MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Islam dan Budaya
Lokal
Disusun oleh :
M Ripandi 33030200140
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-NYA yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NYA kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Islam dan Budaya Lokal mengenai
“Tradisi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW” ini dengan lancar. Shalawat
serta salam kami panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang
menjauhkan kita dari jalan kegelapan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Islam
dan Budaya Lokal.
1. Dosen Islam dan Budaya Lokal Lukmanul Hakim, M.Hum. yang mana
bersedia membimbing kami dalam penyusunan makalah.
2. Serta semua pihak yang mau membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Dengan ini penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan semata hanya milik Allah SWT, untuk itu
segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
nantikan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
C.Tujuan .............................................................................................................6
Kesimpulan ...............................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari
serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita
mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun
Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat
khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun
dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti
Idul Adha).
Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah
4
dihapal luar kepala oleh anak-anak NU. Acara yang disuguhkan dalam
peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan kadang diselenggarakan
sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakdo Mulud). Ada
bid’ah atauperbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah
memang amalan seorang muslim yang pada zaman Nabi tidak ada namun
B. Rumusan Masalah
5
2. Apa saja sejarah Maulid Nabi?
3. Bagaimana Traidisi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW?
C. Tujuan
Tujuan Penulisan :
6
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hizbut Tahrir Indonesia, Peringatan Maulid Nabi Saw, Agar Tidak Menjadi Tradisi dan Seremoni
Belaka, Bulletin al-Islam, hlm. 1, Edisi 348/Tahun XIV, tahun 2007.
7
Nya menyuruh kaum muslimin untuk merayakan suatu hari yang menjadi
peringatan-peringatan seperti Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj, Nuzulu.
Qur‟an, tahun baru Islam, hari Asyura‟ dan lain-lain 2Di antara 40
dalil yang menjadi dasar Maulid Nabi antara lain:
8
di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan
melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan
bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggubelenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang
beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya
yang terang yang diturunkan kepadanya (alQuran), mereka Itulah orang-
orang yang beruntung.” (Qs. alA‟raf: 157).
5
Ibid, hlm. 183-184.
9
untuk merayakan ritual maulid Nabi Saw juga tidak pernah kita dari
generasi tabi'in hingga generasi salaf selanjutnya. Perayaan seperti ini
secara fakta memang tidak pernah diajarkan, tidak pernah dicontohkan dan
juga tidak pernah dianjurkan oleh Rasulullah Saw, para shahabat bahkan
para ulama salaf di masa selanjutnya.
10
Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang
keenam, yaitu Imam Ja'far ash-Shadiq.
7
Machasin, Dibaan/Barjanjen dan Identitas Keagamaan Umat, dalam jurnal Theologia, Fak
Ushuluddin IAIN Walisongo, vol 12, no 1 Pebruari, 2001, hlm 23
11
Justru karena kemampuan dalam menyesuaikan ajaran Islam
dengan tradisi yang telah mengakar dalam masyarakat inilah, maka
kelompok tradisional Islam berhasil menggalang simpati dari berbagai
pihak yang menjadi kekuatan pedukung. Rozikin Daman memandang
bahwa hal inilah yang mendorong timbulnya kelompok tradisionalisme
dan sekaligus menjadi salah satu faktor pendorong bagi tumbuhnya
gerakan tradisionalisme Islam.8 Salah satu sarana efektif penggalangan
simpati tersebut adalah pelestarian tradisi keagamaan yang populer di
masyarakat, termasuk yang paling penting didalamya adalah peringatan
maulid serta pembacaan kitab-kitab maulid, yang umumnya lebih dikenal
sebagi diba’an atau berjanjen.
8
Rozikin Daman, Membidik NU Dilema Percaturan Politik Nu Pasca Khittah, Gama Media,
Yogyakarta, 2001, hlm. 35.
9
Ahmad Anas, Menguak Pengalaman Sufistik Pengalaman Keagamaan Jamaah Maulid al-Diba’
Girikusumo, Pustaka Pelajar, Semarang, 2003, hlm.79.
12
disertai dengan iringan musik serta tarian, yang menambah kekhusukan
peserta. Hal-hal yang mendatangkan kekhusyukan itulah yang sering
mendatangkan kerinduan pada peserta, untuk tetap merengkuh pembacaan
kitab maulid sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tradisi
keagamaanya. Juga tidak kalah menarik adalah fenomena saat Srakalan
(mahal al-qiyam). Suasana yang terbangun sangat sakral. pada saat berdiri
untuk menyanyikan sholawat asyraqal badru, setelah imam atau orang
yang membaca prosa lirik sampai cerita kelahiran Nabi, suasananya sangat
khusyuk. Hal ini merupakan ekspresi kegembiraan yang luar bisa atas
kelahiran Nabi. Walaupun hal ini merupakan sesuatu yang sulit diterima
pemikiran logis, namun bagi kalangan pengikut pembacaan dipegang
secara kuat.10
10
Machasin, Op. Cit, hlm 23.
11
K.H.A Idhoh Anas, Bolehkah Perayaan Maulid Nabi saw?, Pekalongan, tp., 1999, hlm 18-22
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan ini :
Peringatan maulid Nabi dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah
termasuk ibadah maka kita tidak diperbolehkan untuk mengadakan perkara baru
pada agama Allah (bid’ah) yang bukan syari’at-Nya. Oleh karena itu peringatan
maulid Nabi termasuk bid’ah dalam agama dan termasuk yang diharamkan.
Dan juga kita mendengar informasi tentang kebodohan sebagian orang yang
mengikuti acara peringatan maulid Nabi tersebut , dimana ketika dibacakan kisah
maulid (kelahiran) beliau, lalu ketika sampai pada perkataan (dan lahirlah
Musthafa ), maka mereka semua serentak berdiri. Mereka mengatakan bahwa ruh
kedatangan ruh Nabi, karena Rasulullah merasa enggan (tidak senang) apabila
14
ada sahabat yang berdiri untuk menghormatinya. Padahal kecintaan dan
pengagungan para sahabat terhadap Rasulullah melebihi yang lainnya, akan tetapi
melihat keengganan Rasulullah dengan perbuatan tersebut. Jika hal ini tidak
mereka lakukan pada saat Rasulullah masih hidup, lalu bagaimana hal tersebut
15
Daftar Pustaka
Tahrir Indonesia, Hizbut. 2007. Peringatan Maulid Nabi Saw, Agar Tidak
Menjadi Tradisi dan Seremoni Belaka, (Bulletin al-Islam, Edisi 348/Tahun XIV)
Idhoh Anas , 1999. K.H.A. Bolehkah Perayaan Maulid Nabi SAW?, Pekalongan.
16