DI
S
U
S
U
N
OLEH:
ADAM RENALDI
KELAS : XII TKRO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melayu Riau (Jawi: )ماليو رياوadalah salah satu dari banyak Rumpun Melayu yang ada di
nusantara. Mereka berasal dari daerah Riau yang menyebar di seluruh wilayah sampai ke
pulau-pulau terkecil yang termasuk dalam wilayah provinsi Riau dan kepulauan Riau.
Wilayah kediaman mereka yang utama adalah di daerah Riau kepulauan, sebagian besar di
Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaru yang merupakan kekuatan
kerajaan Riau pada masa lampau.
Jati diri seorang Melayu yaitu kesopanan, kesantunan, ketertiban serta budi pekerti mulia,
memelihara lidah, menjauhkan sifat kasar langgar,memantangkan mencaci orang,besar
kepala,angkuh,dan sifat buruk lain nya dari pergaulan.
B. Rumusan Masalah
1. Mengidentifikasi Jati Diri Dalam Pergaulan Dalam Masyarakat
2. Menganalisis Perjuangan Pembentukan Provinsi Riau
3. Menganalisis Kreasi Pakaian Melayu Riau
BAB II
PEMBAHASAN
Sudah menjadi kesepakatan Negeri negeri Melayu bahwa Orang Melayu Harus
mempunyai Jati diri menunjukkan ciri ciri khas bahwa itu adalah orang Melayu. Setelah
Negeri Melayu menjadikan Islam sebagai dasar Kerajaannya menyatakan bahwa orang
Melayu itu adalah yang memegang teguh Adat Istiadat Melayu, Berbahasa Melayu dan
Beragama Islam. Jati Diri dalam pergaulan masyarakat Melayu ini mengajarkan orang
Melayu untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kesantunan, kesopanan, ketertiban serta
budi pekerti mulia, memelihara lidah, menjaga tingkah laku, menjauhkan sifat kasar langgar,
memantangkan mencaci orang, besar kepala, angkuh, dan sifat buruk lainnya dalam
pergaulan.
Sudah diketahui bersama bahwa Melayu merupakan suatu suku bangsa dengan aturan
yang kental akan nuansa Islam. Seperti yang kerap diungkapkan “adat bersendikan syarak,
syarak bersendikan kitabullah” yang bermakna adat mengatur tingkah laku dan setiap
perbuatan bangsa Melayu agar tidak menyimpang dari syari’at Islam. Hukum dan norma
yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Melayu Riau itu kemudian membentuk suatu
karakteristik dan jatidiri yang khas dalam pribadi orang Melayu.
Adapun beberapa asas jatidiri Melayu Riau seperti yang dirangkum oleh Binsar dan
Mashuri (2017) adalah sebagai berikut :
Itulah beberapa asas jatidiri Melayu Riau yang jika dihayati dan diamalkan dengan
penuh kesungguhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tentu
akan dapat mewujudkan kesejahteraan serta keharmonisan dalam keragaman suku
bangsa di Indonesia. Identitas sebagai orang Melayu bukanlah sekedar bentuk klasifikasi
dari berbagai suku yang terdapat di Nusantara, tapi juga menjadi penanda suatu pribadi
dengan jatidiri berdasar asas kemelayuan itu sendiri. Jika terdapat orang Melayu yang
memiliki pribadi bertolak belakang dari karakter tersebut diatas, sudah tentu ia kurang
mengenal akan jatidiri Melayu itu sendiri.
Semangat mewariskan peradaban ! Tak kan Melayu Hilang di Bumi.
Ide pendirian Provinsi Riau ini awalnya hanya ada tingkat elit dan tokoh masyarakat Riau,
dimana salah satunya (Alm) H. Wan Ghalib. Saat itu, masyarakat dari empat Kabupaten yaitu
Bengkalis, Kepri, Indragiri, dan Kampar telah bertekad untuk sama-sama berjuang
membentuk Provinsi Riau. Kemudian membentuk Panitia Persiapan Provinsi Riau (PPPR)
pada rapat Panitia Persiapan Provinsi Riau, 2-6 Desember 1955.
Melalui Kongres Rakyat Riau (KRR) ke-1 yang berlangsung di Pekanbaru, 31 Januari
hingga 2 Februari 1956, rakyat Riau sudah membulatkan tekad untuk membentuk provinsi
sendiri. Hingga pada tanggal 9 Agustus 1957 di Bali, Presiden Soekarno menandatangani
Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun 1957 yang menyatakan pembentukan daerah-
daerah tingkat I, yaitu Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Oleh sebab itu, tiap tanggal 9
Agustus di peringati sebagai Hari Jadinya Provinsi Riau
Penetapan Riau sebagai provinsi merupakan buah dari perjuangan, ikhtiar dan keringat
para perjuangan dan tokoh-tokoh pendiri yang tak kenal lelah dan pamrih. Mereka telah
berkorban demi wujudnya Provinsi Riau tercinta, dimana sebagian besar telahberpulang ke
rahmatullah dan hanya sebagian kecil saja yang masih ada dan berumur panjang.
Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada para tokoh pendiri dan pejuang
pendiri Provinsi Riau, sesuai Surat Keputusan Gubernur Riau Nomor 551/VIII/2018 tanggal
6 Agustus 2018. Nama-nama pejuang daerah tersebut telah ditetapkan sebagai Pahlawan
Daerah Riau oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) dan Dewan Gelar
Daerah (DGD) untuk diberikan penghargaan oleh Pemerintah Provinsi Riau bertepatan
dengan hari jadi Provinsi Riau yang ke-61 tanggal 9 Agustus 2018 lalu.
Penghargaan itu akan diterima para pejuang yang masih hidup dan oleh para ahli
warisnya bagi pejuang yang sudah meninggal dunia. Pemberian penghargaan dilakukan
dalam rapat paripurna DPRD Provinsi Riau yang dihadiri “Tentunya nama-nama tokoh
pejuang yang terdapat dalam buku ini tidak asing lagi bagi masyarakat daerah asal mereka
khususnya dan masyarakat Riau pada umumnya,”kata Ketua DPRD Provinsi Riau, Septina
Primawati.
Selain dikenakan dalam kehidupan sehari-hari, ternyata Riau dulunya memiliki pakaian
adat yang dikenakan ketika ada acara formal seperti melakukan pertemuan atau
kunjungan resmi dengan kerajaan. Tetapi, pada era saat ini, pakaian ini sering kita
jumpai ketika terdapat acara resmi kepemerintahan. Untuk pakaian resmi yang dikenakan
oleh kaum pria disebut dengan Baju Kurung Cekak Musang dan juga sudah dilengkapi
dengan penutup kepala (Kopyah) beserta sarung. Dalam pembuatan pakaian ini
menggunakan bahan dengan kualitas terbaik seperti kain satin atau kain sutra. Sedangkan
pakaian resmi yang dikenakan oleh kaum wanita Riau dinamakan dengan Kebaya Laboh.
Pakaian ini terbuat dari bahan dasar kain yang ditenan secara khas, karena dibuat
lansgung oleh masyarakat yang tinggal di beberapa daerah Riau, seperti Indragini, Siak,
Trengganu, dan masyarakat lainnya. Untuk baju Kebaya yang dikenakan khusus untuk
gadis atau wanita perawan tampilannya dibuat dengan panjangnya mencapai tiga jari di
atas lutut. Sementara baju kebaya yang digunakan oleh wanita separuh baya yaitu
dibentuk dengan panjangnya mencapai tiga jari di bawah lutut.
5) Pakaian Adat Riau Untuk Upacara
Biasanya dalam mengenakan pakaian upacara adat dalam bebrapa upacara-upacara resmi
seperti upacara pelantikan, upacara penobatan raja, upacara penerimaan tamu, upacara
penerimaan anugerah, dan lain-lain. Ketika terdapat upacara adat, dalam pemakaian
upacara dibedakan mencjadi dua macam yaitu pakaian yang dikenakan oleh kaum pria
dan juga wanita. Untuk kaum pria sendiri mengenakan pakaian yang bernama Baju
Kurung Cekak Musang. Kemudian baju ini telah dilegkapi dengan sarung dan kopyah.
Sedangkan untuk kaum wanita sendiri, pakaian untuk upacara adat yang dikenakan
disebut dengan Baju Kurung Tulang Belut atau Baju Kebaya Laboh Cekak Musang.
Dimana busana ini sudah dipadukan dengan jilbab atau kerudung.
Pakaian adat Riau yang terakhir adalah busna yang dikenakan ketika ada Upcara
perkawinan. Untuk kaum pria, pakaian yang dikenakannya dalam upacara perkawinan
adalah Baju Kurung Cekak Musang dan telah disertai dengan kopyah dan sarung. Bukan
hanya kopyah saja, namun juga ditambahkan dengan beberapa aksesoris seperti mahkota
di kepala, sebai dengan warna kuning pada bahu sebelah kiri, sepatu yang bentuknya
runcing, canggai pada kelingking, dan juga keris berbentuk kepala burung serindit yang
ditaruh pada bagian pinggang kiri. Sedangkan untuk pengantin wanitanya dalam
mengenakan pakaian adatnya tergantung dengan jenis upacara yang dilakukan. Untuk
pelaksanaa upacara malam berinai mengenakan Baju Kurung Teluk Belangan dan ketika
acara upacara berendam menggunakan Baju Kurung Cekak kebaya pendek. Selain itu
terdapat juga upacara bersanding, dalam upacara pengantin wanita ini mengenakan baju
Kebaya Laboh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beberapa jenis pakaian adat
Riau yang dimilikinya memiliki tampilan yang bagus dan indah. Busananya pun
mengandung nilai-nilai adat melayu dan Islam, itu semua tercermin pada pakaian adat
masyarakat Riau yang dikenakan. Stelah mengetahui beberapa Pakaian Adat Riau disini
saya juga menjelaskan Kenikan dan Filosofi dari busana tersebut.
Dibalik Pakaian Adat Riau yang dimilikinya, semua itu ada filosofi dan mengandung
nilai-nilai tetentu mulai dari Warna, bentuk, dan model. Biasanya warna yang sangat
menonjol disini adalah kuning keemasan, hijau lumut dan merah darah. Dimana semua warna
sudah diwariskan secara turun temurun sejak nenek moyang orang Melayu di Tanah Kuning
Sassy hidup. Selain itu warna-warna itu tercermin dari jilbab rumbai Riau dalam acara
pernikahan adat atau kebesaran budaya Melayu. Sementara filosofi yang terkndung disetip
warna dalam pakaian adat Riau yaitu :
Berikut ini nilai nilai-nilai estetika yang terkadung didalam setiap Pakaian adat
tradisional Melayu Riau adalah sebagai berikut :
PENUTP
A. Kesimpulan
Jati diri melayu riau adalah gambaran atau manifestasi hidup dari orang-orang
melayu yang menjalankan adat istiadat melayu.
Penetapan Riau sebagai provinsi merupakan buah dari perjuangan, ikhtiar dan
keringat para perjuangan dan tokoh-tokoh pendiri yang tak kenal lelah dan
pamrih. Mereka telah berkorban demi wujudnya Provinsi Riau tercinta, dimana
sebagian besar telahberpulang ke rahmatullah dan hanya sebagian kecil saja yang
masih ada dan berumur panjang.
Pakaian Melayu adalah salah satu simbol yang mencerminkan karakter budaya
suatu kelompok sosial. Seperti di Indonesia, setiap daerah memiliki pakaian
khasnya masing-masing, tak terkecuali Provinsi Riau.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.lintastotabuan.com/2020/03/mengingat-kembali-jati-diri-orang.html
http://listianiwirdha.blogspot.com/2019/12/asas-asas-jatidiri-melayu-riau.html
https://pelitariau.com/berita/detail/8434/melihat-sejarah-singkat-terbentuknya-provinsi-riau
https://calonpengangguran.com/2020/01/09/pakaian-adat-riau/