Anda di halaman 1dari 14

KAPITA SELEKTA BUDAYA

NUSANTARA

Temanten Kucing Sebagai


Kearifan Budaya Lokal Kab.
Tulungagung

Angga W. P

Pendidikan Seni Rupa

SEDESA – Universitas Negeri Malang


Pernikahan kucing (Jawa: Temanten Kucing) merupakan
sebuah kebudayaan di Desa Palem, Kec. Campurdarat, Kab.
Tulungagung, Jawa Timur yang ditujukan untuk meminta berkah
turun hujan. Temanten kucing atau pernikahan kucing
merupakan tradisi yang telah dilakukan ratusan tahun silam di
Desa Palem.
Sejarah Singkat
Sejarah ritual manten kucing dimulai
saat terjadinya kemarau panjang di
Desa Pelem. Peristiwa ini terjadi pada
zaman Belanda namun belum diketahui
tanggal dan tahun pasti terjadinya
kemarau panjang tersebut.
Karena mengalami kebingungan
mendapatkan air, baik untuknya
maupun warganya, sebagai demang
(pemimpin desa) saat itu, Eyang
Sangkrah mempunyai tanggungjawab
atas rakyat desa yang dipimpin.
Berbagai ritual ia lakukan, namun air
hujan yang dinanti tak kunjung turun.
Suatu hari, Eyang Sangkrah ingin mandi di Telaga Coban dengan
mengajak kucing piaraannya. Di telaga tesebut, dimandikan pula
kucing Condromowonya. Tak lama berselang, Desa Palem pun
diguyur hujan deras.
Prosesi / Tahapan
1. Kirab sepasang kucing
Dalam upacara ini, sepasang kucing jantan dan kucing
betina dipertemukan menjadi pasangan pengantin. Prosesi
Temanten Kucing diawali dengan mengirab sepasang
kucing jantan dan betina, kucing warna putih yang
dimasukkan dalam keranji. Di belakangnya, berderet tokoh
dan warga desa yang mengenakan pakaian adat Jawa.
2. Memandikan kucing di Coban Kromo
Sebelum dipertemukan, pasangan Temanten Kucing
dimandikan di telaga Coban Kromo yang sudah ditaburi
bunga. Usai dimandikan, kedua kucing diarak menuju lokasi
pelaminan.
3. Prosesi Menikahkan
Di tempat yang sudah disiapkan aneka sesajian,
pasangan kucing jantan dan betina itu “dinikahkan‟.
Sepasang laki-laki dan perempuan yang membawa
kucing, duduk bersanding di kursi pelaminan. Sementara
dua temanten kucing berada di pangkuan kedua laki-laki
dan wanita yang mengenakan pakian pengantin itu.
Upacara pernikahan ditandai dengan pembacaan doa-
doa yang dilakukan sesepuh desa setempat.
Terdapat bebrapa ubo rampe pada Manten
Kucing seperti berikut.
1. Tumpeng (robyong)
Sajian nasi kerucut dengan aneka lauk pauk yang
biasanya ditempatkan dalam tampah besar. Bermakna
sebagai tempat yang maha-tinggi serta simbolisasi sifat
alam dan manusia yang berasal dari Tuhan.
2. Ingkung
Ingkung berupa ayam kampung yang dimasak utuh,
diberi bumbu opor, kelapa dan daun salam. Dimaknai
sebagai sikap pasrah dan menyerah atas kekuasaan
Tuhan, serta menyucikan pihak yang berhajat maupun
tamu yang hadir pada acara.

7
3. Jenang merah dan putih
Jenang abang dan jenang putih ini
dimaksudkan sebagai lambang kehidupan
manusia yang tercipta dari air kehidupan
orang tuanya juga sebagai penghormatan
kepada leluhur.
4. Pisang raja
Pemakaian pisang raja ini memiliki maksud
sebagai simbol dari permohonan terkabulnya
doa serta agar berwatak adil, berbudi luhur,
dan tepat janji. Penggunaan pisang juga
dikaitkan dengan pelajaran tentang etika
kehidupan yang diibaratkan dengan watak
pisang.

8
5.Jajanan pasar
Jajan pasar yang biasa disajikan misalnya
ketan, ondhe-ondhe, bikang, nagasari, klepon
dan lain-lain. Esensinya sebagai sedekah untuk
keselamatan hidup, terutama selamat dalam
bidang rohani, batin atau selamat dari hal-hal
yang berasal dari alam halus, sehingga disebut
sebagai “seratan winadi”. Jajan pasar adalah
lambang dari sesrawungan (hubungan
kemanusiaan, silaturrahmi) dan lambang
kemakmuran.

9
Nilai-nilai
Tradisi
Manten Kucing

10
1. Nilai Religius

Nilai religius tampak karena pada dasarnya upacara


temanten kucing bertujuan untuk mengharapkan agar
Tuhan menurunkan hujan. Sedangkan upacara
Temanten Kucing sebagai sarana dan medianya.
2 . N i l a i Go t o n g R o y o n g d a n Pe r s a t u a n

Praktek gotong-
royong tampak mulai
dari persiapan,
pelaksanaan upacara
hingga seluruh rangkaian
acara berakhir.
Dari kegotong-
royongan tercipta
sebuah nilai persatuan.
Tanpa adanya nilai
persatuan, tidak mungkin
upacara temanten
kucing dapat berjalan
dengan baik.
3. Nilai Seni dan Keindahan

Tampak pada atribut, perlengkapan serta pemaknaan dari


prosesi manten kucing itu sendiri. Saat masyarakat mengarak
temanten kucing, dikenakan pakaian adat Jawa. Ubo rampe /
sesajian yang disajikan dengan penataan yang estetis dan
pemaknaan yang dalam. Selain itu berbagai macam kesenian
pengiring yang disajikan (Tiban, Langen Tayub, dan Reog
Kendang) juga memiliki nilai seni dan makna yang adiluhur.
THANK YOU

14

Anda mungkin juga menyukai