Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan basapa tidak asing lagi bagi masyarakat Pariaman, Ulakan khususnya. Setiap tahun, setelah tanggal 10 Syafar masyarakat Pariaman selalu memperingati meninggalnya Syheh Burhanuddin yang dikenal dengan sebutan basapa. Tahun 2006 ini, kegitan spiritual keagamaan ini jatuh pada tanggal 15 (Rabu). Di namakan dengan basapa karena kegitan ini hanya dilaksanakan pada bulan safar tahun hijriyah. Kegiatan basapa ke Ulakan ialah subuah kegiatan mengunjungi makan seorang guru yang bertempat di Nagari Ulakan Kecamatan Ulakan-Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman. Prosesinya di awali dengan berdoa di makam Syeh dengan tujuan orang yang berdoa mendapatkan redho dari Allah subahanahu wataala. Kemudian dilanjutkan dengan sholat berjamaah dan ditutup dengan zikir bersama. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah membahas mengenai tradisi Basapa bagi masyarakat Pariaman.

BAB II PEMBAHASAN KEGIATAN BASAPA Kegiatan basapa tidak asing lagi bagi masyarakat Pariaman, Ulakan khususnya. Setiap tahun, setelah tanggal 10 Syafar masyarakat Pariaman selalu memperingati meninggalnya Syheh Burhanuddin yang dikenal dengan sebutan basapa. Tahun 2006 ini, kegitan spiritual keagamaan ini jatuh pada tanggal 15 (Rabu). Di namakan dengan basapa karena kegitan ini hanya dilaksanakan pada bulan safar tahun hijriyah. Kegiatan basapa ke Ulakan ialah subuah kegiatan mengunjungi makan seorang guru yang bertempat di Nagari Ulakan Kecamatan Ulakan-Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman. Prosesinya di awali dengan berdoa di makam Syeh dengan tujuan orang yang berdoa mendapatkan redho dari Allah subahanahu wataala. Kemudian dilanjutkan dengan sholat berjamaah dan ditutup dengan zikir bersama. Kegiatan basapa dilakukan ialah sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih terhadap syeh Burhanuddin, atas keberhasilannya mengembangkan ajaran Islam di Minangkabau. Ajaran Sataryah yang dia bawa mendapat tempat di hati masyarakat pada masa itu, sehingga berkembanglah agama Islam di Ranah Minang. Pada saat itu, Syeh Burhanuddinlah satu-satunya orang yang pertama kali membuka tempat pendidikan agama islam secara formal, pesantren istilah sekarang (Duski Samad, 2003).

Hal ini dapat di buktikan di surau pertamanya di Tanjuang Medan, di sekeliling surau tersebut sudah terdapat rumah-rumah kecil sebagai tempat tinggalnya santri-santri beliau selama menuntut ilmu agama. Untuk mengenang jasa-sjasa beliau dilakukanlah ziarah kubur oleh murid-murid dan masyarakat yang mewarisi ajaran Sataryah tersebut. Kegitan basapa ini tidak hanya dilakukan oleh masayarakat Pariaman, masyarakat dari darekpun tidak ketinggalan. Pada saat sapa gadang contohnya, penziarah banyak yang berasal dari daerah darek, yang terdiri dari 3 luhak. Setelah ziarah dilakukan, masyarakat tersebut melakukan ritual keagamaan seperti di atas. Ada pula yang masyarakat melaksanakannya di dalam surau yang dibangun di sekitar makam. Contohnya masyarakat Toboh Gadang, dan Tanah Datar mempunyai surau tersendiri untuk melaksanakan ritual tersebut. Sapa di kenal oleh masyarakat dengan 2 sebutan: Pertamaa Sapa gadang (safar besar), ke dua Sapa ketek (safar keci)l. Pada saat Sapa gadang Nagarai Ulakan mulai diramaikan oleh penziarah terhitung sejak dari dari tanggal 13 (Senen) sampai tanggal 15 (Rabu) maret 2006 sekarang. Hari Rabu dianggap sebagai puncak dari kegiatan bersafar, karena hari kamis pagi penziarah sudah mulai meninggalkan Ulakan guna menuju kampung halaman mereka masing-masing. Dinamakan dengan sapa gadang, karena kesempatan ini diperuntunkan untuk masyarakat dari daerah Darek. Jumlah penziarah pada saat ini berkisar hingga ribuan orang, sehingga menutup badanbadan jalan di Nagari ulakan. Dengan kondisi yang penuh sesak ini seakan menambah semangat dan keyakinan penziarah untuk melaksanakan ritual

keagamaan basapa. Selama 3 hari inilah daerah ulakan yang berdekatan dengan pantai selalu ramai oleh penziarah dan pengunjung. Lian pula halnya dengan muda-mudi, mereka merayakan basapa di sepanjang pantai Ulakan. Moment ini, mereka gunakan sebagai ajang perkencanan, memadu kasih hingga pagi menjelang. Namun, masyarakat Ulakan tetap mempunyai konsekwensi dan aturan yang cukup tegas, bagi muda mudi yang kedapatan melakukan hal yang tidak senonoh atau samapai melakukan zinah, pasangan tersebut dinikahakan oleh tokoh masayarakat setempat. Masyarakat tidak peduli apakah orangtua mereka setuju atau tidak. Tapi entah kebetulan atau apa, setelah kegiatan bersapa gadang selesai tepatnya hari kamis pagi, Nagari ulakan selalu di guyur hujan. Bisa jadi hujan yang turun dapat dianggap sebagai pembersih noda yang di tingalkan muda-mudi di Nagari ulakan tersebut. Kejadian seperti ini berlaku pula pada saat sapa ketek (sapa kecil) nantinya. Sapa ketek dilaksanakan pada hari Rabu minggu ke 2 setelah sapa gadang. Pada saat ini pengunjung lebih ramai dari pada Sapa gadang, karena umumnya pengunjung berasal dari daerah pariaman dan juga pengunjung pada Sapa Gadang juga melakukan ziarahnya untuk ke dua kalinya. Oleh karena itu, dinamakanlah sapa ini dengan sapa ketek, sebab hanya diperuntunkan untuk masyarakat Pariaman, tapi tidak tertutup kemunggkinan bagi masyarakat dari Darek, sehingga penziarah lebih ramai dari pada Sapa Gadang. Ritual ini dimulai hari rabu tanggal 22 Maret, prosesinya di awali dengan sholat zuhur hingga pagi harinya. Sementara kegiatan yang dilakukan sama

seperti yang dilakukan pada saat sapa gadang baik penziarah maupun pengunjung yang didominsi oleh muda mudi. Tapi sungguh disayangkan, kegiatan basapa ini telah jauh melenceng dari ketentuan yang ditetapkan oleh Guru Sataryah terdahulu. Jika sidang pembaca melongok ke areal pemakaman, akan terlihat orang yang sedang berdoa di samping makam Syeh sudah mendekati hal-hal yang berbau syirik. Sebagian orang terlihat sedang berebutan untuk mengambil pasir kuburan syeh, mereka percaya pasir tersebut mujarab dijadikan obat. Begitu pula dengan air di dalam kerang yang diletakan berdekatan dengan Batu hampa (batu landasan yang digunakan ketika memukul kemaluannya) Syeh Burhanuddin, penziarahpun berrebutan untuk mendapatkan air tersebut. Sekarang air itu telah dibungkus dengan plastik kecil yang telah diisi dengan sayatansayatan limau (jeruk nipis), dengan catatan orang tersebut memberi infak sebesar Rp1000. Air ini dipercaya sebagai obat, seperti penambah kepintaran jka air tersebut diusapkan ke kepala. Tidak hanya itu, di sekeliling makam dapat diperhatikan belasan orang terlihat Siak sedang mengobral doa. Syaratnya bagi orang yang meminta didoakan harus bersedia memberikan infak kepada orang siak dengan jumlah yang tidak ditentukan. Ditambah lagi tingkah laku muda mudi di sepanjang pantai Ulakan. Itulah kenyataan yang terjadi selama bersapa ke Ulakan. Basapa diadakan setiap hari Rabu setelah 10 Safar ketika bulan mulai naik, dimana pada tahun ini jatuh pada tanggal 12 Safar 1429 H atau 20 Februari 2008, puluhan ribu orang mengunjungi makam Syaikh Burhanuddin di Ulakan,

Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar (di kenal dengan Syaikh Burhanuddin Ulakan). Pada awalnya mereka mengunjungi makam Syaikh tidak terkoordinir, bisa dilakukan di bulan apa saja. Untuk menyatukan penziarah maka ditetapkan ziarah diadakan pada bulan Safar karena diyakini Syaikh meninggal pada tanggal 10 Safar 1111 H atau 20 Juni 1704 M (sebagian menyatakan tahun 1104 H). Karena ziarah di bulan Safar ini munculnya istilah BASAPA (pergi Safar). Syaikh Burhanuddin dikagumi dan dihormati oleh masyarakat Minang, bahkan seluruh Sumatera hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Beliau di kenal sebagai penganut Tarekat Syattariyah (salah satu aliran Tasawuf), sementara di daerah Jawa sebagian besar masyarakatnya menganut Tarekat Naqsyabandiyah. Kejatuhan pamor Tarekat Syattariyah di Sumatera yang tidak lagi mutabarah (di terima) membuat pesatnya

perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di Jawa. Nama asli dari Syaikh Burhanuddin adalah Pono, Bapaknya bernama Sampak dan Ibunya bernama Cukup yang beragama Budha. Beliau berasal dari Padang Panjang, kemudian merantau ke Lubuk Alung. Pada masa kecil Pono belajar agama kepada Syaikh Madinah, setelah gurunya meninggal Beliau belajar kepada Abdul Rauf di Singkil Aceh (di kenal dengan Syaikh Abdul Rauf Singkil), Pono kemudian berganti nama menjadi Burhanuddin. Setelah 30 tahun belajar di Aceh Beliau kembali ke Minangkabau dan menyebarkan Islam di Ulakan, dimana sebagian besar masyarakat Minang masih menganut agama Budha. Selama 30 tahun Beliau menyebarkan Islam di tanah Minang, muridmuridnya menyebar ke seantero Minang: Tuanku Bayang di Salido (pakar ilmu

sharaf), Tuanku Kubung Tigobaleh di Tanah Datar (pakar ilmu nahwu), Tuanku Padang Ganting di Tanah Datar (pakar ilmu ushul fiqih) dan Tuanku Batu Hampa di Batu Hampa (pakar ilmu tafsir). Setibanya dari Aceh Beliau memancangkan pohon Cimpago Biru yang dibawanya dari Aceh, pohon ini diyakini tempat makamnya sekarang (Ulakan). Alkisah, ketika jenazah Syaikh selesai dimandikan, dikafani dan dishalatkan tibatiba jenazah menghilang. Kemudian terdengar suara shalawat di sekitar pohon Cimpago Biru ketika di lihat maka di bawah pohon telah ada makam lengkap dengan batu nisannya yang bertuliskan nama Syaikh. Makam ini kemudian dipagari dan diyakini sebagai makam Syaikh Burhanuddin. RITUAL BASAPA Ritual Basapa dimulai bada Dzuhur dan mencapai puncaknya menjelang Maghrib, semakin malam suasana semain larut dan syahdu dengan berbagai ritual seperti: dzikir, tahlilan, shalawat, yasinan, ratib saman, barzanji dan doa-doa dilantunkan. Masing-masing jamaah melantunkan dzikir yang berbeda, tergantung dari surau mana mereka berasal. Para penziarah tetap/rutin dari masing-masing daerah, biasanya memiliki surau khusus di sekitar makam. Kelompok jamaah juga bisa memasuki makam secara bergiliran dengan didampingi oleh Khatib (penjaga makam), keluar dari makam jamaah mengambil pasir dari makam yang diyakini membawa berkah. Selain ritual di atas, ada juga jamaah Tarekat Syattariyah yang melakukan Suluk yakni shalat selama 44 hari berturut-turut tanpa henti. Biasanya yang melakukan suluk adalah orang-orang tua yang datang jauh hari sebelum 10 Safar.

1. Tawassul Berziarah ke makam Syaikh Burhanuddin dan makam-makam para Wali di Jawa bertujuan untuk memohon doa melalui perantaraan Syaikh dan memperoleh syafaat darinya, hal ini di kenal dengan Tawassul Tawassul adalah menjadikan sesuatu sebagai perantara/sarana

dikabulkannya sebuah keinginan. Tawassul biasanya dengan berbagai cara, melalui perantara amal shalih, orang yang masih hidup dan orang yang sudah meninggal (kuburan). Tawassul melalui perantaraan amal shalih dibolehkan, misal: melalui shalat, puasa, membaca al-Quran, dzikir, membantu fakir miskin dan lainlain. Misalnya, dengan mengatakan: Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku rajin melakukan tahajjud maka ampunilah dosa-dosaku dengan tahajjudku Tawassul melalui perantaraan orang yang hidup juga dibolehkan, terutama kepada Nabi dan orang-orang shalih. Seseorang yang diketahui shalih, menjaga dirinya dari makan, minum dan pakaian yang haram, ahli ibadah, tawadhu dan selalu bertaqwa kepada Allah swt, maka diharapkan dari doanya keinginan kita bisa terkabul. Salah satu contoh kasus ketika saudara Nabi Yusuf memohon doa kepada Bapaknya Nabi Yakub agar dosanya diampui oleh Allah swt. Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Yusuf 97-98).

Tawassul melalui orang mati (kuburan) tidak dibolehkan karena orang mati tidak dapat lagi memberikan manfaat bagi orang hidup. Tawassul melalui kuburan Syaikh Burhanuddin saat Basapa adalah perbuatan sia-sia karena Syaikh Burhanuddin telah meninggal dan tidak dapat lagi memberikan manfaat kepada penziarah, bahkan bisa menjurus kepada kesyirikan. Manfaat yang bisa diperoleh dari Syaikh Burhanuddin adalah dari ilmu-ilmu yang Beliau sebarkan di tanah Minang. Islam mengajarkan untuk langsung berdoa kepada Allah swt, tidak dibutuhkan perantara ketika manusia berhubungan dengan Allah swt melalui kuburan para Wali, Syaikh dan orang-orang shalih. Manusia berdoa dan Allah swt akan mengabulkannya, bahkan Allah swt lebih dekat dari urat leher manusia. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (Al-Baqara: 186). Mendatangi kuburan, mendirikan tenda, bermalam (itikaf), makan dan minum, serta beribadah adalah perbuatan yang jahiliyah tidak di kenal di dalam Islam.Lihat 5, hal 62; juga 6 hal 114 Rasulullah saw melarang umat Islam mengadakan perayaan dan beribadah di atas kuburan. Janganlah kalian jadikan rumah kalian sebagai kuburan dan jangan jadikan kuburku sebagai tempat perayaan, dan bershalawatlah atasku, sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku bagaimanapun keadaan kalian (HR Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Semoga

Allah

membinasakan

orang-orang

Yahudi.

Mereka

menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah) (HR Bukhari dan Muslim). Mengambil pasir di makam Syaikh dan meyakini membawa berkah adalah perbuatan syirik, ini sama saja meyakini ada kekuatan selain Allah swt yang mampu merubah baik dan buruknya takdir manusia. Begitu juga, membuat bangunan di atas kuburan perbuatan yang tidak ada sunnahnya, seharusnya kuburan diratakan atau sedikit ditinggikan sebagai tanda bahwa itu kuburan. Janganlah kamu meninggalkan gambar kecuali engkau telah menghancurkannya dan tidak pula kubur yang diagungkan melainkan engkau telah meratakannya (HR Imam Ahmad, Muslim dan Tirmidzi). 2. Dzikir Bidah Selain Tarekat Syattariyah di Ulakan Pariaman, banyak Tarekat-tarekat lain di Indonsia tergantung dari metode dzikir masing-masing guru sufi, antara lain: Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Khalwatiyah, Sammaniyah, Alawiyah, Haddadiyah dan Tijaniyah. Meskipun di klaim bahwa dzikir-dzikir yang diajarkan oleh para mursyid (guru) bersambung hingga Rasulullah saw (manqul). Kenyataannya, tidak satu hadits-pun yang menggambarkan Rasulullah saw dan para sahabat berdzikir dengan cara yang mereka amalkan. Dzikir yang dilakukan para pengamal Tarekat biasanya dengan merintih, mengerang, mencabik-cabik

10

pakaian, bertepuk-tangan hingga menari, kemudian mengalami ekstase (mabuk). Ketika mengalami ekstase (mabuk) mereka akan memperoleh bisikanbisikan Ilahi yang di sebut kasyf (ilmu batin), kasyf ini diperoleh langsung dari Allah swt atau diperoleh melalui Rasulullah saw.Lihat 4, hal 155, 171173 Padahal kasyf yang diperoleh suatu yang imajiner dan prasangkaprasangka yang tidak benar. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran (An-Najm 28). Tarekat mungkin sebagai bentuk pelarian (zuhud) terhadap kehidupan hedonisme, materialisme dan sekulerisme yang membelenggu kehidupan masyarakat modern, tetapi bagaimanapun Tarekat harus tetap mengacu kepada al-Quran dan assunnah, selain itu jelas tertolak. Man amala amilan laysa alaihi amruna fahuwan raddun; Siapa saja yang melakukan perbuatan yang tidak termasuk perintah kami adalah tertolak (HR Bukhari dan Muslim).

11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Kegiatan basapa ke Ulakan ialah subuah kegiatan mengunjungi makan seorang guru yang bertempat di Nagari Ulakan Kecamatan Ulakan-Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman. Prosesinya di awali dengan berdoa di makam Syeh dengan tujuan orang yang berdoa mendapatkan redho dari Allah subahanahu wataala. Kemudian dilanjutkan dengan sholat berjamaah dan ditutup dengan zikir bersama. Kegiatan basapa dilakukan ialah sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih terhadap syeh Burhanuddin, atas keberhasilannya

mengembangkan ajaran Islam di Minangkabau. Ajaran Sataryah yang dia bawa mendapat tempat di hati masyarakat pada masa itu, sehingga berkembanglah agama Islam di Ranah Minang. Pada saat itu, Syeh Burhanuddinlah satu-satunya orang yang pertama kali membuka tempat pendidikan agama islam secara formal, pesantren istilah sekarang. B. Saran Setelah selesainya makalah ini diharapkan kepada penulis dan pembaca agar lebi memahami lagi isi dari pembahasan makalah ini.

12

DAFTAR PUSTAKA

http://padangmedia.com/, 23 Februari 2008: Basapa ke Makam Syekh Burhanuddin. Gerakan Politik Kaum Tarekat, Ajid Thohir, Pustaka Hidayah, cetakan I, Mei 2002. Menjadi Sufi Bimbingan untuk Para Pemula, Abu al-Najib al-Suhrawardi, Pustaka HIdayah, cetakan I, Agustus 1994 Tasawuf Antara Agama dan Filsafat, DR. Ibrahim Hilal, Pustaka Hidayah, cetakan I, Januari 2002 Sekelumit Rahasia Al-Quran, Mustafa Mahmud, Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura, cetakan I, 1990 Mengungkap Kebenaran dan Kebatilan, Saad Shodiq Muhammad, Pustaka Azzam, cetakan IV, 1978. Inilah Akidahku, Aidh Abdullah al-Qarni, Qisthi Press, cetakan I, November 2002.

13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1 A. Latar Belakang................................................................................................. 1 B. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 2 KEGIATAN BASAPA......................................................................................... 2 RITUAL BASAPA............................................................................................... 7 BAB III PENUTUP............................................................................................ 12 A. Kesimpulan.................................................................................................... 12 B. Saran............................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA

ii 14

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah Swt yang senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang dan karuniaNya kepada kita bersama yang dengan semua itu kita hidup dan menikmati kehidupan penuh iman dan taqwa. Shalawat dan salam semoga selalu kita sampaikan kepada suri tauladan dan junjungan umat Islam sedunia, Nabi Besar Muhammad Saw. Berkat perjuangan, keteguhan dan pengorbanan yang penuh ikhlas dalam menegakkan syiar Islam sehingga mampu mengubah wajah dunia kejahiliyahan menuju cahaya Islam yang mulia. Ucapan terima kasih kami (penyusun makalah ini) haturkan kepada pihak-pihak yang telah berjasa membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya kami sangat mengharapkan saran, kritikan dan masukan demi memperbaiki ketidaksempurnaan makalah ini karena tidak ada satu hal pun yang sempurna di dunia ini. Hanya Allah lah yang Maha sempurna. Wassalam mualaikum Wr. Wb.

Pariaman, Juni 2011

Penulis

i 15

Anda mungkin juga menyukai