Anda di halaman 1dari 9

Sunda dan Kearifan Tradisi Muludan

Makalah untuk memenuhi tugas Individual Assigment dari mata kuliah


Bahasa Indonesia dan Budaya
Dosen Pengampu : Gina Syabani Yuda, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :
Aditya Nurul Hamda
(20180040084)

UNIVERSITAS NUSA PUTRA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI
TEKNIK INFORMATIKA
Jl. Raya Cibolang No. 21 Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia 43152
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat
ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar
biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Organisasi
Komputer”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan beberapa tugas mata
kuliah Arsitektur dan Organisasi Komputer.
Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, penulis meminta kesediaan pembaca untuk
memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah kami ini, untuk
kemudian kami akan merevisi kembali pembuatan makalah ini di waktu berikutnya.

Sukabumi, 1 Januari 2020

Aditya Nurul Hamda

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan dan Manfaat ………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Muludan Sunda ………………..…………………………………… 2
2.2 Tiga Pelajaran …………….………………………………………… 3
2.3 Tradisi Ngamuludkeun ……………………………………………... 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….. 5
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (Arab: ‫مولد‬
‫النبي‬, Mawlid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia
perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah.
Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan
tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara
subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil (wilayah Irak sekarang),
bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal abad ke 7 Hijriyah. Ibn Katsir dalam kitab
Tarikh berkata: “Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal.
Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan
seorang yang adil – semoga Allah merahmatinya”.
Dijelaskan oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-
Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik
ulama dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama usul, para
ahli tasawuf, dan lainnya. Sejak tiga hari, sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah
melakukan berbagai persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para hadirin
yang akan hadir dalam perayaan Maulid Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan
dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka semua
berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya
itu.
1.2. Rumusan Masalah
1. Muludan Sunda
2. Tiga Pelajaran
3. Tradisi Ngamuludkeun

1.3. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui sejarah Muludan
2. Mengenal budaya Muludan Sunda.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Muludan Sunda


Wacana Islam téh Sunda-Sunda téh Islam, merupakan sebuah simpulan yang
memang berdasar dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu cara untuk menguji
anggapan tersebut adalah dengan mengamati falsafah dan perilaku hidup masyarakat
Sunda dalam melakoni ritus keseharian. Keseharian hidup masyarakat Sunda selain
berteman dengan alam, juga sebisa dapat sesuai dengan pelbagai norma-norma. Antara
norma masyarakat, norma agama, dan norma negara berjalan berjalin-berkelindan.
Kebiasaan itu paling tidak terangkum dalam kearifan bernama peribahasa. Peribahasa
indung hukum bapa darigama atau tunduk pada aturan negara dan agama atau élmu tungtut
dunya siar alias anjuran menuntut ilmu untuk mengelola dunia merupakan contoh
keseimbangan hidup yang diwariskan para karuhun.
Karuhun atau leluhur Sunda dalam menciptakan dan mewariskan kearifan,
sejatinya untuk kebaikan kehidupan masyarakat di dunia dan di akhirat. Salah satu
upayanya dengan cara mengagungkan waktu. Waktu bagi masyarakat Sunda memang
mendapat tempat yang amat terhormat. Bukankah perjalanan sebuah peradaban dirunut
berdasarkan waktu? Dari waktu ke waktu rangkaian sejarah bisa ditelusuri. Merunut
kepada waktu aneka rupa kejadian dapat direkam. Rekaman pentingya waktu bukan
melulu milik Sunda, bahkan Allah Swt pun mengabadikan waktu dalam salah satu firman-
Nya. Demi waktu...begitu kalimat pembuka dalam surat Al 'Ashr. Oleh karenanya,
masyarakat Sunda sebisa dapat selalu mengagungkan rentetan waktu. Selain bersifat harian
dan mingguan, juga dalam setiap bulannya kerap melaksanakan ritual budaya yang
berlandaskan keagamaan. Di antaranya ritual rajaban, rebokasan, munggahan, dan
muludan atau marhabaan. Khusus menghadapi bulan Maulid (Rabiulawal), Sunda
menghadapinya dengan berbagai cara.
Cara Sunda mengagungkan bulan Maulid tak lain berkait erat dengan kelahiran
Nabi Muhammad Saw. Untuk memperingati, mengagungkan, serta meneladani gerak,
langkah, ucapan, tindakan, dan peninggalan Nabi Muhammad Saw lainnya, masyarakat
Sunda mengandalkan muludan. Muludan atau ritual menganggungkan kelahiran Nabi
hampir semua masyarakat di Tatar Sunda melakukannya. Di Kel. Nanggéwér, Kec.
Cibinong Kab. Bogor, misalnya, masyarakat di kelurahan yang wilayahnya berdekatan
dengan Jakarta itu, dari baheula hingga ayeuna selalu memperingati kelahiran Nabi dengan
cara bersama-sama menggelar pembacaan riwayat Nabi Muhammad Saw dengan
membaca dan mendengar kitab Maulid Syaraful Anam, Maulid Barzanji, atau Maulid Ad-

2
Diba’i. Ad-Diba’i tuntas dilantunkan, lantas diteruskan dengan ceramah keagamaan.
Dalam rangkaian muludan pula, setiap rumah tangga mengirimkan makanan ringan dan
berat. Masyarakat Nanggéwér menamankannya dengan sebutan ambeng. Ambeng itu
dibagikan setelah prosesi muludan selesai. Maka, sepulang muludan selain mendapat
siraman rohani dari ustad atai kiai, yang mengikuti jalannya muludan juga menenteng
ambeng atau berekat untuk dipurak (dimakan) di rumah bersama keluarga tercinta. Orang
yang terlampu banyak makan dan tamak kerap disebut kokoro manggih mulud, puasa
manggih lebaran alias aji mumpung tea.
2.2 Tiga Pelajaran
Dari contoh singkat tradisi muludan di atas, setidaknya dapat ditarik tiga pelajaran.
Pertama, dengan melaksanakan tradisi muludan kita dituntut untuk selalu menghormati dan
mengikuti jejak Nabi. Sebab, perjuangan hidup Nabi Muhammad Saw. sejak lahir hingga
meninggal dunia adalah suri tauladan terbaik untuk dijadikan pedoman dalam melakoni
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Dengan mengagungkan Nabi, kita juga dituntut
untuk terus becermin menilik diri. Apakah laku hidup yang kita jalani sekarang telah sesuai
dengan Nabi Muhammad Saw? Kedua, tradisi muludan merupakan salah satu cara guna
memakmurkan fungsi masjid dan sarana syiar Islam. Sebab, akhir-akhir ini masjid
umumnya hanya ramai kala sembahyang Jumat saja.Karena dalam momen muludan
banyak jamaah yang hadir, dakwah agama yang diberikan para kiai, atau ustad lebih terasa
efektif dan efesien. Ketiga, berlangsungnya tradisi muludan adalah waktu yang tepat
dalam mempererat tali silaturahim. Dalam zaman yang serba cepat dan super sibuk,
kumpul-ngariung di antara warga masyarakat adalah sesuatu yang mahal. Oleh karena itu,
muludan adalah sebuah jawaban yang cukup menyejukan agar kita selalu ingat pada
saudara dan tetangga. Sebab, jika kita tidak akur dengan saudara dan tetangga, dapat
dipastikan akan dikucilkan dalam pergaulan keseharian. Peribahasa Sunda mengatakan
jelema teu asup ka Rewah-Mulud alias orang yang tidak diakui di lingkungannya, bahkan
dalam pelbagai kegiatan masyarakat lainnya pun jelema teu asup ka Rewah-Mulud tidak
akan mendapat undangan atau ajakan.

2.3 Tradisi Ngamuludkeun


Masih berkait dengan tradisi muludan di bulan Maulid, masyarakat Sunda
mengenal tradisi ngamuludkeun. Tradis ngamuludkeun adalah ritual mencuci benda dan
senjata pusaka. Benda dan senjata pusaka yang dicuci atau disucikan itu sebelumnya
tersimpan rapi di museum, kabuyutan, atau tempat-tempat yang dianggap keramat. Di
pelbagai tempat istilah ngamuludkeun berbeda-beda, meskipun esensinnya tetap sama. Di
Cirebon dikenal dengan ritual Pajang Jimat, di Majalengka dikenal tradisi nyipuh, di
Ciamis terkenal dengan ritual Nyangku. Seperti keterangan para kuncén atau juru kunci,

3
ajengan, atau Sesepuh Lembur, tradisi mencuci benda dan senjata pusaka bukan
dimaksudkan migusti (menuhankan) tetapi bagian dari upaya mupusti (memelihara) tradisi.
Dipilihnya bulan Maulid dalam mencuci benda dan senjata pusaka sebab di bulan itu
masyarakat Sunda (Islam) amat mengagungkan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Atas
dasar itu, bulan Maulid dianggap memiliki berkah untuk mengadakan pelbagai kegiatan,
termasuk ritus budaya Sunda. Melalui peringatan maulid Nabi kita bisa meraih keteladanan
hidup untuk kebaikan bersama. Dengan mengagungkan kelahiran Nabi, antara budaya dan
agama ternyata bisa berkerja bersama.

4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW orang – orang Sunda memiliki
tradisi yang berbeda – beda. Dari pemaparan saya diatas hanya sebagiannya saja tradisi
Sunda untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW, yaitu salah satunya Tradisi
Ngamuludkeun.

5
DAFTAR PUSTAKA

 Djasaepudin. 2019. Sunda dan Kearifan Tradisi Muludan


https://www.ayobandung.com/read/2019/11/10/69718/sunda-dan-kearifan-tradisi-muludan
 https://id.wikipedia.org/wiki/Maulid_Nabi_Muhammad

Anda mungkin juga menyukai