NU dan Aswaja
Oleh kelompok 5
Kelas : HKI A
FAKULTAS SYARI’AH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat dan berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.
Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini.
Makalah berjudul “NU dan Aswaja” ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah
Aswaja.
Kami memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Kami juga
menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan
lebih baik di kesempatan berikutnya.
Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga
dapat menjadi inspirasi bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan......................................................................................1
a. Latar Belakang...................................................................................1
b. Rumusan Masalah..............................................................................1
Bab II Pembahasan......................................................................................2
a. Mengenal Oragniasasi NU.................................................................2
b. Keterkaitan NU dan Aswaja..............................................................6
Bab III Penutup...........................................................................................
a. Kesimpulan........................................................................................
Daftar Pustaka.............................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Aswaja atau ahlu Sunnah wal jamaah adalah satu golongan yang
akan selamat di hari akhir nanti, seperti apa yang di ucapkan rasulullah
SAW bahwa “umat Islam akan terbagi menjadi 73 golongan semuanya di
neraka kecuali satu golongan yaitu golongan ahlu Sunnah wal jamaah”.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian NU
Berawal dari pertemuan para ulama di Surabaya, tanggal 16 Rajab 1344H/ 31 Januari 1926
M membahas tentang munculnya kelompok-kelompok keagamaan yang puritan yang dinilai
oleh para ulama akan mengganggu kerukunan hidup beragama dan melemahkan kehidupan
berbangsa dan bernegara pada saat itu, Makkah sebagai pusat umat Islam telah dikuasai oleh
kelompok aliran Wahabi pada tahun 1920-an, sementara madzhab Aswaja akan disingkirkan
sehingga akan mengancam kerukunan umat Islam sedunia. Akhirnya kalangan pesantren
melakukan pembelaan dengan membentuk Komite Hijaz guna menyuarakan aspirasi
mayoritas umat Islam Indonesia bahkan kaum Muslim sedunia yang menentang beberapa
kebijakan penguasa Jazirah Arab (al- Sa'ud) yang berafiliasi pada madzhab Wahabi. Dan
komite Hijaz ini merupakan embrio lahirnya NU pada tahun 1926.
3. Tujuan berdirinya NU
Bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang
bertaqwa kepada Allah Swt, cerdas, terampil, berakhlak mulia, tentram, adil dan sejahtera.
Melalui serangkaian ikhtiyar yang didasari oleh faham-faham keagamaan yang membentuk
kepribadian khas NU.
2
5. Tokoh-tokoh Pendiri NU
7. Eksistensi NU
a. NU sebagai Jam'iyyah
NU sebagai Jam'iyah diniyah adalah wadah bagi para ulama dan pengikutnya dengan tujuan
untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang
berhaluan Ahlussunnah Wal Jama'ah dan menganut salah satu madzhab yang empat yaitu
madzhab Abu Hanifah an-Nu'man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris As-
Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal serta untuk mempersatukan langkah para ulama dan
pengikutnya dalam melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan
masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat manusia.
a. Lambang NU
Gambar tersebut terdapat bola dunia diikat dengan tali dilingkari oleh lima bintang diatas
garis khatulistiwa dan diantaranya yang terbesar terletak di bagian paling atas sedangkan 4
bintang lainnya terletak dibawah garis khatulistiwa sehingga jumlah seluruhnya 9 bintang
serta terdapat tulisan Nahdlatul Ulama dengan tulisan Arab melintang bola dunia dan
menelusuri garis khatulistiwa lambang tersebut dilukiskan dengan warna putih diatas warna
hijau
3
b. Makna lambang NU
1) Bintang 9
2) Gambar bumi
Bumi mengingatkan kita bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ketanah dan
ahkirnya akan dikelurkan dari tanah dihidupkan kembali pada hari kebangkitan Sebagaimana
firman Allah dalam surat thaha ayat 55. Selain itu bumi melambangkan tempat hidup
kita,tempat kita berjuang, beramal serta berkarya sesuai dengan keahlian masing-masing
a. Tali yang melingkari bumi adalah lambing ukhuwa atau persatuan dan kesatuan yang
kokoh dan kuat QS Ali Imran ayat: 103
b. Dua ikatan dibawahnya melambangkan hubungan antara manusia dengan tuhannya
dan antara sesame manusia. QS Ali Imran ayat 112
4) Warna
Adalah landasan berfikir,bersikap,dan bertingkah laku warga NU dalam semua tindak dan
kegiatan serta dalam setiap pengambilan keputusan. Landasan tersebut diambil dari intisari
cita-cita dasar didirikannya NU yakni sebagai wadah pengkhidmatan yang dilandasi niat
beribadah kepada Allah Swt.
4
11. Semboyan NU:
Memelihara tradisi lama yang bernilai baik dan mengadopsi tradisi baru yang lebih baik
a. Sikap Tawassuth (moderat) dan i'tidal, yaitu sikap tengah yang menjunjung tinggi
keadilan dan lurus di tengah- tengah kehidupan bersama
b. Sikap Tasamuh, yaitu sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam
masalah kemasyarakatan dan kebudayaan
c. Sikap Tawazun, yaitu sikap seimbang dalam berkhidmah kepada Allah Swt, sesama
manusia serta lingkungan hidupnya dan menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa
kini dan masa mendatang.
d. Amar Ma'ruf Nahi Munkar yaitu peka untuk mendorong perbuatan baik, berguna dan
bermanfaat bagi kehidupan bersama serta menolak dan mencegah hal yang
menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.
5
h. Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang
membawa kemaslahatan bagi manusia
i. Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong memacu dan
mempercepat perkembangan masyarakatnya
j. Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Ulama sebagai mata rantai pembawa faham ASWAJA, ditempatkan sebagai pengelola,
pengendali, pengawas dan pembimbing jalanynya organisasi, sedangkan untuk melaksanakan
kegiatannya, NU menempatkan tenaga-tenaga yang sesuai dengan bidangnya.
Adapun salah satu konsep dari pemahaman Aswaja di sini, yaitu tawasuth, tasamuh,
tawazun dan amar ma'ruf nahi munkar. Yang dimaksud tawasuth (moderat) ini, sebuah sikap
keberagamaan yang tidak terjebak terhadap hal-hal yang sifatnya ekstrim. Tasamuh, sebuah
sikap keberagamaan dan kemasyarakatan yang menerima kehidupan sebagai sesuatu yang
6
beragam. Tawazun (seimbang), sebuah keseimbangan sikap keberagamaan dan
kemasyarakatan yang bersedia memperhitungkan berbagai sudut pandang, dan kemudian
mengambil posisi yang seimbang dan proporsional. Amar ma'ruf nahi munkar, mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran .
Dari empat konsep Aswaja di atas, ada pokok yang paling ditekankan bagaimana konsep
Aswaja bisa diaplikasikan dengan baik oleh warga NU. Aswaja sebagai paham keagamaan
yang di dalamnya mempunyai konsep moderat (tawasut), setidaknya harus memandang dan
memperlakukan budaya secara proporsional (wajar). Karena budaya, sebagai kreasi manusia
yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bisa terjamin. Budaya memiliki nilai-
nilai positif yang bisa dipertahankan bagi kebaikan manusia, baik secara personal maupun
sosial.
Dalam hal ini, berlaku sebuah kaidah fikih "al muhafazhah ala al qadim al-shalih wal al-
akhzu bil jadidi al-ashlah", melestarikan kebaikan yang ada dan mengambil sesuatu yang
baru yang lebih baik. Dengan menggunakan kaidah ini,pengikut Aswaja memiliki pegangan
dalam menyikapi budaya. Jadi tidak semuanya budaya itu jelek, selama budaya itu tidak
bertentangan dengan ajaran Islam, dan mengandung kebaikan maka bisa diterima. Bahkan
bisa dipertahankan dan layak untuk diikutinya. Ini sesuai dengan sebauh kaidah fikih, "al-
adah muhakkamah" bahwa budaya atau tradisi (yang baik) bisa menjadi pertimbangan
hukum.
7
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari empat konsep Aswaja di atas, ada pokok yang paling ditekankan bagaimana
konsep Aswaja bisa diaplikasikan dengan baik oleh warga NU. Aswaja sebagai paham
keagamaan yang di dalamnya mempunyai konsep moderat (tawasut), setidaknya harus
memandang dan memperlakukan budaya secara proporsional (wajar). Karena budaya,
sebagai kreasi manusia yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bisa terjamin.
Budaya memiliki nilai-nilai positif yang bisa dipertahankan bagi kebaikan manusia, baik
secara personal maupun sosial.
Dalam hal ini, berlaku sebuah kaidah fikih "al muhafazhah ala al qadim al-shalih wal al-
akhzu bil jadidi al-ashlah", melestarikan kebaikan yang ada dan mengambil sesuatu yang
baru yang lebih baik. Dengan menggunakan kaidah ini,pengikut Aswaja memiliki pegangan
dalam menyikapi budaya. Jadi tidak semuanya budaya itu jelek, selama budaya itu tidak
bertentangan dengan ajaran Islam, dan mengandung kebaikan maka bisa diterima. Bahkan
bisa dipertahankan dan layak untuk diikutinya. Ini sesuai dengan sebauh kaidah fikih, "al-
adah muhakkamah" bahwa budaya atau tradisi (yang baik) bisa menjadi pertimbangan hukum