Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AIK

MAULIDAN ( SUNNAH ATAU BID’AH )

Disusun Oleh :

Alfian Reski Saputra : 219190115

Muh Nasrullah : 219190120

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PARE PARE

FAKULTAS TEKNIK SIPIL

ANGKATAN TAHUN 2019-2020


KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karunianya kamidapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini kami beri judul "isbal ( mengenakan celana atau sarung melebihi batas mata
kaki)

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas AIK dari Guru pengampu
mata pelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan
bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya dalam mengenai masalah
bepakaian.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar
kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.

 Pare Pare, .....................2021


                                                                                     

  Penyusun 
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................

A. Pengertian Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.............................................

B. Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW..................................................

C. Apakah Maulid itu Sunnah atau Bid’ah.....................................................................

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................................

B. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kata Maulid merupakan bentuk masdar dari kata walada yang berarti lahir, muncul
dan anak. Dalam bahasa Arab bentuk masdar bisa menjadi verbal noun atau kata benda
sehingga berarti kelahiran, kemunculan sesuatu (Muthohar, 2002:16).Maulid Nabi atau yang
sering dikenal sebagai peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh
kaum muslim hampir diseluruh dunia. Secara subtansial, peringatan ini berupa wujud
ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Seiring dengan
perjalanan waktu peringatan Maulid Nabi hampir menyamai peringatan hari-hari besar Islam
lainnnya. Seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Dalam memperingati Maulid Nabi, biasanya kaum muslim melakukan perayaan


keagamaan dalam memaknai peringatan Maulid tersebut. Maulid Nabi tidak hanya dirayakan
pada beberapa Negara mayoritas muslim, tapi juga dirayakan di Negara- Negara non-muslim.
Biasanya perayaan di Negara-Negara non muslim tidak begitu meriah dan semarak
dibandingkan dengan Negara muslim.

Pada umumnya perayaan yang dilakukan hampir sama disemua tempat di belahan
bumi ini, seperti pembacaan Shalawat Nabi, ceramah agama, dan pembacaan riwayat hidup
Nabi Muhammad SAW. Tapi biasanya perayaan itu dikombinasikan dengan adat istiadat
atau kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat di daerahnya masing masing. Sehingga
model perayaan Maulid Nabi disetiap daerah kelihatan berbeda, tapi secara esensial sama
saja.

Dalam perkembangannya perayaan Maulid Nabi semakin beragam coraknya, sesuai


dengan situasi dan kondisi serta budaya di Negara Islam itu sendiri. DiIndonesia, tanggal 12
Rabbi’al-Awwal ditetapkan sebagai hari besar nasional (Muthohar, 2002:83). Umat Islam di
Indonesia yang paling semarak merayakan Maulid Nabi tersebut dibandingkan dengan
Negara-Negara Islam lainya..
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW


Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab:
‫ مول==د الن==بي‬،‫)مول==د‬, adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun
Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa
Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di
masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini
adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
B. Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
1. Pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama dan waktu
pelaksanaannya.
Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-
Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin
Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru
berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan
kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum
muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen
Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.
2.    Latar belakang pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati
untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang
berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari
Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau The
Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan
menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat
perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-
belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu
dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang
persatuan spiritual.
Adalah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi –orang Eropa menyebutnya Saladin, seorang
pemimpin yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun
1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub –katakanlah dia setingkat
Gubernur. Pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah
kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Kata
Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara
mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat
Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal
kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus
dirayakan secara massal.
Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan
dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang
menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai
pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan
Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.
Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan
Kalijaga bernama Gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh di
halaman Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua
gamelan tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang “pengampunan” yang disebut
gapura (dari bahasa Arab ghafura, artinya Dia mengampuni).
Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud.
Kata “gerebeg” artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar
dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan
sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud,
ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar
(menyambut Idul Adha).
Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama
(NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh
anak-anak NU. Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat
variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius
Tsany (Bakdo Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial untuk
dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan upacara
sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang
diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang
menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam.
Ada yang hanya membaca Barzanji atau Diba’ (kitab sejenis Barzanji). Bisa juga
ditambah dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah,
pengumuman hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’izhah
hasanah dari para muballigh kondang.
3.    Tujuan pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW pada saat itu
Pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi  tahun 1174-1193 M atau 570-
590 H (Dinasti Bani Ayyub) umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri
dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita
mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M
tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi
gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan
ukhuwah. Kata Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali
dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin
mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12
Rabiul Awal kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa
diperingati, kini harus dirayakan secara massal. Waktu itu tujuannya untuk
memperkokoh semangat keagamaan umat Islam umumnya, khususnya mental para
tentara yang lengah bersiap menghadapi serangan tentara Salib dari Eropa, yang ingin
merebut tanah suci Jerusalem dari tangan kaum Muslimin.

4. Bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW


Beberapa bentuk peringatan maulid yang sering dilaksanakan masyarakat adalah :
1.    Pembacaan kalam wahyu Ilahi
2.    Tahlilan
3.     Doa bersama
4.     Ceramah keagamaan
5.    Manfaat/dampak/akibat pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
Diantara Manfaat yang timbul dari peringatan Maulid adalah ;
a. Membuat generasi muda lebih mengenal kepribadian Rasulullah SAW,
perjuangan beliau yang penuh pelajaran untuk dipetik, dan misi yang diemban
beliau dari Allah SWT kepada alam semesta.
Para sahabat kerap menceritakan pribadi Rasulullah SAW dalam berbagai
kesempatan. Salah satu misal, perkataan Sa’d bin Abi Waqash radhiyallahu anhu,
“Kami selalu mengingatkan anak-anak kami tentang peperangan yang dilakukan
Rasulullah SAW, sebagaimana kami menuntun mereka menghafal satu surat
dalam Al-Quran.”
Ungkapan ini menjelaskan bahwa para sahabat sering menceritakan apa yang
terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada anak-anak mereka,
termasuk peristiwa saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan
b. Sebagai sarana umat Islam untuk berkumpul dan saling menjalin silaturahim.
Masyarakat yang tadinya tidak kenal bisa jadi saling kenal; yang tadinya jauh bisa
menjadi dekat. Kita pun akan lebih mengenal Nabi dengan membaca Maulid, dan
tentunya, berkat beliau SAW, kita juga akan lebih dekat kepada Allah SWT.
C. Apakah Maulid itu termasuk Sunnah atau Bid’ah
“Hukum Asal peringatan maulid adalah bid’ah yang belum pernah dinukil dari kaum
Salaf saleh yang hidup pada tiga abad pertama, tetapi demikian peringatan maulid
mengandung kebaikan dan lawannya, jadi barangsiapa dalam peringatan maulid berusaha
melakukan hal-hal yang baik saja dan menjauhi lawannya (hal-hal yang buruk), maka itu
adalah bid’ah hasanah”. Al-Hafizh Ibn Hajar juga mengatakan: “Dan telah nyata bagiku dasar
pengambilan peringatan Maulid di atas dalil yang tsabit (Shahih)”.
Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani, mengatakan:
َّ ‫ت ْال َخ ْي= َر ِة‬
َ =‫الص=الِ َح ِة الَّتِي ت َْش=تَ ِم ُل َعلَي َمنَ==افِ َع َكثِ ْي‬
‫=ر ٍة‬ ِ ‫ي َولَ ِكنَّهُ ِمنَ ْال َع==ادَا‬
ٌّ ‫ص ُل اَ ّن ااْل ِ جْ تِ َما َع اِل َجْ ِل ْال َموْ لِ ِد النَّبَ ِويِّ اَ ْم= ٌر َع==ا ِد‬
ِ ‫َو ْال َحا‬
ْ ‫اس بِفَضْ ٍل َوفِي ٍْر اِل َنَّهَا َم‬
‫طلُوْ بَةٌ شَرْ عًا بِا َ ْف ِرا ِدهَا‬ ِ َّ‫ َوفَ َوائِ َد تَعُوْ ُد َعلَي الن‬.
Artinya: Bahwa sesungguhnya mengadakan Maulid Nabi Saw merupakan suatu tradisi dari
tradisi-tradisi yang baik, yang mengandung banyak manfaat dan faidah yang kembali kepada
manusia, sebab adanya karunia yang besar. Oleh karena itu dianjurkan dalam syara’ dengan
serangkaian pelaksanaannya. [Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Mafahim Yajibu An-
Tushahha, hal. 340]
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perayaan maulid Nabi hanya formatnya
yang baru, sedangkan isinya merupakan ibadah-ibadah yang telah diatur dalam Al-Qur’an
maupun Hadits. Oleh karena itulah, banyak ulama yang mengatakan bahwa perayaan maulid
Nabi adalah bid`ah hasanah dan pelakunya mendapatkan pahala.
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Peringatan maulid pada awalnya bertujuan untuk menyatukan umat islam dalam
menghadapi perang salib, tujuan ini berubah seiring berjalannya waktu. Maulid dapat
menjadi sarana penyambung silaturrahmi antar warga masyarakat dan sarana untuk
memperkenalkan kepribadian dan nilai-nilai luhur yang ada pada diri Rasulullah.
 Melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad adalah baik selama tidak
menyeleweng dari aqidah dan syariat agama, hal ini dapat dilihat dari banyaknya dalil yang
memperbolehkan bahkan menganjurkan untuk mengadakan peringatan maulid Nabi
Muhammad SAW.
B.   Saran-saran
Sebaiknya acara maulidan tidak hanya berisi ceramah maupun doa saja, tetapi diisi
oleh hal-hal yang dapat meningkatkan kreatifitas masyarakat. misalnya diadakan berbagai
lomba, bazaar, maupun pengumpulan dana bagi orang-orang yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

(www.edukasi.kompasiana.com: 28/01/2013)
(www.isomwebs.com: 28/01/2013)
(www.elangajib.com: 28/01/2013)
(www.santribuntet.wordpress.com: 28/01/2013)
(www.mudrimesra.com: 28/01/2013)
(www.thohiriyyah.com: 28/01/2013)
(www.sejarah.kompasiana.com: 28/01/2013)
(www.ketikanadiratna.blogspot.com: 28/01/2013)

Anda mungkin juga menyukai