Anda di halaman 1dari 18

contoh makalah tatatertib

Makalah Kedisiplinan dan Tata Krama


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 2 /
1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas merumuskan tujuannya pada bab II, pasal 4,
yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Maksudnya adalah manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Di samping itu, juga
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Namun ketidakdisiplinan masih banyak terjadi di masyarakat. Ketidakdisiplinan bahkan bukan
hanya menyangkut penggunaan waktu melainkan juga nampak dalam bentuk berbagai
pelanggaran terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku. Masih sering melihat
kecenderungan dari sebagian warga masyarakat untuk hidup santai. Lebih dari itu juga terlihat
bahwa sebagian warga masyarakat lebih suka memperoleh keuntungan pribadi dengan jalan
melanggar peraturan dan hukum yang berlaku daripada melalui jalan yang sah dan benar. Oleh
karena itu, sikap disiplin perlu ditegakkan.
Meningkatkan tata krama juga tidak kalah penting. Sehingga dalam proses pembelajaran tata
krama dianggap telah cukup tercakup dalam mata pelajaran agama, tentu hal itu tidak demikian
adanya. Walaupun tata krama merupakan bagian dari mata pelajaran agama yang salah satu
bahasannya adalah ahklak atau tata krama, pembahasan mengenai hal tersebut pasti memperoleh
porsi yang amat kecil. Hal ini mengingat cukup banyak aspek yang membahas dalam mata
pelajaran agama dengan alokasi waktu yang amat minim yaitu dua jam dalam seminggu. Oleh
karena itu, sentuhan aspek moral / ahklak / budi pekerti / tata krama menjadi amat kurang.
Demikian pula, sentuhan agama yang salah satu cabang kecilnya adalah ahklak / budi pekerti
menjadi amat tipis dan tandus. Padahal zaman terus berjalan, budaya terus berkembang,
teknologi berlari pesat. Arus informasi mancanegara bagai tidak berbatas.
Berdasarkan pengamatan, Meningkatkan Disiplin dan Tata Krama Siswa dalam Upaya
Membangun Generasi Penerus Bangsa di Sekolah Dasar kurang diperhatikan, ini disebabkan
karena siswa tidak mematuhi tata tertib sekolah, dan juga kurangnya penerapan budi pekerti yang
baik dilingkungan keluarga.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, permasalahan yang diangkat dalam
penulisan Karya Ilmiah adalah :
1. Bagaimana Cara Meningkatkan Disiplin Siswa dalam Upaya Membangun Generasi Penerus
Bangsa di SDN Margomulyo I Balen Bojonegoro?
2. Bagaimana Cara Meningkatkan Tata Krama Siswa dalam Upaya Membangun Generasi
Penerus Bangsa di SDN Margomulyo I Balen Bojonegoro?
C. TUJUAN

Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Meningkatkan Disiplin Siswa dalam Upaya Membangun
Generasi Penerus Bangsa di SDN Margomulyo I Balen Bojonegoro.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Meningkatkan Tata Krama Siswa dalam Upaya
Membangun Generasi Penerus Bangsa di SDN Margomulyo I Balen Bojonegoro.
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, Hipotesis Penelitian adalah :
1. Cara Meningkatkan Disiplin Siswa dalam Upaya Membangun Generasi Penerus Bangsa di
SDN Margomulyo I Balen Bojonegoro.
2. Cara Meningkatkan Tata Krama Siswa dalam Upaya Membangun Generasi Penerus Bangsa di
SDN Margomulyo I Balen Bojonegoro.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah :
1. Bagi Siswa ;
a. Agar Siswa Mentaati Peraturan yang Ada di Sekolahan.
b. Agar Siswa lebih Sopan dan Mempunyai Tata Krama terhadap Guru, Orang Tua maupun
Masyarakat.
2. Bagi Guru ;
a. Dapat sebagai Masukan untuk Lebih Memperhatikan Siswanya
b. Dapat Mengetahui Siswa yang Mempunyai Disiplin yang Kurang dan Tata Krama yang tidak
baik.
c. Dapat Memberikan Pengetahuan dan Cara Meningkatkan Disiplin dan Tata Krama Siswa.
3. Bagi Peneliti ;
a. Sebagai Calon Guru, Penelitian ini dapat Memberikan Pengetahuan dan Pengalaman dalam
Menerapkan Metode-metode Pembelajaran di Kelas.
b. Dapat memberikan Pengetahuan dan Pengalaman dalam Menerapkan Kedisiplinan dan Tata
Krama Pada Siswa.
4. Bagi Sekolah ;
a. Dapat sebagai Masukan dalam Mengetahui Kondisi Siswanya sehingga Mengetahui hal-hal
apa saja yang harus ditingkatkan.
b. Dapat digunakan sebagai Acuan untuk melanjutkan Penelitian di Sekolah tersebut.
F. DEFINISI OPERASIONAL
Penafsiran istilah yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan, tata tertib dan norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan. Disiplin amat penting diterapkan dalam kehidupan social, sebab tanpa
disiplin kehidupan bermasyarakat akan menjadi tidak teratur, tidak tertib dan tidak aman. Untuk
menegakkan disiplin maka dibuat peraturan atau tata tertib hidup bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.
2. Tata Krama adalah suatu peradaban lahiriah, mencakup semua tindak tanduknya manusia yang
keluar dari kesederhanaan dan selera baik. Tata krama berhubungan erat dengan seluruh
kehidupan kita, derajat / pangkat, selera, bakat dan juga umur kita, dan terutama pendirian /
pandangan hidup.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN DISIPLIN
Ada dua arti disiplin. Arti yang pertama, yaitu latihan batin dan watak dengan maksud supaya
segala perbuatan selalu mentaati tata tertib. Arti yang kedua, yaitu ketaatan pada aturan dan tata
tertib. (Sumber , Panduan Belajar PPKN SMU 2, Erlangga, Halaman 43).
Sedangkan kedisiplinan, berarti kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, tata tertib, atau
norma norma yang berlaku dalam kehidupan. Dengan membiasakan hidup tertib dan disiplin
maka semua kegiatan sehari hari, seperti belajar, membantu orang tua, dan bermain, akan dapat
dikerjakan dengan tertib dan teratur.
Selain itu, kita menjadi terbiasa hidup disiplin yang amat penting dalam memasuki kehidupan
yang lebih luas di masyarakat, bangsa dan negara. Hanya orang yang disiplin dan tata tertib
dalam hidupnya yang akan berhasil menjadi orang sukses dalam karir kehidupan di masyarakat.
B. JENIS-JENIS DISIPLIN
Berikut ini diuraikan mengenai jenis-jenis disiplin : (Sumber , Panduan Belajar Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan SMU 2, Erlangga, Halaman 43).
1. Disiplin Diri
Sebagai suatu latihan batin dan watak, kedisiplinan memang pertama-tama berkaitan dengan diri
seseorang. Dalam hal ini, tumbuhnya kesadaran seseorang akan pentingnya kedisiplinan itu
dipengaruhi oleh lingkungan orang yang bersangkutan. Bila yang bersangkutan hidup di
lingkungan dengan disiplin tinggi, maka orang tersebut cenderung juga mempunyai perilaku
demikian. Begitu pula sebaliknya, kesadaran dan perilaku disiplin itu akan sulit terbentuk, bila di
lingkungan kurang memberi dukungan bagi tumbuhnya perilaku itu.
Mungkin saja pada mulanya orang mengalami kesulitan untuk berdisiplin, tetapi bila ia
membiasakan diri untuk disiplin secara terus menerus maka perilaku disiplin dapat mempribadi
pada seseorang. Bila orang sudah tahap ini, ia merasa kedisiplinan sebagai hal biasa dalam
hidupnya. Ini berarti bahwa kedisiplinan orang itu lebih di dasarkan atas faktor kesadaran dan
bukan karena dipaksa oleh pihak lain.
2. Disiplin Sosial
Dalam kehidupan bersama yang di dalamnya ada nilai dan norma norma yang dianut,
kesadaran untuk disiplin pada seseorang membuat ia secara sukarela mentaati peraturan yang
berlaku. Dia tidak memandang aturan yang berlaku dalam masyarakat sebagai aturan yang
mengekang dirinya, tetapi melihat itu sebagai hal yang memang di butuhkan dalam kehidupan

bermasyarakat. Kedisiplinan mengekspresikan kedewasaan seseorang. Kedisiplinan akan


tercermin dari bagaimana seseorang mengatur dan memanfaatkan waktu, dan bagaimana
ketaatan seseorang terhadap hukum atau norma yang berlaku di masyarakatnya.
3. Disiplin Nasional
Disiplin nasional adalah sikap mental suatu bangsa untuk mentaati suatu tata tertib. Sikap mental
itu terwujud dalam bentuk tingkah laku tertib dan teratur,yang mencerminkan penghargaan
terhadap norma yang mengatur kehidupan norma secara beradab. Kepatuhan bangsa harus
tenjadi secara sadar dan bebas. Hal ini berlaku baik untuk norma sopan santun, norma hukum,
norma moral, maupun norma keagamaan.
Di samping itu, disiplin nasional juga menunjuk pada sikap dan perilaku yang di dasarkan pada
faktor kesadaran untuk melaksanakan kebijaksanaan nasional. Karena di dasarkan atas faktor
kesadaran, maka ketaatan terhadap berbagai kebijaksanaan nasional tersebut tentu tidak
tergantung pada pemaksaan dan atau pengawasan pihak lain. Disiplin nasional bukan disiplin
yang mati, tetapi disiplin yang hidup, dinamis, kreatif, dan yang dijiwai oleh kesadaran akan nilai
nilai dan tujuan luhur yang telah kita sepakati bersama, yaitu sebagai wujud pengamalan
pancasila.
C. PENTINGNYA KEDISIPLINAN
Barikut ini digambarkan penting dan kegunaan kedisiplinan bagi diri, kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. (Sumber, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMK 2, Armico,
Halaman 43-44).
1. Kegunaan kedisiplinan bagi diri sendiri
a. Kedisiplinan bagi diri sendiri sangat penting dalm menunjang keberhasilan karier.
b. Kedisiplinan diri berguna bagi pengembangan bakat, minat dan cita cita pribadi.
c. Orang disiplin akan disukai orang lain.
d. Orang yang disiplin cenderung dipilh oleh kelompoknya menjadi pemimpin.
e. Kedisiplinan diri amat penting dalam berlatih meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
pengembangan mental yang bertanggung jawab.
2. Kegunaan kedisiplinan bagi masyarakat
a. Terciptanya peraturan, ketertiban, dan keamanan hidup bermasyarakat.
b. Terlaksananya program program pembangunan masyarakat.
c. Berkurangnya pelanggaran yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Kegunaan Kedisiplinan bagi kehidupan bangsa dan negara.
a. Terciptanya keteraturan, ketertiban dan keamanan hidup berbangsa dan bernegara.
b. Terlaksananya program program pembangunan bangsa dan negara.
c. Berkurangnya pelanggaran yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
D. PENGERTIAN TATA KRAMA
Tata krama atau sopan santun asal mulanya dari kata Etiquette ini mulanya dilahirkan dari
Perancis. Sopan santun atau tata krama adalah suatu peradaban lahiriah. Jadinya, mencakup
semua tindak-tanduknya manusia yang keluar dari kesederhanaan dan selera baik.
Tata krama atau sopan santun berhubungan erat dengan seluruh kehidupan kita, derajat / pangkat,
selera, bakat dan juga umur kita dan terutama pendirian / pandangan hidup. (Sumber, Sikap Kita
dalam Pergaulan, PN Nalai Pustaka, Halaman 30).

E. JENIS-JENIS TATA KRAMA


Tata krama dalam realitas di lapangan dibagi menjadi 3 ( tiga ), yaitu : (Sumber, Kebijakan
Pendidikan Era Otonomi Daerah, PT Raja Grafindo, Halaman 20-24).
1. Pendidikan Tata Krama di Rumah
Untuk memaparkan tata krama di rumah / keluarga, harus dilihat dahulu kenyataan bahwa di
Indonesia terdapat lebih dari 11 juta anak putus sekolah dan 6 juta diantaranya menjadi pekerja
anak. Dari 6 juta pekerja anak, sekitar 2 juta anak bekerja dalam kondisi yang sangat
membahayakan, baik fisik maupun mentalnya.
Jika dilihat dari presentase jumlah anak yang ada di Indonesia, baru sekitar 2 % yang dapat
mengikuti program wajib belajar. Selebihnya tidak memperoleh kesempatan belajar yang
selayaknya. Dapat dibayangkan jumlah yang tersisa masih sekitar 88 % justru untuk menjadi
pekerja anak untuk membantu ekonomi keluarga. Sehinga mereka tidak mempunyai kesempatan
belajar dirumah, khususnya belajar penanaman nilai-nilai tata krama budi pekerti luhur.
Kalaupun ada keluarga yang memiliki kesadaran yang cukup tinggi dengan menanamkan nilainilai positif, khususnya nilai-nilai agama sejak dini yang notabenya sudah termasuk nila ahklaq /
tata krama di dalamnya, dapat dikatakan jumlahnya masih rendah daripada yang belum
mendapatkan penanaman nilai-nilai tata krama budi pekerti luhur.
2. Pendidikan Tata Krama di Masyarakat
Penanaman nilai-nilai tata krama di masyarakatpun menjadi sangat kurang sebagai akibat dari
himpitan ekonomi. Semua sibuk memikirkan pemenuhan kebutuhan hidup. Kontrol sesama
masyarakat menjadi kurang, bahkan tidak ada. Semua serba individualistis.
Kondisi kacau di masyarakat seperti ini justru yang sangat berpengaruh pada penanaman nilainilai tata krama yang luhur. Keluarga yang anaknya terbebas atau tak terpengaruh sisi negatif
lunturnya nilai-nilai tata krama seperti narkoba, tawuran, dan lain-lain tidak peduli pada tetangga
/ keluarga lain yang secara kebetulan mengalaminya, yang terpenting kelurga sendiri.
3. Pendidikan Tata Krama di Sekolah
Sementara itu, penanaman nilai-nilai tata krama di sekolah, untuk saat ini memang sudah
mengalani kemunduran. Data Empiris membuktikan bahwa para gurupun sudah merasa enggan,
menegur anak didik yang berlaku tidak sopan di sekolah. Anak didik sering kali berperilaku tidak
sopan terhadap guru, melecehkan sesama teman bahkan ada sekolah yang tidak berani
mengeluarkan anak didiknya yang sudah jelas-jelas menggunakan narkoba.
Belum lagi posisi materi tata krama yang sejajar dengan kurikulum mulok sampai saat ini
memang tidak berdiri sendiri. Materi tersebut diintegrasikan ke dalam dua mata pelajaran, yaitu
PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) dan Agama. Kalaupun pada akhirnya
diintegrasikan pula ke dalam enam mata pelajaran lainnya, yaitu matematika, IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam), IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), kesenian, Bahasa Indonesia, dan Olah raga,
rasanya masih kurang mengingat tingkat tata krama yang telah amat mahal dan langka di masa
kini.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN PENELITIAN
Pendekatan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif.
B. KEHADIRAN PENELITIAN
Kehadiran peneliti dalam penelitian sebagai (1) Perencana kegiatan, (2) Pengumpul data, (3)
Penganalisis data, dan (4) Pelapor hasil penelitian. Maka kehadiran peneliti di lapangan adalah
menyusun rencana kegiatan, melaksanakan pembelajaran, mengumpulkan data, dan
melaksanakan wawancara dengan obyek penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti
berkolaborasi dengan pihak-pihak sekolah terutama Kepala Sekolah.
C. LOKASI DAN SUBYEK PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SDN Margomulyo I Balen Bojonegoro pada semester I tahun
pelajaran 2008/2009. Sebagai subyek penelitian adalah seluruh siswa di SDN Margomulyo I
yang dibuat sample kelas V dan VI yang jumlah siswanya 29 anak. Tetapi penulis mengambil
sample sebanyak 20 anak.
D. DATA DAN SUMBER DATA
Data dan sumber data terdapat pada tabel dibawah ini.
Data dan sumber data
No Masalah Data Instrumen
1 Kedisiplinan siswa - Aktifitas siswa
- Respon siswa terhadap kedisiplinan - Lembar observasi tata tertib siswa
- Angket
2 Tata krama siswa - Aktifitas siswa
- Respon siswa terhadap tata krama - Lembar observasi tata tertib siswa
- Angket
3 Kedisplinan dan tata krama - Hasil wawancana Kepala Sekolah - Lembar wawancara
E. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Observasi
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang kedisiplinan dan tata krama di sekolah.
Data tentang kedisiplinan dan tata krama siswa berpedoman pada hasil observasi perilaku siswa

di sekolah. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 1


2. Pedoman Wawancara
Wawancara dalam hal ini dilaksanakan untuk mengetahui informasi tentang metode
pembelajaran, tingkah laku siswa, yang di adakan sebelum penelitian. Pedoman wawancara
dapat dilihat pada lampiran 2.
3. Angket
Pemberian angket dilakukan untuk memperoleh data respon tertulis siswa terhadap kedisiplinan
dan tata krama di sekolah. Angket diberikan pada waktu penelitian berlangsung. Angket respon
siswa terhadap kedisiplinan dan tata krama di sekolah dapat dilihat pada lampiran 3.
F. ANALISIS DATA
Analisis data dalam penelitian dilakukan dengan menelaah semua data yang diperoleh melalui
observasi, wawancara, dan angket. Sebelum dianalisis secara deskriptif, data yang diperoleh dari
beberapa observer dikumpulkan dan dilakukan triangulasi data. Analisis data meliputi kegiatan
klasifikasi data, penyajian data, dan penilaian keberhasilan tindakan. Kegiatan klasifikasi data
merupakan kegiatan memilah-milah data yang terkumpul dan dikelompokkan sesuai jenis
datanya. Kegiatan penyajian data dilakukan dengan menyusun sekumpulan informasi yang
diperoleh dari klasifikasi cara naratif. Naratif merupakan diskripsi data kualitatif hasil observasi,
wawancara dan angket siswa.
Penilaian keberhasilan tindakan sesuai dengan karakteristik data yang terkumpul. Seperti yang
telah diungkapkan ada beberapa jenis data, sehingga dalam menentukan keberhasilan tindakan
juga menggunakan berbagai jenis metode.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab terdahulu telah dikemukakan bahan metode yang digunakan untuk memperoleh data
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan Penelitian diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan angket. Dan analisis data berikut ini mengenai hasil data perolehan data di
lapangan.
1. Data Observasi
Selama pelaksanaan observasi penulis secara langsung mengamati hal-hal yang berkenan dengan
permasalahan yang ada meliputi :
a. Interaksi antara Guru dan Siswa
Guru dengan tekun membimbing siswa secara tegas tentang bersikap disiplin dan memiliki tata
krama yang terpuji di kehidupan sehari-hari. Selain itu guru juga memberikan contoh langsung
perilaku disiplin dan bertata krama dengan baik.
b. Proses kegiatan Disiplin dan Bertata krama
Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah terdapat tata tertib yang mengatur siswa.
Apabila ada yang melanggar akan mendapatkan sanksi yang sesuai. Di sekolah juga ada mata
pelajaran yang mengembangkan sikap siswa yang diarahkan bertata krama yang baik
2. Hasil Wawancara
Setelah penulis melakukan wawancara dengan Kepala sekolah SDN Margomulyo I Balen
Bojonegoro, maka penulis mendapatkan informasi tentang kedisiplinan dan tata krama siswa di
sekolah baik tentang tingkah laku siswa maupun tata tertib sekolah.
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah menunjukkan bahwa sekolah mendukung kedisiplinan
dan tata krama diterapkan di sekolah, yaitu dengan adanya tata tertib dan mata pelajaran SBK
(Seni Budaya dan Ketrampilan), yang berisi pengembangan tata krama siswa. Meskipun ada
beberapa siswa yang kurang memiliki rasa kedisiplinan dan tata krama di lingkungan sekolah,
keluarga, serta masyarakat.
3. Hasil Analisis Angket Siswa
Data yang diperoleh melalui instrumen angket diolah dengan teknik analisis data deskriptif
dalam bentuk presentase, sehingga benar-benar dapat menjadi data penunjang keberhasilan
penelitian. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari presentase adalah sebagai berikut :
P=
Keterangan :
P : Presentase yang dicari
B : Banyakya responden yang menjawab
J : Jumlah responden
Angket diberikan dan diisi oleh siswa sejumlah 20 siswa pada hari Selasa tanggal 26 Agustus
2008. data yang berasal dari angket yang diberikan pada siswa, setelah dianalisis dapat
ditampilkan seperti pada tabel berikut :

No Pernyataan Banyak siswa Presentase %


1234
1 Saya hadir disekolah selambat-lambatnya 5 menit sebelum pelajaran dimulai
S=
J=
KK =
T=
5
11
3
1
25
55
15
5
2 Saya meninggalkan jam pelajaran ketika jam pelajaran berlangsung
S=
J=
KK =
T=
1
4
15
5
20
75
3 Saya memakai seragam sekolah lengkap sesuai dengan ketentuan sekolah
S=
J=
KK =
T=
12
5
2
3
60
25
10

15
4 Saya membeli makanan dan minuman diluar halaman sekolah
S=
J=
KK =
T=
1
10
6
3
5
50
30
15
5 Saya ikut membantu agar tata tertib sekolah dan ditaati
S=
J=
KK =
T=
11
1
8
55
5
40
6 Saya memakai bahasa Indonesia dengan baik dan benar, patuh berbicara dengan guru
S=
J=
KK =
T=
18
1
1
90
5
5
-

7 Saya memberi salam bila bertemu Bapak Ibu Guru


S=
J=
KK =
T=
7
8
4
1
35
40
20
5
8 Saya berjabat tangan / minta izin sebelum berangkat ke sekolah ( degan Orang Tua )
S=
J=
KK =
T=
16
3
1
80
15
5
9 Saya berjabat tangan dengan Ibu Guru bila hendak pulang sekolah
S=
J=
KK =
T=
10
2
8
50
10
40
10 Saya menghormati Orang Tua dan menyayangi yang lebih muda

S=
J=
KK =
T=
15
2
2
1
75
10
10
5
Keterangan :
S : Sering
J : Jarang
KK : Kadang-kadang
T : Tidak Pernah

BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang telah dideskripsikan
pada Bab IV maka, pada Bab ini akan dipaparkan bahasan mengenai cara Meningkatkan Disiplin
dan Tata Krama Siswa dalam Upaya Membangun Generasi Penerus Bangsa.
A. Disiplin Siswa
Disiplin siswa ditinjau dari aspek kedisiplinan presentase keberhasilan tindakan sebesar 70 %
dengan taraf keberhasilan baik. Hasil observasi kedisiplinan siswa aspek kedisiplinan dapat
dilihat pada lampiran 1. Pada saat pengamatan siswa mendapat bimbingan tegas dari guru
tentang bersikap disiplin. Dan juga guru memberikan contoh secara langsung berlaku disiplin
baik pada dirinya sendiri maupun terhadap sekolah. Karena disiplin amat penting diterapkan
dalam kehidupan sosial, sebab tanpa disiplin kehidupan bermasyarakat akan tidak teratur, tidak
tertib dan tidak aman. Untuk menegakkan disiplin maka dibuat peraturan atau tata tertib hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Konsep tentang disiplin, di sekolah tradisional menggunakan disiplin dengan cara paksa. Katakata guru adalah dianggap sebagai hukum. Motivasi belajar dilakukan dengan menimbulkan
ketakutan, penderitaan jasmaniah, hukuman diberikan dengan menyuruh siswa berdiri di sudut
kelas, duduk di bangku berjam-jam lamanya, atau menulis kalimat berulang-ulang di papan tulis.
Tetapi kalau sekolah moderen memandang siswa sebagai suatu organisme yang sedang
berkembang. Para siswa masih perlu belajar tentang tanggung jawab tingkah laku dan guru
memberi siswa kesempatan untuk melatih diri membuat keputusan dan mengontrol diri. Siswa
yang malas atau melakukan keributan seharusnya bukan dihukum, melainkan diberi bimbingan
dan kesempatan melakukan kegiatan dalam rangka kerja kelompok.
Tetapi pada kenyataannya sekolah moderen sama dengan sekolah tradisional. Sekolah moderen
masih banyak menggunakan disiplin dengan cara paksa. Berdasarkan penelitian ini cara
meningkatkan disiplin dalam upaya membangun generasi penerus adalah
1. Berusaha secara sadar tentang itikad baik dan rasa tanggung jawab mematuhi semua peraturan
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membiasakan diri hidup disiplin, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, maupun di
masyarakat umum.
3. Berusaha menepati janji yang telah dibuat atau disepakati.
4. Menghindari ajakan teman untuk berbuat yang melanggar norma-norma hukum.
5. Semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan
menjalankan semua perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.
6. Berusaha menyimak dan menuruti nasehat orang tua, guru, dan tokoh-tokoh masyarakat yang
sesuai dengan norma-norma kehidupan.
7. Aktif dan kreatif mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kedisiplinan
pribadi dan sosial.
B. Tata Krama Siswa
Tata krama siswa ditinjau dari aspek kesopanan presentase keberhasilan tindakan sebesar 65 %
dengan taraf keberhasilan baik. Pengumpulan data tentang tata krama siswa meliputi aspek sopan
santun dapat dilihat pada lampiran 3. pada saat pengumpulan data siswa mendapat contoh
langsung berperilaku luhur dari guru. Baik bertata krama di rumah, sekolah, dan masyarakat
yang menanamkan nilai-nilai tata krama budi pekerti luhur.

Cara meningkatkan tata krama siswa dalam upaya membangun generasi penerus bangsa adalah :
1. Dapat dilakukan atas dasar adanya kekuatan yang mendukung yang tertuang dalam sistem
Pendidikan Nasional UU No. 2 / 1989, TAP MPR No. X / MPR / 1998 pada Bab IV huruf d dan
TAP MPR No. IV / MPR / 1999, serta UU No. 2 / 1989.
2. Peluang : munculnya kesadaran kolektif, yaitu pada dasarnya tingkat kesadaran masyarakat
sudah cukup tinggi untuk menanggulangi kemerosotan moral dan tata krama anak.

BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cara meningkatkan kedisiplinan siswa dalam upaya membangun generasi penerus bangsa ,
berusaha secara sadar tentang itikad baik dan rasa tanggung jawab mematuhi semua peraturan
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, dan membiasakan diri hidup disiplin, baik di rumah,
di sekolah, di tempat kerja, maupun di masyarakat umum, serta berusaha menepati janji yang
telah dibuat atau disepakati. Disiplin siswa ditinjau dari aspek kedisiplinan presentase
keberhasilan tindakan sebesar 70 % dengan taraf keberhasilan baik.
Cara meningkatkan tata krama siswa dalam upaya membangun generasi penerus bangsa adalah
dapat dilakukan atas dasar adanya kekuatan yang mendukung yang tertuang dalam sistem
Pendidikan Nasional UU No. 2 / 1989, TAP MPR No. X / MPR / 1998 pada Bab IV huruf d dan
TAP MPR No. IV / MPR / 1999, serta UU No. 2 / 1989. selain itu peluang : munculnya
kesadaran kolektif, yaitu pada dasarnya tingkat kesadaran masyarakat sudah cukup tinggi untuk
menanggulangi kemerosotan moral dan tata krama anak. Tata krama siswa ditinjau dari aspek
kesopanan presentase keberhasilan tindakan sebesar 65 % dengan taraf keberhasilan baik.
B. SARAN

Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah sebaiknya peranan guru dalam meningkatkan
kedisiplinan dan tata krama siswa dalam upaya membangun generasi penerus bangsa yang baik
harus mendapat dukungan dari keluarga. Karena keluarga merupakan pendidikan awal bagi
siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Soetjipto Soemari, S. 1983. Sikap kita dalam Pergaulan. Jakarta : PN Nalai Pustaka
Wijaya Juhana, e. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMK 2. Bandung :
Armico
Khoiryah, N. 2004. Penggunaan portofolio dalam Belajar Mandiri untuk meningkatkan
Motivasi dan Prestasi Belajar Konsep Ciri-ciri Mahkluk Hidup Siswa Kelas I C SMPN 2 Beji
Pasuruan, Malang : Skripsi tidak diterbitkan.
Chan M, Sam & Sam T, Tuti. 2007. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta : PT
Raja grafindo.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara
S. Suteng, Bambang, dkk. 2000. Panduan Belajar PPKN SMU 2. Jakarta : Erlangga
Muath Abdul Qodir, M. 2005. Akidah akhlak untuk Madrasah Ibtidaiyah / yang sederajat.
Surabaya : PT Bina Ilmu
Wardani, dkk. 2007. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta ; Universitas Terbuka.

LAMPIRAN LAMPIRAN

A. Tata Tertib Sekolah


B. Pedoman Wawancara
C. Angket Siswa

Lampiran 2
WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

1. Apakah di sekolah ada tata tertib sekolah ?


Jawaban .

2. Apakah tata tertib tersebut sepenuhnya dilaksanakan siswa ? dan Apa alasannya ?
Jawaban : ..
.
3. Bagaimana upaya sekolah meningkatkan kedisiplinan siswa ?
Jawaban : ..
.
4. Bagaimana upaya sekolah meningkatkan tata krama siswa yang cenderung menurun ?
Jawaban : ..
.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Sri Wijayanti, kelahiran tanggal 26 Desember 1984, Putri dari Bapak Surat dan Ibu Miati,
Anak ke-3 dari tiga bersaudara. Sekolah di SDN Margomulyo I Balen Bojonegoro Lulus pada
Tahun 1997, SLTP I Balen Bojonegoro Lulus pada Tahun 2000, SMA I Sumberrejo Bojonegoro
Lulus pada Tahun 2003,dan D-2 UNESA Surabaya Lulus pada Tahun 2005.

Penulis,
SRI WIJAYANTI
Universitas Terbuka Bojonegoro
Diposkan 10th November 2012 oleh AHMAD HABIBIE
0

Add a comment

Anda mungkin juga menyukai