Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

CA NASOFARING

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu: Ns. Sirli Agustiani, M. Kep

Disusun Oleh:
1. Andi Kurniawan (19100049) 8. Indah Syafitri (19100043)

2. Ayu Ariani (19100025) 9. Indriani Moldy(19100037)

3. Barokah (19100035) 10. M Thufeil A (19100047)

4. Dara Ferawati (19100046) 11. Mardiana DM (2010071P)

5. Dwi Septiani (19100048) 12. Melpina Leo L (2010072P)

6. Geva Giranda (19100029) 13. Merin Mediloka (2010073P)

7. Ilham Martadinata (19199934) 14. Nadiyah (19100041)

STIKES Citra Delima Bangka Belitung


Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Jl. Pinus I depan kuburan, Kacang Pedang, Gerunggang, Kota Pangkal
Pinang, Kepulauan Bangka Belitung 33125
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, penulis ucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan makalah yang berjudul " Ca Nasofaring".

Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan penulis
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan.

Besar harapan penulis, di kemudian hari, makalah ini bisa menjadi patokan atau tolok
ukur pembuatan makalah ilmiah mengenai Ca Nasofaring. Adapun, penulis juga berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya ataupun penelitian selanjutnya.

Bangka, 09 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................. iii

BAB I Pendahuluan................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................. 2

BAB II Pembahasan................................................................................................... 3

2.1 Definisi Ca Nasofaring........................................................................................ 3

2.2 Penyebab Ca Nasofaring...................................................................................... 4

2.3 Gejala Ca Nasofaring........................................................................................... 5

2.4 Diagnosis Ca Nasofaring..................................................................................... 6

2.5 Pengobatan dan Perawatan.................................................................................. 8

BAB III Penutup........................................................................................................ 10

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 10

3.2 Saran ................................................................................................................. 10

Daftar Pustaka............................................................................................................ 11

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker Nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring
dengan predileksi di Fosa Rossenmuller dan atap nasofaring. KNF adalah tumor yang
berasal dari sel epitel yang menutupi permukaan nasofaring. Kanker nasofaring
merupakan tumor ganas yang sering dijumpai dibagian telinga, hidung, tenggorokan,
kepala dan leher (THTKL). Kanker nasofaring di Indonesia menduduki urutan keempat
dari seluruh keganasan setelah kanker mulut rahim, payudara dan kulit (Nasir, 2009).
Kanker nasofaring merupakan salah satu jenis kanker ganas yang sering ditemukan
di Indonesia. Kanker nasofaring berada pada urutan ke-4 kanker terbanyak di Indonesia
setelah kanker payudara, kanker leher rahim, dan kanker paru. Kanker nasofaring adalah
kanker kepala leher tersering (28.4%), dengan rasio pria-wanita adalah 2:4, dan endemis
pada populasi Jawa (Adam et al., 2012).
Salah satu metode pengobatan pada penyakit kanker adalah kemoterapi yaitu
pengobatan kanker secara sistematik dengan tujuan menghambat pertumbuhan sel
kanker. Terapi pada kanker nasofaring menyebabkan stomatitis, mukositis, nyeri,
penurunan sekresi kelenjar ludah, menekan sensasi rasa dan kerusakan gigi. Hal ini
menyebabkan penurunan asupan makan, daya tahan tubuh, mudah terkena infeksi,
penurunan berat badan dan status gizi (Soepardi, 2012).
Kualitas hidup merupakan salah satu luaran yang penting pada pasien kanker.
Penderita kanker nasofaring lebih rentan memiliki kualitas hidup yang buruk
dibandingkan dengan kanker yang lain karena faktor spesifik seperti nyeri di mulut,
suara serak, menghindari makan di tempat 3 umum dan bicara yang tidak jelas
menyebabkan turunnya kepercayaan diri dan keterbatasan fisik (Kurniawati, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Ca Nasofaring
2. Apa penyebab Ca Nasofaring
3. Gejala apa saja pada Ca Nasofaring
4. Diagnosis Ca Nasofaring
5. Bagaimana pengobatan dan perawatan Ca Nasofaring

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui definisi dari Ca Nasofaring
2. Mengetahui penyebab dari Ca Nasofaring
3. Mengetahui lebih awal gejala Ca Nasofaring
4. Mengetahui diagnosis dari Ca Nasofaring
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan melaksanakan pengobatan dan perawatan Ca
Nasofaring

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ca Nasofaring


Kanker nasofaring (NPC) atau yang biasa dikenal dengan “kanker hidung” terjadi
saat sel kanker berkembang dari jaringan di nasofaring, area di belakang rongga hidung
dan di atas bagian belakang tenggorokan. Karena ciri khasnya, nasopharyngeal
carcinoma (NPC) sering didiskusikan sebagai entitas terpisah dari kanker kepala dan
leher lainnya.
Kanker nasofaring adalah kanker yang menyerang jaringan di nasofaring. Kanker ini
umumnya tumbuh sebagai kanker ganas.  Di antara jenis kanker yang menyerang kepala dan
leher, kanker nasofaring merupakan salah satu yang paling sering terjadi.

Nasofaring merupakan salah satu bagian dari tenggorokan. Posisinya terletak di


belakang rongga hidung dan di balik langit-langit mulut. Ketika terkena kanker
nasofaring, seseorang dapat mengalami gejala berupa gangguan dalam berbicara,
mendengar, atau bernapas.

Kanker nasofaring cukup sulit untuk dideteksi, karena gejalanya sering kali baru
muncul ketika sudah di tahap lanjut. Untuk mengatasinya, dokter akan menggunakan
metode terapi radiasi dan kemoterapi.

3
2.2 Penyebab Ca Nasofaring
Orang China dari daerah endemik seperti Hong Kong dan China Selatan memiliki
risiko tertinggi terkena NPC. Orang Cina dari daerah lain dan orang Cina yang
bermigrasi dari daerah endemik ke daerah berisiko rendah juga memiliki risiko NPC
yang tinggi. Populasi dari negara-negara Afrika Utara dan Timur Tengah juga memiliki
risiko menengah untuk mendapatkan NPC. Di Singapura, risiko NPC pada laki-laki
adalah sekitar 3 kali lipat dari perempuan.
Kabar baik tentang kanker hidung adalah bahwa kejadian penyakit ini menurun di
Indonesia. Hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh generasi muda dengan pilihan
makanan yang lebih luas dan asupan ikan asin dan sayuran yang diawetkan lebih rendah.
Penyebab pasti kanker nasofaring (karsinoma nasofaring) masih belum diketahui.
Namun, kondisi ini diduga terkait dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV). EBV
umumnya terdapat di dalam air liur. Penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan orang lain atau melalui benda yang terkontaminasi.
Kanker nasofaring diduga muncul karena adanya infeksi EBV di dalam sel
nasofaring penderitanya. Akibatnya, sel yang telah terinfeksi virus ini mengalami
pertumbuhan sel yang tidak normal.
EBV merupakan penyebab beberapa penyakit, seperti mononukleosis. Namun, pada
kebanyakan kasus, EBV tidak menyebabkan infeksi yang berkepanjangan. Hingga saat
ini, kaitan EBV dengan kanker nasofaring masih terus diteliti.
Selain EBV, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena kanker nasofaring, yaitu:
 Berjenis kelamin laki-laki
 Berusia 30–50 tahun
 Sering mengonsumsi makanan yang diawetkan dengan garam
 Memiliki keluarga dengan riwayat kanker nasofaring
 Memiliki riwayat gangguan telinga, hidung, dan tenggorokan (THT), seperti
rhinitis, otitis media, dan polip hidung
 Merokok dan mengonsumsi alkohol
 Sering terpapar bubuk kayu atau bahan kimia formaldehida

Komplikasi Kanker Nasofaring

4
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat kanker nasofaring dapat berbeda-beda
pada setiap pasien. Jika ukurannya makin besar, kanker nasofaring dapat menekan
organ lain di dekatnya, seperti saraf, tenggorokan, hingga otak.
Apabila kanker atau kelenjar getah bening yang terkena kanker menekan saraf,
pasien dapat merasakan nyeri menjalar yang sangat mengganggu. Kanker nasofaring
juga bisa memicu penggumpalan darah di otak, yang dapat menyebabkan stroke-like
syndrome (SLS).
Kanker nasofaring umumnya menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar leher.
Namun tidak menutup kemungkinan, kanker nasofaring menyebar ke organ yang lebih
jauh, seperti tulang, paru-paru, dan hati.
Radioterapi yang digunakan sebagai metode pengobatan kanker nasofaring juga
dapat menimbulkan beberapa komplikasi, di antaranya:
 Hipotiroidisme
 Mulut kering
 Jaringan parut pada leher
 Kelainan gigi, seperti osteonekrosis
 Hipoplasia pada jaringan otot dan tulang
 Hipoparatiroidisme
 Gangguan pertumbuhan
 Kehilangan kemampuan pendengaran

2.3 Gejala Ca Nasofaring

Pada stadium awal, kanker nasofaring mungkin tidak menimbulkan gejala. Gejala
sering kali mulai muncul ketika kanker telah menyebar lebih jauh. Gejala umum kanker
nasofaring dapat berupa:
 Benjolan pada tenggorokan
 Mimisan
 Hidung terus-menerus tersumbat atau pilek
 Telinga berdengung (tinnitus) atau terasa tidak nyaman
 Gangguan pendengaran
 Infeksi telinga yang berulang

5
 Sakit kepala
 Penglihatan kabur atau berbayang
 Kesulitan membuka mulut
 Mati rasa di wajah
 Sakit tenggorokan
 Sputum bernoda darah
 Leher bengkak dari pembesaran kelenjar getah bening
 Drooping dari tutup mata, penglihatan ganda, wajah mhati rasa akibat keterlibatan
saraf kranial
 Gejala dari penyakit lanjut seperti penurunan berat badan, kelelahan, nyeri tulang, dll

2.4 Diagnosis Ca Nasofaring


Diagnosis kanker nasofaring diawali dengan melakukan tanya jawab terkait gejala
yang dialami, gaya hidup, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Untuk
memastikan kondisi pasien, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang
bertujuan untuk mendiagnosis dan menentukan tingkat keparahan kanker. Pemeriksaan
yang akan dilakukan oleh dokter meliputi:
Pemeriksaan fisik
Kanker nasofaring dapat menimbulkan benjolan di leher. Benjolan tersebut biasanya
merupakan tanda bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening. Maka dari itu,
dokter THT akan memulai proses diagnosis dengan menekan beberapa bagian di leher,
untuk mendeteksi keberadaan benjolan.
Nasofaringoskopi
Nasofaringoskopi atau nasoendoskopi adalah prosedur untuk melihat bagian dalam
nasofaring, dengan menggunakan metode endoskopi. Prosedur ini dilakukan dengan
bantuan alat khusus bernama nasofaringoskop.
Nasofaringoskop adalah alat berupa selang kecil berkamera, yang akan dimasukkan
ke dalam nasofaring melalui hidung. Kamera pada nasofaringoskop akan mengirimkan
gambar ke monitor, sehingga dokter dapat mengamati kondisi nasofaring.
Biopsi
Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel dari benjolan di nasofaring untuk
diperiksa di bawah mikroskop. Dalam pengambilan sampel, dokter juga biasanya
menggunakan nasoendoskopi.

6
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut, untuk mengetahui tingkat
keparahan kanker nasofaring yang diderita pasien:
 Foto Rontgen
 CT scan
 MRI
 Positron Emission Topography (PET) scan

Kanker nasofaring terbagi menjadi 4 stadium, yakni:


 Stadium 0
Disebut juga kanker in situ. Pada stadium ini, muncul sel abnormal di nasifaring yang
dapat menjadi kanker berpotensi menyebar ke jaringan di sekitarnya.
 Stadium I
Sel abnormal di nasofaring telah berubah menjadi kanker. Kanker yang bisa menyebar
ke jaringan di sekitar nasofaring, seperti orofaring (bagian tenggorokan di bawah
nasofaring) atau rongga hidung.
 Stadium II
Kanker sudah semakin besar atau menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening
yang ada di salah satu sisi leher atau di balik tenggorokan.
 Stadium III
Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di kedua sisi leher, ke tulang, atau
ke rongga sinus terdekat.
 Stadium IV
Kanker telah menyebar ke jaringan atau organ tubuh lain. Pada stadium IVA kanker
menyebar ke bagian lain di kepala seperti otak, tenggorokan, mata, atau kelenjar air
liur. Sementara pada stadium IVB, kanker menyebar ke organ yang berjauhan dengan
nasofaring, sepeti tulang selangka atau paru-paru.
Saat dicurigai adanya kanker hidung, dokter Anda secara visual dapat memeriksa
bagian belakang hidung dengan menggunakan nasoscope. Tabung ringan fleksibel kecil
dimasukkan melalui lubang hidung ke bagian belakang rongga hidung, dan area yang
tampak tidak normal atau pertumbuhan abnormal dapat dibiopsi untuk konfirmasi
dengan patologi untuk mengetahui keganasan. Jika pembesaran kelenjar getah bening
ditemukan, biopsi jarum juga bisa dilakukan.

7
Bagaimana NPC dinilai?
Prognosis dan pilihan pengobatan bergantung pada stadium (tingkat) NPC.
Berikut ini terkait dengan tahap yang lebih maju dan dengan demikian berisiko tinggi
mengalami rekurensi pasca perawatan:
 Invasi dasar tengkorak oleh tumor primer (stadium III)
 Keterlibatan saraf di sekitarnya (tengkorak) (stadium IVA), yang mungkin timbul
karena terkulai kelopak mata, penglihatan ganda, dll.
 Pembesaran kelenjar getah bening leher, terutama bila nodusnya lebih besar dari
6mm (stadium IVB), melibatkan kedua sisi leher (stadium III), atau keterlibatan
nodus pada fosa supraklavikula (di dasar leher, di atas tulang kerah, Tahap IVB).
 Situs umum metastasis jauh di NPC meliputi tulang, paru-paru dan hhati. Pasien-
pasien ini memiliki penyakit stadium lanjut IVC, dan tujuan pengobatannya bersifat
palihatif.

2.5 Pengobatan dan Perawatan Ca Nasofaring


Pengobatan Kanker Nasofaring
Pengobatan kanker nasofaring dapat berbeda-beda, sesuai dengan riwayat penyakit,
stadium kanker, letak kanker, dan kondisi pasien secara umum. Beberapa metode
pengobatan kanker nasofaring yang umum digunakan adalah:
1. Radioterapi
Radioterapi biasanya dilakukan untuk mengatasi kanker nasofaring stadium awal.
Prosedur ini menggunakan sinar berenergi tinggi, untuk membunuh dan menghentikan
pertumbuhan sel kanker.
2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan yang berfungsi untuk membunuh sel
kanker. Kemoterapi biasanya ditunjang dengan prosedur radioterapi atau imunoterapi,
agar efektivitas pengobatan dapat lebih maksimal.
3. Pembedahan
Karena nasofaring berdekatan dengan banyak pembuluh darah dan saraf, prosedur
pembedahan dalam mengatasi kanker nasofaring jarang digunakan. Metode ini lebih
sering dilakukan untuk mengangkat kanker pada kelenjar getah bening di leher.
4. Imunoterapi

8
Imunoterapi adalah pemberian obat yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
melawan sel kanker. Jenis obat imunoterapi yang diresepkan oleh dokter, sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien. Contoh obat imunoterapi untuk mengatasi kanker
nasofaring adalah pembrolizumab atau cetuximab.
Selain metode pengobatan di atas, dokter juga dapat melakukan perawatan paliatif,
yaitu perawatan untuk mencegah atau mengatasi gejala dan efek samping atas
pengobatan yang diterima.
Perawatan paliatif dapat diberikan bersamaan dengan metode lain untuk mengatasi
kanker nasofaring, dengan tujuan membuat pasien merasa nyaman.
Pencegahan Kanker Nasofaring
Belum ada cara untuk mencegah kanker nasofaring. Namun, ada beberapa upaya
yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan, sehingga risiko kanker nasofaring dapat
berkurang. Upaya tersebut antara lain:
 Menghindari konsumsi makanan yang diawetkan dengan garam
 Menghindari asap rokok atau berhenti merokok
 Tidak mengonsumsi minuman beralkohol

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker nasofaring (NPC) atau yang biasa dikenal dengan “kanker hidung” terjadi
saat sel kanker berkembang dari jaringan di nasofaring, area di belakang rongga hidung
dan di atas bagian belakang tenggorokan.
Penyebab pasti kanker nasofaring (karsinoma nasofaring) masih belum diketahui.
Namun, kondisi ini diduga terkait dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV). EBV
umumnya terdapat di dalam air liur. Penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan orang lain atau melalui benda yang terkontaminasi. Pada stadium awal, kanker
nasofaring mungkin tidak menimbulkan gejala. Gejala sering kali mulai muncul ketika
kanker telah menyebar lebih jauh.
Diagnosis kanker nasofaring diawali dengan melakukan tanya jawab terkait gejala
yang dialami, gaya hidup, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Untuk
memastikan kondisi pasien, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang
bertujuan untuk mendiagnosis dan menentukan tingkat keparahan kanker.
Pengobatan kanker nasofaring dapat berbeda-beda, sesuai dengan riwayat penyakit,
stadium kanker, letak kanker, dan kondisi pasien secara umum yaitu terapi, kemoterapi,
pembedahan, dan imunoterapi. Belum ada cara untuk mencegah kanker nasofaring.
Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan, sehingga
risiko kanker nasofaring dapat berkurang.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah masih banyak kata yang salah, maka dari itu perlu
masukan dan pelatihan lagi agar makalah yang dihasilkan bisa menjadi tolok ukur bagi
makalah lainnya.
Dalam hal penyakit, kita sebaiknya melakukan pencegahan sebelum terlambat yaitu
dengan cara:
 Menghindari konsumsi makanan yang diawetkan dengan garam
 Menghindari asap rokok atau berhenti merokok

10
 Tidak mengonsumsi minuman beralkohol

DAFTAR PUSTAKA

Adi Husada. 2017. Kanker Nasofaring. https://ahcc.co.id/cancer/kanker-nasofaring (diakses


tanggal 09 Oktober 2021)

dr. Meva Nareza. 2021. Kanker Nasofaring. https://www.alodokter.com/karsinoma-


nasofaring (diakses tanggal 09 Oktober 2021)

Wd Sari. 2017. BAB I. pdf- Unissula Repository.


http://repository.unissula.ac.id/10045/6/BAB%20I.pdf (diakses tanggal 09 Oktober 2021)

11

Anda mungkin juga menyukai