 1. Nyeri (-) dengan skala nyeri. meningkatkan rasa control.
nyeri 2-3. 3. minta klien untuk menilai 3. untuk mengetahui tingkatan
2. Ekspresi wajah tenang, skala nyeri dari 0-10. nyeri yang dialami pasien.
klien mampu istirahat dan 4. kolaborais dengan dokter 4. nyeri merupakan gejala yang
tidur. dlam terapi analgesic sering terjadi terutama dalam
3.hasil pemeriksaan fisik kanker, meskipun respon
normal, TTV dalam batas individu berbeda.
normal.
4 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Tujuan : setelah dilakukan 1. kaji pola makan klien. 1. untuk mengetahui asupan
kebutuhan tubuh b/d anoreksia d/d tindakan keperawatan 2. kaji makanan yang disukai nutrisi yang masuk dalam
penurunan BB 4 minggu klien akan : klien. tubuh.
1. Menunjukkan status nutrisi 3. kolaborasi dengan ahli gizi 2. untuk mengetahui kandungan
adekuat. dalam menentukan kebutuhan nutrisi dalam makanan.
2. mempertahankan BB. protein untuk pasien dengan 3. untuk memenuhi kebutuhan
3. nilai laoratorium dalam batas ketidakadekuatan asupan nutrisi pasien.
normal. protein atau kehilangan 4. untuk menghindari salah
protein. persepsi pasien terhadap
4. berikan informsi tentang kebutuhan nutrisinya.
kebutuhan nutrisi dan 5. meningkatkan nafsu makan.
pentingnya bagi tubuh klien. 6. jenis makanan ini akan
5. berikan oral hygiene. meningkatkan pemenuhan
6. Berikan makanan bergizi, nutrisi tanpa meningkatkan

21
tinggi kalori, dan bervariasi stimulasi pencernaan.
dan dapat dipilih. 7. memberikan pemandangan
7. ciptakan lingkungan yang yang bagus sehingga pasien
menyenangkan untuk makan. memiliki nafsu makan yang
8. timbang pasien pada baik.
interval yang tepat 8. menngtahui perubahan BB
pasien.

22
4. Evaluasi

Diagnosa Keperawatan Tujuan Tindakan Evaluasi


bersihan jalan nafas tidak Jalan nafas menjadi Mengajarkan batuk S : pasien mengatakan : “
efektif b/d penumpukan bersih dan efektif efektif dan Saya merasa lebih nyaman
lendir d/d terdengarnya memposisikan semi dalam posisi seperti ini “.
suara ronkhi fowler O :pasien terlihat lebih tenang
dan bernafas normal.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: lanjutkan intervensi.
pola nafas tidak efektif b/d Pola nafas kembali Mengajarkan pasien S: Pasien mengatakan bahwa
penyempitan jalan nafas efektif nafas dalam tehnik rasa sesaknya berkurang.
oleh tumor d/d cuping relaksasi. O: Pasien tampak lebi tenang.
hidung positif A: Masalah teratasi sebagian,
P: Intervensi dilanjutkan
nyeri akut b/d penekatan Pasien menunjukkan Guided imagery S:Pasien mengatakan nyeri
jaringan saraf oleh tumor tingkat kenyamanan berkurang.
d/d adanya perilaku O:Ekspresi pasien tampak
ekspresif lebih tenang.
A:Masalah teratasi sebagian.
P:Intervensi dilanjutkan.
Ketidak seimbangan nutrisi Intake nutrisi adekuat Memberikan makanan S:Pasien mengatakan nafsu
kurang dari kebutuhan yang disukai pasien makan mulai meningkat.
tubuh b/d anoreksia d/d dengan porsi sedikit O : BB pasien meningkat.
penurunan BB tapi sering. A : Masalah teratasi.
P : Intervensi di hentikan.

BAB III

23
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumor nasofaring merupakan tumor ganas nomor satu yang mematikan dan
menempati urutan ke sepuluh dari seluruh tumor ganas di tubuh. Banyak faktor yang
diduga berhubungan dengan tumor nasofaring, yaitu : adanya infeksi EBV, faktor
lingkugan, dan genetik. Tumor nasofaring banyak ditemukan di Indonesia. Pada stadium
dini yang diberikan adalah penyinaran dan hasilnya baik.
3.2 Saran
Perawat sebaiknya mengetahui mengenai penyakit tumor nasorafing, sehingga
apabila menemukan kasus secara dini dapat segera ditangani dengan sesuai dan dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat pagi penderita tumor nasofaring.

DAFTAR PUSTAKA

24
http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/04askep-ca-nasofaring/

M. Wilkinson Judith dan R. Ahern Nancy. 2011. Diagnose Keperawatan, (Ed 9). Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Kusuma Hardi dan Huda Nurarif Amin. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Nanda Nic-Noc. Media Hardy, Yogyakarta.

Anas, T. (2008). Klien Gangguan Pernafasan: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Ernawati Kadrianti, E,. & Baasri, H. M. (2004). Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Vol. 4
Nomor 2. Factor-faktor yang berhubungan dengan karsinoma Nasofaring (KNF), 224.

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

25
26

Anda mungkin juga menyukai