Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KANKER GINJAL

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Medikal Bedah ( KMB) 2

Dosen Pengampu : Laily Isro’in, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1 / 5B

Nama NIM
Mufaliha Sabila Iswari 18631725
Luailiyatun Nahdhiyah 18631685
Hestri Triana Saulistyari 18631654
Laily Ayu Nurrohmah 18631649

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...............................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ............................................................................................................................ 5
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.1 Konsep Penyakit ............................................................................................................... 6
2.1.1 Definisi .......................................................................................................................... 6
2.1.2 Etiologi .......................................................................................................................... 6
2.1.3 Manifestasi Klinis .......................................................................................................... 8
2.1.4 Patofisiologi ................................................................................................................... 9
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................................... 10
2.5.6 Klasifikasi .................................................................................................................... 11
2.5.7 Penatalaksanaan Medis ................................................................................................ 13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................................... 15
2.3 EBN ................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 39

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan Makalah ini dengan cukup baik dan
tepat pada waktunya.
Adapun makalah ini kami susun atas dasar kelengkapan tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah. Kami sampaikan terima kasih kepada Ibu Laily Isro’in, S.Kep.,Ns.,M.Kep Kep.
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB) 2 di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini, semua yang telah memberi informasi yang kami tidak
sebut satu per satu.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan di dalamnya, maka untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari para pembaca dalam kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Sekali lagi kami sampaikan terima kasih.

Ponorogo, September 2020

Kelompok 1

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Banyak darah yang senantiasa lewat melalui ginjal yang terdiri atas filter (saringan ) kecil
tak terhitung banyaknya ( neuron ). Filtrat ( air saringan, air tapis) melewati tabung – tabung
mini yang terletak di lapisan sumsum ginjal, ditempat zat – zat bermanfaat dan berharga
seperti garam, mineral, dan gula diseleksi dan diserap lagi ke dalam dara. Sisanya, ampas
yang tak berguna dari pembakaran di jaringan menuju lewat piala ginjal sebagai urine ke
saluran kemih dan kandung kemih.
Seperti kebanyakan kanker, pada penyakit kanker ginjal keluhan dan simptom tidak ada
untuk jangka waktu lama, tumornya muncul secara laten (tersembunyi ). Tanda pertamanya
adalah darah pada urine, nyeri punggung atau benjolan yang teraba. Tiga gejala ini terkadang
disebut trias grawit, jelas merupakan tanda lambat dan menunjukkan pada suatu stadium
lanjut. Hamturi, darah di urine disebabkan oleh pertumbuhan lanjut ke dalam piala ginjal,
diikuti oleh perdarahan dari tumor. Terkadang darah di dalam piala ginjal membeku,
kemudian darah beku ini disertai serangan kolik ( remas ) yang ditandai oleh kejang nyeri
hebat, didesak ke bawah melalui saluran kemih. Saluran kemih bereaksi atas darah beku
seakan – akan berupa batu ginjal. Jadi sesudah suatu kolik, tidak keluar batu bersama air
kemih, maka mungkin kanker sel ginjal penyebab.
Penyakit ini menyerang laki-laki hampir dua kali lebih banyak dari pada wanita dan
umumnya mengenai laki-laki pada usia diatas 55 tahun. Insidensi carsinoma sel ginjal
(kanker ginjal ) mengenai 3 per 1000 orang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana Konsep Penyakit Dari Kanker Ginjal ?
1.2.2 Bagaimana Asuhan Keperawatan Untuk Pasien Dengan Kanker Ginjal ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui Konsep Penyakit Kanker Ginjal
1.3.2 Mengetahui Asuhan Keperawata Untuk Pasien Dengan Kanker Ginjal

4
1.4 MANFAAT
1.4.1 Menambah Pengetahuan Tentang Konsep Penyakit Dari Kanker Ginjal
1.4.2 Menambah Pengetahuan Tentang Asuhan Keperawatan Untuk Pasien Kanker Ginjal

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP PENYAKIT
2.1.1 DEFINISI
Kanker Ginjal adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelainan pertumbuhan
dari sel-sel kanker pada ginjal. Biasanya, hanya satu ginjal yang terkena kanker.
Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan jenis
kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno
karsinoma renalis / hipernefroma). Kanker Ginjal atau hipernefroma merupakan jenis
kanker yang terdapat pada bagian ginjal atau disebut tubulus renal proksimal.
Carsinoma sel ginjal ( renal cell carcinoma ) adalah tumor malignansi renal
tersering, dua kali lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada wanita.
Karsinoma sel ginjal merupakan tumor yang berasal dari epitel tubulus ginjal terutama
terletak di korteks.Carsinomaselginjal( renal cell carcinoma ) adalah tumor malignansi
renal tersering, dua kali lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada
wanita.
2.1.2 ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan membelah
secara wajar.Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan menghasilkan sel-sel
baru meskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya
suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan, yang dikenal sebagai tumor. Tidak
semua tumor merupakan kanker (keganasan). Tumor yang ganas
disebut tumor maligna. Sel-se ldari tumor ini menyusup dan merusak jaringan
disekitarnya. Sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran
darah atau system getah bening, paru-paru, hati, tulang , Pembuluh limfe, Vena
renalis. dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya ( proses ini dikenal
sebagai metastase tumor ).
Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Namun penelitian telah
menemukan factor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan risiko terjadinya
kanker ginjal. Risiko terjadinya carcinoma sel ginjal meningkat sejalan dengan

6
bertambahnya usia. Kanker ini paling sering terjadi pad ausia 50-70 tahun.
Pria memiliki risiko 2 kali lebih besar dibandingkan wanita.
Faktor – faktor resikonya, yaitu :
2.1.2.1 Merokok.
Merokok adalah faktor resiko utama, para perokok dua kali lebih
mungkin menderita kanker ginjal daripada bukan perokok. Orang
yang menyukai rokok cerutu bahkan bisa menderita kanker ginjal
paling parah. Merokok diperkirakan meningkatkan risiko kanker
ginjal yang berhubungan dengan hipoksia jaringan kronis yang
disebabkan oleh paparan carbon monoksida. Selain itu, pasien
dengan kanker ginjal menunjukkan level kerusakan DNA yang lebih
besar pada limfosit darah perifer.
2.1.2.2 Kegemukan / obesitas.
Orang yang mengalami kegemukan mempunyai resiko yang lebih
tinggi dari mereka yang tidak kegemukan. Obesitas diperkirakan
memiliki kontribusi terhadap kejadian kanker ginjal karena hipoksia
kronis, resistensi insulin, gangguan system endokrin dan semua
kondisi ini disebut obesity induced inflammatory response.
2.1.2.3 Hipertensi.
Kondisi hipertensi kronis dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker ginjal. Pengendalian tekanan darah secara efektif dapat
menurunkan risiko kanker ginjal. Hipertensi dicurigai berpengaruh
terhadap kejadian kanker ginjal karena kondisi hipoksia dan
perioksidasi lemak yang menyebabkan pembentukan sel reaktif
oksigen.
2.1.2.4 Aktivitas Fisik
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan risiko kanker
ginjal seiring dengan peningkatan tingkat aktivitas seseorang.
Beberapa aktivitas yang telah diobservasi dalam menurunkan risiko
kanker ginjal adalah aktivitas fisik yang rutin, aktivitas rekreasi atau
penggunaan aktivitas energy tinggi pada hari tertentu. Aktivitas fisik
telah terbukti dapat menurunkan berat badan dan tekanan darah,
meningkatkan sensitivitas terhadap insulin dan menurunkan

7
inflamasi kronis serta stress oksidatif. Hal ini berpengaruh dalam
menurunkan risiko kanker ginjal.
2.1.2.5 Jenis kelamin.
Laki – laki dimungkinkan lebih banyak menderita kanker ginjal
daripada perempuan. Di AS, sekitar 20.000 laki – laki dan 12.000
perempuan menderita kanker ginjal dalam setiap tahun.
2.1.2.6 Dialysis jangka panjang.
Dialysis adalah perawatan untuk orang – orang yang ginjalnya tidak
bekerja dengan baik. Dialysis akan mengeluarkan pembuangan –
pembuangan dari darah.
2.1.2.7 Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin,
asbestos.
2.1.3 MANIFESTASI KLINIS
Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada stadium lanjut,
gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria ( adanya darah di dalam air
kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang tampak kemerahan atau diketahui
melalui analisis air kemih.
Nyeri tumpul pada daerah punggung terjadi sebagai akibat dari tekanan balik yang
ditimbulkan oleh kompresi ureter, perluasan tumor ke daerah perienal atau perdarahan
ke dalam jaringan ginjal.Nyeri yang bersifat kolik terjadi jika bekuan darah atau massa
sel tumor bergerak turun melalui ureter.
Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak kuatnya aliran darah ke beberapa bagian
atau seluruh ginjal sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk
meningkatkan tekanan darah. Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar
hormone eritropoietin, yang merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan
pembentukan sel darah merah.
Tanda-tanda lain dari Carsinoma ginjal adalah;
1. Warna urin abnormal ( gelap atau coklat ) karena terdapat darah dalam urin.\
2. Kehilangan berat badan lebih dari 5%.
3. Kelelahan
4. Anemia
5. Terdapat massa
6. Tanda metalase

8
7. Demam
8. Polisitemia, hiperkalsemia
9. Kebanyakan Carsinoma ginjal teridentifikasi secara kebetulan pada saat
pemeriksaan diagnostic abdomen seperti CT-scan.
10. Gejala yang Nampak mungkin berkaitan dengan metastase tumor seperti fraktur
patologi pada paha.
2.1.4 PATOFISIOLOGI
Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam
korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang
berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi.Cara penyebaran bisa secara
langsung menembus simpai ginjal ke jaringan sekitarnya dan melalui pembuluh limfe atau
v. Renalis. Metastasis tersering ialah ke kelenjar getah bening ipsilateral, paru, kadang ke
hati, tulang , adrenal dan ginjal kontralateral (De Jong, 2000).
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenchym renal. Tumor tersebut tumbuh dengan
cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral.Pertumbuhan tumor tersebut akan
meluas atau enyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas berupa sglomerulus dan
tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus
abortif di kelilingi stroma sel kumparan. Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami
distorsi, tetapi kemudian di invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada nyatanya
memperlihatkan warna yang putih atau keabu-abuan homogen, lunak dan encepaloid
(menyerupai jaringan ikat ). Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke
abdomen dan di katakana sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal
dengan di lakukan palpasi. Munculnya tumor Wim’s sejak dalam perkembangan embrio
dan akan tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal
atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain. Tumor yang biasanya baik terbatas
dan sering terjadi nekrosis, cystic dan perdarahan. Terjadinya hipertensi biasanya terkait
iskemik pada renal IV.
Jaringan asal untuk karsinoma sel ginjal adalah epitel tubulus proksimal ginjal.
Kanker ginjal bisa terjadi secara herediter atau non herediter. Keduanya memberikan
bentuk yang berhubungan dengan perubahan struktural dari kromosom. Studi genetika
kanker ginjal menyebabkan kloning gen yang menghasilkan perubahan formasi tumor (
Iliopoulos, 2000 ).

9
Setidaknya terdapat 4 sindrom genetik yang terkait dengan karsinoma sel ginjal,
meliputi : sindrom von Hippel – Lindau (VHL), hereditary papillary renal carcinoma
(HPRC), onkosit ginjal familial (FRO) associated with Birt – Hogg – Dube syndrome
(BHDS), dan karsinoma ginjal herediter ( Iliopoulos,2000 ).
Penyakit sindrom von Hippel-Lindau adalah sindrom autosomal dominan yang
memberikan predisposisi untuk berbagai neoplasma, termasuk kanker ginjal. Renal cell
carcinoma berkembang di hampir 40 % dari pasien dengan penyakit Hippel-Lindau von
dan merupakan penyebab utama kematian di antara pasien tersebut.
Karsinoma papiler ginjal herediter (HPRC) adalah kelainan bawaan dengan pola
dominan warisan autosom; individu yang terkena mengembangkan karsinoma ginjal
bilateral ( Radovanovic, 1986 ). Individu dengan onkosit ginjal familial mengembangkan
oncocytoma multifokal atau neoplasma oncocytic di ginjal. Sindrom Birt – Hogg – Dube
adalah sindrom kulit turun – temurun. Pasien dengan sindrom Birt – Hogg – Dube
memiliki kecenderungan dominan diwariskan untuk mengembangkan tumor jinak dari
foliker rambut ( yaitu fibrofolliculomas ), terutama di leher, wajah dan batang atas, serta
berisiko mengembangkan tumor ginjal, polip kolon atau tumor, dan kista paru (
Iliopoulos, 2000 ). Kanker ginjal memberikan berbagai manifestasi masalah
keperawatan.
2.1.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2.5.1 CT – Scan
2.5.2 Ultrasound
Alat ultrasoud bekerja dengan menggunakan gelombang – gelombang suara
yang tidak dapat didengar oleh orang. Gelombang – gelombang suara
memantul balik dari ginjal, dan komputer menggunakan gema – gema untuk
menciptakan gambar yang disebut sonogram.
2.5.3 Biopsy
Biopsy adalah pengangkatan jaringan untuk mencari sel – sel kanker
2.5.4 Urografi intravena
2.5.5 USG
2.5.6 MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor
2.5.7 Arteriografi
2.5.8 Tes urin

10
2.5.9 Tes darah.
Laboratorium memeriksa tingkat dari beberapa senyawa, seperti creatinine.
Tingginya creatinine akan mengakibatkan ginjal tidak bekerja secara normal.
2.5.10 Intravenous Pyelogram ( IVP )
Pemberian zat warna suatu vena di lengan dengan cara disuntikkan. Zat warna
berjalan melalui tubuh dan berkumpul di ginjal. Zat warna itu lalu terlihat
pada sinar X. Lalu zat warna itu akan bergerak melalui ginjal menuju kantung
kemih.
2.1.6 KLASIFIKASI
Ginjal yang semakin lama mengalami kegagalan atau gangguan fungsi ginjal,
sehingga tidak mampu lagi bekerja dengan normal, membuat organ ginjal semakin
berat dan akhirnya menjadi kanker ginjal. Stadium kanker ginjal didasarkan pada
ukuran tumor, penyebaran dan luas penyebaran. Stadium – stadium tersebut adalah :
2.6.1. Stadium I.
Stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal. Tumornya berukuran 2,75
inci ( 7 cm ) atau tidak lebih besar dari sebuah bola tenis. Sel – sel kanker
ditemukan hanya berada di ginjal.
2.6.2. Stadium II.
Stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal namun tumor sudah berukuran
lebih dari 2,75 inci. Sel – sel kanker ditemukan hanya di ginjal.
2.6.3. Stadium III.
Pada stadium ini, tumor tidak meluas diluar ginjal, tetapi sel – sel kanker telah
menyebar melalui sistem getah bening ke suatu simpul getah bening yang
berdekatan. Tumor juga menyerang kelenjar adrenal atau lapisan – lapisan
dari lemak dan jaringan yang berserabut yang mengelilingi ginjal. Namun, sel
– sel kanker masih belum menyebar diluar jaringan berserabut. Sel – sel
kanker ditemukan pada satu simpul getah bening yang berdekatan atau
menyebar dari ginjal ke suatu pembuluh darah besar yang berdekatan. Sel –
sel kanker juga ditemukan pada simpul getah bening yang berdekatan.
2.6.4. Stadium IV.
Pada stadium ini, tumor meluas dari luar jaringan berserabut yang
mengelilingi ginjal. Sel – sel kanker ditemukan pada lebih dari satu simpul

11
getah bening yang berdekatan atau kanker yang telah menyebar ke tempat –
tempat lain di dalam tubuh, seperti paru – paru.
2.6.5. Kanker yang kambuh.
Kondisi ini adalah kanker yang kembali muncul setelah perawatan bisa
muncul kembali di ginjal atau bagian tubuh lainnya.
Stadium 1 : Tumor masih terbatas di dalam ginjal dengan fasia Gerota masih utuh
Stadium 2 : Invasi ke jaringan lemak perineal, dengan fasia Gerota masih utuh
Stadium 3 : Invasi ke vena kava atau limfonudi regi onal
Stadium 4 : Ekstensi ke organ sekitarnya / metastasis jauh (usus)

2.1.7 PENATALAKSANAAN MEDIS

Ada beberapa penatalaksanaan yang dapat direfrensikan untuk kanker ginjal


sesuai dengan letak dan ada tidaknya metastase sel kanker, antara lain:

2.1.7.1. Kanker yang terbatas pada ginjal

2.1.7.1.1 Pengangkatan kanker (nephrectomy)

2.1.7.1.2 Nefrektomi radikal Nefrektomi radikal adalah


pengangkatan ginjal, kelenjar adrenal ipsilateral, jaringan sekitar, dan

12
kadang, kelenjar limfe sekitarnya. Akibat resiko kekambuhan pada
ureter, urektomi juga dapat dilakukan.

2.1.7.1.3 .Nefrektomi parsial Nefrektomi parsial adalah pengankatan


bagian ginjal yang mengandung sel kanker atau tumor, hal ini
dilakukan apabila seseorang hanya mempunyai satu ginjal ketika
kanker sudah mempengaruhi kedua ginjal maupun penderita yang
ukuran tumor ginjalnya kurang dari 4cm. 2.1.7.1.4 Nefrektomi simple
Nefrektomi simple adalah pengangkatan ginjal, pada penderita kanker
stadium 1.

2.1.7.1.2 Maligna ablation

2.1.7.1.3 Arterial Embolization

Arterial embolization adalah tipe terapi local yang menyusutkan


tumor dan dilakukan sebelum tindakan pembedahan atau operasi.
Dengan cara memasukkan tabung sempit ke dalam pembuluh darah
kaki, tabung dialirkan keatas hingga sampai pembuluh darah arteri
utama ginjal yang menyediakan darah pada ginjal kemudian dokter
menyuntikan senyawa pada pembuluh darah untuk menghalangi
aliran darah ke ginjal.

2.1.7.2 Thrombus maligna (metastase kanker dalam vena ginjal atau vena cava)

2.1.7.2.1 Nephrectomy kemudian thrombus maligna diekstrak. Nefrektomi


dengan thrombus maligna diekstrak adalah operasi pengangkatan bagian yang
berubah menjadi sel kanker, dan mengeluarkan gumpalan sel kanker yang
mengikuti aliran darah dengan cara kleping sisi kanan dan kiri pembuluh darah
yang terdapat gumpalan sel kanker di dalamnya, kemudian buat sayatan pada
pembuluh darah guna mengeluarkan thrombus keluar tubuh.

2.1.7.2.2 Embolisasi (untuk orang yang tidak tahan pembedahan) Embolisasi


adalah terapi local yang menyusutkan tumor dan dilakukan sebelum tindakan
pembedahan atau operasi. Dengan cara memasukkan tabung sempit ke dalam
pembuluh darah kaki, tabung dialirkan keatas hingga sampai pembuluh darah

13
besar yang menyediakan darah dalam ginjal kemudian dokter menyuntikan
senyawa pada pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah ke ginjal.

2.1.7.3 Metastase kanker ke organ lain dapat dilakukan nephrectomy yang diikuti:

2.1.7.3.1. Terapi Biologi Terapi sistemis atau terapi yang menggunakan senyawa-
senyawa yang berjalan dalam aliran darah, mencapai dan mempengaruhi selsel
seluruh tubuh, terapi biologi menggunakan kemampuan alamiah tubuh atau
system imun untuk melawan kanker.

2.1.7..2. Kemoterapi Terapi sistematis dengan menggunakan obat-obatan. Obat-


obatan anti kanker memasuki aliran darah dan memasuki seluruh tubuh, meskipun
berguna untuk kanker-kanker yang lain obat-obatan tersebut telah menunjukan
penggunaan yang teratas terhadap kanker ginjal.

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Kegiatan dalam
proses pengkajian yakni pengumpulan data, adapun pembagian macam-macam data
a. IDENTITAS
1) Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
golongan darah, alamat.
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
golongan darah, alamat, hubungan dengan klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering dirasakan para pasien CA Ginjal nyeri
pada bagian pinggang.
1) Keluhan Utama Saat MRS
Data fokus yang dirasakan pada saat masuk rumah sakit
2) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Data fokus yang dirasakan pada saat pengkajian
P : Kecapean
Q : Seperti dipukul benda tumpul/atau ditusuk benda tajam

14
R : Pinggang bawah
S : 4-5
T : Intermitten
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Dipaparkan tentang awal terjadinya keluhan sampai masuk rumah sakit.
2) Riwayat Penyakit Yang Lalu
Riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat opname dengan trauma,
operasi, transfusi darah, alergi dan kebiasaan spesifik klein lainnya seperti
merokok atau peminum alkohol .
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mencantumkan genogram,apakah ada riwayat penyakit keturunan dengan
melihat apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang dapat
diturunkan.

d. Riwayat Kesehatan Klien


1) Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)
a) Pola Kebutuhan Nutrisi Dan Cairan
Pengkajian tentang status nutrisi pasien meliputi jumlah frekuensi
dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya.
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/ muntah, perubahan berat
badan.
b) Pola Eliminasi (BAK dan BAB)
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun
gangguan pada kebiasaan BAB dan BAK.
c) Pola Istirahat Tidur
Keluhan kelemahan fisik secara umum dan keletihan berlebih.
d) Pola Kebersihan Diri (PH)
Penampilan diri, kebersihan rambut, badan, gigi/mulut,genitalia
/anus, kuku tangan / kaki serta pakai.
e) Aktivitas Lain
Perlu dikaji tentang aktivitas keseharian pasien seperti olahraga,
bekerja, dan aktivitas lainnya.

15
Gejala : Kelemahan, kelelahan umum dan karena kerja.
2) Riwayat Psikologis
3) Riwayat Sosial
4) Riwayat Spiritual
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Ku : biasanya pasien dengan penderita kanker ginjal pasien tampak
merasa meringis karena nyeri yang diderita dibagian pinggang
Tingkat kesadaran :
2) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
a) Tekanan Darah
Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi
b) Denyut Nadi
Nadi : mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat, pulsus altenan
(denyut kuat teratur/denyut lemah), nadi bigeminal (denyut kuat
tak teratur/denyut lemah). Defisit nadi (perbedaan antara nadi
apical dan nadi radial).
c) Suhu Badan
Demam
d) Frekuensi Pernafasan

3) Pemeriksaan Wajah
a) Wajah / muka : ekspresi wajah, edema wajah / muka
b) Mata : kebersihan, konjungtiva, sclera
c) Hidung : kesimetrisan, secret hidung
d) Mulut : mukosa bibir, lidah, ada tidaknya caries
e) Telinga : kebersihannya, sekret, keadaan telinga luar
4) Pemeriksaan Kepala dan Leher
a) Kepala : Pada rambut, dikaji warna rambut, kelembapan, dan
kusam.
b) Leher : ada tidaknya pembesaran gondok,vena jugularis
danarteries carotis.
5) Pemeriksaan Thoraks dan Dada

16
a) Paru – paru
Inspeksi : benduk dada, payudara, ekspansi paru.

Auskultasi : bunyi tambahan (krekels, ronki,mengi) mungkin


adamenunjukkan komplikasi pernapasan, seperti
pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal.

Palpasi : nyeri tekan, massa, ekspansi paru, taktilpremitus,


iktuscordis.

Perkusi : bunyi perkusi paru

b) Jantung
Bunyi jantung : irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
6) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Pembesaran abdomen, ada tidaknya striae, dilatasi vena

Palpasi : nyeri tekan, massa

Perkusi : bunyi perkusi

Auskultasi : bunyi peristaltic usus, ada tidaknya bising usus/pembuluh darah.

7) Pemeriksaan Genetalia dan Rektal


Pengukuran Output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake
cairan.kebersihannya, ada tidaknya flour albus,varices, kandilo mata, ada
tidanya massa atau lesi antara rectum –vagina.
8) Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang
Inspeksi : ada tidaknya skoliosis atau hiperkifosis
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi : bunyi perkusi
9) Pemeriksaann Ekstremitas / Muskuloskeletal
Kehilangan tonus otot/kekuatan.
Tungkai bawah : kesimetrisan ada tidaknya edema pretibial atau varices.
10) Pemeriksaan Fungsi Pendengaran / Penghidu / Tenggorokan
11) Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
12) Pemeriksaan Fungsi Neurologis

17
13) Pemeriksaan Kulit / Integument
Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat
(gagal jantung, syok), Kemerahan kulit (reaksi obat).
14) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
b) Elektrokardiogram (EKG)
c) Foto toraks Pemeriksaan

d) Uji latih atau uji berjalan enam-menit

e) Ekokardiografi

f) Computed tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging


(MRI)

Monitor Holter atau event recording

h) Studi Elektrofisiologi

g. Tindakan Dan Terapi

Pada pasien dengan riwayat kanker atau tumor yang berulang pasti
mempunyai riwayat kemoterapi, pemeriksaan radiologi, biopsy, pembedahan
untuk pengangkatan jaringan kanker atau tumor atau riwayat radiasi. Dan pada
pasien dengan kanker ginjal yang disertai hipertensi pasti mempunyai riwayat
terapi obat anti-hipertensi, beta-blocker, anti-diuretik, anti adrenal yang harus
dikonsumsi rutin.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang dapat di angkat berdasarkan NANDA 2018-2020 (Herdman &
Kamitsuru, 2018) adalah :
a. Perdarahan b/d metastases sel kanker ke paru yang menyebabkan kerusakan
jaringan paru sehingga mengalami batuk darah.
b. Nyeri b/d agen cidera biologis (kerusakan ginjal)
c. Devisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
untuk mengabsorpsi nutrient

18
3. INTERVENSI
a. Perdarahan b.d. metastases sel kanker ke paru yang menyebabkan
kerusakan jaringan paru sehingga mengalami batuk darah.
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1 x 60 menit perdarahan dapat
teratasi, dengan kriteria hasil :
1) Tidak ada darah
NIC :

1) Observasi tanda-tanda vital pasien


2) Observasi penggunaan otot bantu nafas
3) Observasi perdarahan pada saat pasien batuk
4) Ajarkan pasien untuk menggunakan sarung tangan saat sedang batuk
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
b. Nyeri b/d agen cidera biologis (kerusakan ginjal).
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x 24 jam nyeri dapat
teratasi, dengan criteria hasil :

1) Ekspresi pasien tampak sumringah


2) Pasien pasien mengatakan nyeri berkurang
3) Pasien mampu mengendalikan nyeri
4) Skala nyeri 0-3
NIC :

1) Observasi tanda-tanda vital pasien


2) Kaji tingkat skala nyeri pasien
3) Ajarkan klien untuk nafas panjang, tehnik distraksi dan relaksasi
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik.
c. Devisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif.
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam volume cairan dalam
batas normal dengan kriteria hasil :

19
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3) Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC :
Fluid management
1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2) Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik), jika diperlukan
3) Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (osmolalitasurin)
4) Monitor vital sign
5) Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
6) Kolaborasi pemberiancairan IV
7) Monitor status nutrisi
8) Berikan cairan
9) Berikan diuretic sesuai interuksi
10) Dorong masukan oral
11) Berikan pengganti annasogatrik sesuai output
12) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
13) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien.
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam nutrisi pasien tercukupi
dengan kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda tanda mal nutrisi
5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

20
NIC :
1) Nutrition Management
a) Kaji adanya alergi makanan
b) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
d) Berikan substansi gula
e) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
f) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
g) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
h) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
i) Mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
2) Nutrition Monitoring
a) BB pasien dalam batas normal
b) Monitor adanya penurunan berat badan
c) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
d) Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
e) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
f) Monitor mual dan muntah
g) Monitor makanan kesukaan
h) Monitor pertumbuhan dan perkembangan
i) Monitor kalori dan intake nutrisi
j) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonikpapilalidah dan cavitas oral
k) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun
dengan menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua intervensi yaitu
mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner (NANDA, 2015).
Tujuan dari implementasi antara lain adalah: melakukan, membantu dan
mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan
keperawatan untuk mecapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta

21
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan yang
berkelanjutan dari klien (Asmadi, 2008).

5. EVALUASI
Evaluasi menggunakan format S.O.A.P, yaitu :
S : Data subjektif : yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap data
tersebut.

O : Data objektif : yaitu data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk
tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan denganpenyakit
pasien (meliputi data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan
tenaga kesehatan).

A: Analisis : yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan data
objektif.

P: Perencanaan : yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan datang


untuk mencapai status kesehatan klien yang optimal. (Hutahaen,
2010).

Adapun ukuran pencapaian tujuan tahap evaluasi dalamkeperawatan meliputi:

1) Masalah teratasi, jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan
2) Masalah teratasi sebagian, jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3) Masalah tidak teratasi, jika klien tidak menunjukkan perubahan dankemajuan
sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan
atau bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru.

22
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK
YANG MENJALANI HEMODIALISIS : SISTEMATIK REVIEW

Nursing Intervention for Patients With Chronic Renal Failure Who Undergoing
Hemodialysis : A Systemtic Review

Hayyu Sitoresmi1 2*, Andi Masyitha Irwan3 , Elly Lilianty Sjattar3

1. Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin


2. RSUD Provinsi Sulawesi Barat
3. Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

PENDAHULUAN
Riwayat artikel Abstrak
Diajukan: 5 Agustus 2019 Pendahuluan: intervensi keperawatan sangat penting bagi penyedia layanan dialisis
demi adekuasi proses hemodialisis (HD). Perawat sebagai lini terdepan dalam
Diterima: 28 Maret 2020 pelayanan perlu mengetahui secara tepat intervensi keperawatan yang dapat menekan
tingkat mortalitas pasien HD. Tujuan dari penulisan systematic review ini adalah untuk
memberi pemahaman akan jenis-jenis intervensi keperawatan dalam fase hemodialisis.
Metode penyusunan systematik review ini mengikuti panduan PRISMA. Pubmed,
Science Direct, Wiley Online, Proquest, dan Google Scholar adalah database yang
digunakan dalam mengumpulkan artikel dengan kata kunci yang relevan. Hasil
Penulis diperoleh enam artikel penelitian randomized controlled trial yang sesuai dengan
Korespondensi: - kriteria inklusi. Artikel penelitian mengemukakan intevensi keperawatan seperti terapi
inhalasi, training program, pijat kaki, akupresur, penggunaan dialisat dingin, dan terapi
Hayyu Sitoresmi musik. Intervensi tersebut menawarkan hasil tertanganinya komplikasi yang sering
terjadi pada pasien HD dan durasi yang sesuai untuk diaplikasikan fase intradialitik.
- Fakultas Keperawatan, Kesimpulan intervensi keperawatan dapat diapliaksikan untuk mengatasi keluhan
Universitas Hasanuddin mual, muntah, nyeri, pruritus, kelemahan fisik, kram, dan gangguan psikologis. Namun
perlu disesuaikan dengan kondisi pasien dan koordinasi dengan petugas medis lain
dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
hayyusitoresmi@gmail.c
om
Abstract
Introduction Nursing intervention is very important for care providers to achieve
Kata Kunci: adequacy in hemodialysis (HD) process. Nurses as the front line in services need to
know precisely the nursing interventions that can reduce the mortality rate of HD
patients. Objective: to identify what kind of nursing interventions can be done during
Intervensi keperawatan, hemodialysis. Methods: Pubmed, Science Direct, Wiley Online, Proquest, and Google
hemodialisis, gagal ginjal Scholar are databases used in collecting articles with relevant keywords and PRISMA
kronik guidelines. Results: obtained six randomized controlled trial articles according to the
inclusion criteria. The research article presents nursing interventions such as inhalation
therapy, training programs, foot massage, acupressure, cold dialysate use, and music
therapy. The intervention can reduce complications that often occur in HD patients and
have appropriate duration to be applied during intradialytic phase. Conclusion:
nursing intervention can be witnessed to overcome complaints of nausea, vomiting,
pain, pruritus, physical weakness, cramps, and psychological disorders. But it needs to

23
be adjusted to the patient's miliki tingkat kematian lebih dari 75% dengan
condition and coordination resiko rawat inap hingga 5 kali lebih tinggi
with other medical officers in
improving the quality of (Srikartika, Intannia, & Nurlely, 2014).
nursing care. Diungkapkan dalam Hallan et al., (2012) bahwa
negara-negara Asia, Eropa, dan Amerika
memiliki insidensi PGK dengan presentase 15%
utamanya pada usia dewasa. Data World
P Health Organization tahun 2013 menyebutkan
e jumlah penderita PGK dunia melebihi 500 juta
n jiwa dengan 1,5 juta jiwa menjalani
d hemodialisis dan dalam satu juta penduduk
e Amerika terdapat insiden PGK sebesar 448 jiwa
r (Collins, Foley, Gilbertson, & Chen, 2015). Dari
i sekitar 500.000 penduduk Amerika yang
t menderita PGK, diketahui lebih dari
a setengahnya menjalani terapi dialisis
(Winkelmayer, Patrick, Liu, Brookhart, &
p Setoguchi, 2011).
e
n Di Indonesia sendiri, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
y 2018, dari 260 juta penduduk terdapat 713.783 penduduk Indonesia
a diatas umur 15 tahun terdiagnosis PGK (Badan Penelitian dan
k Pengembangan Kesehatan, 2018). Sedangkan populasi yang
i menjalani terapi dialisis pada tahun 2011 berjumlah 15.353 jiwa dan
t tahun 2012 berjumlah 19.621 jiwa (Indonesian Renal Registry, 2018).
Karena prevalensi penderita PGK yang menjalani dialisis semakin
g meningkat maka perlu diperhatikan komplikasi terkait proses
i dialisis/hemodialisis. Adapun komplikasi hemodialisis didefinisikan
n sebagai kondisi klinis yang dialami dalam sesi atau 24 jam setelah
j hemodialisis (Kaze, Ashuntantang, & Kengne, 2012). Menurut Collins
a et al., (2015), peningkatan resiko gangguan kardiovaskular serta
l angka kematian pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis masih
cukup tinggi. Disebutkan pula dalam Ozkan & Ulusoy (2011)
k beberapa komplikasi yang dapat timbul yakni dari kardiovaskular,
r peralatan HD, neurologi, nyeri kepala, kejang, tremor, kram,
o perdarahan, mual, muntah, dan gatal-gatal.
n
Peran perawat dalam proses HD sangat besar, dan karena buruknya
i
dampak komplikasi tersebut, maka intervensi keperawatan harus
s
dilakukan dengan tepat. Agar dapat terwujud status kesehatan yang
optimal bagi pasien hemodialisis dengan cara memberikan asuhan
(
keperawatan komprehensif dan holistik yang meliputi bio-psiko-sosio
P
dan spiritual (Potter & Perry, 2010). Atas pertimbangan adekuasi HD
G
pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis, selain pemberian
K
terapi medikasi diperlukan pula terapi pendamping demi mengurangi
)
tingkat keparahan penyakit dan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan. Adekuasi proses hemodialisis akan memberikan rasa
m
nyaman pada pasien dalam menjalani kehidupannya terlepas dari
e

24
gejala uremia hemodialisis. Dalam sistematic review ini akan dijelaskan jenis
(Kidney Disease intervensi keperawatan dan durasi, manfaat intervensi terhadap
Outcomes Quality pasien yang menjalani hemodialisis, serta instrumen pengukuran
Initiative, 2015). yang digunakan.
Dengan
tercapainya
adekuasi HD maka
perawat dapat
memastikan METODE
kondisi
kenyamanan Metode dalam penyusunan systematic review ini berasal dari panduan PRISMA
pasien sebagai (Moher & A, Liberati, Tetzlaff J, 2009). Pubmed, Science Direct, Wiley Online,
langkah untuk Proquest dan Google Scholar adalah database yang digunakan dalam
meningkatkan mengumpulkan artikel dengan kata kunci yang relevan. Kata kunci PICOT yang
kualitas pelayanan digunakan adalah : P (Nursing Intervention), I (Hemodialysis), O (Renal failure
kesehatan dan OR Kidney disease OR Renal disease), dan strategi penyaringan artikel
intervensi dijelaskan pada PRISMA flow chart (Diagram 1). Untuk lebih spesifik penulis
keperawatan. juga menentukan beberapa kriteria inklusi, yaitu : (1) publikasi dalam 5 tahun
Untuk fase terakhir dari 2013 hingga 2018, (2) full text, (3) original article (Randomized
intradialitik Controlled Trial), (4) membahas intervensi keperawatan pada pasien
sendiri, perawat hemodialisis, (5) dengan usia responden lebih dari atau sama dengan 18 tahun,
berperan dalam dan (6) artikel yang menggunakan bahasa Inggris. Dan kriteria eksklusi seperti :
pencegahan (1) artikel tidak mengemukakan intervensi keperawatan, (2) responden usia
komplikasi lanjut dibawah 18 tahun atau anak, (3) Quasi-experiment, qualitatif, review, tanpa
pada pasien kelompok pembanding, hanya abstrak, laporan individu, dan newsletter, dan
(Sakitri, Makiyah, (4) artikel yang dipublikasi sebelum tahun 2013. Kemudian untuk menganalisis
& Khoiriyati, kualitas artikel penelitian terpilih, digunakanlah Critical Appraisal Skills
2017). Namun Programe tools (CASP) dan Quality Assesment untuk menilai resiko bias dari
komplikasi yang study yang dipilih (Julian PT Higgins & Sally Green, 2008).
sering kali muncul
saat proses
hemodialisa masih
menyebabkan HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
tingginya tingkat Ditulis dengan jelas menggunakan huruf times new roman
mortalitas. Oleh font 11 spasi 1 Diperoleh 1.942 artikel dari kelima database,
karena itulah kemudian didapatkan double publikasi sebanyak 783 artikel,
systematik review menghasilkan 1.159 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi, lalu
ini bertujuan dilakukan lagi screening terkait relevansi artikel dengan tujuan
untuk systematic review ini dan mengeksklusi sejumlah 1.131 artikel, maka
menentukan jenis- terpilihlah sebanyak 28 artikel. Untuk mengevaluasi kualitas artikel
jenis intervensi penelitian terpilih, dengan Critical Appraisal Skills Programme (CASP)
keperawatan yang didapatkan enam artikel penelitian yang memenuhi syarat. Dari
dapat dilakukan keenam artikel tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian dilakukan
demi di beberapa negara seperti Iran, Australia, Amerika Serikat, Malaysia,
memaksimalkan dan
pelayanan dan
mencegah Turki. Randomized Controlled Trial merupakan metode penelitian
komplikasi proses yang digunakan (n=6).

25
1. Intervensi sepanjang HD 3-4 jam telah diaplikasikan pada pasien hemodialisis
keperawatan dan (Rad, Jaghouri, Sharifipour, & Rakhshani, 2017). Sedangkan terapi
durasi Terdapat musik telah diaplikasikan oleh Kutlu & Eren, (2014) dengan durasi 30
enam intervensi menit tiap sesi HD.
berbeda yang
dapat dilakukan 2. Manfaat intervensi terhadap pasien yang menjalani
dalam fase
hemodialisis oleh Hemodialisis
perawat dengan Inhalasi aromatherapy lavender diketahui dapan menurunkan nyeri saat
durasi yang kanulasi AV fistula, nilai p=0.009 (Nesami et al., 2013). Fungsi fisik sendiri
sesuai. Intervensi meningkat secara signifikan (p<0.01) setelah program latihan resisten
terapi inhalasi intradialitik (Bennett et al., 2016). Pijat kaki dapat menurunkan intensitas
dilakukan oleh kram yang sering dikeluhkan oleh pasien HD (p=0.05) (Mastnardo et al.,
Nesami, 2016). Tindakan akupersur yang diberikan oleh Hmwe et al., (2014)juga
Espahbodi, secara signifikan mengatasi kecemasan, depresi, stres, dan gangguan
Nikkhah, Shorofi, psikologis lainnya (p<0.001). Pemberian cairan dialisat dingin dapat
& Charati, (2013) menurunkan derajat keparahan pruritus sebanyak tiga poin pada penelitian
menggunakan (Rad et al., 2017), dengan nilai p<0,0001. Sedangkan terapi musik diketahui
essens lavender dapat menurunkan derajat nyeri dan keluhan mual muntah pada pasien HD
10% selama lima
menit saat akan (p<0.05) (Kutlu & Eren, 2014).
kanulasi
Arteriovenous
(AV) fistula. 3. Instrumen pengukuran
Bennett et al.,
(2016) sendiri
memberi program Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat nyeri dan
latihan resisten gangguan rasa nyaman adalah Visual Analogue Scale (VAS) (Kutlu & Eren,
intradialitik 2014; Nesami et al., 2013; Rad et al., 2017). Pengukuraan durasi Sit to Stand
sebanyak 20 kali (STS) dan Time Up and Go (TUG) digunakan untuk menilai fungsi fisik pasien
repetisi pada jam (Bennett et al., 2016). Intensitas kram dinilai dengan Kidney
pertama HD. Pijat Disease Quality of Life Short Form (KDQOLSF) dengan The Wong-Baker FACES
kaki dilakukan Pain
oleh Mastnardo et
al., (2016) masing- Rating Scale untuk mengevaluasi keluhan nyeri saat dipijat (Mastnardo et al.,
masing 10 menit 2016). Adapun tingkat depresi dinilai dengan Depression Anxiety Stress Scale
untuk tiap kaki. (DASS-21) dan gangguan psikologis lainnya dinilai dengan General Health
Intervensi lainnya Questionnaire (GHQ-28) oleh (Hmwe et al., 2014).
seperti akupresur
dilakukan selama PEMBAHASAN
15 menit oleh
Hmwe, 1. Intervensi keperawatan dan durasi
Subramanian,
Tan, & Chong,
(2014). Beberapa intervensi keperawatan pada pasien hemodialisis seperti
Penggunaan melakukan terapi relaksasi dan distraksi, monitoring tanda-tanda vital,
cairan dialisat pengaturan dialisat yakni penggunaan bicarbonat dan asetat, pengaturan
dingin (35,50C), suhu dialisat 34o-36o C, edukasi diet, oral hygiene, latihan atau range of

26
motion, dan penggunaan
lotion untuk melembabkan
kulit telah disebutkan
dalam buku Nursing
Intervention Classification
(NIC) oleh Bulechek, G. M.,
Butcher, H. K., sesi intradialitik dan merupakan modifikasi dari intervensi keperawatan dalam
Dochterman, J. M., & NIC.
Wagner, C. M. (2013).
Adapun pada sistematik
review ini telah dipilih
enam intervensi yang
dapat diaplikasikan pada

Gambar 1: PRISMA Flow Diagram

Terapi inhalasi dengan aromatherapy


oleh Nesami, Espahbodi, Nikkhah, Shorofi, &

Ide Pencarian artikel penelitian Sumber pencarian sekunder


nti melalui database (n = 0 )
(n = 1.942 )
fic
ati
on

Menemukan double publikasi


( n = 783 )

ee
nin Artikel yang di screening Yang dieksklusikan tidak
g (n = 1.159 ) sesuai tujuan review
Scr (n = 1.131 )

Artikel yang dikritisi Dieksklusikan setelah


eligibilitasnya dikritisi dengan CASP
(n = 28 ) (n = 22 )
Eli
gib
ilit
y

Artikel yang masuk


dalam kriteria
sintesis kuantitatif
(n = 6 )
Inc
lud
ed
27
Charati, (2013) dapat membantu relaksasi dan
distraksi, dengan durasi hanya lima menit
dapat dikatakan cukup singkat dibanding
manfaatnya. Manfaat terapi inhalasi lainnya
juga dipaparkan dalam penelitian Smith (2012)
seperti mengatasi nyeri, mual, dan cemas.
Juga digunakan mendistraksi nyeri dalam studi
eksperimen Bikmoradi et al. (2017) bagi
pemasangan intravena line anak prasekolah
oleh perawat anak. Bahkan pada perawatan
intensif menjadi salah satu terapi non
farmakologi yang dilakukan dengan durasi
5-10 menit (Gelinas, Arbour, Michaud, Robar,
& Cote, 2012).

Untuk intervensi resistance training dilakukan


selama 30 menit dalam studi Bennett et al.,
(2016). Beberapa studi juga mengaplikasikan
intervensi tersebut dengan range durasi 30-45
menit yang meliputi handgrip, dan latihan
tahanan pada kaki. Studi yang dilakukan
terhadap responden yang berbeda seperti
studi Brochu et al. (2002) pada penderita
penyakit jantung kronik, sedangkan Winters-
stone, Dobek, Bennett, Nail, & Leo (2012)
pada lansia yang pernah menderita kanker
payudara.

28
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 6, No 1, Tahun 2020

Tabel 1: Hasil studi literatur intervensi keperawatan dalam proses hemodialisis


Peneliti/tahun Judul Negara Tujuan Responden Metode pengumpulan data Hasil

(Nesami et al., The effect of Iran Untuk 92 pasien Perekrutan responden dengan metode • Intensitas nyeri antara kedua
2013) lavender mengetahui efek yang akses convenience sampling dan dirandom ke kelompok memiliki mean
aromatherapy dari aromaterapi HD dengan dalam dua grup menggunakan Excel 3.78+0.24 dan 4.16+0.32 (p=0.35)
on pain lavender arterioveno Randbetween. Setelah informed • Setelah tiga kali intervensi menjadi
following needle terhadap nyeri us (AV) consent, kelompok intervensi diberi 2.36+0.25 dan 3.43+0.31 (p=0.009)
fistula inhalasi essens lavender 10% selama 5 • Aromatherapi lavender efektif
insertion into a yang dirasakan
menit. Sedangkan kelompok kontrol dalam menurunkan nyeri akibat
fistula in pasien
diberi aromaterapi tidak beraroma
hemodialisis hemodialisis kanulasi AV fistula pada pasien HD.
lavender. Skala nyeri diukur dengan
patients (HD) setelah Visual Analogue Scale (VAS)
kanulasi fistula.
(Bennett et al., Effect of an Australia Untuk 171 pasien Responden direkrut dari 15 unit HD • Terdapat peningkatan yang
2016) intradialytic mengetahui HD di unit dengan pendekatan stepped- signifikan pada TUG dan STS
resistance keberhasilan yang telah wedge cluster RCT. Diacak oleh antara dua kelompok (p<0.01)
training dari program mengaplika asisten peneliti yang tidak terlibat • Program latihan resisten
programme on latihan resisten sikan dalam intervensi menggunakan intradialitik dapat meningkatkan
physical function berkelanjutan program microsoft excel ke dalam fungsi fisik pasien HD
program ini
: a prospective terhadap fungsi tiga grup untuk intervensi : Grup 1
stepped-wedge fisik pasien (36 minggu)
randomized yang menjalani Grup 2 (24 minggu)
controlled trial HD Grup 3 (12 minggu)
Tiap sesi, latihan dilakukan 20 kali
repetisi saat jam pertama HD selama 2
kali seminggu. Pengukuran
menggunakan metode sit to stand (STS)
dan Time up and Go (TUG)

29
(Mastnardo et Intradialytic Amerika Untuk 26 pasien Dari 3 unit HD, responden yang • Intensitas kram yang dirasakan di
al., 2016) massage for leg Serikat mengetahui yang memenuhi kriteria inklusi secara rumah setelah HD mngalami
cramps among (USA) efektivitas mengalami random dibagi ke dalam 2 kelompok penurunan signifikan (p=0.05)
hemodialysis pijatan kram (kontrol dan intervensi). Kram dinilai • Penurunan kualitas kram saat HD
patients : a pilot intradialisis ekstremitas dengan Kidney Disease Quality of Life berlangsung tidak bermakna secara
randomized terhadap Short Form (KDQOL-SF), sedangkan statistik namun responden
bawah
controlled trial kejadian kram keluhan nyeri saat dipijat diukur mengungkapkan kenyaamanan
ektremitas menggunakan The Wong-Baker FACES • Pijat ekstremitas bawah dapat
bawah pasien Pain Rating Scale. Pemijatan dilakukan mengurangi intensitas kram pada
HD selama 20 menit tiap HD selama 6 kali. pasien HD
(Sitoresmi, H, et al, 2020)
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 6, No 1, Tahun 2020

Peneliti/tahun Judul Negara Tujuan Responden Metode pengumpulan data Hasil

(Hmwe et al., The effect of Malaysia Untuk 108 pasien Secara random, responden dibagi ke Akupresur signifikan dalam
2014) acupressure on mengevaluasi HD dalam 2 grup (n=54). Intervensi penurunan skor DASS dan GHQ, maka
depression, efektivitas dari akupresur berdurasi 15 menit saat HD baik diterapkan bagi pasien HD
anxiety, and akupresur pada berlangsung. Intervensi dilakukan 3 kali (p<0.001)
stress in patiens pasien HD yang seminggu. Digunakan instrumen
with mengalami Depression, anxiety, stress scale
hemodialysis : a depresi, (DASS-21) dan General Health
randomized ansietas/cemas, Questionnaire (GHQ-28)
controlled trial stres, dan
gangguan
psikologis
umum

30
(Rad et al., The effects of Iran Untuk 60 Responden dibagi kedalam 2 grup • Setelah intervensi, derajat
2017) cool dialysate on mngetahui efek responden dengan triple blinded randomized keparahan pruritus mengalami
pruritus status dialisat dingin controlled trial berdesain paralel. Grup penurunan 3 poin, signifikan
during terhadap intervensi mengatur suhu dialisat (p<0.0001)
hemodialysis of kejadian 35.50C, sedangkan grup kontrol pada • Dialisis menggunakan dialisat dingin
pruritus parah merupakan cara yang sederhana,
patients with suhu 370C. Penilaian derajat pruritus
yang dialami murah, dan bermanfaat mengatsi
chronic renal dengan skala gatal 1-10 dan VAS.
pasien PGK saat pruritus.
failure : a
HD
controlled
randomized
clinical trial
(Kutlu & Effects of music Turki Untuk 60 Dengan pendekatan RCT dilakukan • Setelah 12 sesi, nyeri dan mual
Eren, 2014) on mengetahui efek responden pembagian ke dalam grup intervensi dan lebih rendah pada grup intervensi
complications terapi musik grup kontrol. Jenis musik yang (p<0.05)
during terhadap digunakan adalah piano dan violin. • Terapi musik dapat digunakan
hemodialysis for komplikasi yang Diperdengarkan selama 30 menit tiap sebagai tindakan keperawatan
chronic renal sering dialami sesi HD selama 12 sesi. Instrumen yang mandiri untuk pasien HD
failure patients oleh pasien HD digunakan untuk menilai nyeri, mual,
muntah, dan kram adalah VAS

(Sitoresmi, H, et al, 2020)

31
Adapun intervensi pijat terutama pada kaki telah dilakukan Mastnardo et al., (2016), durasi
yang disebutkan 20 menit juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eldeeb et al., (2017), dan
Sharifi, Navidian, Jahantigh, & Lori (2018) pada pasien dialisis. Diketahui bahwa manfaat pijat sudah
dapat dirasakan dengan durasi minimal lima menit karena dapat secara langsung menstimulasi sistem
saraf pusat yang merangsang relaksasi otot (Azami, Paveh, Rezaei, & Samadzadeh, 2015). Hampir sama
dengan durasi pijat, namun akupresur bekerja langsung di titiktitik saraf (Hmwe, Subramanian, Tan, &
Chong, (2014). Perbedaan mendasar antara pijat dan akupresur berada pada gerakannya, pemijatan
dengan gerakan meremas, mengusap, menggosok, memukul, dan menstimulasi otot, sedangkan
akupresur berfokus langsung di titik-titik tertentu.

Intervensi pencegahan pruritus yang telah dilakukan oleh Rad, Jaghouri, Sharifipour, &
Rakhshani (2017) yang merupakan inisiasi selama proses HD atau berlangsung sekitar 3-4 jam berkisar
pada temperatur dialisat 35,5o C. Dengan pengaturan suhu tersebut diketahui indikasi pruritus dapat
ditekan, namun studi lain pernah membuktikan bahwa pengaturan temperatur hingga 22oC bahkan
lebih baik dalam mengatasi pruritus hingga urtikaria (Kato, Hamada, Maruyama, Maruyama, & Hishida,
2000). Sederhananya intervensi terapi musik selama 30 menit dalam menekan keluhan mual dan
muntah telah dibuktikan dalam studi (Hmwe et al., 2014). Dikatakan dalam penelitian lain bahwa
durasi bisa lebih dari 30 menit, namun perlu diperhatikan bahwa suara berada pada frekuensi 1-30 Hz
(Stoicea et al., 2015).

2. Manfaat intervensi terhadap pasien yang menjalani Hemodialisis


Nyeri yang dialami saat HD utamanya akibat insersi arteriousvenous fistula dapat diatasi
dengan inhalasi aromatherapi lavender, pijat kaki, dan terapi musik (Kutlu & Eren, 2014; Mastnardo et
al., 2016; Nesami et al., 2013) diketahui dapat mempengaruhi adekuasi HD terkait dengan tekanan
darah yang mempengaruhi Qb. Tekanan darah dapat meningkat bila ada nyeri, hal tersebutlah yang
diteliti oleh Ucuzal & Kanan (2012) pada wanita yang telah menjalani operasi pada payudara di Turki.
Inhalasi aroma terapi yang dikombinasikan dengan pijat kaki dapat menekan kecemasan (Eguchi et al.,
2016) dan aroma lavender diketahui dapat menurunkan tekanan darah (Ju et al., 2013).

Intradialitik training program dapat meningkatkan fungsi fisik pada pasien HD (Bennett et al.,
2016). Chatchawan, Eungpinichpong, Plandee, & Yamauchi (2015) dalam menilai ketahanan fisik yakni
tungkai. Begitu pula dengan penelitian Nivetha, Aruna, & Gowri (2017) yang memaparkan manfaat
intradialitik exercise baik untuk meningkatkan fungsi fisik dan kardiovaskular pasien HD. Hasil yang
signifikan dari terapi musik terhadap penurunan derajat nyeri, mual, muntah dapat membantu pasien
menjalani HD dengan tenang (Kutlu & Eren, 2014). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian
Sebastianus & Wulandari, (2010) juga Siauta & Yusuf (2017) bahwa relaksasi nafas yang
dikombinasikan dengan terapi musik dapat memberikan kondisi relaksasi yang lebih baik, dan
menurunkan nyeri.

Meskipun diungkapkan bahwa akupresure signifikan dalam penurunan skala depresi dan
kecemasan (Hmwe et al., 2014), dari hasil penelitian (Mehling et al., 2012) diketahui bahwa
pengaplikasian akupresur tidak ada signifikasi dalam penurunan kecemasan. Namun bila
dikombinasikan dengan pijat kaki dapat meningkatkan kenyamanan, mencegah mual, muntah, dan
mengatasi nyeri. Sedangkan untuk penggunaan dialisat dingin dapat mengurangi keparahan pruritus
pasien HD (Rad et al., 2017) belum banyak diteliti lebih lanjut. Pemberian cairan dialisat yang selama

32
ini diberikan hanya berfokus menghindari cairan dialisat tinggi sodium dan kalsium agar cardiac output
dan retensi perifer stabil (Locatelli et al, 2010). Pruritus dapat muncul sebagai komplikasi PGK akibat
sindrom uremik menyebabkan penumpukan toksin uremik dan kalsium di pori-pori kulit (Black &
Hawks, 2014).

3. Instrumen pengukuran
Instrumen penelitian yang paling banyak digunakan dari hasil studi yang telah direview adalah
VAS (Rad, Jaghouri, Sharifipour, & Rakhshani, 2017; Nesami, Espahbodi, Nikkhah, Shorofi, & Charati,
2013); Kutlu & Eren, 2014) . Sebagian besar keluhan terkait kecemasan memang menggunakan
instrumen baku VAS (Karagozoglu, Tekyasar, & Yilmaz, 2012). Hasil penilaian dengan TUG serta STS
juga dikemukakan Chatchawan, Eungpinichpong, Plandee, & Yamauchi (2015) dalam menilai
ketahanan fisik yakni tungkai. Seperti yang digunakan dalam studi Bennett et al., (2016). Sedangkan
instrumen Kidney Disease Quality of Life - Short Form (KDQOL-SF) yang merupakan pengembangan
dari Short Form 36 (SF-36). Alat ukur ini merupakan alat ukur khusus yang digunakan untuk menilai
kualitas hidup pasien PGK dan pasien yang menjalani dialisis (Hays et al., 1997). Instrumen sesuai bila
digunakan untuk pasien HD karena dapat mengetahui kondisi fisik, psikologi, hubungan sosial, dan
lingkungan. Adapun penggunaan DASS 21 dalam studi Hmwe et al., (2014), sebelumnya telah diuji
validitasnya dan digunakan pada penelitian sebelumnya untuk responden dengan kondisi depresi dan
cemas (Osman et al., 2012).

KESIMPULAN

Intervensi keperawatan adalah tindakan keperawatan yang terdapat dalam Nursing


Intervention Classification (NIC) dan bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan pasien yang
dirawat. Adapun intervensi keperawatan dalam mengatasi komplikasi pada fase intradialitik memiliki
durasi sesuai. Adekuasi HD dipengaruhi oleh kondisi pasien saat berjalannya HD. Dari systematic
review ini telah dipaparkan intervensi keperawatan yang dapat dijadikan referensi, seperti inhalasi
aromatherapi lavender untuk mengatasi nyeri saat kanulasi AV fistula, training intradialitik untuk
memaksimalkan fungsi fisik, pijat kaki untuk mengatasi kram, akupresur untuk mengatasi kecemasan
dan gangguan psikologis lainnya, penggunaan cairan dialisat dingin untuk mengurangi pruritus, serta
terapi musik untuk mengatasi nyeri, mual, muntah saat HD berlangsung. Tidak ada efek negatif dari
intervensi keperawatan yang dianalisis. Perlu pula diperhatikan untuk tetap menyesuaikan kondisi
pasien terhadap intervensi yang akan diberikan serta kolaborasi dengan petugas medis lainnya demi
peningkatan kualitas pelayanan.

Sistematik review ini dapat menjadi referensi bagi perawat hemodialis maupun penyedia
layanan kesehatan dengan fasilitas hemodialisis untuk mengetahui intervensi keperawatan yang telah
teruji dan menjadi intervensi yang berbasis evidence/bukti terkhusus pada fase intradialisis. Dapat pula
menjadi dasar tindakan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain demi meningkatkan kualitas
pelayanan.

33
DAFTAR PUSTAKA
Azami, H., Paveh, B. K., Rezaei, M., & Samadzadeh, S. (2015). The impacts of short-term foot massage on
mean arterial pressure of neurosurgical patients hospitalized in intensive care units. Iranian
Journal of Critical Care Nursing, 8(3), 133–142. Retrieved from http://www.inhc.ir/article-1-666-
fa.pdf.

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Laporan Nasional 2018, 1–384.
https://doi.org/1 Desember 2018.

Bennett, P. N., Fraser, S., Barnard, R., Haines, T., Ockerby, C., Street, M., … Daly, R. (2016). Original
Articles Effects of an intradialytic resistance training programme on physical function : a
prospective stepped-wedge randomized controlled trial. Nephrology Dialysis Transplantation, 31,
1302–1309. https://doi.org/10.1093/ndt/gfv416.

Bikmoradi, A., Khaleghverdi, M., Seddighi, I., Moradkhani, S., Soltanian, A., &

Cheraghi, F. (2017). Effect of inhalation aromatherapy with lavender essence on pain associated
with intravenous catheter
insertion in preschool children : A quasiexperimental study. Complementary

Therapies in Clinical Practice, 28, 85–91. https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2017.05.00

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan (8th ed.). Singapore:
Elsevier.

Brochu, M., Savage, P., Lee, M., Dee, J., Cress,

M. E., Poehlman, E. T., … Ades, P. A. (2002). Effects of resistance training on physical function in
older disabled women with coronary heart disease. The American Physiological Society, 92, 672–
678.

https://doi.org/10.1152/japplphysiol.0080 4.2001.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman,


J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). (I. Nurjannah & R. D.
Tumanggor, Eds.) (Edisi Keen). United Kingdom: Elsevier.
Chatchawan, U., Eungpinichpong, W., Plandee, P., & Yamauchi, J. (2015). Effects of Thai Foot Massage
on Balance Performance in

Diabetic Patients with Peripheral

Neuropathy: A Randomized ParallelControlled Trial. Medical Science Monitor Basic Research, 21,
68–75. https://doi.org/10.12659/MSMBR.89416

3
34
Collins, A. J., Foley, R. N., Gilbertson, D. T., & Chen, S.-C. (2015). United States Renal Data System public
health surveillance of chronic kidney disease and end-stage renal disease. Kidney International

Supplements, 5(1), 2–7.


https://doi.org/10.1038/kisup.2015.2

Eguchi, E., Funakubo, N., Tomooka, K., Ohira, T., Ogino, K., & Tanigawa, T. (2016). The effects of aroma
foot massage on blood pressure and anxiety in Japanese community-dwelling men and women: A
crossover randomized controlled trial.

PLoS ONE, 11(3), 1–13.

https://doi.org/10.1371/journal.pone.0151

712

El-deeb, H. A. A. E., Ahmed, S., Donia, A.,

Zeid, M. H., Mohamed, A., & Moursy, E.S. (2017). Effect of Foot Massage on Leg Cramps for
Patients on Hemodialysis. Journal of Nursing and Health Science,

6(2), 45–61.

https://doi.org/10.9790/1959-

0602074561
Gelinas, C., Arbour, C., Michaud, C., Robar, L., & Cote, J. (2012). Patients and ICU nurses perspectives of
non-pharmacological interventions for pain management. Nursing in Critical Care, 18(6), 307–
318.

https://doi.org/10.1111/j.1478-

5153.2012.00531.x
Hallan, S. I., Matsushita, K., Sang, Y., Mahmoodi, B. K., Black, C., Ishani, A., … Coresh, J. (2012). Age and
association of kidney measures with mortality and end-stage renal disease. JAMA - Journal of the
American Medical Association,

308(22), 2349–2360.

https://doi.org/10.1001/jama.2012.16817

Hays, R. D., Kallich, J. D., Mapes, D. L., Coons, S. J., Amin, N., Carter, W. B., &

Kamberg, C. (1997). Kidney Disease Quality of Life Short Form (KDQOL-SF), version 1.3 : A manual
for use and scoring. Washington D.C: RAND.

https://doi.org/10.5747/cv2010.v02.n2.v0

32

35
Hmwe, N. T. T., Subramanian, P., Tan, L. P., & Chong, W. K. (2014). International Journal of Nursing
Studies The effects of acupressure on depression , anxiety and stress in patients with
hemodialysis : A randomized controlled trial. International Journal of Nursing Studies, 1–10.

https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2014.11

.002

Indonesian Renal Registry. (2018). 10 th Report Of Indonesian Renal Registry 2017 10 th Report Of
Indonesian Renal Registry 2017.
Ju, M. S., Lee, S., Bae, I., Hur, M. H., Seong, K., & Lee, M. S. (2013). Effects of aroma massage on home
blood pressure, ambulatory blood pressure, and sleep quality in middle-aged women with
hypertension. Evidence-Based Complementary and Alternative

Medicine, 2013, 1–8.


https://doi.org/10.1155/2013/403251 Julian PT Higgins & Sally Green. (2008). Cochrane Handbook
for Systematic Reviews of. (J. P. H. and S. Green, Ed.).
USA.

Karagozoglu, S., Tekyasar, F., & Yilmaz, F. A. (2012). Effects of music therapy and guided visual imagery
on chemotherapyinduced anxiety and nausea – vomiting. Journal of Clinical Nursing, 22, 39–50.

https://doi.org/10.1111/jocn.12030

Kato, A., Hamada, M., Maruyama, T., Maruyama, Y., & Hishida, A. (2000). Pruritus and Hydration State of
Stratum corneum in Hemodialysis Patients. American Journal of Nephrology, 3192(20), 437–442.

Kaze FF, Ashuntantang G, Kengne AP. (2012). Acute Hemodialysis Complication in endstage renal disease
patients: The burden and implication for the underresourced SubSaharan African Health system.
Hemosialysis International

Kutlu, A. K., & Eren, G. (2014). Effects of music on complications during hemodialysis for chronic renal
failure patients. Hemodialysis International, 18, 777–784.

https://doi.org/10.1111/hdi.12161

Locatelli, F., Cavalli, A., and Tucci, B. 2010.

The growing problem of intradialytic Hypertension. Nephrol; 6: 41–8

Mastnardo, D., Lewis, J. M., Hall, K., Sullivan, C. M., Cain, K., Theurer, J., … Sehgal, A. R. (2016).
Intradialytic Massage for Leg Cramps Among Hemodialysis Patients: a Pilot Randomized Controlled
Trial. Int J

Ther Massage Bodywork, 9(2), 3–8. https://doi.org/10.3822/ijtmb.v9i2.305

Mehling, W. E., Lown, E. A., Dvorak, C. C., Cowan, M. J., Horn, B. N., Dunn, E. A.,

… Hecht, F. M. (2012). Hematopoietic cell transplant and use of massage for improved symptom
management: Results from a pilot randomized control trial. Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine, 2012, 1–10.

36
https://doi.org/10.1155/2012/450150

Moher, D., & A, Liberati, Tetzlaff J, A. D. (2009). PRISMA - Preferred Reporting

Items for Systematic Reviews and MetaAnalyses - Checklist. PLoS Medicine,

6(6), e1000097.

https://doi.org/10.1371/journal.pmed100

0097

Nesami, M. B., Espahbodi, F., Nikkhah, A., Shorofi, S. A., & Charati, J. Y. (2013). Traditional and
Complementary Medicine Research Centre , Mazandaran University of Medical. Complementary
Therapies in

Clinical Practice.
https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2013.11.00

Nivetha, K., Aruna, S., & Gowri, M. P. (2017). Effectiveness of Intradialytic Stretching Exercise on Bio
Chemical Variables Among Patient Undergoing Hemodialysis in Selected Hospital. International
Journal of Development Research,

07(09), 80–86.

Osman, A., Wong, J. L., Bagge, C. L., Freedenthal, S., Gutierrez, P. M., & Lozano, G. (2012). The
Depression Anxiety Stress Scales — 21 ( DASS-21 ): Further Examination of Dimensions , Scale
Reliability , and Correlates. Journal of Clinical Psychology, 00(0), 1–17.

https://doi.org/10.1002/jclp.21908

Ozkan G, Ulusoy S. (2011). Acute Complication of Hemodialysis. In: Technical Problems in Patients on
Hemodialysis. Editor: Penido MG. In Tech, Croatia, 251-94.
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol.
3. Jakarta: EGC.

Rad, M., Jaghouri, E., Sharifipour, F., & Rakhshani, M. H. (2017). The Effects of

Cool Dialysate on Pruritus Status During Hemodialysis of Patients With Chronic Renal Failure : A
Controlled Randomized Clinical Trial. Iranian Red Crescent Medical Journal, 19(1), 1–7.

https://doi.org/10.5812/ircmj.34759.Rese arch

Sakitri, G., Makiyah, N., & Khoiriyati, A. (2017). Pengaruh Intradialytic Exercise Terhadap Fatigue Pasien
Hemodialisis The Effect of Intradialytic Exercise on Fatigue Hemodialisis Patients at RSUP dr .
Soeradji Tirtonegoro Klaten. Profesional Islam, 15(1), 58–64.

Sebastianus K.T, Tri Wulandari K, A. K. (2010). Efektifitas Kombinasi Terapi Musik Dan Slow Deep
Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi, 155–165.

37
Siauta, M., & Yusuf, A. (2017). Change of Blood Pressure and Headache in People with Hypertension
Using Relaxation of Handgrip and Classical Music in Dr . M . Haulussy Hospital Ambon. Dijr, 2(5),
37– 44.

Sharifi, S., Navidian, A., Jahantigh, M., & Lori, A. S. (2018). Investigating the Impact of Foot Massage on
Severity of Fatigue in Patients Undergoing Hemodialysis : A Clinical Trial Study. Medical-Surgical

Nursing Journal, 7(1), 1–5.


https://doi.org/10.5812/msnj.81634.Rese arch.

Smith, V. C. (2012). Aromatherapy as a Comfort Measure During the Childbearing Year. International
Journal of Childbirth Education, 27(3), 2012.
Srikartika, V. meta, Intannia, D., & Nurlely. (2014). Prevalensi, karakteristik pasien, dan profil terapi
hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium akhir di

RSUD Ratu Zalecha, Martapura, Kalimtan Selatan. Pharmascience

Journal, 1(1), 47–54.

Stoicea, N., Gan, T. J., Joseph, N., Uribe, A., Pandya, J., Dalal, R., & Bergese, S. D. (2015). Alternative
therapies for the Prevention of Postoperative Nausea and vomiting. Perspectives in Psychiatric

Care, 2(December), 1–5.

https://doi.org/10.3389/fmed.2015.00087
Ucuzal, M., & Kanan, N. (2012). Foot Massage: Effectiveness on Postoperative Pain in Breast Surgery
Patients. Pain Management Nursing, 15(2), 1–8.

https://doi.org/10.1016/j.pmn.2012.03.00

Winkelmayer, W. C., Patrick, A. R., Liu, J., Brookhart, M. A., & Setoguchi, S. (2011). The Increasing
Prevalence of Atrial Fibrillation among Hemodialysis Patients. Journal of the American Society of
Nephrology, 22(2), 349–357. https://doi.org/10.1681/ASN.2010050459

Winters-stone, K. M., Dobek, J., Bennett, J. A.,


Nail, L. M., & Leo, M. C. (2012). The effect of resistance training on muscle strength and physical
function in older , postmenopausal breast cancer survivors : a randomized controlled trial. Journal
Cancer Survivor, 6, 189–199.
https://doi.org/10.1007/s11764-011-
0210-x

Yuwono, I. H. (2014). Pengaturan Kecepatan Aliran Darah (Quick Of Blood) Terhadap Rasio Reduksi
Ureum Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Unit Hemodialisis Rsud
Kota Semarang. Jurnal Keperawatan FIKkes, 7(2), 130–141.

38
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC


Basuki B Purnomo. 2003. Dasar-dasar Urologi edisi ketiga. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI
Ariyanto. 2014. Analisis Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Pasien
Kanker Ginjal Di Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta [Karya Ilmiah Akhir]. Jakarta : Universitas Indonesia

Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.

Brunner dan Suddarth.2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. jilid 2. Yogyakarta : Media Action Publishing

Nursalam dan Fransisca.2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Aris Munandar. http://arismunandar20.blogspot.co.id/2014/09/asuhan-keperawatan-pada-pasien-


kanker.html. Diakses pada 17/09/2020

Ika Dewi Muriyati. 2015. Asuhan Keperawatan Renal Cell Carcinoma (Kanker Ginjal).
Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya

Melisa, Jenny dkk. 2016. Profil penderita karsinoma sel ginjal (renal cell carcinoma) di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 2013-2015, 4(2), 1-5
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hutahaen, S. (2010). Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info.

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather & Shigemi Kamitsuru. 2018. NANDA – Diagnosis Keperawatan :

Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Ed. 11. Jakarta :ECG

39

Anda mungkin juga menyukai