CA NASOFARING
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu: Ns. Sirli Agustiani, M. Kep
Disusun Oleh:
1. Andi Kurniawan (19100049) 8. Indah Syafitri (19100043)
Pertama-tama, penulis ucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan makalah yang berjudul " Ca Nasofaring".
Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan penulis
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan.
Besar harapan penulis, di kemudian hari, makalah ini bisa menjadi patokan atau tolok
ukur pembuatan makalah ilmiah mengenai Ca Nasofaring. Adapun, penulis juga berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya ataupun penelitian selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan................................................................................................... 1
BAB II Pembahasan................................................................................................... 3
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 10
Daftar Pustaka............................................................................................................ 11
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui definisi dari Ca Nasofaring
2. Mengetahui penyebab dari Ca Nasofaring
3. Mengetahui lebih awal gejala Ca Nasofaring
4. Mengetahui diagnosis dari Ca Nasofaring
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan melaksanakan pengobatan dan perawatan Ca
Nasofaring
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kanker nasofaring cukup sulit untuk dideteksi, karena gejalanya sering kali baru
muncul ketika sudah di tahap lanjut. Untuk mengatasinya, dokter akan menggunakan
metode terapi radiasi dan kemoterapi.
3
2.2 Penyebab Ca Nasofaring
Orang China dari daerah endemik seperti Hong Kong dan China Selatan memiliki
risiko tertinggi terkena NPC. Orang Cina dari daerah lain dan orang Cina yang
bermigrasi dari daerah endemik ke daerah berisiko rendah juga memiliki risiko NPC
yang tinggi. Populasi dari negara-negara Afrika Utara dan Timur Tengah juga memiliki
risiko menengah untuk mendapatkan NPC. Di Singapura, risiko NPC pada laki-laki
adalah sekitar 3 kali lipat dari perempuan.
Kabar baik tentang kanker hidung adalah bahwa kejadian penyakit ini menurun di
Indonesia. Hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh generasi muda dengan pilihan
makanan yang lebih luas dan asupan ikan asin dan sayuran yang diawetkan lebih rendah.
Penyebab pasti kanker nasofaring (karsinoma nasofaring) masih belum diketahui.
Namun, kondisi ini diduga terkait dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV). EBV
umumnya terdapat di dalam air liur. Penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan orang lain atau melalui benda yang terkontaminasi.
Kanker nasofaring diduga muncul karena adanya infeksi EBV di dalam sel
nasofaring penderitanya. Akibatnya, sel yang telah terinfeksi virus ini mengalami
pertumbuhan sel yang tidak normal.
EBV merupakan penyebab beberapa penyakit, seperti mononukleosis. Namun, pada
kebanyakan kasus, EBV tidak menyebabkan infeksi yang berkepanjangan. Hingga saat
ini, kaitan EBV dengan kanker nasofaring masih terus diteliti.
Selain EBV, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena kanker nasofaring, yaitu:
Berjenis kelamin laki-laki
Berusia 30–50 tahun
Sering mengonsumsi makanan yang diawetkan dengan garam
Memiliki keluarga dengan riwayat kanker nasofaring
Memiliki riwayat gangguan telinga, hidung, dan tenggorokan (THT), seperti
rhinitis, otitis media, dan polip hidung
Merokok dan mengonsumsi alkohol
Sering terpapar bubuk kayu atau bahan kimia formaldehida
4
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat kanker nasofaring dapat berbeda-beda
pada setiap pasien. Jika ukurannya makin besar, kanker nasofaring dapat menekan
organ lain di dekatnya, seperti saraf, tenggorokan, hingga otak.
Apabila kanker atau kelenjar getah bening yang terkena kanker menekan saraf,
pasien dapat merasakan nyeri menjalar yang sangat mengganggu. Kanker nasofaring
juga bisa memicu penggumpalan darah di otak, yang dapat menyebabkan stroke-like
syndrome (SLS).
Kanker nasofaring umumnya menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar leher.
Namun tidak menutup kemungkinan, kanker nasofaring menyebar ke organ yang lebih
jauh, seperti tulang, paru-paru, dan hati.
Radioterapi yang digunakan sebagai metode pengobatan kanker nasofaring juga
dapat menimbulkan beberapa komplikasi, di antaranya:
Hipotiroidisme
Mulut kering
Jaringan parut pada leher
Kelainan gigi, seperti osteonekrosis
Hipoplasia pada jaringan otot dan tulang
Hipoparatiroidisme
Gangguan pertumbuhan
Kehilangan kemampuan pendengaran
Pada stadium awal, kanker nasofaring mungkin tidak menimbulkan gejala. Gejala
sering kali mulai muncul ketika kanker telah menyebar lebih jauh. Gejala umum kanker
nasofaring dapat berupa:
Benjolan pada tenggorokan
Mimisan
Hidung terus-menerus tersumbat atau pilek
Telinga berdengung (tinnitus) atau terasa tidak nyaman
Gangguan pendengaran
Infeksi telinga yang berulang
5
Sakit kepala
Penglihatan kabur atau berbayang
Kesulitan membuka mulut
Mati rasa di wajah
Sakit tenggorokan
Sputum bernoda darah
Leher bengkak dari pembesaran kelenjar getah bening
Drooping dari tutup mata, penglihatan ganda, wajah mhati rasa akibat keterlibatan
saraf kranial
Gejala dari penyakit lanjut seperti penurunan berat badan, kelelahan, nyeri tulang, dll
6
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut, untuk mengetahui tingkat
keparahan kanker nasofaring yang diderita pasien:
Foto Rontgen
CT scan
MRI
Positron Emission Topography (PET) scan
7
Bagaimana NPC dinilai?
Prognosis dan pilihan pengobatan bergantung pada stadium (tingkat) NPC.
Berikut ini terkait dengan tahap yang lebih maju dan dengan demikian berisiko tinggi
mengalami rekurensi pasca perawatan:
Invasi dasar tengkorak oleh tumor primer (stadium III)
Keterlibatan saraf di sekitarnya (tengkorak) (stadium IVA), yang mungkin timbul
karena terkulai kelopak mata, penglihatan ganda, dll.
Pembesaran kelenjar getah bening leher, terutama bila nodusnya lebih besar dari
6mm (stadium IVB), melibatkan kedua sisi leher (stadium III), atau keterlibatan
nodus pada fosa supraklavikula (di dasar leher, di atas tulang kerah, Tahap IVB).
Situs umum metastasis jauh di NPC meliputi tulang, paru-paru dan hhati. Pasien-
pasien ini memiliki penyakit stadium lanjut IVC, dan tujuan pengobatannya bersifat
palihatif.
8
Imunoterapi adalah pemberian obat yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
melawan sel kanker. Jenis obat imunoterapi yang diresepkan oleh dokter, sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien. Contoh obat imunoterapi untuk mengatasi kanker
nasofaring adalah pembrolizumab atau cetuximab.
Selain metode pengobatan di atas, dokter juga dapat melakukan perawatan paliatif,
yaitu perawatan untuk mencegah atau mengatasi gejala dan efek samping atas
pengobatan yang diterima.
Perawatan paliatif dapat diberikan bersamaan dengan metode lain untuk mengatasi
kanker nasofaring, dengan tujuan membuat pasien merasa nyaman.
Pencegahan Kanker Nasofaring
Belum ada cara untuk mencegah kanker nasofaring. Namun, ada beberapa upaya
yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan, sehingga risiko kanker nasofaring dapat
berkurang. Upaya tersebut antara lain:
Menghindari konsumsi makanan yang diawetkan dengan garam
Menghindari asap rokok atau berhenti merokok
Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker nasofaring (NPC) atau yang biasa dikenal dengan “kanker hidung” terjadi
saat sel kanker berkembang dari jaringan di nasofaring, area di belakang rongga hidung
dan di atas bagian belakang tenggorokan.
Penyebab pasti kanker nasofaring (karsinoma nasofaring) masih belum diketahui.
Namun, kondisi ini diduga terkait dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV). EBV
umumnya terdapat di dalam air liur. Penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan orang lain atau melalui benda yang terkontaminasi. Pada stadium awal, kanker
nasofaring mungkin tidak menimbulkan gejala. Gejala sering kali mulai muncul ketika
kanker telah menyebar lebih jauh.
Diagnosis kanker nasofaring diawali dengan melakukan tanya jawab terkait gejala
yang dialami, gaya hidup, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Untuk
memastikan kondisi pasien, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang
bertujuan untuk mendiagnosis dan menentukan tingkat keparahan kanker.
Pengobatan kanker nasofaring dapat berbeda-beda, sesuai dengan riwayat penyakit,
stadium kanker, letak kanker, dan kondisi pasien secara umum yaitu terapi, kemoterapi,
pembedahan, dan imunoterapi. Belum ada cara untuk mencegah kanker nasofaring.
Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan, sehingga
risiko kanker nasofaring dapat berkurang.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah masih banyak kata yang salah, maka dari itu perlu
masukan dan pelatihan lagi agar makalah yang dihasilkan bisa menjadi tolok ukur bagi
makalah lainnya.
Dalam hal penyakit, kita sebaiknya melakukan pencegahan sebelum terlambat yaitu
dengan cara:
Menghindari konsumsi makanan yang diawetkan dengan garam
Menghindari asap rokok atau berhenti merokok
10
Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
DAFTAR PUSTAKA
11