MAKALAH
Disusun Oleh :
Dhiya Sauqi Sobari 021.011.0146 PAI/ 3 A
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SILIWANGI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN................................................................................................................iii
A. Latar Belakang....................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah...............................................................................................iii
C. Tujuan..................................................................................................................iv
BAB II.....................................................................................................................................1
PEMBAHASAN....................................................................................................................1
A. Pengertian Maulid Nabi....................................................................................1
B. Pelaksanaan Maulid Nabi.................................................................................2
C. Sejarah Maulid Nabi.........................................................................................4
D. Masa Dinasti Fathimiyyah................................................................................4
E. Perayaan Maulid Nabi Dalam Pandangan Empat Mazhab...............................6
BAB III...................................................................................................................................9
PENUTUP..............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ii
memuliakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menjadi
pertanyaan, apakah perayaan maulid merupakan cara benar untuk
mengungkapkan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Kita tidak tahu pasti kapan pertama kali maulid ini diadakan. Namun jika
kita mengacu pada keterangan al-Maqrizy dalam kitabnya al-Khathat, maulid
ini ada ketika zaman Daulah Fatimiyah, daulah syiah yang berkuasa di Mesir.
Mereka membuat banyak Maulid, mulai dari Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, Maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Fatimah, hingga maulid Hasan
dan Husain. Dan Bani Fatimiyah berkuasa sekitar abad 4 H.
Inilah yang menjadi alasan, kenapa para ulama ahlus sunah yang
menjumpai perayaan maulid, menginkari keberadaan perayaan ini. Karena
pada hakekatnya, mereka yang merayakan peringatan maulid, melestarikan
kebudayaan daulah Fatimiyah yang beraqidah syiah bathiniyah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
iii
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Meski sampai saat ini masih ada kontroversi tentang peringatan tersebut di
antara beberapa ulama yang memandang sebagai Bidah atau bukan Bidah. Tetapi
2
saat ini maulid nabi diperingati secara luas di seluruh dunia termasuk tradisi
budaya Indonesia. Semangatnya justru pada momentum untuk menyatukan
semangat dan gairah keislaman.
nabawiyah (sejarah hidup Nabi sejak kelahiran sampai wafatnya), dalam bentuk
prosa dengan cara berganti-ganti dan kadang-kadang dengan dilagukan.
Kedua, Maulid diadakan oleh khalifah Mudhaffar Abu Said pada tahun
630 H yang mengadakan acara Maulid besar-besaran. Saat itu, Mudhaffar sedang
berpikir tentang cara bagaimana negerinya bisa selamat dari kekejaman Temujin
yang dikenal dengan nama Jengiz Khan (1167-1227 M.) dari Mongol. Jengiz
Khan, seorang raja Mongol yang naik tahta ketika berusia 13 tahun dan mampu
mengadakan konfederasi tokoh-tokoh agama, berambisi menguasai dunia.
Paus Urban II. Pada tahun 1099 laskar Eropa merebut Yerusalem dan mengubah
Masjid al-Aqsa menjadi gereja! Umat Islam saat itu kehilangan semangat
perjuangan (jihad) dan persaudaraan (ukhuwah), sebab secara politis terpecah-
belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan, meskipun khalifah tetap satu, yaitu
Bani Abbas di Bagdad, sebagai lambang persatuan spiritual.
Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi
umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan
sekadar perayaan ulang tahun biasa. Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang
oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada.
Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul fitri dan
Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid nabi
hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang
bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika
Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Bagdad, ternyata
khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579 Hijriyah (1183
Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa Haramain (dua tanah
suci Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji,
agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan
kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah
6
Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan
maulid nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 Hijriah) adalah menyelenggarakan
sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa
yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti
kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far
al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang
sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan maulid nabi.
Adapun pendapat ulama dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.
Berikut ini kutipan pendapat para ulama tersebut:
a. Syekh Ibnul Haj dari mazhab Maliki
ًش ْكرا ِ الثانِي َع َش َر فِي َر ِبي ِْع اَأْل َّو ِل م َِن ْال ِع َبادَا
ُ ت َو ْال َخي ِْر؛ َّ ْن ِ ان َي ِجبُ َأنْ َن ْزدَا َد َي ْو َم ااْل ِ ْث َني َ َف َك
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َ َوَأعْ َظ ُم َها ِم ْياَل ُد ْالمُصْ َط َفى،ِل ِْل َم ْولَى َعلَى َما َأ ْواَل َنا مِنْ َه ِذ ِه ال ِّن َع ِم ْالعَظِ ْي َمة
صحْ ِب ِه َو َسلَّ َم
َ َوآلِ ِه َو
7
“Maka wajib bagi kita pada hari Senin tanggal dua belas Rabiul Awal
menambah ibadah dan kebaikan, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah
atas apa yang dianugerahkan kepada kita berupa nikmat-nikmat besar ini,
terutama nikmat kelahiran Nabi Muhammad shallallahu a’laihi wa’alihi
wasahbihi wasallam”. (Ibnul Haj Al-Maliki, Al-Madkhal, juz 1, h. 361).
b. Imam Jalaluddin Assuyuthi dari mazhab Syafi’i
الَّ ِذ ْينَ هُ ُم ْالقُ ْد َوةُ فِي، َواَل يُ ْنقَ ُل َع َملُهُ ع َْن َأ َح ٍد ِم ْن ُعلَ َما ِء اُأْل َّم ِة،ب َواَل ُسنَّ ٍة ٍ ا َأ ْعلَ ُم لِهَ َذا ْال َموْ لِ ِد َأصْ اَل فِي ِكتَا
ٌ بَلْ هُ َو بِ ْد َعةy، َار ْال ُمتَقَ ِّد ِم ْين
ِ َ ْال ُمتَ َم ِّس ُكوْ نَ بِآث،ال ِّد ْي ِن
“Saya tidak mengetahui dalil dari Al-Qur’an dan Hadis tentang peringatan
maulid ini, dan tidak pula dicritakan riwayat tentang pelaksanaannya oleh salah
satu ulama, di mana para ulama tersebut merupakan tuntunan dalam hal agama,
yang senantiasa berpegang teguh pada warisan orang-orang terdahulu. Bahkan
peringatan maulid adalah bid’ah” (Tajuddin Al-Fakihani, Al-Mawrid Fi Amalil
Maulid, h. 20)
e. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah
Beliau mengatakan: “Imam Daarul Hijrah (Imam Malik) mengatakan:
فال يكون اليوم دينا،فما لم يكن يومئذ دينا
8
“Apa yang pada hari itu tidak termasuk bagian dari agama, maka hari inipun
bukan termasuk bagian dari agama”.
Al-Hafidz Ibn Hajar kemudian menukil hadits shaum ‘Asyura sebagai rasa syukur
Nabi musa as telah diselamatkan dari kejaran Fir’aun di laut merah. Al-Hafidz
kemudian menegaskan bahwwa mensyukuri kelahiran Nabi SAW yang penuh
rahmat, dengan demikian juga bisa diamalkan sepanjang diisi dengan ibadah
seperti sujud sykur, shaum, shadaqoh, dan tilawah Qur’an.
Saya sendiri tidak sepakat dengan penjelasan al-Hafidz Ibn Hajar diatas sebab
faktanya hadits shaum ‘Asyura tidak diamalkan oleh nabi SAW dan salaf dalam
bentuk maulid. Jika maulid sebagai ritual syukur, mengapa generasi awal tidak
pandai bersyukur dengn kelahiran nabi SAW. Meski perayaan maulid dinilai
ada baiknya, tetapi bentuknya yang sudah sebagai ritual peribadatan susah
ditampik sebagai bid’ah yang tidak ada dasar perintahnya sehingga sangat
memunglinkan fa huwa raddun; maka dia tertolak.
Meski demikian, harus disisakan dalam hati sikap toleransi kepada mereka yang
membenarkan maulid. Terlebih Ulama-Ulama besar sekelas al-Hafidz ibn Hajar
dan Jalaluddin as-Syuyuthi sendiri membolehkannya sepanjang diisi dengan
kegiatan yang bermanfaat. Meski maulid dinilai bid’ah, tidak perlu memvonis
“ahli bid’ah” kepada mereka yang menyetujuinya, sebab gelar Ahli Bid’ah hanya
cocok untuk mereka yang anti-sunnah, bukan yang sebatas berbeda mazhab dalam
merumuskan konsep bid’ah.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
a. Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja
(Arab: مولد النبي, Mawlid an-Nabī). Maulid Nabi Muhammad Saw bermakna
(hari), tempat atau waktu kelahiran Nabi yakni peringatan hari lahir Nabi
Muhammad Saw. Secara terminologi, Maulid Nabi adalah sebuah upacara
keagamaan yang diadakan kaum muslimin untuk memperingati kelahiran
Rasulullah Saw. Hal itu diadakan dengan harapan menumbuhkan rasa cinta
pada Rasululllah Saw.
Jika maulid sebagai ritual syukur, mengapa generasi awal tidak pandai
bersyukur dengn kelahiran nabi SAW. Meski perayaan maulid dinilai ada
baiknya, tetapi bentuknya yang sudah sebagai ritual peribadatan susah
ditampik sebagai bid’ah yang tidak ada dasar perintahnya sehingga sangat
memunglinkan fa huwa raddun; maka dia tertolak.
Saran
Meski demikian, harus disisakan dalam hati sikap toleransi kepada mereka
yang membenarkan maulid. Terlebih Ulama-Ulama besar sekelas al-Hafidz
ibn Hajar dan Jalaluddin as-Syuyuthi sendiri membolehkannya sepanjang diisi
dengan kegiatan yang bermanfaat. Meski maulid dinilai bid’ah, tidak perlu
memvonis “ahli bid’ah” kepada mereka yang menyetujuinya, sebab gelar Ahli
Bid’ah hanya cocok untuk mereka yang anti-sunnah, bukan yang sebatas
berbeda mazhab dalam merumuskan konsep bid’ah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Fatwa Kontemporer, Media Hidayah:2003
Abdurrahman Navis, “AULA” Majalah Nahdhatul Ulama (No.03 Tahun XXXI
Maret 2009)
Husnul haq. 2019. “Beda Pendapat Ulama soal Peringatan Maulid Nabi”,
https://islam.nu.or.id/fiqih-perbandingan/beda-pendapat-ulama-soal-
peringatan-maulid-nabi-1CJmr, diakses pada 19 Januari 2023 pukul 00.43.
In AQIDAH. 2017. “Maulid Nabi Menurut 4 Madzhab”,
htmlhttps://konsultasisyariah.com/26137-perayaan-maulid-menurut-ulama-
madzhab.html, diakses pada 20 Januari 2023 pukul 15.56.
Nashruddin Syarief. 2021. “Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW. Bulletin
Dakwa At-Taubah (No. 03 Tahun X Oktober 2021)