Anda di halaman 1dari 4

Ledhug Suro adalah harmonisasi

tetabuhan musik tradisi yang berakar


budaya jawa dan perkusi yang bernuansa
islami. Lesung dan Bedhug sebagai
dominasi dalam tampilan ini, sedang
piranti musik yang lain hanyalah
penambah semarak dalam komposisi.
Ledhug Kabupaten Magetan digali,
diangkat dan dikembangkan sebagai
musik tradisi sejak awal tahun 2000,
menjadi maskot perhelatan akbar setiap
menyambut datangnya tahun baru Jawa
atau tahun baru Hijriyah oleh warga
Kabupaten Magetan.

Kolaborasi musik lesung dan


bedhug dalam festival seni musik
tradisonal warga Magetan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
Sejarah dari alat musik ini adalah
Lesung digunakan untuk menumbuk
padi dan Bedhug adalah alat
untuk woro-woro atau pemberitahuan
kuno saat ada kematian maupun ada
suatu bencana. Budaya lokal ini
dilestarikan sebagai budaya khas
Magetan yang akan dipertontonkan
dalam berbagai acara, khususnya bulan
suro dan akan ditambah lagi dengan
beberapa acara menarik lainnya. 

Andum Berkah Bolu Rahayu


merupakan salah satu acara di Magetan
untuk merayakan tahun baru islam.
Acara ini merupakan puncak dari acara
Ledhug Suro yang diadakan setahun
sekali. Sebelum acara ini dimulai, Bolu
Rahayu yang sudah di hias sedemikian
rupa diarak dari Pendopo Surya Graha
mengelilingi kota Magetan, diikuti oleh
pasukan berkuda yang mewakili dari
sejumlah kecamatan di Kabupaten
Magetan yang kemudian disusul oleh
kereta hias dengan diiringi musik
tradisonal yaitu Gamelan.
Dalam acara ini bukan hanya Pemerintah Kabupaten Magetan
Bolu Rahayu yang disediakan tetapi ada gelar lomba Takbir Keliling Berlampion,
makanan lain seperti ampyang, enting- untuk menyambut dan menyemarakkan
enting dandan emping yang juga Hari Raya Idul Adha. Kegiatan tersebut
merupakan makanan khas dari Magetan. diikuti puluhan tim dari tingkat sekolah
Acara Andum Berkah Bolu Rahayu ini dasar hingga tingkat menengah atas
memiliki sejumlah kepercayaan yang dengan rute start dan finish di depan
dimiliki oleh masyarakat Magetan. Pendopo Surya Graha Magetan.
Sebagian masyarakat Magetan memiliki
kepercayaan bahwa siapa saja yang Lampion bernuansa Islami
mendapatkan bolu rahayu ini akan menambah semarak kemeriahan Lomba
mendapatkan berkah sepanjang tahun, Takbir Keliling Berlampion. Hal itu,
maka tak heran jika sebagian masyarakat mengundang decak kagum ribuan
Magetan rela berdesak-desakan untuk penonton yang memadati ruas jalan area
mendapatkan bolu rahayu tersebut. pawai.

Batik merupakan salah satu


tekstil tradisional khas Indonesia yang
mendunia. Setiap daerah memiliki
ragam hias yang berbeda dengan ciri
khas dari daerahnya masing-masing.
Batik Pring Sedapur merupakan
Kabupaten Magetan yang patut
dilestarikan. Untuk melestarikan karya
Dalam rangka peringatan hari
seni batik ini maka perlu diadakan
jadi Kabupaten Magetan, Pemerintah
penelitian guna mengetahui
kabupaten Magetan biasa akan
perkembangan ragam hias batik Pring
menyelenggarakan berbagai acara salah
Sedapur.
satunya adalah Gebyar Pasar Rakyat
Perkembangan batik Pring yang biasa di laksanakan di seputaran
Sedapur dipengaruhi oleh potensi yang GOR Ki Mageti. Acara tersebut akan
ada di Kabupaten Magetan meliputi biasanya juga akan di adakan panggung
batik Pring Cilik, batik Jalak Lawu, hiburan yang biasanya menampilkan
batik Sekar Jagad dan batik Magetan berbagai kreatifitas masyarakat
Ngumandang. Ragam hias utama yang Magetan. Di dalam Pasar Rakyat
digunakan adalah pohon bambu, terdapat berbagai macam penjual dari
matahari, burung jalak lawu, gunung kabupaten Magetan maupun dari luar
lawu dan pohon bambu kecil. Ragam kabupaten Magetan, dan juga berbagai
hias pelengkap yang digunakan pada macam permainan.
perkembangan batik adalah rumput atau
ilalang, pohon suluran, batu, jalak lawu,
aneka anggrek dan sepatu. Isen-isen
yang digunakan pada perkembangan
ragam hias batik adalah  sawut, cecek
krembyang, sisik, galaran, cecek
gabahan, kembang jeruk dan ukel.
Telaga Sarangan merupakan
objek wisata berupa telaga yang
dikelilingi oleh pasar wisata sarangan.
Telaga sarangan terletak dilereng
gunung lawu. Tepatnya di Kecamatan
Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa
Timur. Selain kondisi suhu udara yang
dingin dan nyaman, Telaga Sarangan
juga merupakan peninggalan alam yang
Ribuan warga Magetan masih sakral hingga saat ini.
ikuti napak tilas dari Desa Ngunut
Ritual labuhan atau ritual larung
Kecamatan Parang hingga Kota
sesaji telaga sarangan ini dilaksanakan
Magetan. Kegiatan itu, diadakan oleh
setiap bulan syakban tepatnya hari
Pemkab Magetan, dalam rangka
jum’at pon sampai minggu kliwon.
memperingati Hari Jadi Kabupaten
Untuk upacara sakral atau slamatan dari
Magetan.
warga sarangan itu sendiri dilakukan
Semangat antusias tampak dari pada hari jum’at pon. Untuk sabtu
raut wajah para peserta napak tilas. sampai minggu kliwon ritual ini
Mereka rela berjalan sejauh belasan diadakan oleh Pemda magetan yang
kilometer di bawah terik matahari yang disaksikan oleh seluruh warga.
sangat panas.

Napak tilas diselenggarakan


bertujuan untuk mengenang perjuangan
para pejuang di Kabupaten Magetan.
Sekaligus sebagai pengingat sejarah
Kabupaten Magetan pada masa lalu.

Pemkab Magetan menggelar


pawai budaya dalam rangka
memperingati HUT RI dan Hari Jadi
Kab Magetan. Acara tersebut
berlangsung di kawasan kota dan diikuti
dari tingkat SMP, SMA, dan Instansi
Ritual larung sesaji telaga yang ada di Kabupaten Magetan.
sarangan di Magetan, Jawa Timur sudah
Lenggak-lenggok puluhan
dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu
pelajar yang menggunakan gaun
bahkan diperkirakan sudah sejak 508
bagaikan ratu, mengundang decak
tahun sebelum masehi. Ini adalah
kagum ribuan penonton yang memadati
upacara syukur kepada Yang Maha
di sekitar ruas jalan rute Pawai Budaya.
Kuasa dari masyarakat yang tinggal di
Momen tersebut juga dimanfaatkan oleh
sekitar telaga sarangan.
warga untuk berfoto bersama para
peserta karnaval.
Dalam kesempatan itu,
Sekertaris Daerah (Sekda) Magetan,
Bambang Trianto mengatakan, melalui
visualisasi yang di tampilkan oleh
peserta karnaval, generasi muda harus
paham dan mengenal kejayaan kerajaan
tempo dulu.

Anda mungkin juga menyukai