Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

KECAMATAN BANYUGLUGUR
DESA BANYUGLUGUR
Jl. Raya Banyuglugur RT. 02 RW. 04 Email : desabanyuglugur@gmail.com
Kode Pos 68359

Banyuglugur 04 Januari 2024


Kepada
Nomor : 470/01/431.516.9.5 /2024 Yth. Pim. PT. HISENOR
Lamp. :-
Hal : Permohonan Bantuan Dana Di _
Kegiatan Selamatan Desa TEMPAT
Banyuglugur (Petik Laut)

Dengan hormat,
Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa atas Nikmat yang telah diberikan-Nya
baik sehat jasmani maupun rohani sehingga kita dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari, oleh karena itu kita wajib bersyukur kepada-Nya.

Petik Laut adalah acara adat yang setiap tahun dilaksanakan oleh penduduk
Desa Banyuglugur Kecamatan Banyuglugur Kabupaten Situbondo area pinggir
pantai. Selamatan Desa Banyuglugur (Petik Laut) Insya Allah akan
dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2024 yang bertempat di Pantai KP.
Pesisir Desa Banyuglugur.

Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Selamatan Desa Banyuglugur,


kami selaku panitia akan mengadakan beberapa kegiatan guna mempererat
tali persaudaraan diantara sesama warga Desa Banyuglugur. Sehubungan
dengan hal tersebut diatas, maka perkenankanlah kami selaku panitia
mengajukan permohonan sumbangan bantuan dana kepada Bapak/ Ibu/
Saudara/i.

Besar harapan kami, kiranya Bapak/Ibu/Saudara/i dapat membantu


pembiayaan kegiatan peringatan Petik Laut ini. Semoga bantuan dan
sumbangan yang diberikan dapat bermanfaat bagi kegiatan ini. Atas
partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ i. Kami selaku panitia lomba mengucapkan
banyak terima kasih.

Hormat kami,
Ketua Panitia Umum Sekretaris
Selamatan Desa Banyuglugur

MOH. RIDWAN ROZI MUZADAT

KEPALA DESA BANYUGLUGUR

SUMARNO, S.Pd.
I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tradisi menurut artian bahasa adalah sesuatu kebiasaan yang


berkembang di masyarakat baik, yang menjadi adat kebiasaan atau yang
diasimilasikan dengan ritual adat atau agama atau dalam pengertian
yang lain, sesuatu yang telah telah di lakukan untuk sejak lama dan
menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya
dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Biasanya
tradisi ini berlaku secara turun temurun baik melalui informasi lisan
berupa cerita atau informasi tulisan berupa kitab- kitab kuno atau juga
yang terdapat pada prasasti-prasasti. Tradisi merupakan sebuah
persoalan dan yang lebih penting lagi adalah bagaimana tradisi tersebut
terbentuk.

Tradisi yang tumbuh pada masyarakat Jawa merupakan peninggalan


dari ajaran sebelumnya, seperti pemberian sesajen, sebagai usaha
menyenangkan roh yang ada disekitarnya, biasanya berupa makanan,
kembang dan sebagainya.Disamping itu selamatan atau tradisi
memenuhi hajat sehubungan dengan kejadian yang ingin diperingati, di
tebus, didudukkan, misalnya kelahiran kehamilan, pindah rumah,
mimpi buruk, bersih desa, khitanan dan lain-lain. Tatanan upacara
sedikit berbeda sebagian meriah, sebagian yang lainnya ada yang
sederhana, tetapi struktur yang mendasari tetap sama senantiasa ada
hidangan khas tergantung maksud selamatan, do’a, makanan dan
sekedar sambutan Islam sebagai suatu agama dapat diterima, tetapi
cara hidup masyarakat tetap tunduk kepada adat yang diwarisi dari
generasi ke generasi, sementara sebelum Islam datang ada islamisasi
adat, tetapi karena bermacam sebab hasilnya tidak banyak. Dengan
menerima Islam sebagai agama, tetapi tanpa menerima pula konsepsi
Islam tentang kebudayaan atau tanpa menyelaraskan yang selama ini
diamalkan dengan prinsip atau asas kebudayaan Islam, maka
perubahan yang terjadi hanyalah perubahan agama dan tidak
berlangsung pada perubahan cara berfikir dan cara hidup.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah diterangkan pada latar belakang diatas,
maka penulis merumuskan dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tradisi upacara ritual Petik Laut masyarakat nelayan di Desa
Banyuglugur Kecamatan Banyuglugur ?
2. Bagaimana prosesi dari upacara Petik laut di Desa Banyuglugur Kecamatan
Banyuglugur ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana tradisi ritual Petik Laut masyarakat nelayan
di Desa Banyuglugur Kecamatan Banyuglugur
2. untuk mengetahui prosesi dari Petik Laut di Desa Banyuglugur Kecamatan
Banyuglugur
II
PEMBAHASAN
2.1 Tradisi Petik laut

Desa Banyuglugur adalah sebuah Desa di Kecamatan Banyuglugur


Kabupaten Situbondo yang terletak di wilayah Paling ujung barat Kabupaten
Situbondo dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Probolinggo yang
dekat dengan PLTU Paiton.

Berkaitan dengan mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan,


masyarakat Banyuglugur menyandarkan kehidupan mereka dari hasil
tangkapan laut, karenanya mereka merasa wajib untuk melakukan sedekah
laut sebagai bagian mengucap syukur atas berkah laut yang mereka terima.
Dari sini lahirlah Selamatan Desa yang dikemas dengan tradisi petik laut .

Konon awal mula ritual ini berkaitan dengan kehadiran warga Madura yang
dikenal sebagai pelaut. Hal ini ditandai dominannya ornamen suku Madura
dalam ritual petik laut, seperti terlihat dari seragam pakaian Sakera, berupa
baju hitam dan membawa clurit, simbol warga Madura yang pemberani.

Seragam Sakera tersebut disiapkan khusus untuk upacara dan hanya dipakai
sekali demi menjaga kesakralan upacara. Setiap kali petik laut digelar,
seragamnya selalu baru. Orang yang berperan sebagai Sakera pun dipilih yang
berbadan besar. Penampilannya sangar dan angker, dengan kumis tebal dan
gelang besar. Namun Sakera juga diharuskan tampil lucu.

Tak hanya itu, Sakera juga menjadi pengaman jalanya ritual. Mereka selalu
berjalan di depan mengawal sesaji dari lokasi upacara ke tengah laut, lalu
mengatur warga yang ingin berebut naik perahu.

Sesepuh adat juga mengenakan baju Sakera, serba hitam. Bagian dalam kaus
loreng merah putih, memakai udeng batik merah tua.
Petik laut Desa Banyuglugur merupakan ritual tahunan yang diadakan setiap
tahun pada bulan Muharam atau Syuro dalam penanggalan Jawa. Waktu
pelaksanaan petik laut tiap tahun berubah karena berdasarkan penanggalan
Qamariah dan kesepakatan pihak nelayan. Biasanya digelar saat bulan
purnama, karena saat itu terjadi air laut pasang sehingga nelayan tidak
melaut. Inti ritual petik laut Muncar adalah melarung sesaji ke tengah
samudera.

Tujuan utama ritual petik laut adalah untuk untuk memohon berkah rezeki
dan keselamatan sekaligus ungkapan syukur atas rahmat Tuhan yang
dilimpahkan dalam bentuk hasil penangkapan ikan

2.2 Prosesi Ritual Petik Laut


Ritual petik laut diawali pembuatan sesaji oleh sang pawang yang merupakan
sesepuh nelayan yang merupakan keturunan warga Madura yang sudah
ratusan tahun turun-temurun mendiami Desa Banyuglugur Dengan dibantu
masyarakat, mereka menyiapkan segala kelengkapan ritual petik laut.Sesaji
utama pada acara “petik laut” adalah kepala Sapi, dengan warna kepala
coklat Selain kambing, warga juga mempersiapkan aneka sesaji lainnya,
seperti ayam jantan hidup, pisang raja, kemenyan berisi kapur, sirih,
tembakau, serta beragam jajanan pasar, seperti jenang berwarna-warni, bubur
merah-putih, dan biji-bijian. Tidak ketinggalan aneka buah-buahan, umbi-
umbian, dan sayur-sayuran, kembang telon, kembang setaman, tebu hitam,
serta pohon pisang dengan buahnya dan cincin emas.

Bunga-bungaan, seperti bunga mayang yang direndam dalam air di wadah


kuali tanah liat dan kendi juga disertakan.

Pisang raja sebagai lambang bahwa nelayan dalam bekerja ibarat jago
bertarung yang berani mati, pantang menyerah, dan sebagai raja lautan yang
berbantal ombak dan berselimut angin.

Sementara kemenyan yang berisi kapur, sirih, dan tembakau sebagai lambang
agar masyarakat ingat pada petuah dan menghormati orang yang lebih tua
serta ingat pada leluhurnya.

Ada juga Pancing emas yang disimbolkan sebagai pengingat para nelayan
bahwa bekerja di lautan itu nilainya ibarat emas, perlu pengorbanan, demi
menghidupi keluarga.

setelah semuanya siap, sesaji itu diarak dari rumah pawang menuju
tempat Bitek disiapkan. Sang pawang memimpin arak-arakan sembari
berjalan dan menyebarkan beras kuning.

Bitek adalah sebuah perahu kecil sepanjang 5 meter yang disiapkan sebagai
perahu sesaji. Gitik ini dibuat seindah mungkin dan mirip kapal yang biasa
digunakan nelayan melaut,biasanya dibuat dari pohon pisang.
Bitek biasanya disiapkan oleh salah seorang tokoh masyarakat yang ditunjuk
dalam musyawarah bersama. Semua sesaji ditata, diracik di dalam githik
dengan beragam persyaratan. Benda-benda khusus dipilih dan ditambahkan
sebagai kelengkapannya.

Pada malam harinya, di tempat githik itu diadakan selamatan, pengajian, dan
doa bersama serta dilanjutkan dengan seni mamaca, yaitu membaca dan
melagukan syair dari kitab Anbiya yang berisi kisah Nabi Sulaiman dan Nabi
Yusuf secara bergantian, sambil tirakatan sampai pagi. Pada harinya, sejak
pagi ratusan nelayan berkumpul dipinggir pantai untuk melepaskan gitikk
guna sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT dengan berharap
diturunkan rejeki lewat hasil laut.

III

RINCIAN ANGGARAN

3.1 Rincian Anggaran

NO KEGIATAN/URAIAN JUMLAH (Rp)

1. Terop (3 Terop) Rp. 5.400.000,-


2. Pembuatan Bitek Satu Paket Rp. 12.500.000,-
3. Panggung Rp. 5.000.000,-
4. Kesenian Ketoprak Madura Rp. 45.000.000,-
5. Kleningan Rp. 5.000.000,-
6. Sinden Rp. 5.000.000,-
7. Pengajian Umum Rp. 30.000.000,-
8. Vidio Shoting Rp. 1.500.000,-
9. Jalan Santai Rp. 15.000.000,-
10. Sound System Rp. 7.500.000,-
11. Konsumsi (Makan/Minum) Rp. 15.000.000,-
12. Biaya Onggh’en Rp. 5.000.000,-
13. Honorarium Panitia 1. Ketua Rp. 500.000,-
2. Wakil Ketua Rp. 350.000,-
3. Sekretaris Rp. 300.000,-
4. Bendahara Rp. 250.000,-
5. 8 Anggota Rp. 1.600.000,-
14. Personil Keamanan Rp. 3.000.000,-
15. Biaya Tak Terduga Rp. 7.000.000,-

Total Biaya Rp. 164.900.000,-


3.2 Susunan Keorganisasian Kepanitiaan Selamatan Desa

Pelindung : Kepala Desa Banyuglugur

Ketua : Moh. Ridwan

Wakil Ketua : Arif Setiawan

Sekretaris : Rozi Muzadat

Bendahara : 1. Erwin Hendri Annasih

2. Ach. Mady

Seksi-seksi :

a. Seksi Dokumentasi : Herry Hermawan

b. Seksi Perlengkapan : 1. Hosen

2. Mamik Sri Wulandari

3. Sudiyanto

c. Seksi Konsumsi : TP-PKK Desa Banyuglugur


IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari kesimpulan yang telah disampaikan, dapat diambil kesimpulan


bahwa :

Upacara Petik Laut yang biasa disebut dengan larung sesaji. Pada umumnya,
prosesi tersebut memakan waktu (7 hari). Dikarenakan persiapan yang sangat
mendetail guna kesempurnaan dalam kelangsungan upacara tersebut. Prosesi
jalannya Upacara Petik Laut ini dimulai dari malam harinya sehari sebelum
kegiatan inti esok harinya, malam harinya diadakan kegiatan selametan yang
dipimpin langsung oleh Bapak Camat beserta seorang pemuka agama.

Banyuglugur, 04 Januari 2024

KEPALA DESA BANYUGLUGUR

SUMARNO, S.Pd.
DOKUMENTASI PETIK LAUT
PROPOSAL
PETIK LAUT SELAMATAN
DESA BANYUGLUGUR KEC. BANYUGLUGUR
KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN 2024

DESA BANYUGLUGUR
SITUBONDO – JAWA TIMUR
2024
RINCIAN KEGIATAN

NO JENIS KEGIATAN JADWAL KEGIATAN

1 Jalan Santai Tgl. 23 Februari 2024

2 Hotmil Qur’an Tgl. 24 Februari 2024


3 Pengajian Tgl. 24 Februari 2024
4 Tumpengan Petik Laut Tgl. 25 Februari 2024
5 Lomba Perahu Tgl. 26 Februari 2024
6 Lomba Karaoke Tgl. 27 Februari 2024
7 Kesenian Ketoprak Madura Tgl. 28 Februari 2024

Banyuglugur, 04 januari 2024

Ketua Panitia Umum Sekretaris


Selamatan Desa Banyuglugur

MOH. RIDWAN ROZI MUZADAT

Pelindung
KEPALA DESA BANYUGLUGUR

SUMARNO, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai