Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ASWAJA

NU dan Aswaja

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja

Dosen Pengampu : Mutiara Fahriani,M.Pd.I

Oleh kelompok 5

Widiya Auliyanti M 2221.010.1

Rakha Arkan Sabiq 2221.037.1

Bagja Abdussalam 222.018.1

Dadi Imamudin 2221.019.1

Galih Saputra 2221.024.1

Kelas : HKI A

FAKULTAS SYARI’AH

PROGRAM STUDI HUKUM KEKELUARGAAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM KH. RUHIAT CIPASUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat dan berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.

Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini.
Makalah berjudul “NU dan Aswaja” ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah
Aswaja.

Kami memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Kami juga
menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan
lebih baik di kesempatan berikutnya.

Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga
dapat menjadi inspirasi bagi pembaca.

Tasikmalaya, Maret 2023

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan......................................................................................1
a. Latar Belakang...................................................................................1
b. Rumusan Masalah..............................................................................1
Bab II Pembahasan......................................................................................2
a. Mengenal Oragniasasi NU.................................................................2
b. Keterkaitan NU dan Aswaja..............................................................6
Bab III Penutup...........................................................................................
a. Kesimpulan........................................................................................
Daftar Pustaka.............................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Berbicara soal aswaja tidak akan lepas dari organisasi Nahdlatul


Ulama, aswaja yang berakronim dari ahlu Sunnah wal jamaah merupakan
pemahaman tentang akidah yang berpedoman pada Sunnah Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Aswaja atau ahlu Sunnah wal jamaah adalah satu golongan yang
akan selamat di hari akhir nanti, seperti apa yang di ucapkan rasulullah
SAW bahwa “umat Islam akan terbagi menjadi 73 golongan semuanya di
neraka kecuali satu golongan yaitu golongan ahlu Sunnah wal jamaah”.

B. Rumusan Masalah

a. Apa landasan yang menjadi dasar berdirinya Nahdlatul Ulama


b. Apa kaitan NU dan Aswaja

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengenal Organisasi Nahdlatul Ulama

1. Pengertian NU

NU merupakan akronim dari Nahdlatul Ulama yang artinya kebangkitan Ulama NU


merupakan gerakan dan kebangkitan ulama yang berakidah Ahlussunnah wal Jama'ah yang
dalam akidah mengikuti Abu Hasan al-Asy'ari dan Abu Manshur al- Maturidi, dalam fikih
mengikuti salah satu madzhab yang 4 yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'l dan Hambali dan dalam
akhlak mengikuti Syeikh Junaidi al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali

NU Menurut KH Hasyim Asy'ari: Nahdlatul Ulama itu gerakan sistematis memperjuangkan


keadilan, perlindungan, perbaikan kualitas hidup dan kemakmuran.

2. Latar Belakang berdirinya NU

Berawal dari pertemuan para ulama di Surabaya, tanggal 16 Rajab 1344H/ 31 Januari 1926
M membahas tentang munculnya kelompok-kelompok keagamaan yang puritan yang dinilai
oleh para ulama akan mengganggu kerukunan hidup beragama dan melemahkan kehidupan
berbangsa dan bernegara pada saat itu, Makkah sebagai pusat umat Islam telah dikuasai oleh
kelompok aliran Wahabi pada tahun 1920-an, sementara madzhab Aswaja akan disingkirkan
sehingga akan mengancam kerukunan umat Islam sedunia. Akhirnya kalangan pesantren
melakukan pembelaan dengan membentuk Komite Hijaz guna menyuarakan aspirasi
mayoritas umat Islam Indonesia bahkan kaum Muslim sedunia yang menentang beberapa
kebijakan penguasa Jazirah Arab (al- Sa'ud) yang berafiliasi pada madzhab Wahabi. Dan
komite Hijaz ini merupakan embrio lahirnya NU pada tahun 1926.

3. Tujuan berdirinya NU

Bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang
bertaqwa kepada Allah Swt, cerdas, terampil, berakhlak mulia, tentram, adil dan sejahtera.
Melalui serangkaian ikhtiyar yang didasari oleh faham-faham keagamaan yang membentuk
kepribadian khas NU.

4. NU lahir karena didorong oleh:

a. Semangat kebangsaan yang tinggi;


b. Kepedulian untuk mempertahankan Islam yang ramah pada
a. nilai budaya setempat,
b. Menghargai perbedaan agama, tradisi dan kepercayaan yang merupakan warisan
dalam tradisi Nusantara.

2
5. Tokoh-tokoh Pendiri NU

a. KH. Hasyim Asy'ari


b. KH. Abdul Wahab Hasbulloh

6. Asal Mula Nama NU

a. Tashwirul Afkar (1914 M),


b. Nahdlatul Tujjar (1916)
c. Syubbanul Wathon (1918)
d. Nahdlatul Wathon (1924)
e. Nahdlatul Ulama (1926)

7. Eksistensi NU

a. NU sebagai Jam'iyyah

NU sebagai Jam'iyah diniyah adalah wadah bagi para ulama dan pengikutnya dengan tujuan
untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang
berhaluan Ahlussunnah Wal Jama'ah dan menganut salah satu madzhab yang empat yaitu
madzhab Abu Hanifah an-Nu'man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris As-
Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal serta untuk mempersatukan langkah para ulama dan
pengikutnya dalam melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan
masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat manusia.

b. NU sebagai Jama'ah Bahwasannya masyarakat

NU berkewajiban melaksanakan syari'at Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah


dan mengikuti salah satu madzhab yang 4 di tengah-tengah kehidupan di dalam wadah NKRI
yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

8. Lambang NU dan Maknanya

a. Lambang NU

Gambar tersebut terdapat bola dunia diikat dengan tali dilingkari oleh lima bintang diatas
garis khatulistiwa dan diantaranya yang terbesar terletak di bagian paling atas sedangkan 4
bintang lainnya terletak dibawah garis khatulistiwa sehingga jumlah seluruhnya 9 bintang
serta terdapat tulisan Nahdlatul Ulama dengan tulisan Arab melintang bola dunia dan
menelusuri garis khatulistiwa lambang tersebut dilukiskan dengan warna putih diatas warna
hijau

3
b. Makna lambang NU

1) Bintang 9

a. Bintang besar ditengah bagian atas melambangkan Nabi Muhammad SAW


b. 2 bintang kecil disamping kiri dan 2 bintang kecil disamping kanan dari bintang besar
melambangkan 4 khalifaur rassyidin yaitu: Abu bakar, Umar,Utsman dan Ali
a. C. 4 bintang kecil dibagian bawah melambangkan 4 madzhab yaitu:
hanafi,Maliki,Syafi'l dan Hambali d. Keseluruhan jumlah bintang 9 melambangkan
walisongo dan angka 9 merupakan angka terbesar.

2) Gambar bumi

Bumi mengingatkan kita bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ketanah dan
ahkirnya akan dikelurkan dari tanah dihidupkan kembali pada hari kebangkitan Sebagaimana
firman Allah dalam surat thaha ayat 55. Selain itu bumi melambangkan tempat hidup
kita,tempat kita berjuang, beramal serta berkarya sesuai dengan keahlian masing-masing

3) Tampar/tali yang melingkari bumi

a. Tali yang melingkari bumi adalah lambing ukhuwa atau persatuan dan kesatuan yang
kokoh dan kuat QS Ali Imran ayat: 103
b. Dua ikatan dibawahnya melambangkan hubungan antara manusia dengan tuhannya
dan antara sesame manusia. QS Ali Imran ayat 112

4) Warna

a. Warna dasar putih melambangkan kesucian


b. Warna tulisan hijau melambangkan kesuburan c. Warna bintang kuning
menyenangkan orang yang memandangnya QS Al-baqarah ayat:69

9. Makna khittah NU 1926

Adalah landasan berfikir,bersikap,dan bertingkah laku warga NU dalam semua tindak dan
kegiatan serta dalam setiap pengambilan keputusan. Landasan tersebut diambil dari intisari
cita-cita dasar didirikannya NU yakni sebagai wadah pengkhidmatan yang dilandasi niat
beribadah kepada Allah Swt.

10. Empat landasan kebijakan Umum Organisasi NU

a. a Landasan perjuangan Islam Ahlus sunnah waljamaah


b. Landasan idiil Pancasila
c. c.Landasan Konstitusional/UUD 1945
d. Landasan structural organisasi keputusan konferensi besar no 11/KONBES/1408
H/1987M

4
11. Semboyan NU:

‫ال ُمحا فطة على القديم الصالح واألخذ بالجديد األصلح‬

Memelihara tradisi lama yang bernilai baik dan mengadopsi tradisi baru yang lebih baik

12. Dasar-dasar Faham Keagamaan NU

a. Sumber hukum Islam yaitu: Al-Qur'an, Hadits, Ijma' dan qiyas.


b. Mengikuti faham Ahlussunnah wal Jama'ah dan menggunakan pendekatan madzhab.
Di bidang aqidah, NU mengikuti ASWAJA yang dipelopori Imam Abu Hasan al-
Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Di bidang fiqih, NU mengikuti salah
satu madzhab empat yaitu Abu Hanifah an-Nu'man, Imam Malik bin Anas, Imam
Muhammad bin Idris As-Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal. Di bidang Tasawuf
mengikuti imam al-Junaidi al Baghdadi dan imam al-Ghazali serta imam imam yang
lain.
c. Meyakini bahwa Islam adalah agama fitri bersifat menyempurnakan segala kebaikan
yang sudah dimiliki manusia. Menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah ada
dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia, suku maupun bangsa dan
tidak bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut.

13. Sikap Kemasyarakatan NU

a. Sikap Tawassuth (moderat) dan i'tidal, yaitu sikap tengah yang menjunjung tinggi
keadilan dan lurus di tengah- tengah kehidupan bersama
b. Sikap Tasamuh, yaitu sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam
masalah kemasyarakatan dan kebudayaan
c. Sikap Tawazun, yaitu sikap seimbang dalam berkhidmah kepada Allah Swt, sesama
manusia serta lingkungan hidupnya dan menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa
kini dan masa mendatang.
d. Amar Ma'ruf Nahi Munkar yaitu peka untuk mendorong perbuatan baik, berguna dan
bermanfaat bagi kehidupan bersama serta menolak dan mencegah hal yang
menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.

14. Perilaku Warga NU

a. Menjunjung tinggi nilai-nilai/ norma-norma ajaran Islam


b. Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi
c. Menjunjung tinggi sifat keikhlasan, berkhidmah dan berjuang.
d. Menjunjung tinggi persaudaraan (Ukhuwwah), persatuan (ittihad) serta
kasih mengasihi e. Menjunjung tinggi akhlak muliadan kejujuran dalam
berfikir bersikap dan bertindak
e. Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) pada bangsa dan Negara.
f. Menjungjung tinggi nilai amal, kerja, prestasi sebagai bagian dari ibadah
kepada Allah Swt.
g. Menjunjung tinggi ilmu-ilmu pengetahuan serta ahli- ahlinya

5
h. Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang
membawa kemaslahatan bagi manusia
i. Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong memacu dan
mempercepat perkembangan masyarakatnya
j. Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara.

15. Ikhtiyar-ikhtiyar NU dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan berdirinya:

a. Peningkatan silaturrahmi/komunikasi/ relasi antar ulama


b. Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan pengkajian/pendidikan
c. Peningkatan penyiaran Islam, membangun sarana peribadatan dan pelayanan sosial
d. Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui kegiatan yang terarah.

16. Kedudukan Ulama dalam Organisasi NU

Ulama sebagai mata rantai pembawa faham ASWAJA, ditempatkan sebagai pengelola,
pengendali, pengawas dan pembimbing jalanynya organisasi, sedangkan untuk melaksanakan
kegiatannya, NU menempatkan tenaga-tenaga yang sesuai dengan bidangnya.

17. Langkah-langkah Organisasi NU dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara

a. Mengembalikan spirit agama sebagai kebangsaan ruh politik


b. Praktik politik kebangsaan NU sebagai kekuatan moral dan kultural membutuhkan
instrumen yang bersifat struktural
c. NU harus memberikan wahana seluas-luasnya bagi internalisasi Khitthah NU agar
politik kebangsaan NU memiliki akar yang kukuh
d. Upaya pengukuhan nilai NU yang berdaya tawar tinggi dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara.

18. Tantangan besar yang dihadapi bangsa termasuk NU:

a. Globalisasi yang menggerus kemandirian bangsa dalam mengelola segenap potensi


ekonomi dan sumber daya alam, didesain oleh IMF, Bank Dunia, WTO yang katanya
akan membuat bangsa kita setara dengan bangsa-bangsa maju, justru memiskinkan
rakyat Indonesia.
b. Terorisme yang menggerogoti hakikat dan wujud kebangsaan kita yang plural-
humanistik dan cinta perdamaian Terorisme mengendurkan semangal kebersamaan
(Ukhuwwah Wathaniyah) dan membuat bangsa kita saling bertikai atas nama agama
atau identitas golongan.

B. Keterkaitan antara NU dan Aswaja

Adapun salah satu konsep dari pemahaman Aswaja di sini, yaitu tawasuth, tasamuh,
tawazun dan amar ma'ruf nahi munkar. Yang dimaksud tawasuth (moderat) ini, sebuah sikap
keberagamaan yang tidak terjebak terhadap hal-hal yang sifatnya ekstrim. Tasamuh, sebuah
sikap keberagamaan dan kemasyarakatan yang menerima kehidupan sebagai sesuatu yang

6
beragam. Tawazun (seimbang), sebuah keseimbangan sikap keberagamaan dan
kemasyarakatan yang bersedia memperhitungkan berbagai sudut pandang, dan kemudian
mengambil posisi yang seimbang dan proporsional. Amar ma'ruf nahi munkar, mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran .

Dari empat konsep Aswaja di atas, ada pokok yang paling ditekankan bagaimana konsep
Aswaja bisa diaplikasikan dengan baik oleh warga NU. Aswaja sebagai paham keagamaan
yang di dalamnya mempunyai konsep moderat (tawasut), setidaknya harus memandang dan
memperlakukan budaya secara proporsional (wajar). Karena budaya, sebagai kreasi manusia
yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bisa terjamin. Budaya memiliki nilai-
nilai positif yang bisa dipertahankan bagi kebaikan manusia, baik secara personal maupun
sosial.

Dalam hal ini, berlaku sebuah kaidah fikih "al muhafazhah ala al qadim al-shalih wal al-
akhzu bil jadidi al-ashlah", melestarikan kebaikan yang ada dan mengambil sesuatu yang
baru yang lebih baik. Dengan menggunakan kaidah ini,pengikut Aswaja memiliki pegangan
dalam menyikapi budaya. Jadi tidak semuanya budaya itu jelek, selama budaya itu tidak
bertentangan dengan ajaran Islam, dan mengandung kebaikan maka bisa diterima. Bahkan
bisa dipertahankan dan layak untuk diikutinya. Ini sesuai dengan sebauh kaidah fikih, "al-
adah muhakkamah" bahwa budaya atau tradisi (yang baik) bisa menjadi pertimbangan
hukum.

7
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari empat konsep Aswaja di atas, ada pokok yang paling ditekankan bagaimana
konsep Aswaja bisa diaplikasikan dengan baik oleh warga NU. Aswaja sebagai paham
keagamaan yang di dalamnya mempunyai konsep moderat (tawasut), setidaknya harus
memandang dan memperlakukan budaya secara proporsional (wajar). Karena budaya,
sebagai kreasi manusia yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bisa terjamin.
Budaya memiliki nilai-nilai positif yang bisa dipertahankan bagi kebaikan manusia, baik
secara personal maupun sosial.

Dalam hal ini, berlaku sebuah kaidah fikih "al muhafazhah ala al qadim al-shalih wal al-
akhzu bil jadidi al-ashlah", melestarikan kebaikan yang ada dan mengambil sesuatu yang
baru yang lebih baik. Dengan menggunakan kaidah ini,pengikut Aswaja memiliki pegangan
dalam menyikapi budaya. Jadi tidak semuanya budaya itu jelek, selama budaya itu tidak
bertentangan dengan ajaran Islam, dan mengandung kebaikan maka bisa diterima. Bahkan
bisa dipertahankan dan layak untuk diikutinya. Ini sesuai dengan sebauh kaidah fikih, "al-
adah muhakkamah" bahwa budaya atau tradisi (yang baik) bisa menjadi pertimbangan hukum

Anda mungkin juga menyukai