Anda di halaman 1dari 16

TUGAS BUDAYA MELAYU RIAU

DI
S
U
S
U
N
OLEH:

ADAM RENALDI
KELAS : XII TKRO

SMK NEGERI 1 RENGAT BARAT


TP. 2021/2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melayu Riau (Jawi: ‫ )ماليو رياو‬adalah salah satu dari banyak Rumpun Melayu yang ada di
nusantara. Mereka berasal dari daerah Riau yang menyebar di seluruh wilayah sampai ke
pulau-pulau terkecil yang termasuk dalam wilayah provinsi Riau dan kepulauan Riau.
Wilayah kediaman mereka yang utama adalah di daerah Riau kepulauan, sebagian besar di
Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaru yang merupakan kekuatan
kerajaan Riau pada masa lampau.

Pakaian merupakan simbol budaya yang menandai perkembangan, akulturasi, dan


kekhasan budaya tertentu. Pakaian dapat pula menjadi penanda bagi pemikiran masyarakat,
termasuk pakaian tradisional masyarakat Melayu Riau. Pakaian Adat Melayu Riau adalah
pakaian adat tradisional yang berasal dari Riau yang telah tercampur dengan nilai-nilai ajaran
agama Islam.

Jati diri seorang Melayu yaitu kesopanan, kesantunan, ketertiban serta budi pekerti mulia,
memelihara lidah, menjauhkan sifat kasar langgar,memantangkan mencaci orang,besar
kepala,angkuh,dan sifat buruk lain nya dari pergaulan.

B. Rumusan Masalah
1. Mengidentifikasi Jati Diri Dalam Pergaulan Dalam Masyarakat
2. Menganalisis Perjuangan Pembentukan Provinsi Riau
3. Menganalisis Kreasi Pakaian Melayu Riau

BAB II
PEMBAHASAN

A. MENGIDENTIFIKASI JATI DIRI DALAM PERGAULAN DALAM


MASYARAKAT

Sudah menjadi kesepakatan Negeri negeri Melayu bahwa Orang Melayu Harus
mempunyai Jati diri menunjukkan ciri ciri khas bahwa itu adalah orang Melayu. Setelah
Negeri Melayu menjadikan Islam sebagai dasar Kerajaannya menyatakan bahwa orang
Melayu itu adalah yang memegang teguh Adat Istiadat Melayu, Berbahasa Melayu dan
Beragama Islam. Jati Diri dalam pergaulan masyarakat Melayu ini mengajarkan orang
Melayu untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kesantunan, kesopanan, ketertiban serta
budi pekerti mulia, memelihara lidah, menjaga tingkah laku, menjauhkan sifat kasar langgar,
memantangkan mencaci orang, besar kepala, angkuh, dan sifat buruk lainnya dalam
pergaulan.

Sudah diketahui bersama bahwa Melayu merupakan suatu suku bangsa dengan aturan
yang kental akan nuansa Islam. Seperti yang kerap diungkapkan “adat bersendikan syarak,
syarak bersendikan kitabullah” yang bermakna adat mengatur tingkah laku dan setiap
perbuatan bangsa Melayu agar tidak menyimpang dari syari’at Islam. Hukum dan norma
yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Melayu Riau itu kemudian membentuk suatu
karakteristik dan jatidiri yang khas dalam pribadi orang Melayu.
Adapun beberapa asas jatidiri Melayu Riau seperti yang dirangkum oleh Binsar dan
Mashuri (2017) adalah sebagai berikut :

1) Bercakap bersetinah, berunding bersetabik


Asas ini mengajarkan orang Melayu untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai
kesantunan, kesopanan, ketertiban serta budi pekerti mulia, memelihara lidah, menjaga
tingkah laku, menjauhkan sifat kasar langgar, memantangkan mencaci orang, besar
kepala, angkuh, dan sifat buruk lainnya dalam pergaulan.
Hal ini dapat dilihat dari sebuah ungkapan :
“Apa tanda orang beradat,
elok perangai sempurna sifat.
Apa tanda orang terpandang,
bercakap tidak menista orang.
Apa tanda orang bermaruah,
kalau bicara tidak menyalah.
Apa tanda orang berakal,
dalam berbual tidak membual”
2) Lapang dada terbuka tangan
Asas ini menunjukkan sifat pemaaf dan pemurah. Orang Melayu diinginkan menjadi
pribadi yang baik hati dan tidak mendendam. Segala permasalahan mesti diselesaikan
dengan cara yang baik dan tidak merugikan sesiapa, sehingga dapat saling menerima
permintaan maaf dan tetap menjaga silaturahmi antarsesama. Asas ini juga dapat
melahirkan pribadi yang ringan tangan, bersegera meringankan beban orang lain serta
menjaga segala aib dan kerahasiaan mereka.
Sebuah ungkapan menyebutkan :
“Sifat lapang terbuka tangan
hatinya bersih berpalut iman
kesalahan orang ia lupakan
kesusahan orang ia rasakan
dendam kesumat ia jauhkan
sifat orang berdada lapang
tahu merasa bijak menenggang
tahu menjaga aib malu orang
tahu menghapus muka berarang
sifat orang terbuka tangan
cepat kaki ringan tangan
tahu menolong orang berbeban
bijak membantu dalam kesempitan”

3) Tahu menyemak, pandai menyimpai


Asas ini mengandung nilai yang penuh kearifan, bijaksana, tanggap, dan cekatan dalam
menilai dan memutuskan sesuatu sehingga orang Melayu haruslah mampu menyimak
perkembangan masyarakat dan perubahan zaman serta dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan dalam kehidupan. Bersungguh dalam menuntut ilmu, bersegera melakukan
perbaikan serta pandai menimbang baik dan buruk akan segala sesuatu merupakan
bagian dari jatidiri pribadi Melayu.
Dalam sebuah ungkapan diterangkan :
“Arif menyemak kicau murai,
arif menapis angin lalu,
arif mendengar desau daun,
arif menilik bintang di langit,
arif menangkap kerlingan orang,
bijak menepis mata pedang,
bijak membuka simpul mati,
pandai mengurung dengan lidah,
pandai mengundang dengan cakap,
pandai mengungkung dengan syarak,
pandai menyimpai dengan adat,
pandai mengikat dengan lembaga,
cepat akal laju pikiran,
cepat angan laju buatan,
tajam mata jauh pandangan,
nyaring telinga luas pendengaran.”

4) Menang dalam kalah


Asas ini mengandung nilai piawai dalam bersiasat, mahir dalam menyusun strategi, sabar
dan teliti dalam mencari peluang, unggul dalam berunding, berhemat cermat dalam
mengambil keputusan, serta berlapang dada dan sabar lagi mengalah dalam batas-batas
tertentu untuk mencapai kejayaan.
Dalam sebuah ungkapan lain disebutkan :
“yang menang dalam kalah,
yang lapang dalam sempit,
yang kaya dalam susah,
lapang dada luas hati,
lapangnya tidak berhempang,
luasnya tidak berbatas,
dalamnya tidak terukur,
kayaknya tidak tersukat,
beratnya tidak tertimbang,
cerdik menjadi penyambung lidah,
berani menjadi pelapis dada,
kuatnya menjadi tiang sendi,
kerasnya tidak tertakik,
lembutnya tidak tersudu,
lemahnya tidak tercapak,
kendurnya berdenting-denting,
tegangnya berjela-jela”.

5) Tahu hidup meninggalkan, tahu mati mewariskan


Asas ini merupakan nilai yang menyadarkan orang untuk berkarya, berbuat kebajikan,
berbudi dan jasa selama hidupnya, mewariskan nilai luhur agama dan budaya, nama baik
serta keteladanan hidup. Orang Melayu mestilah sadar betul hakikat kehidupan dunia
yang sementara menjadi bekalan bagi kehidupan selanjutnya di akhirat. Kesadaran ini
kemudian melahirkan pribadi yang senantiasa mengajak kepada kebaikan, meneladani
perilaku yang terpuji serta menghasilkan karya yang berfaedah dan memberi manfaat
bagi masyarakat.
Pengamalan asas ini dapat dilihat dari ungkapan berikut ini :
“Yang disebut hidup meninggalkan,
meninggalkan syarak tempat berpijak,
meninggalkan adat tempat menepat,
meninggalkan lembaga tempat berjaga,
meninggalkan budi yang terpuji,
meninggalkan contoh yang senonoh,
meninggalkan teladan yang sepadan,
meninggalkan nama yang mulia,
meninggalkan petuah yang berfaedah,
meninggalkan kaji yang berisi,
meninggalkan pusaka yang berharga,
meninggalkan anak yang dipinak,
meninggalkan harta yang berguna,
meninggalkan dunia dengan bekalnya”.

Itulah beberapa asas jatidiri Melayu Riau yang jika dihayati dan diamalkan dengan
penuh kesungguhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tentu
akan dapat mewujudkan kesejahteraan serta keharmonisan dalam keragaman suku
bangsa di Indonesia. Identitas sebagai orang Melayu bukanlah sekedar bentuk klasifikasi
dari berbagai suku yang terdapat di Nusantara, tapi juga menjadi penanda suatu pribadi
dengan jatidiri berdasar asas kemelayuan itu sendiri. Jika terdapat orang Melayu yang
memiliki pribadi bertolak belakang dari karakter tersebut diatas, sudah tentu ia kurang
mengenal akan jatidiri Melayu itu sendiri.
Semangat mewariskan peradaban ! Tak kan Melayu Hilang di Bumi.

B. MENGANALISIS PERJUANGAN PEMBENTUKAN PROVINSI RIAU

1) Sejarah Singkat Terbentuknya Provinsi Riau


Tiap tanggal 9 Agustus kita memperingati Hari Ulang Tahun Provinsi Riau, tapi tak
banyak yang tau sejarah terbentuknya Provinsi Riau. Berikut ini sejarah singkat terbentuknya
Provinsi Riau. Pada awalnya Provinsi Riau tergabung dalam Provinsi Sumatera Tengah yang
terdiri dari tiga Residen yaitu Jambi, Riau dan Sumbar dimana pusat pemerintahan berada di
Residen Sumatera Barat. Adapun alasan pemisahan diri Residen Riau dari Provinsi Sumatera
Tengah karena:
a. Pusat pemerintahan yang berada di Residen Sumbar sehingga Riau memang tidak
terlalu terperhatikan oleh pemerintah provinsi.
b. Adanya perbedaan karakteristik daerah sehingga pemahaman visi dari masing-masing
residen tidak dapat disatukan
c. Ada kesan bahwa pihak pemegang kekuasaan di Sumatera Tengah selalu memaksakan
diri setiap kebijakan yang diambilnya

Ide pendirian Provinsi Riau ini awalnya hanya ada tingkat elit dan tokoh masyarakat Riau,
dimana salah satunya (Alm) H. Wan Ghalib. Saat itu, masyarakat dari empat Kabupaten yaitu
Bengkalis, Kepri, Indragiri, dan Kampar telah bertekad untuk sama-sama berjuang
membentuk Provinsi Riau. Kemudian membentuk Panitia Persiapan Provinsi Riau (PPPR)
pada rapat Panitia Persiapan Provinsi Riau, 2-6 Desember 1955.

Melalui Kongres Rakyat Riau (KRR) ke-1 yang berlangsung di Pekanbaru, 31 Januari
hingga 2 Februari 1956, rakyat Riau sudah membulatkan tekad untuk membentuk provinsi
sendiri. Hingga pada tanggal 9 Agustus 1957 di Bali, Presiden Soekarno menandatangani
Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun 1957 yang menyatakan pembentukan daerah-
daerah tingkat I, yaitu Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Oleh sebab itu, tiap tanggal 9
Agustus di peringati sebagai Hari Jadinya Provinsi Riau

2) Tokoh Pejuang Pembentukan Provinsi Riau

Provinsi Riau terbentuk pada 9 Agustus 1957 berdasarkan Undang-undang Darurat


Nomor 19 Tahun 1957, yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Riau terpisah dari
Provinsi Sumatera Tengah. Ibukota Provinsi Riau pertama di Tanjungpinang.

Penetapan Riau sebagai provinsi merupakan buah dari perjuangan, ikhtiar dan keringat
para perjuangan dan tokoh-tokoh pendiri yang tak kenal lelah dan pamrih. Mereka telah
berkorban demi wujudnya Provinsi Riau tercinta, dimana sebagian besar telahberpulang ke
rahmatullah dan hanya sebagian kecil saja yang masih ada dan berumur panjang.

Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada para tokoh pendiri dan pejuang
pendiri Provinsi Riau, sesuai Surat Keputusan Gubernur Riau Nomor 551/VIII/2018 tanggal
6 Agustus 2018. Nama-nama pejuang daerah tersebut telah ditetapkan sebagai Pahlawan
Daerah Riau oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) dan Dewan Gelar
Daerah (DGD) untuk diberikan penghargaan oleh Pemerintah Provinsi Riau bertepatan
dengan hari jadi Provinsi Riau yang ke-61 tanggal 9 Agustus 2018 lalu.

Penghargaan itu akan diterima para pejuang yang masih hidup dan oleh para ahli
warisnya bagi pejuang yang sudah meninggal dunia. Pemberian penghargaan dilakukan
dalam rapat paripurna DPRD Provinsi Riau yang dihadiri “Tentunya nama-nama tokoh
pejuang yang terdapat dalam buku ini tidak asing lagi bagi masyarakat daerah asal mereka
khususnya dan masyarakat Riau pada umumnya,”kata Ketua DPRD Provinsi Riau, Septina
Primawati.

Adapun 12 calon tokoh pejuang Riau tersebut adalah:

1. HM. Hamid Yahya (Pekanbaru)

2. T. Syarifah Fadlun Tengku Maharatu (Siak)

3. Tengku Ghazali (Kampar)


4. Tengku Ilyas (Rokan Hulu)

5. Datuk Zainal Abidin (Rokan Hilir)

6. Tengku Muhammad (Indragiri Hulu)

7. Letkol A. Muis (Kuantan Singngi)

8. H. Bakar Oemar (Kepulauan Meranti)

9. Tengku Masdulhak (Dumai)

10. Drs. H. Baharuddin Yusuf (Indragiri Hilir)

11. Kol Pol (P) Zalik Aris (Bengkalis)

12. Tengku Nazir Alwy (Pelalawan)

C. MENGANALISIS KREASI PAKAIAN MELAYU RIAU


Masyarakat yang tinggal di wilayah Riau di dominasi oleh suku Melayu, kemudian Suku
Melayu tersebut telah tercampur dengan dengan nilai-nilai Islam, sehingga menciptakan ciri
khas kebudayaan baru. Salah satu budaya yang telah Melayu yang terlah tercampur dengan
nilai-nilai ajaran agama Islam adalah Pakaian Adat Riau. Dengan demikian busana adat yang
dimiliki Riau ini memiliki desain pakaian yang sangat sesuai dengan kultur masyarakat
Indonesia. Tampilan dari Pakaian adat Riau ini begitu tertutup dan panjang, maka dari hal
tersebut bahwa menunjukkan nilai-nilai kesopanan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat
setempat. Selain itu, desain busana Riau ini sangat sederhana, sehingga menjadikan pakaian
ini sangat erat dengan gaya pakaian kemelayuan.Sementara motif yang dimiliki pakaian ini
sangat khas dan kental akan tradisi melayu, yaitu menggunakan sarung dan rok panjang serta
lebar. Pada baju yang dikenakan memiliki kerah tinggi dan lebih longgar juga begitu familiar
dengan tradisi melayu. Dapat disimpulkan bahwa Pakaian yang dikenakan oleh kaum Pria
dan wanita memiliki kesamaan pada bagian aksesoris yang tidak jauh berbeda.

1) Pakaian Keseharian Bagi Anak-anak


Busana anak-anak yang dikenakan dalam aktivitas sehari-hari memiliki dua macam yaitu
pakaian bagi anak laki-laki dan pakaian untuk anak perempuan. Busana yang dikenakan
oleh anak laki-laki dari Riau ini disebut dengan Baju Monyet. Kemudian baju tersebut
dikombinasikan dengan jenis celana panjang yang tanggung, serta dilengkapi dengan
kopyah yang berbentuk segi empat untuk penutup kepala. Sedangkan busana yang
dikenakan oleh anak-anak perempuan Riau ini dinamakan dengan baju kurung dengan
motif bunga-bunga. Dimana baju kuirung tersebut dikombinasikan dengan rok yang
lebar dan juga  hijab. Dimana Pakaian ini sering kali dikenakan ketika mengaji atau
untuk menuntut ilmu.

2) Pakaian Keseharian Bagi Dewasa

Biasanya masayarakat Riau yang umurnya sudah memasuki Dewasa, mereka


menggunakan Pakaian adat Khas  yang mengandung dengan nilai-nilai agama dan
budaya. Pakaian yang dikenakan oleh kaum Pria dewasa Riau disebut dengan Baju
Kurung Cekak Musang. Dimana tampilan bentuk busana ini seperti baju muslim yang
dipadukan dengan celana panjang yang longgar. Kemudian, pakaian ini juga dilengkapi
dengan sarung dan kopyah. Sementara pakaian yang dikenakan oleh kaum Wanita Riau
terdapat tiga macam yaitu Baju Kebaya Pendek, Baju Kurung Laboh, dan Baju Kurung
Tulang Belut. Beberapa busana yang dikenakan oleh wanita tersebut telah dilengkapi
dengan kain selendang yang bergua unptuk penutup kepala. Tak hanya itu, busana wanita
itu juga bisa dikombinasikan dengan hijab atau kerundung.

3) Pakaian Keseharian Bagi Orang Tua


Pakaian Adat Riau selanjutnya adalah busana yang dikenakan oleh orang Tua. Bagi
kaum pria yang telah mencapai umur yang panjang atau setengah baya, ia mengenakan
pakaian yang disebut dengan Baju Kurung Cekak Musang atau Baju Kurung Teluk
Belanga. Dimana dalam pembuatan baju tersebut menggunkan bahan kain lejo atau kain
katun. Sedangkan Pakaian adat pleh kaum Wanita yang sudah berumur tua, ia
mengenakan beberapa jenis busana yaitu Baju Kurung Teluk Belanga, Baju Kebaya
Pendek, dan Kebaya Laboh dan sudah dilengkapi dengan selendang yang berguna
sebagai kerudung. Biasanya kaum wanita mengenkan hijab aseli dari Riau.

4) Pakaian Adat Riau Resmi

Selain dikenakan dalam kehidupan sehari-hari, ternyata Riau dulunya memiliki pakaian
adat yang dikenakan ketika ada acara formal seperti melakukan pertemuan atau
kunjungan resmi dengan kerajaan. Tetapi, pada era saat ini, pakaian ini sering kita
jumpai ketika terdapat acara resmi kepemerintahan. Untuk pakaian resmi yang dikenakan
oleh kaum pria disebut dengan Baju Kurung Cekak Musang dan juga sudah dilengkapi
dengan penutup kepala (Kopyah) beserta sarung. Dalam pembuatan pakaian ini
menggunakan bahan dengan kualitas terbaik seperti kain satin atau kain sutra. Sedangkan
pakaian resmi yang dikenakan oleh kaum wanita Riau dinamakan dengan Kebaya Laboh.
Pakaian ini terbuat dari bahan dasar kain yang ditenan secara khas, karena dibuat
lansgung oleh masyarakat yang tinggal di beberapa daerah Riau, seperti Indragini, Siak,
Trengganu, dan masyarakat lainnya. Untuk baju Kebaya yang dikenakan khusus untuk
gadis atau wanita perawan tampilannya dibuat dengan panjangnya mencapai tiga jari di
atas lutut. Sementara baju kebaya yang digunakan oleh wanita separuh baya yaitu
dibentuk dengan panjangnya mencapai tiga jari di bawah lutut.
5) Pakaian Adat Riau Untuk Upacara

Biasanya dalam mengenakan pakaian upacara adat dalam bebrapa upacara-upacara resmi
seperti upacara pelantikan, upacara penobatan raja, upacara penerimaan tamu, upacara
penerimaan anugerah, dan lain-lain. Ketika terdapat upacara adat, dalam pemakaian
upacara dibedakan mencjadi dua macam yaitu pakaian yang dikenakan oleh kaum pria
dan juga wanita. Untuk kaum pria sendiri mengenakan pakaian yang bernama Baju
Kurung Cekak Musang. Kemudian baju ini telah dilegkapi dengan sarung dan kopyah.
Sedangkan untuk kaum wanita sendiri, pakaian untuk upacara adat yang dikenakan
disebut dengan Baju Kurung Tulang Belut atau Baju Kebaya Laboh Cekak Musang.
Dimana busana ini sudah dipadukan dengan jilbab atau kerudung.

6) Pakaian Adat Riau Untuk Upacara Perkawinan

Pakaian adat Riau yang terakhir adalah busna yang dikenakan ketika ada Upcara
perkawinan. Untuk kaum pria, pakaian yang dikenakannya dalam upacara perkawinan
adalah Baju Kurung Cekak Musang dan telah disertai dengan kopyah dan sarung. Bukan
hanya kopyah saja, namun juga ditambahkan dengan beberapa aksesoris seperti mahkota
di kepala, sebai dengan warna kuning pada bahu sebelah kiri, sepatu yang bentuknya
runcing, canggai pada kelingking, dan juga keris berbentuk kepala burung serindit yang
ditaruh pada bagian pinggang kiri. Sedangkan untuk pengantin wanitanya dalam
mengenakan pakaian adatnya tergantung dengan jenis upacara yang dilakukan. Untuk
pelaksanaa upacara malam berinai mengenakan Baju Kurung Teluk Belangan dan ketika
acara upacara berendam menggunakan Baju Kurung Cekak kebaya pendek. Selain itu
terdapat juga upacara bersanding, dalam upacara pengantin wanita ini mengenakan baju
Kebaya Laboh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beberapa jenis pakaian adat
Riau yang dimilikinya memiliki tampilan yang bagus dan indah. Busananya pun
mengandung nilai-nilai adat melayu dan Islam, itu semua tercermin pada pakaian adat
masyarakat Riau yang dikenakan.  Stelah mengetahui beberapa Pakaian Adat Riau disini
saya juga menjelaskan Kenikan dan Filosofi dari busana tersebut.

Keunikan Serta Filosofi Warna Pakaian Adat Riau

Dibalik Pakaian Adat Riau yang dimilikinya, semua itu ada filosofi dan mengandung
nilai-nilai tetentu mulai dari Warna, bentuk, dan model. Biasanya warna yang sangat
menonjol disini adalah kuning keemasan, hijau lumut dan merah darah. Dimana semua warna
sudah diwariskan secara turun temurun sejak nenek moyang orang Melayu di Tanah Kuning
Sassy hidup. Selain itu warna-warna itu tercermin dari jilbab rumbai Riau dalam acara
pernikahan adat atau kebesaran budaya Melayu. Sementara filosofi yang terkndung disetip
warna dalam pakaian adat Riau yaitu :

1) Warna hijau lumut


Warna ini menyimbolkan kesuburan dan kesetiaan, taat dan patuh, melawan ajaran
agama. Selain itu, warna baju hijau lumut sering dipakai oleh klan bangsawan,
Tengku, dan Wan.
2) Warna kuning keemasan
Warna ini menyimbolkan kebesaran, otoritas dan kemegahan. Pada masa Kerajaan
Siak, Riau Lingga, Indragiri dan Pelalawan warna kuning emas ini merupakan warna
larangan yang tidak boleh digunakan sembarangan, maka dari itu warna kuning emas
begitu tabu bagi rakyat biasa jika memakainya. Kemudian orang yang berhak
mengenakan pakaian dengan warna kuning keemasan adalah seperti Sultan atau Raja
dari tanah kerajaan-kerajaan Melayu. Sedangkan selir kerajaan atau istri Sultan bisa
memakai warna kuning keemasan hanya pada upacara Kerajaan.
3) Warna merah darah
Warna ini menyimbolkan kepahlawanan dan keberanian, taat dan setia kepada Raja
dan rakyat. Kemudian Warna merah memiliki arti bagi masyarakat Riau sebagai
kecemerlangan.
4) Warna hitam
Warna hitam menyimbolkan kesetiaan, ketabahan dan bertanggung jawab dan jujur.
Gaun hitam sering dipakai oleh orang-orang hebat di Kerajaan dalam acara kebesaran
atau seremonial Kerajaan.

Nilai-nilai dalam Pakaian Adat Riau

Berikut ini nilai nilai-nilai estetika yang terkadung didalam setiap Pakaian adat
tradisional Melayu Riau adalah sebagai berikut :

1) Sebuah nilai tradisi


Baju yang dipakai dalam upacara tradisional sudah menjadi tradisi atau kebiasaan
selama bertahun-tahun. Dimana tradisi ini sudah di cap sebagai keunikan dan
komunitas yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian, pakaian adat yang dipakai
bisa dipelajari mengenai tradisi masyarakat yang bersangkutan.
2) Pelestarian Nilai Budaya
Baju adat merupakan salah satu produk budaya modern yang semakin hari semakin
banyak desainnya. Itu semua juga tergantung perkembangan zaman. Pakaian adat
yang saat ini banyak dikenakan oleh masyarakat Melayu Riau adalah warisan budaya
yang patut dilestarikan. Selain itu, melestarikan pakaian tradisional sama halnya
seperti memperkenalkan kekayaan budaya Melayu.
3) Nilai Sosial
Pakaian adat adalah lambang status bagi seseorang. Bukan hanya itu, melalui nilai-
nilai yang dikandungnya, busana adat Riau juga digunakansebagai media untuk
menyatukan masyarakat.
BAB III

PENUTP

A. Kesimpulan
 Jati diri melayu riau adalah gambaran atau manifestasi hidup dari orang-orang
melayu yang menjalankan adat istiadat melayu.
 Penetapan Riau sebagai provinsi merupakan buah dari perjuangan, ikhtiar dan
keringat para perjuangan dan tokoh-tokoh pendiri yang tak kenal lelah dan
pamrih. Mereka telah berkorban demi wujudnya Provinsi Riau tercinta, dimana
sebagian besar telahberpulang ke rahmatullah dan hanya sebagian kecil saja yang
masih ada dan berumur panjang.
 Pakaian Melayu adalah salah satu simbol yang mencerminkan karakter budaya
suatu kelompok sosial. Seperti di Indonesia, setiap daerah memiliki pakaian
khasnya masing-masing, tak terkecuali Provinsi Riau.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.lintastotabuan.com/2020/03/mengingat-kembali-jati-diri-orang.html

http://listianiwirdha.blogspot.com/2019/12/asas-asas-jatidiri-melayu-riau.html

https://pelitariau.com/berita/detail/8434/melihat-sejarah-singkat-terbentuknya-provinsi-riau

https://calonpengangguran.com/2020/01/09/pakaian-adat-riau/

Anda mungkin juga menyukai