Anda di halaman 1dari 9

Rokat tase

Madura merupakan pulau, tentu saja bila kita berbicara tentang pulau Madura
pikiran kita langsung tertuju pada banyaknya daerah pesisir pantai. Banyaknya
daerah pesisir pantai menimbulkan tradisi yang ada hubungannya dengan
pantai. Tradisi tersebut berupa Rokat Tase'.
Rokat tase' merupakan salah satu upacara adat yang masih sering dijumpai di
daerah pesisir pantai dimana penduduknya memilki mata pencaharian sebagai
nelayan atau pencari ikan (Majhang dalam bahasa Maduranya). Salah satu
daerah yang melaksanakan Rokat tase' adalah di kecamatan Sepulu (Sepolo).
Rokat tase' dilaksanakan dengan tujuan supaya mendapatkan keselamatan dan
hasil yang banyak dalam mencari ikan.
Pada pelaksanaan Rokat tase' , para nelayan mendatangi pantai tempat
dilaksnakannya upacara tersebut. Para nelayan membawa tumpeng. Tumpeng
tersebut lengkap dengan bermacam- macam ikan, sayuran dan berhiaskan bunga
dan bendera merah putih. Tumpeng tesebut dikumpulkan pada satu tempat
kemudian para nelayan membaca doa dipimpin oleh ulama' setempat. Setelah
pembacaan doa, tumpeng tersebut dibagikan kepada masyarakat sekitar pantai.
Setelah pelaksanaan tumpengan dilanjutkan dengan acara melarungkan
(alanyo'aghi dalam bahasa Maduranya) kepala sapi dan kambing yang diberi
bunga melati, kenanga dan cempaka. Proses melarungkan kepala sapi dan
kambing diiringi dengan sepasang sapi kerapan dan seperangkat musik saronen
sepanjang pesisir pantai. Setelah proses iringan selesai kepal sapi dan kambing
tersebut dimasukkan ke dalam perahu kemudian dibuang ke tengah laut.

Acara Rokat tase' ini sudah menjadi kebiasaan turun temurun yang dilaksanakan
seiap tahun oleh nelayan Kecamatan Sepulu. Namun, ada juga beberapa
kalangan yang menganggap tradisi ini bertentangan dengan keyakinan dan
dinilai sebagai pemborosan. Karena mungkin masih terpengaruh dengan ajaran
muslim. Kalau memang ini dianggap bertentangan dengan keyakinan bahkan
dianggap suatu perbuatan syirik kepada Tuhan maka ada baiknya tradisi ini
tidak perlu dilaksanakan.

Petik laut di Madura dikenal dengan rokat tase. Acara budaya yang banyak
melibatkan orang sebagai bentuk rasa syukur. Dari tahun ke tahun jadi acara
wajib. Tiga hari lamanya para nelayan di Desa Lembung, Kecamatan Galis, tak
melaut. Penyebabnya bukan cuaca, gelombang atau tangkapan yang sedikit.
Mereka melakukan itu demi mematangkan persiapan acara rokat tase atau petik
laut.
Puncak acara rokat tase ditandai dengan dilarungnya sesaji yang sudah
dipersiapkan sebelumnya. Isi sesaji itu di antaranya beberapa jajanan pasar, kue
basah dan kue kering, aneka buah-buahan, gabah, ayam yang masih hidup, dan
lain-lain. Semua itu, diletakkan di sebuah perahu kecil, lalu dilarung ke tengah
laut.
Sebelum melarung kapal yang berisi barang-barang sesaji ke tengah laut itu, ada
sejumlah ritual. Menuju tengah laut, kapal berisi sesaji diantar puluhan perahu
yang telah dihias sedemikian rupa. Perahu-perahu juga diperbaharui catnya,
guna melangsungkan acara pelarungan ini.
Tak ayal, suasana di bibir pantai Desa Lembung begitu tampak meriah. Sebab,
puluhan perahu yang biasanya terlihat usang, kemarin mendadak cerah merona
dengan warna yang serba terang. Merah, hijau, kuning, biru, dan lain
sebagainya.

Selain itu, para nelayan dan keluarganya tampak sangat antusias menjalani acara
tahunan ini. Mereka semua berkumpul di pinggir pantai sambil bersenda gurau
akrab. Setelah semua siap, semuanya naik ke atas perahu untuk menyerahkan
sesaji ke tengah laut.
Saat acara rokat tase ini berlangsung, Desa Lembung Bengkal, menjadi sepi.
Semua warganya sedang berada di atas perahu. Untuk berjaga-jaga agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, beberapa aparat Komando Rayon Militer
(Koramil) Pademawu dan Kepolisian Sektor (Polsek) Pademawu berjaga di
desa tersebut.
Sebelum acara pelarungan itu, dua hari sebelumnya diadakan beberapa acara.
Digelar acara tayyub (sinden), keesokan harinya (10/9) digelar acara sronen.
Puncaknya sekarang. Para nelayan akan melarung sesaji yang telah
dipersiapkan, ungkap Kepala Desa (Kades) Lembung Hairul Anwar.
Selain itu, sambungnya, rokat tase sebagai ajang pelestarian budaya nenek
moyang. Juga untuk menjaga kebersamaan, kekompakan dan keakraban
antarnelayan setempat. Jangan sampai ada konflik sesama nelayan, misalnya
rebutan tangkapan ikan. Semua ikan di laut itu adalah milik bersama. Itu
pemberian Tuhan, tukas salah satu nelayan Ibnu, 40

Kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat merupakan suatu


bentuk cipta, rasa dan karsa dari setiap individu masyarakat yang ada dalam
daerah tertentu. Oleh karena itu, sudah barang tentu dalam kehidupan
bermasyarakat kita pasti akan menemukan berbagai kebudayaan serta perilaku
kebudayaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Namun, tidak
sedikit pula orang yang memiliki pandangan serta pemaknaan yang sama
tentang kebudayaan-kebudayaan tersebut.

Pada dasarnya setiap kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat


pasti akan terus bertahan dan berkembang, hal ini disebabkan karena
masyarakat masih menganggap bahwa kebudayaan tersebut masih mempunyai
nilai-nilai yang baik dan sakral. Sehingga untuk meubah atau mengganti suatu
kebudayaan yang sudah melekat dalam jiwa suatu masyarakat, bukanlah hal
yang mudah untuk dilakukan.
Di daerah pesisir Madura, terdapat komunitas masyarakat yang selalu
melakukan ritual atau tradisi sebagai suatu keharusan yang wajib untuk
dilakukan.

Ritual

atau

tradisi

tersebut,

biasanya

dimulai

dengan

acara

pembacaan istighotsah dan tahlil bersama oleh masyarakat yang dipimpin oleh
pemuka agama setempat. Setelah itu, masyarakat melepaskan sesaji ke laut
sebagai rasa ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun isi dari
sesaji itu adalah ketan-ketan yang berwarna-warni, tumpeng, ikan-ikan, dan lain
sebagainya. Ritual atau tradisi tersebut disebut Rokat oleh penduduk
setempat.
Tradisi tesebut biasanya dilakukan oleh masyarakat yang berada di daerah
pesisir Madura, baik itu pria, wanita, kecil, maupun dewasa semua ikut dalam
acara tersebut. Tradisi rokat, jika dipandang memang lebih condong pada
kebudayaan dan kebiasaan yang berbau Islami. Meskipun adapula yang
berpandangan bahwa tradisi tersebut dapat menjerumuskan masyarkat dalam
jurang kemusyrikan. Selain itu, tradisi rokat dilakukan untuk mensyukuri
karunia serta nikmat yang diberikan oleh sang maha pencipta yaitu Allah SWT.
Dan juga agar diberikan keselamatan dan kelancaran rezeki dalam bekerja.
Kebudayaan rokat dilakukan ketika para nelayan dalam masyarkat
tersebut mendapatkan sebuah keuntungan atau kenikmatan yang sangat besar,
misalnya mendapatkan hasil ikan yang banyak atau besar. Sehingga untuk
mensyukuri karunia tersebut, dilaksanakanlah ritual rokat. Tapi ada juga yang
mengatakan bahwa acara rokat dilaksanakan tiap satu tahun sekali atau lebih,
tergantung situasi dan kondisi yang terjadi dalam masyarakat tersebut (tidak
tentu), sehingga untuk meaksanakan rokat tidak perlu menunggu hasil
tangkapan yang diperoleh oleh para nelayan.

Sejarah yang Melatar Belakangi

Tradisi rokat sebenarnya tidak hanya terjadi di daerah pesisir Madura


saja, namun juga seringkali terjadi di daerah pesisir jawa dan bali. Tapi tradisi
tersebut muncul dengan model-model dan modifikasi yang berbeda. Meski
demikian, tidak diketahui secara jelas kapan tradisi rokat tersebut muncul.
Sepanjang yang diketahui dan diyakini oleh masyarakat di daerah tersebut,
menganggap kebudayaan/tradisi tersebut sudah lama berlangsung dan harus di
lestarikan.
Tradisi rokat dianggap sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, bagi masyarakat setempat. Selain itu rokat juga dianggap sebagai
salah satu cara untuk tola bala (mencegah bencana) serta sebagai ritual untuk
meningkatkan rezeki yang didapat oleh masyarakat tersebut. Bahkan rokat
juga dianggap sebagai ritiual yang harus dan wajib dilakukan oleh masyarakat
yang ada di daerah tersebut.
Dalam melaksanakan rokat, masyarakat di daerah tersebut harus
mempersiapkan beberapa sesaji untuk dilepaskan di laut sebagai salah satu cara
atau syarat ritual tersebut. Selain itu, sebelum acara pelepasan sesaji
masyarakat harus melakukan doa bersama (istigotsah atau tahlil) sebagai
bentuk ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian perlu diingat,
biasanya isi dari sesaji-sesaji tersebut adalah makanan-makanan (tumpeng,
ketan warna-warni), ikan-ikan dan sebagainya.

Nilai Dari Kebudayaan Rokat.


Bagi mereka yang tinggal di daerah pesisir Madura
Bagi penduduk yang menetap di daerah pesisir Madura, mereka menilai
bahwa kebudayaan rokat merupakan budaya warisan nenek moyang mereka
secara turun temurun, sehingga mereka secara wajib dan mempunyai keharusan
untuk mempertahankan dan melestarikan budaya tersebut.
Selain itu, penduduk yang menetap di daerah tersebut juga menganggap
bahwa tradisi rokat merupakan suatu bentuk ketaatan masyarakat terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, mereka menganggap bahwa orang yang mengikuti tradisi
tersebut, merupakan orang-orang yang mempunyai tingkat ketaqwaan yang
tinggi. Dari sinilah kemudian masyarakat di daerah tersebut merasa terpanggil
untuk ikut serta dalam ritual tersebut.

Kemudian, ada juga yang menganggap jika dalam masyarakat tersebut


tidak melakukan ritual rokat, maka masyarakat tersebut akan mendapatkan
bencana dan rezeki yang didapat tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Bagi penduduk yang tinggal di luar daerah tapi asli penduduk pesisir Madura.
Bagi penduduk yang menetap di luar daerah, mereka menganggap bahwa
tradisi rokat harus tetap dilaksanakan di manapun mereka berada. Karena
tradisi tersebut merupakan tradisi dari nenek moyang mereka yang harus
dipertahankan dan dilestarikan. Tapi yang menjadi kendala untuk melakukan
rokat di lingkungan yang baru mereka tempati adalah tidak adanya fasilitas
serta masyarakat yang kurang mendukung ritual rokat tersebut. Sehingga
ritual tersebut tidak perlu dilaksanakan di daerah mereka yang baru. Namun,
menurut mereka nilai dari ritual rokat itu akan selalu sama meskipun dilakukan
di lain tempat.

Membangun Rasa Sosial


Sebelum dilepas (dilarung), tempat sesaji, kemudian disebut bitek sejenis
perahu kecil ,dibuat sedemian rupa agar dapat diisi aneka benda yang dianggap
mewakili barang-barang kepemilikan para nelayan, berupa apa saja, bisa kain,
makanan, hasil pertanian dan lainnya, kemudian diinapkan dan diletakkan
dermaga tempat nelayan akan berlabuh (jaghangan) selama dua malam.
Awalnya rokat tase ini dinamai rokat jaghangan, karena rokatnya
berlangsung di tepi pantai dimana para nelayan menyandarkan perahunya,
sebelum berlayar menuju laut. Disetiap desa dimana disitu ada jaghangan,
biasanya mereka para nelayanan juga melakukan rokat tase, tambahnya.
Maksud penginapan wadah sesaji tersebut, untuk memberi kesempatan
pada masyarakat yang lain,

barangkali mau menitipkan sesajinya melalui

wadah tersebut, hal ini dilakukan dengan suka rela, dalam bentuk apa saja.
Tapi umumnya dalam bentuk uang. Namun yang pokok dalam sesaji, tambah
Muhammad, yaitu kepala kambing.

Dari hidangan nasi dan lauk-pauknya disiapkan untuk para warga, kerabat
dan tamu-tamu yang menghadiri dan menyaksikan rokat tase. Dalam hal
silaturrahmi memang berusaha kami bertahankan, yang juga merupakan bentuk
rasa syukur kami atas limpahan rahmat Allah melalui jala ikan kami di tengah
laut.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, A. 2008. Budaya Rokat Madura


http://rumahmakalah.wordpress.com/2008/11/04/budaya-rokat-madura/

Muhammad. 2012. Upacara Rokat Tase, Tanjung Saronggi.


http://lontarmadura.com/upacara-rokat-tase-tanjung-saronggi/

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat merupakan suatu bentuk cipta, rasa dan
karsa dari setiap individu masyarakat yang ada dalam daerah tertentu. Oleh karena itu, sudah
barang tentu dalam kehidupan bermasyarakat kita pasti akan menemukan berbagai
kebudayaan serta perilaku kebudayaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Namun, tidak sedikit pula orang yang memiliki pandangan serta pemaknaan yang sama
tentang kebudayaan-kebudayaan tersebut.
Pada dasarnya setiap kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat pasti akan terus
bertahan dan berkembang, hal ini disebabkan karena masyarakat masih menganggap bahwa
kebudayaan tersebut masih mempunyai nilai-nilai yang baik dan sakral. Sehingga untuk
meubah atau mengganti suatu kebudayaan yang sudah melekat dalam jiwa suatu masyarakat,
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Berakar dari masalah-masalah itulah, untuk mengetahui dan memahami pandangan
masyarakat tentang suatu kebudayaan, kami harus melakukan penelitian tentang kebudayaan
dengan metode etnografi.
B.Tujuan Pembuatan Makalah.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah antropologi.
Untuk memahami dan mengetahui metode penelitian etnografi secara umum.
Untuk memahami metode etnografi, jika dipakai dalam penelitian budaya rokat yang ada
di daerah pesisir Madura.
Untuk mengetahui sejarah yang melatarbelakangi serta nilai dari budaya tersebut.

C.Batasan Makalah.
Penulis hanya meneliti kebudayaan rokat yang ada di Madura.
Penulis hanya mengamati kebiasaan yang terjadi secara umum di tempat tersebut dan bukan
secara khusus.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Fenomena Budaya Yang Terjadi.
Di daerah pesisir Madura, terdapat komunitas masyarakat yang selalu melakukan ritual atau
tradisi sebagai suatu keharusan yang wajib untuk dilakukan. Ritual atau tradisi tersebut,
biasanya dimulai dengan acara pembacaan istighotsah dan tahlil bersama oleh masyarakat
yang dipimpin oleh pemuka agama setempat. Setelah itu, masyarakat melepaskan sesaji ke
laut sebagai rasa ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun isi dari sesaji itu
adalah ketan-ketan yang berwarna-warni, tumpeng, ikan-ikan, dan lain sebagainya. Ritual
atau tradisi tersebut disebut Rokat oleh penduduk setempat.
Tradisi tesebut biasanya dilakukan oleh masyarakat yang berada di daerah pesisir Madura,
baik itu pria, wanita, kecil, maupun dewasa semua ikut dalam acara tersebut. Tradisi rokat,
jika dipandang memang lebih condong pada kebudayaan dan kebiasaan yang berbau Islami.
Meskipun adapula yang berpandangan bahwa tradisi tersebut dapat menjerumuskan
masyarkat dalam jurang kemusyrikan. Selain itu, tradisi rokat dilakukan untuk mensyukuri
karunia serta nikmat yang diberikan oleh sang maha pencipta yaitu Allah SWT. Dan juga agar
diberikan keselamatan dan kelancaran rezeki dalam bekerja.
Kebudayaan rokat dilakukan ketika para nelayan dalam masyarkat tersebut mendapatkan
sebuah keuntungan atau kenikmatan yang sangat besar, misalnya mendapatkan hasil ikan
yang banyak atau besar. Sehingga untuk mensyukuri karunia tersebut, dilaksanakanlah ritual
rokat. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa acara rokat dilaksanakan tiap satu tahun
sekali atau lebih, tergantung situasu dan kondisi yang terjadi dalam masyarakat tersebut
(tidak tentu), sehingga untuk meaksanakan rokat tidak perlu menunggu hasil tangkapan
yang diperoleh oleh para nelayan.
B.Sejarah Yang Melatar Belakangi.
Tradisi rokat sebenarnya tidak hanya terjadi di daerah pesisir Madura saja, namun juga
seringkali terjadi di daerah pesisir jawa dan bali. Tapi tradisi tersebut muncul dengan modelmodel dan modifikasi yang berbeda. Meski demikian, tidak diketahui secara jelas kapan
tradisi rokat tersebut muncul. Sepanjang yang diketahui dan diyakini oleh masyarakat di
daerah tersebut, menganggap kebudayaan/tradisi tersebut sudah lama berlangsung dan harus
di lestarikan.
Tradisi rokat dianggap sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bagi
masyarakat setempat. Selain itu rokat juga dianggap sebagai salah satu cara untuk tola
bala (mencegah bencana) serta sebagai ritual untuk meningkatkan rezeki yang didapat oleh
masyarakat tersebut. Bahkan rokat juga dianggap sebagai ritiual yang harus dan wajib
dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah tersebut.
Dalam melaksanakan rokat, masyarakat di daerah tersebut harus mempersiapkan beberapa
sesaji untuk dilepaskan di laut sebagai salah satu cara atau syarat ritual tersebut. Selain itu,
sebelum acara pelepasan sesaji masyarakat harus melakukan doa bersama (istigotsah atau
tahlil) sebagai bentuk ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian perlu diingat,

biasanya isi dari sesaji-sesaji tersebut adalah makanan-makanan (tumpeng, ketan warnawarni), ikan-ikan dan sebagainya.
C.Nilai Dari Kebudayaan Rokat.
a.Bagi mereka yang tinggal di daerah pesisir Madura
Bagi penduduk yang menetap di daerah pesisir Madura, mereka menilai bahwa kebudayaan
rokat merupakan budaya warisan nenek moyang mereka secara turun temurun, sehingga
mereka secara wajib dan mempunyai keharusan untuk mempertahankan dan melestarikan
budaya tersebut.
Selain itu, penduduk yang menetap di daerah tersebut juga menganggap bahwa tradisi rokat
merupakan suatu bentuk ketaatan masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mereka
menganggap bahwa orang yang mengikuti tradisi tersebut, merupakan orang-orang yang
mempunyai tingkat ketaqwaan yang tinggi. Dari sinilah kemudian masyarakat di daerah
tersebut merasa terpanggil untuk ikut serta dalam ritual tersebut.
Kemudian, ada juga yang menganggap jika dalam masyarakat tersebut tidak melakukan ritual
rokat, maka masyarakat tersebut akan mendapatkan bencana dan rezeki yang didapat tidak
sesuai dengan yang diinginkan.
b.Bagi penduduk yang tinggal di luar daerah tapi asli penduduk pesisir Madura.
Bagi penduduk yang menetap di luar daerah, mereka menganggap bahwa tradisi rokat
harus tetap dilaksanakan di manapun mereka berada. Karena tradisi tersebut merupakan
tradisi dari nenek moyang mereka yang harus dipertahankan dan dilestarikan.
Tapi yang menjadi kendala untuk melakukan rokat di lingkungan yang baru mereka tempati
adalah tidak adanya fasilitas serta masyarakat yang kurang mendukung ritual rokat
tersebut. Sehingga ritual tersebut tidak perlu dilaksanakan di daerah mereka yang
baru.Namun, menurut mereka nilai dari ritual rokat itu akan selalu sama meskipun
dilakukan di lain tempat.
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan makalah di atas, tentang pengertian dan hasil penelitian etnografi pada
daerah pesisir Madura mengenai perilaku dan tradisi rokat yang dilakukan di sana. Maka
kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:
a.Tradisi rokat ternyata sudah memiliki nilai yang mengikat bagi para masyarakat di daerah
tersebut untuk mentaatinya.
b.Tradisi rokat dianggap sebagai suatu keharusan dan patut untuk dilestarikan oleh
masyarakat tersebut.
c.Tradisi rokat mempunyai nilai yang sama, meskipun dilaksanakan di daerah aslinya
ataupun di daerah lain.

Anda mungkin juga menyukai