Oleh
RIKI KURNIAWAN (22060600
ABDI ABDURAHMAN (2206060031)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Perspektif Aswaja
Tetang Bid’ah.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
ABSTRAK......................................................................................................4
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Bid’ah
2. Macam – Macam Bid’ah
3. Kriteria Bid’ah Hasanah
4. Contoh – contoh bid’ah
5. Pendapat ulama mengenai amalan yang tidak ada contoh
sebelumnya dari Nabi SAW
6. Bid’ah dalam kaidah hukum / syariat
7. Pandangan Bid’ah dari kelompok atau aliran lain
C. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
PERSPEKTIF ISLAM TENTANG BID’AH
Oleh
Fitri Nurjanah
didalam bid’ah kita memecahkan masalah yang belum ada
sebelumnya atau belum ada dialquran maupun hadis dan NU selalu
mengambil posisi di garda terdepan dalam upaya membela tradisi-tradisi
keagamaan lokal tersebut dari serangan kaum Wahabi.
Kata kunci: Memecahkan, Membela.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nahdlatul Ulama sebagai salah satu kelompok umat Islam yang setia
mengamalkan sejumlah ritual-ritual keagamaan seperti tahlil, ziarahkubur,
maulid, kerap dijadikan sasaran kelompok lain dengan klaim syirik,
murtad, taqlid dan melakukan bid’ah. Dan hal itu yang menyebabkan
keresahan di warga NU.
hal ini menjadikan warga NU memberikan respon terhadap aksi
radikalisme yang diakukan oleh wahabi dan warga NU melakukan
penetrasi sebagai alternatif penanganan radiklisme yang menyesatkan
bid’ah bagi kalangan wahabi. NU sendiri membantah adanya hal tersebut
hal ini dikerenakan tidak adanya dalil yang menerangkan bahwa Bid’ah
tidak sesat karena didalam bid’ah kita memecahkan masalah yang belum
ada sebelumnya atau belum ada di Alquran maupun hadis dan NU selalu
mengambil posisi di garda terdepan dalam upaya membela tradisi-tradisi
keagamaan lokal tersebut dari serangan kaum Wahabi. Selain itu juga
menyelenggarakan Kampanye anti-Wahabisme ini tampaknya bukan saja
bergema di kalangan struktural NU, melainkan juga telah menjadi isu
utama di kalangan kelompok kultural NU.Kalangan kaum muda NU di
jalur kultural yang sebelumnya kerap bersebrangan dengan kalangan
kaum tua yang ada di struktur dan pesantren-pesantren, kini tampak
kompak dan bertemu dalam isu besar anti-Wahabisme.
Begitu pula sumberdaya struktural berupa kelengkapan organisasi
yang dimiliki oleh NU mulai dari tingkat pusat (PBNU) hingga tingkat
Ranting yang berada di pedesaan, dimobilisir untuk membendung
ekspansi dakwah Wahabi. Rasa keterancaman terhadap Wahabisme
seolah telah membangkitkan kembali soliditas dan solidaritas gerakan
sosial NU yang sebelumnya banyak diwarnai oleh konflik-konflik internal
akibat keterjebakan mereka dalam kubangan politik praktis.
Selain itu juga adanya rekonsolidasi dan revitalisasi terhadap
semua sumberdaya, baik yang bersifat diskursif seperti aqidah dan
amalaiyah, maupun terhadap semua asset yang dimiliki NU. Berikut ini
akan digambarkan beberapa respon yang diberikan
oleh kalangan NU, baik dari struktural maupun dari kelompok kultural,
terhadap fenomena ekspansi gerakan Wahabisme kontemporer.
2. Rumusan Pembahasan
a. Bagaimana perspektif Aswaja tentang bid’ah ?
b. Bagaimana Respon NU terhadap kelompok lain yang menyatakan
bid’ah sesat dan menganggap bid’ah bagian dari tasyrik/syirik
3. Tujuan Pembahasan
a. Menjelaskan perspektif Aswaja tentang bid’ah
b. Menjelaskan Respon NU terhadap kelompok lain yang
menyatakan bid’ah sesat dan menganggap bid’ah bagian dari
tasyrik/syirik.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Bid’ah
Kata bid’ah berasal dari kata bada’ah. Kata ini memiliki pengertian.
“membuat sesuatu yang baru, yang tidak pernah ada sebelumnya.Bid’ah
secara bahasa semua perkara baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Adapun bid’ah dalam hukum Islam ialah segala sesuatu yang diada-
adakan oleh ulama’ yang tidak ada pada zaman Nabi SAW. Jadi dapat
disimpulkan bahwa bid’ah adalah sesuatu perkara baru yang belum ada
sebelumnya yang diadakn oleh ulama yang belum ada sumbernya dari
hadis dan alqur’an. Pengertian tersebut di atas didapati pada antara lain
1.Firman Allah, Q.S. al-An’am : 101 ;
َبِد يُع الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َأَّنى َيُك وُن َلُه َو َلٌد َو َلْم َتُك ْن َلُه َص اِح َبٌة َو َخ َلَق ُك َّل َش ْي ٍء َو ُهَو
ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليٌم
Artinya : Dia (Allah) adalah Pencipta langit dan bumi, bagaimana Dia
mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan
segala sesuatu; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(Q.S. al-An’am :
101)
Dalil tentang bid’ah adalah sebagai berikut:
"Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah kitab Allah, dan sebaik-
baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, dan seburuk-buruk
perkara adalah perkara baru, setiap perkara baru adalah bid'ah, dan setiap
bid'ah itu sesat dan setiap kesesatan itu tempatnya di neraka." (HR. An-
Nasa'i)1
1
Jurnal Anam, Choirul, Pertumbuhan,dan Perkembangan Nahdlatul
Ulama, Solo: Penerbit Jatayu, 1984.
2
https://finafitriani10.blogspot.com/2016/06/perspektif-aswaja-tentang-bidah.html
bid’ah hasanah tidak dapat dituduh sebagai sesuatu yang hanya
didasarkan kepada hawa nafsu manusia.
4. dianggap oleh kaum muslimin sebagai perbuatan yang baik.
• Bid'ah haram
Seperti pemikiran sekte Al Qadariyah, sekte Al Jabariyah, sekte Al
Murji'ah dan sekte Al Khawarij, paham bahwa Al Qur'an adalah produk
budaya, dan paham bahwa zamantini masih jahiliyah sehingga hukum-
hukum Islam belum bisa diterapkan, dan lain sebagainya.
• Bid'ah sunah
Seperti merenovasi sekolah, membangun jembatan,shalat tarawih
secara bejamaah dengan satu imam,dan adzan dua kali pada shalat Jum'at.
• Bid'ah makruh
Seperti menghiasi atau memperindah Masjid dan Kitab Al Qur'an.
• Bid'ah mubah
Seperti, bersalaman usai shalat jamaah, tahlil, memperingati Maulid
Nabi SAW, berdoa dan membaca Al Qur'an di kuburan, dzikir secara
berjamaah dengan dipimpin imam usai shalat, dzikir dengan suara keras
secara berjamaah, dan keanekaragaman bentuk pakaian dan makanan.
3
http://www.facebook.com/von.edison.alouisci
meliputi dua generasi pertama kaum Muslim, yakni generasi
sahabat dan tâbi‘în, tetapi juga periode para imam empat
mazhab fikih Sunni.
4. Konsep lainnya yang banyak mendapat penekanan dari kaum
Wahabi adalah soal taklid dan hukum bermadzhab. Taklid dan
bermadzhab bagi Ibnu Abdul Wahab merupakan salah satu
perbuatan yang telah mengarah pada pengkultusan seseorang,
padahal menurut Wahabi tidak ada yang patut dikultuskan
kecuali hanya Allah semata. Oleh karena itu, satu-satunya rujukan
atau tempat berpaling umat Islam itu hanyalah al-Qur’an dan
Sunnah serta otoritas sahabat Nabi
C. PENUTUP
1.Kesimpulan
Bid’ah merupakan suatu perkara yang belum pernah ada di zaman
rasulullah SAW, bid’ah dibagi menjadi 2 yaitu bid’ah hasanah dan bid’ah
dhalalah . respon terhadap klaim dari kelompok lain Nu khususnya di
wilayah yogyakartab membuat berbagai program untuk mengantisipasi
adanya tindak ekstrimisme dari golongan lain terhadap bid’ah. Perlu
adanya gerakan – gerakan dari seluruh tatanan masyarakat nu baik dari
tatanan strruktural maupun kultural guna mewujudkan warga NU yang
menjunjung tinggi nilai” islamiyah.
DAFTAR PUSTAKA