Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

AHLUSUNNAH WAL JAMAAH dan Ke-NU an

“PROSES KELAHIRAN NAHDLATUL ULAMA”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keaswajaan & Ke-NUan

Yang diampu oleh Dr.H. M. Subhan Ansori, S.Pd.I. M. PdI

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1. Ahmad Makinul A (2254231040)

2. Salma Dinana (2254231012)

3. Wahyu Aditya (2254231030)

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN


FAKULTAS ILMU EKSAKTA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
2022
`
`

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas selesainya


makalah berjudul “Proses Kelahiran Nahdlatul Ulama” ini tepat waktu. Selawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, para
sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah aswaja dan ke
nu-an, dan dalam proses penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini kami
juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Muhammad subhan ansori,S.Pd.I M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
aswaja dan ke nu-an
2. Semua anggota kelompok lima yang mau turut serta membantu pelaksanaan
hingga makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini disusun untuk menjelaskan mengenai “proses kelahiran nahdlatul


ulama”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari sejawat atau para
pembaca mengenai isi makalah ini.

Blitar, 1 Oktober 2022

Penulis
`

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1

1.3 Tujuan Pembahasan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

2.1 Pengertian Nahdlatul Ulama........................................................................................2

2.2 Latar Belakang Berdirinya Nahdlatul Ulama..............................................................3

2.3 Tokoh-Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama......................................................................6

2.4 Bentuk dan Sistem Keorganisasian Nahdlatul Ulama...............................................16

BAB III PENUTUP................................................................................................................18

4.1 Kesimpulan................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
`

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nahdlatul Ulama adalah salah satu organisasi islam terbesar dengan jumlah
anggota yang berbasis massa di bawah kepemimpinan ulama. Sebagai warga Indonesia
khususnya warga NU haruslah mengetahui sejarah Bangsa ini. Bagaimana NU memiliki
peranan yang sangat besar dalam sejarah bangsa ini dalam kemerdekaan Indonesia.
Dengan kita mengetahui sejarah atau proses kelahiran NU maka akan memberikan
semangat penerusnya dalam menjaga marwah dan perjuangan para ulama.

Sejarah perkembangan NU secara luas bisa dibagi dalam tiga fase: periode awal
sebagai organisasi sosial keagamaan, periode kedua ketika berfungsi sebagai partai
politik atau menjadi unsur formal dari sebuah partai, dan terakhir kembali ke aktivitas-
aktivitas social keagamaan. Untuk itu kehadiran NU memiliki peranan yang penting
untuk Indonesia di antaranya melakukan perubahan-perubahan dalam sikap dan
pandangan dunia banyak kalangan Muslim, khususnya dalam beradaptasi dengan
tantangan-tantangan modernisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana latar belakang lahirnya NU ?
2. Kapan tahun berdirinya NU ?
3. Siapa saja tokoh-tokoh pendiri NU ?
4. Bagaimana bentuk dan system keorganisasian NU ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Menjelaskan latar belakang lahirnya NU
2. Mengetahui tahun berdirinya NU
3. Menyebutkan tokoh-tokoh pendiri NU
4. Menjelaskan bentuk dan system keorganisasian NU
`

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nahdlatul Ulama


Nahdlatul Ulama berasal dari kata 'Nahdlah' yang artinya kebangkitan,
kebangunan dan Ulama yang artinya alim ulama, para kiai. Jadi Nahdlatul Ulama itu
kebangkitan ulama atau kebangkitan para kiai. Nahdlatul Ulama adalah sebuah Jam'iyah
Diniyah. Organisasi keagamaan yang didirikan oleh Ulama Pesantren (Aswaja)
Indonesia. Sebuah perkumpulan yang terdiri dari banyak orang untuk mencapai tujuan
tertentu. Anggota NU terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sebutan untuk anggota laki-
laki Nahdlyin dan untuk perempuan Nahdliyat.

Berlakunya ajaran Islam yang menganut paham Ahlussunah wal Jamaah untuk
terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan
umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta merupakan tujuan utama. Di dalamnya
terletak pondasi untuk pijakan tujuan NU yang lebih terperinci. Artinya semua tujuan
yang ditetapkan organisasi NU melalui banyak bidang usaha, program, dan kegiatan.
Faham Islam Ahlussunah wal Jamaah yang dipegang NU adalah faham mayoritas umat
Islam di seluruh penjuru dunia (sawadil a'azham) dari sejak generasi salafus shalih
bersilsilah sanad shahih sampai baginda Nabi Muhammad Saw.

Dari segi bahasa, sanad artinya yang menjadi sandaran, tempat bersandar, arti
yang lain sesuatu yang dapat dipegangi atau dipercaya. Dalam istilah ilmu hadis sanad
ialah rangkaian urutan orang-orang yang menjadi sandaran atau jalan yang
menghubungkan satu hadis atau sunnah sampai pada Nabi Saw. Sanad menurut istilah
ahli hadis yaitu: “Jalan yang menyampaikan kepada matan hadis.” Atau dalam istilah lain
“Mata rantai para periwayat hadis yang menghubungkan sampai ke matan hadis.”
Menerangkan rangkaian urutan sanad suatu hadis disebut isnad. Orang yang
menerangkan sanad suatu hadis disebut musnid. Sedangkan hadis yang diterangkan
dengan menyebutkan sanadnya sehingga sampai kepada Nabi Saw. disebut musnad.
Gerakan NU adalah transformasi sosial membentuk khoiro ummah mabadi khoiro
ummah: ash-shidqu al-amanah Al-adlu At-Taawun Al-Istiqomah.
`

Jadi dapat disimpulkan NU merupakan organisasi keagamaan yang didirikan oleh


para Ulama dan terdiri dari banyak orang untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2 Latar Belakang Berdirinya Nahdlatul Ulama


Setibanya di Tebuireng, santri As’ad (KHR As’ad Syamsul Arifin Situbondo)
menyampaikan tasbih yang dikalungkan oleh dirinya dan mempersilakan KH
Muhammad Hasyim Asy’ari untuk mengambilnya sendiri dari leher As’ad. Bukan bermaksud
As’ad tidak ingin mengambilkannya untuk Kiai Hasyim Asy’ari, melainkan As’ad tidak ingin
menyentuh tasbih sebagai amanah dari KH Cholil Bangkalan kepada Kh.Hasyim Asy’ari.

Sebab itu, tasbih tidak tersentuh sedikit pun oleh tangan As’ad selama berjalan kaki
dari Bangkalan ke Tebuireng. Setelah tasbih diambil, Kiai Hasyim Asy’ari bertanya kepada
As’ad: “Apakah ada pesan lain lagi dari Bangkalan?” Kontan As’ad hanya menjawab: “Ya
Jabbar, Ya Qahhar”, dua asmaul husna tarsebut diulang oleh As’ad hingga tiga kali sesuai
pesan sang guru. Setelah mendengar lantunan itu, Kiai Hasyim Asy’ari kemudian berkata,
“Allah SWT telah memperbolehkan kita untuk mendirikan jam’iyyah” 1. Riwayat tersebut
merupakan salah satu tanda atau petunjuk di antara sejumlah petunjuk berdirinya Nahdlatul
Ulama (NU). Akhir tahun 1925 santri As’ad kembali diutus Mbah Cholil untuk mengantarkan
seuntai tasbih lengkap dengan bacaan Asmaul Husna (Ya Jabbar, Ya Qahhar. Berarti
menyebut nama Tuhan Yang Maha Perkasa) ke tempat yang sama dan ditujukan kepada
orang sama yaitu Mbah Hasyim.

Petunjuk sebelumnya, pada akhir tahun 1924 santri As’ad diminta oleh Mbah Cholil
untuk mengantarkan sebuah tongkat ke Tebuireng. Penyampaian tongkat tersebut disertai
seperangkat ayat Al-Qur’an Surat Thaha ayat 17-23 yang menceritakan Mukjizat Nabi Musa
as. Awalnya, KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) sekitar tahun 1924 menggagas
pendirian Jam’iyyah yang langsung disampaikan kepada Kiai Hasyim Asy’ari untuk meminta
persetujuan. Namun, Kiai Hasyim tidak lantas menyetujui terlebih dahulu sebelum ia
melakukan sholat istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT. Sikap bijaksana dan
kehati-hatian Kiai Hasyim dalam menyambut permintaan Kiai Wahab juga dilandasi oleh
berbagai hal, di antaranya posisi Kiai Hasyim saat itu lebih dikenal sebagai Bapak Umat
Islam Indonesia (Jawa). Kiai Hasyim juga menjadi tempat meminta nasihat bagi para tokoh
pergerakan nasional. Peran kebangsaan yang luas dari Kiai Hasyim Asy’ari itu membuat ide
untuk mendirikan sebuah organisasi harus dikaji secara mendalam. Hasil dari istikharah Kiai

1
(Choirul Anam, 2010:72)
`

Hasyim Asy’ari dikisahkan oleh KH As’ad Syamsul Arifin. Kiai As’ad mengungkapkan,
petunjuk hasil dari istikharah Kiai Hasyim Asy’ari justru tidak jatuh di tangannya untuk
mengambil keputusan, melainkan diterima oleh KH Cholil Bangkalan, yang juga guru Mbah
Hasyim dan Mbah Wahab. Dari petunjuk tersebut, Kiai As’ad yang ketika itu menjadi santri
Mbah Cholil berperan sebagai mediator antara Mbah Cholil dan Mbah Hasyim. Ada dua
petunjuk yang harus dilaksanakan oleh Kiai As’ad sebagai penghubung atau washilah untuk
menyampaikan amanah Mbah Cholil kepada Mbah Hasyim.

Dari proses lahir dan batin yang cukup panjang tersebut menggamabarkan bahwa lika-
liku lahirnya NU  tidak banyak bertumpu pada perangkat formal sebagaimana lazimnya
pembentukan organisasi. NU lahir berdasarkan petunjuk Allah SWT. Terlihat di sini, fungsi
ide dan gagasan tidak terlihat mendominasi. Faktor penentu adalah konfirmasi kepada Allah
SWT melalui ikhtiar lahir dan batin. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa berdirinya NU
merupakan rangkaian panjang dari sejumlah perjuangan. Karena berdirinya NU merupakan
respons dari berbagai problem keagamaan, peneguhan mazhab, serta alasan-alasan
kebangsaan dan sosial-masyarakat.

Digawangi oleh KH Wahab Chasbullah, sebelumnya para kiai pesantren telah


mendirikan organisasi pergerakan Nahdlatul Wathon atau Kebangkitan Tanah Air pada 1916
serta Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918. Kiai Wahab Chasbullah
sebelumnya, yaitu 1914 juga mendirikan kelompok diskusi yang ia beri nama Tashwirul
Afkar atau kawah candradimuka pemikiran, ada juga yang menyebutnya Nahdlatul Fikr atau
kebangkitan pemikiran. Dengan kata lain, NU adalah lanjutan dari komunitas dan organisasi-
organisasi yang telah berdiri sebelumnya, namun dengan cakupan dan segmen yang lebih
luas.

Embrio lahirnya NU juga berangkat dari sejarah pembentukan Komite Hijaz. Problem
keagamaan global yang dihadapi para ulama pesantren ialah ketika Dinasti Saud di Arab
Saudi ingin membongkar makam Nabi Muhammad SAW karena menjadi tujuan ziarah
seluruh Muslim di dunia yang dianggap bid’ah. Selain itu, Raja Saud juga ingin menerapkan
kebijakan untuk menolak praktik bermazhab di wilayah kekuasaannya. Karena ia hanya ingin
menerapkan Wahabi sebagai mazhab resmi kerajaan.Rencana kebijakan tersebut lantas
dibawa ke Muktamar Dunia Islam (Muktamar ‘Alam Islami) di Makkah. Bgai ulama
pesantren, sentimen anti-mazhab yang cenderung puritan dengan berupaya memberangus
`

tradisi dan budaya yang berkembang di dunia Islam menjadi ancaman bagi kemajuan
peradaban Islam itu sendiri.

KH Abdul Wahab Chasbullah bertindak cepat ketika umat Islam yang tergabung


dalam Centraal Comite Al-Islam (CCI)--dibentuk tahun 1921--yang kemudian
bertransformasi menjadi Centraal Comite Chilafat (CCC)—dibentuk tahun 1925--akan
mengirimkan delegasi ke Muktamar Dunia Islam di Makkah tahun 1926. Sebelumnya, CCC
menyelenggarakan Kongres Al-Islam keempat pada 21-27 Agustus 1925 di Yogyakarta.
Dalam forum ini, Kiai Wahab secara cepat menyampaikan pendapatnya menanggapi akan
diselenggarakannya Muktamar Dunia Islam. Usul Kiai Wahab antara lain: “Delegasi CCC
yang akan dikirim ke Muktamar Islam di Makkah harus mendesak Raja Ibnu Sa’ud untuk
melindungi kebebasan bermazhab. Sistem bermazhab yang selama ini berjalan di tanah Hijaz
harus tetap dipertahankan dan diberikan kebebasan”.

Kiai Wahab beberapa kali melakukan pendekatan kepada para tokoh CCC yaitu W.
Wondoamiseno, KH Mas Mansur, dan H.O.S Tjokroamonoto, juga Ahmad Soorkatti. Namun,
diplomasi Kiai Wahab terkait Risalah yang berusaha disampaikannya kepada Raja Ibnu Sa’ud
selalu berkahir dengan kekecewaan karena sikap tidak kooperatif dari para kelompok
modernis tersebut. Hal ini membuat Kiai Wahab akhirnya melakukan langkah strategis
dengan membentuk panitia tersendiri yang kemudian dikenal dengan Komite Hijaz pada
Januari 1926. Pembentukan Komite Hijaz yang akan dikirim ke Muktamar Dunia Islam ini
telah mendapat restu KH Hasyim Asy’ari.Perhitungan sudah matang dan izin dari KH
Hasyim Asy’ari pun telah dikantongi. Maka pada 31 Januari 1926, Komite Hijaz
mengundang ulama terkemuka untuk mengadakan pembicaraan mengenai utusan yang akan
dikirim ke Muktamar di Mekkah. Para ulama dipimpin KH Hasyim Asy’ari datang ke
Kertopaten, Surabaya dan sepakat menunjuk KH Raden Asnawi Kudus sebagai delegasi
Komite Hijaz. Namun setelah KH Raden Asnawi terpilih, timbul pertanyaan siapa atau
institusi apa yang berhak mengirim Kiai Asnawi? Maka lahirlah Jam’iyah Nahdlatul Ulama
(nama ini atas usul KH Mas Alwi bin Abdul Aziz) pada 16 Rajab 1344 H yang bertepatan
dengan 31 Januari 1926 M.

Riwayat-riwayat tersebut berkelindan satu sama lain, yaitu ikhtiar lahir dan batin.
Peristiwa sejarah itu juga membuktikan bahwa NU lahir tidak hanya untuk merespons
kondisi rakyat yang sedang terjajah, problem keagamaan, dan problem sosial di tanah air,
tetapi juga menegakkan warisan-warisan kebudayaan dan peradaban Islam yang telah
`

diperjuangkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Tepat pada 31 Januari 2020,
Nahdlatul Ulama berusia 94 tahun dalam hitungan tahun masehi. Sedangkan pada 16 Rajab
1441 mendatang, NU menginjak umur 97 tahun. Selama hampir satu abad tersebut, NU sejak
awal kelahirannya hingga saat ini telah berhasil memberikan sumbangsih terhadap kehidupan
beragama yang ramah di tengah kemajemukan bangsa Indonesia. Setiap tahun, Harlah NU
diperingati dua kali, 31 Januari dan 16 Rajab.

2.3 Tokoh-Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama


NU berdiri pada 31 Januari 1926 M atau 16 Rajab 1344 H di Surabaya, Jawa Timur.
NU adalah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, keagamaan, ekonomi serta
sosial. Kehadiran organiasi ini menjadi salah satu bentuk upaya bahwa wawasan telah
menjadi lambang dari tradisi keagamaan serta Ahlusunah wal Jamaah. Telah berdiri sejak
lama, NU memiliki peran besar di Indonesia. Lantas, siapakah tokoh pendiri NU yang
memiliki peran besar dalam perkembangan organisasi ini?.2

a. Hadratus syaik Hasyim asy’ari

Nama lengkap Kyai Hasyim adalah Muhammad Hashim bin Ash’ari bin Abdul
Wahid bin Abdul Halim atau yang populer dengan nama pangeran Benawa bin
Abdurrahman yang juga dikenal dengan julukan Jaka Tingkir (Sultah Hadiwijaya) bin
Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fatah bin Maulana Ishak bin Ainul Yaqin yang
populer dengan sebutan Sunan Giri.1Sementara Arkhanaf dan Khuluq menyebutkan
Muhammad Hashim binti Halimah binti Layyinah binti Sihah bin Abdul Jabbar bin
Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir atau juga dikenal
dengan nama Mas Karebet bin Lembu Peteng (Prabu Brawijaya VI). Penyebutan
pertama menunjuk pada silsilah keturunan dari jalur ibu.

Beliau merupakan salah satu tokoh dari sekian banyak ulama’ besar yang pernah
dimiliki oleh bangsa ini. Biografi tentang kehidupan beliaupun sudah banyak ditulis
oleh beberapa kalangan. Muhammad Hasyim itu adalah nama kecil pemberian dari
orang tuanya. Kyai Hasyim dilahirkan dari pasangan kyai Asy’ari dan Halimah pada
hari Selasa Kliwon tanggal 14 Februari tahun 1871 M atau bertepatan dengan 12
Dzulqa’dah tahun 1287 H. Tempat kelahiran beliau berada disekitar 2 kilometer ke arah
utara dari kota Jombang, tepatnya di Pesantren Gedang. Gedang sendiri merupakan

2
Nandy. Gramedia Blog. Siapakah Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama?. Diambil dari Situs :
https://www.gramedia.com/literasi/category/tokoh/
`

salah satu dusun yang menjadi wilayah 1 Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran
KH.M.Hasyim Asy’ari Tentang Ahl Al-Sunnah wa AlJama’ah.Dengan demikian ditilik
dari waktu kelahirannya, beliau dapat dipandang sebagai bagian dari generasi Muslim
paruh akhir abad ke-19.

b. Kh.Abdul Wahid Hayim

KH. Abdul Wahid Hasyim atau lebih dikenal dengan Kiai Wahid lahir di
Kabupaten Jombang, tepatnya di Tebuireng pada 1 Juni 1914. Sama halnya dengan
ayahanda, Kiai Hasyim Asy’ari, beliau juga lahir dan besar di lingkungan pesantren.
Sejak kecil, beliau sudah tekun mempelajari Al-Quran dan mendalami berbagai ilmu
agama lainnya, baru menginjak umur 12 tahun beliau sudah dipercaya ayahnya untuk
mengajarkan kitab Izzi ilmu gramatika Arab kepada adiknya Karim Hasyim. Semasa
kanak, Wahid kecil terkenal sebagai sosok yang pendiam, ramah, dan pandai memikat
orang. Hal inilah yang kelak menjadikannya sebagai sosok yang digemari oleh banyak
kalangan. Menginjak usia 13 tahun, Abdul Wahid barulah memulai pengembaraannya
ke berbagai pesantren di pulau Jawa, akan tetapi itu semua tidak berjalan lama sempat
beberapa kali datang ke berbagai pesantren lalu pulang kembali ke rumahnya. Hal ini
karena kecerdasannya yang begitu luar biasa, sehingga pengembaraan ke banyak
masyayikh di pesantren bertujuan untuk menyambung sanad keilmuan yang telah ia
kuasai. Bagi Wahid belajar otodidak di rumahnya sendiri lebih ia sukai, berbekal
kecerdasannya yang luar biasa itu. Sepak terjang beliau dalam melakukan
pengembaraan menuntut ilmu juga tidak berhenti sampai di situ, seolah mengikuti jejak
ayahanda ditemani KH. M. Ilyas beliau pun juga berangkat ke tanah suci guna
memperdalam lagi wawasan keilmuannya. KH. M. Ilyas jugalah yang mengenalkan
kepada Kiai Wahid baca tulis huruf latin.

Sekitar tahun 1933 Kiai Wahid pulang ke tanah air tercinta, dari sinilah
terobosan-terobosan besar di Pesantren Tebuireng di mulai. Sistem pembelajaran klasik
yang berjalan di Tebuireng, beliau usulkan agar menjadi sistem pembelajaran modern
dengan memasukkan materi pelajaran umum ke pesantren. Hal ini sempat ditolak oleh
Kiai Hasyim karena hal ini nantinya pasti menimbulkan masalah antar sesama pimpinan
pesantren, kendati demikian sang ayah tetap memberikan ruang kepada putra
kesayangan untuk menyalurkan gagasan beraninya.
`

KH. Abdul Wahid Hasyim terkenal akan kecerdasan serta gagasan


pembaharuannya, Ia menjadi salah satu orang yang sangat berjasa bagi berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. 29 April 1945 saat desas-desus kemerdekaan
Indonesia mulai terdengar lantang berdirilah satu lembaga yang merumuskan asas
negara Indonesia BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia).
Kiai Wahid merupakan anggota junior yang tergabung dalam lembaga tersebut, dari
sinilah dibentuknya panitia sembilan guna merumuskan lima dasar negara Indonesia,
Pancasila.

Dari sini pula Kiai Wahid mempunyai jasa besar bagi kesatuan bangsa Indonesia,
yakni penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta tanpa mengurangi esensi yang ada
dalamnya, sehingga lahirlah sila pertama yang mengedepankan kesatuan, yakni
Ketuhanan Yang Maha Esa. Saat Wahid Hasyim berusia 25 tahun, ketika itu beliau
mempersunting perempuan bernama Nyai Solichah, seorang gadis yang merupakan
putri dari KH. Bisri Syansuri, dari pernikahan ini lahirlah tokoh hebat selanjutnya yaitu
Abdurrahman Ad-Dakhil atau akrab disapa Gus Dur Presiden ke-4 Republik Indonesia.

c. KH Zainul Arifin

Ia dikenal sebagai ulama, politis, pejuang 1945, Panglima Hizbullah, dan ketua
DPR-GR (1960-1963). Zainul Arifin lahir sebagai anak tunggal dari pasangan
keturunan raja Barus, Sultan Ramali bin Tuangku Raja Barus Sultan Sahi Alam Pohan
(ayah) dengan bangsawan asal Kotanopan, Mandailing Natal, Siti Baiyah Nasution.
Ketika Zainul masih balita, kedua orang tuanya bercerai dan ia dibawa pindah oleh
ibunya ke Kotanopan, kemudian ke Kerinci, Jambi. Disana ia menyelesaikan Hollands
Indische School (HIS) dan sekolah menengah calon guru, Normal School3.

Zainul Arifin memperdalam pengetahuan agama di madrasah dan surau saat


menjalani pelatihan seni bela diri pencak silat. Ia juga seorang pecinta kesenian yang
aktif dalam kegiatan seni sandiwara musikal Melayu, Stambul Bangsawan sebagai
penyanyi dan pemain biola. Stambul Bangsawan merupakan awal perkembangan seni
panggung sandiwara modern Indonesia. Dalam usia 16 tahun, Zainul merantau ke
Batavia (Jakarta).
3
Alawi, Abdullah. (2019). KH Zainul Arifin, Tokoh NU Keturunan Raja Barus. Diambil dari Situs :
https://www.nu.or.id/tokoh/kh-zainul-arifin-tokoh-nu-keturunan-raja-barus-Dxasm
`

Berbekal ijazah HIS Arifin diterima bekerja di pemerintahan kotapraja kolonial


(Gemeente) sebagai pegawai di Perusahaan Air Minum (PAM) di Pejompongan,
Jakarta Pusat, selama lima tahun. Kemudian memilih bekerja sebagai guru sekolah
dasar dan mendirikan pula balai pendidikan untuk orang dewasa, Perguruan Rakyat, di
kawasan Meester Cornelis (Jatinegara). Zainul juga sering memberi bantuan hukum
bagi masyarakat Betawi yang membutuhkan sebagai tenaga Pokrol Bambu, pengacara
tanpa latar belakang pendidikan Hukum namun menguasai Bahasa Belanda.

Ia aktif kembali dalam kegiatan seni sandiwara musikal tradisional Betawi yang
berasal dari tradisi Melayu, Samrah. Ia mendirikan kelompok Samrah bernama Tonil
Zainul. Dari kegiatan kesenian itu, ia berkenalan dan selanjutnya sangat akrab
bersahabat dengan tokoh perfilman nasional, Djamaluddin Malik. Keduanya
kemudian bergabung dengan Gerakan Pemuda Ansor.

Di GP Ansor, kepiawaian Zainul dalam berpidato, berdebat dan berdakwah


menarik perhatian tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama, organisasi induk Ansor, misalnya
KH Wahid Hasyim, Mahfudz Shiddiq, Muhammad Ilyas, dan Abdullah Ubaid.
Kemudian ia menjadi Ketua Cabang NU Jatinegara dan berikutnya sebagai Ketua
Majelis Konsul NU Batavia hingga datangnya tentara Jepang tahun 1942.

Selama pendudukan Jepang, Zainul ikut mewakili NU dalam Majelis Syuro


Muslimin Indonesia (Masyumi) dan terlibat dalam pembentukan pasukan semi militer
Hizbullah. Ketika Perang Asia Pasifik semakin memanas, Jepang mengizinkan
dibentuknya laskar-laskar semi militer rakyat. Zainul Arifin dipercaya sebagai
Panglima Hizbullah dengan tugas utama mengkoordinasi pelatihan-pelatihan semi
militer di Cibarusa, dekat Bogor. Dalam puncak kesibukan latihan perang guna
mengantisipasi terjadinya Perang Asia Pasifik, Kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 di Jakarta.

Zainul kemudian bertugas mewakili partai Masyumi di Badan Pekerja Komite


Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), cikal bakal DPR-MPR, sambil terus memegang
tampuk pimpinan Hizbullah yang sudah menjelma menjadi pasukan bersenjata.
Selama masa Revolusi, selain mengikuti sidang-sidang BP KNIP yang berpindah-
`

pindah tempat karena kegawatan situasi, ia juga memimpin gerakan-gerakan gerilya


Laskar Hizbullah di Jawa Tengah dan Jawa Timur selama Agresi Militer I dan II.

Setelah Belanda akhirnya mengakui kedaulatan RI akhir tahun 1949, Zainul


Arifin kembali ke Parlemen sebagai wakil Partai Masyumi di DPRS dan kemudian
wakil Partai NU ketika akhirnya partai kiai tradisionalis ini memisahkan diri dari
Masyumi tahun 1952. Setahun sesudahnya, ia berkiprah di lembaga eksekutif dengan
menjabat sebagai wakil perdana menteri (Waperdam) dalam Kabinet Ali
Sastroamijoyo I yang memerintah dua tahun penuh (1953-1955).

Untuk pertama kalinya dalam sejarah NU, tiga jabatan menteri (sebelumnya NU
selalu hanya mendapat jatah satu posisi menteri saja) dijabat tokoh-tokoh NU dengan
Zainul Arifin sebagai tokoh NU pertama menjabat sebagai Waperdam. Kabinet itu
sendiri sukses menyelenggarakan Konfrensi Asia Afrika di Bandung.

Sekembalinya dari sana Zainul merupakan salah satu tokoh penting yang
berhasil menempatkan partai NU ke dalam "tiga besar" pemenang pemilu 1955,
dimana jumlah kursi NU di DPR meningkat dari hanya 8 menjadi 45 kursi.

Pemilu pertama 1955 mengantar Zainul Arifin sebagai anggota Majelis


Konstituante sekaligus wakil ketua DPR sampai kedua lembaga dibubarkan Sukarno
melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Memasuki era Demokrasi Terpimpin itu, ia
bersedia mengetuai DPR Gotong Royong (DPRGR) sebagai upaya partai NU
membendung kekuatan Partai Komunis Indonesia (PKI) di parlemen.

Di tengah meningkatnya suhu politik, pada 14 Mei 1962, saat shalat Idul Adha
di barisan terdepan bersama Sukarno, Zainul tertembak peluru yang diarahkan seorang
pemberontak DI/TII dalam percobaannya membunuh presiden. Zainul Arifin wafat
tanggal 2 Maret 1963 setelah menderita luka bekas tembakan dibahunya selama
sepuluh bulan.

d. KH Zainal Mustofa
`

Zainal Mustofa lahir di Bageur, Cimerah, Singapama Tasikmalaya tahun 1899.


Zainal Mustafa adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia sekaligus pendiri
Nahdlatul Ulama bersama para tokoh lainnya. Zainal Mustofa merupakan sosok
pemimpin dari sebuah pesantren di Tasikmalaya serta pejuang Islam pertama yang
berasal dari Jawa Barat dan yang pertama pula mengdakan pemberontakan kepada
pemerintahan Jepang. Zainal Mustofa memiliki nama kecil yait Hudaemi. Nama kecil
tersebut kemudian berganti usai Zainal Mustofa melaksanakan ibadah haji pada tahun
1927.

Sejak awal, Zainal Mustofa telah memeroleh pendidikan formal di Sekolah


Rakyat. Dalam hal agama, Zainal Mustofa memelajari ilmu agama melalui guru
agama yang ada di kampunya. Kemudian, Zainal Mustofa memiliki kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan agama di pesantren selama kurang lebih 17 tahun, ia belajar
ilmu agama dari satu pesantren ke pesantren lainnya hingga ia mahir dalam bahasa
Arab serta menguasai ilmu agama.

Kemudian ketika melaksanakan ibadah Haji, Zainal Mustofa pun berkesempatan


untuk mengenali para ulama terkemuka hingga bertukar pikiran mengenai ilmu
agama. Usai kembali dari melaksanakan haji tersebut, berkat diskusi pada ulama
terkemuka, Zainal Mustofa kemudian mendirikan sebuah pesantrean di Kampung
Cikembang dengan nama pesantren Sukamanah.

Zainal Mustofa kemudian dikenal sebagai sosok ulama yang vokal dan tegas
melawan para penjajah. Melalui beragam khutbah dan ceramah yang ia hadiri, Zainal
Mustof secara terang-terangan turut membangkitkan semangat nasionalisme dari
rakyat Indonesia untuk menyerang penjajah. Bahkan, tak jarang Zainal Mustofa
diturunkan paksa dari mimbar oleh para ulama yang saat itu pro Belanda. Berkat
jasanya, Zainal Mustofa pun mendapatkan gelar pahlawan yang diberikan oleh
Presiden pada 6 November 1972.

e. KH Idham Chalid

Tokoh pendiri NU kelima adalah KH Idham Chalid, selain tercatat sebagai


pendiri NU Idham Chalid pun juga pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri
`

Indonesia pada Kabinet Djuanda dan Kabinet Ali Sastroamidjojo II. Selain itu, Idham
Chalid pun pernah menjabat sebagai Ketua MPR serta Ketua DPR.

Idham Chalid aktif masuk ke badan-badan perjuangan ketika Jepang telah


kalah dan para sekutu kembali ke Indonesia. Ketika menjelang masa kemerdekaan,
Idham Chalid pun turut aktif sebagai panitia kemerdekaan Indonesia Daerah untuk
Amuntai. Selain itu, Idham Chalid juga turut bergabung dengan beberapa partai yaitu
Persatuan Rakyat Indonesia dan kemudian memutuskan untuk pindah ke partai Serikat
Muslim Indonesia.

Selain aktif ketika menjelang masa-masa kemerdekaan, Idham Chalid juga


memiliki peran ketika perang pada masa kemerdekaan di tahun 1947. Ia bersama
dengan Hasan Basry turut berjuang dalam Sentral Organisasi Pemberontak Indonesia
di Kalimantan.

Usai perang, Idham Chalid kemudian diangkat menjadi anggota Parlemen


Sementera untuk Republik Indonesia dan mewakili Kalimantan. Pada tahun 1950, KH.
Idham Chalid juga terpilih sebagai anggota dari DPRS dan hadir mewakili Masyumi.
namun , pada tahun 1952 ketika Nahdlatul Ulama memisahkan diri dengan Masyumi,
Idham Chalid pun memutuskan untuk bergabung dengan Partai NU.

Selain sukses dengan karir politiknya, Idham Chalid juga memiliki peran
sebagai kia yang diberi amanah sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) pada tahun 1956 hingga 1984. Hingga kini, Idham Chalid masih
menjadi ketua yang paling lama menjabat di NU.

Atas jasa-jasanya, Idham Chalid pun diberi gelar sebagai Pahlawan pada 8
November 2011. Lalu pada 19 Desember 2016, pemerintah mengabadikan Idham
Chalid di pecahan uang kertas rupiah baru dengan nominal pecahan Rp 5 ribu.

f. Kyai Haji Abdul Wahab Hasbullah

KH Abdul Wahab Hasbullah lahir di Jombang, Jawa Timur pada 31 Maret


1888. Ayahnya adalah KH Hasbulloh Said, Pengasuh Pesantren Tambakberas
`

Jombang Jawa Timur, sedangkan Ibundanya bernama Nyai Latifah. dan mempunyai
cicit bernama Rizky Fadlullah.Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah juga seorang
pelopor dalam membuka forum diskusi antar ulama, baik di lingkungan NU,
Muhammadiyah dan organisasi lainnya. Ia belajar di Pesantren Langitan Tuban,
Pesantren Mojosari Nganjuk, Pesantren Tawangsari Sepanjang, belajar pada
Syaikhona R. Muhammad Kholil Bangkalan Madura, dan Pesantren Tebuireng
Jombang di bawah asuhan Hadratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy‘ari. Disamping itu,
Kyai Wahab juga merantau ke Makkah untuk berguru kepada Syaikh Mahfudz at-
Tirmasi dan Syaikh Al-Yamani dengan hasil nilai istimewa4.

(KH Abdul Wahab Chasbullah Kyai Wahab) adalah seorang ulama pendiri
Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang
berpandangan modern, da’wahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat
kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita
Nahdlatul Ulama. Bersama dengan KH Hasyim Asy’ari menghimpun tokoh pesantren
dan keduanya mendirikan Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada tahun 1926.
Kiai Wahab juga berperan membentuk Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Kiai Wahab bersama


Hasyim Asy’ari dari Jombang dan Kiai Abbas dari Cirebon merumuskan Resolusi
Jihad sebagai dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan. Sesudah Hasyim Asy’ari
meninggal dunia, Kiai Wahab menjadi Rais Am NU. Dia meningkatkan dukungan NU
kepada Pemerintah Indonesia dalam memenangi perang melawan Pemerintah
Belanda.

KH. Abdul Wahab Hasbulloh merupakan bapak Pendiri NU Selain itu juga
pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah
Jepang. Ia juga tercatat sebagai anggota DPA bersama Ki Hajar Dewantoro. Tahun
1914 mendirikan kursus bernama “Tashwirul Afkar”. Tahun 1916 mendirikan
Organisasi Pemuda Islam bernama Nahdlatul Wathan, kemudian pada 1926 menjadi
Ketua Tim Komite Hijaz. KH. Abdul Wahab Hasbulloh juga seorang pencetus dasar-
dasar kepemimpinan dalam organisasi NU dengan adanya dua badan, Syuriyah dan
Tanfidziyah sebagai usaha pemersatu kalangan Tua dengan Muda.
4
Muhlasin. (2016). Biografi Abdul Wahab Hasbullah – Pendiri Nahdatul Ulama.
`

KH. A. Wahab Hasbullah adalah pelopor kebebasan berpikir di kalangan Umat


Islam Indonesia, khususnya di lingkungan nahdhiyyin. KH. A. Wahab Hasbullah
merupakan seorang ulama besar Indonesia. Ia merupakan seorang ulama yang
menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan terutama kebebasan berpikir
dan berpendapat. Untuk itu kyai Abdul Wahab Hasbullah membentuk kelompok
diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran) di Surabaya pada 1914.

Mula-mula kelompok ini mengadakan kegiatan dengan peserta yang terbatas.


Tetapi berkat prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat yang diterapkan dan topik-
topik yang dibicarakan mempunyai jangkauan kemasyarakatan yang luas, dalam
waktu singkat kelompok ini menjadi sangat populer dan menarik perhatian di
kalangan pemuda. Banyak tokoh Islam dari berbagai kalangan bertemu dalam forum
itu untuk memperdebatkan dan memecahkan permasalahan pelik yang dianggap
penting.

Tashwirul Afkar tidak hanya menghimpun kaum ulama pesantren. Ia juga


menjadi ajang komunikasi dan forum saling tukar informasi antar tokoh nasional
sekaligus jembatan bagi komunikasi antara generasi muda dan generasi tua. Karena
sifat rekrutmennya yang lebih mementingkan progresivitas berpikir dan bertindak,
maka jelas pula kelompok diskusi ini juga menjadi forum pengkaderan bagi kaum
muda yang gandrung pada pemikiran keilmuan dan dunia politik.

Bersamaan dengan itu, dari rumahnya di Kertopaten, Surabaya, Kyai Abdul


Wahab Hasbullah bersama KH. Mas Mansur menghimpun sejumlah ulama dalam
organisasi Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) yang mendapatkan kedudukan
badan hukumnya pada 1916. Dari organisasi inilah Kyai Abdul Wahab Hasbullah
mendapat kepercayaan dan dukungan penuh dari ulama pesantren yang kurang-lebih
sealiran dengannya. Di antara ulama yang berhimpun itu adalah Kyai Bisri Syansuri
(Denanyar Jombang), Kyai Abdul Halim, (Leimunding Cirebon), Kyai Alwi Abdul
Aziz, Kyai Ma’shum (Lasem) dan Kyai Cholil (Kasingan Rembang). Kebebasan
berpikir dan berpendapat yang dipelopori Kyai Wahab Hasbullah dengan membentuk
Tashwirul Afkar merupakan warisan terpentingnya kepada kaum muslimin Indonesia.
Kyai Wahab telah mencontohkan kepada generasi penerusnya bahwa prinsip
kebebasan berpikir dan berpendapat dapat dijalankan dalam nuansa keberagamaan
`

yang kental. Prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat tidak akan mengurangi ruh
spiritualisme umat beragama dan kadar keimanan seorang muslim. Dengan prinsip
kebebasan berpikir dan berpendapat, kaum muslim justru akan mampu memecahkan
problem sosial kemasyarakatan dengan pisau analisis keislaman.

Pernah suatu ketika Kyai Wahab didatangi seseorang yang meminta fatwa
tentang Qurban yang sebelumnya orang itu datang kepada Kyai Bisri Syansuri.
“Bahwa menurut hukum Fiqih berqurban seekor sapi itu pahalanya hanya untuk tujuh
orang saja”, terang Kyai Bisri. Akan tetapi Si Fulan yang bertanya tadi berharap
anaknya yang masih kecil bisa terakomodir juga. Tentu saja jawaban Kyai Bisri tidak
memuaskan baginya, karena anaknya yang kedelapan tidak bisa ikut menikmati pahala
Qurban. Kemudian oleh Kyai Wahab dicarikan solusi yang logis bagi Si Fulan tadi.
“Untuk anakmu yang kecil tadi belikan seekor kambing untuk dijadikan lompatan ke
punggung sapi”, seru kyai Wahab.

Dari sekelumit cerita di atas tadi, kita mengetahui dengan jelas bahwa seni
berdakwah di masyarakat itu memerlukan cakrawala pemikiran yang luas dan luwes.
Kyai Wahab menggunakan kaidah Ushuliyyah “Maa laa yudraku kulluh, laa yutraku
julluh”, Apa yang tidak bisa diharapkan semuanya janganlah ditinggal sama sekali. Di
sinilah peranan Ushul Fiqih terasa sangat dominan dari Fiqih sendiri.

Dari catatan sejarah berdirinya GP Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul


Ulama (NU). Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis
yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di
bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh dan pembinaan kader. KH. Abdul
Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH. Mas Mansyur yang berhaluan modernis,
akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya
semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam. Dua tahun setelah
perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH. Abdul wshab hasbulloh
–yang kemudian menjadi pendiri NU– membentuk wadah dengan nama Syubbanul
Wathan (Pemuda Tanah Air).
`

Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor
setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU
(PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).

Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab Hasbullah —ulama besar
sekaligus guru besar kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang
diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa
dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO
dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan
semangat perjuangan para Sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut.
Gerakan ANO harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar sahabat Ansor, yakni
sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan
membentengi ajaran Islam.

Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris
belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Baru pada Muktamar NU ke-9 di
Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO
diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU. Dimasukkannya
ANO sebagai salah satu departemen dalam struktur kelembagaan NU berkat
perjuangan kiai-kiai muda seperti KH. Machfudz Siddiq, KH. A. Wahid Hasyim, KH.
Dachlan.

Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah wafat di Jombang pada 29 Desember 1971.
Beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 7 November 2014 oleh Presiden
Joko Widodo bersama dengan Djamin Ginting, Sukarni Kartodiwirjo, dan HR
Muhammad Mangundiprojo.

2.4 Bentuk dan Sistem Keorganisasian Nahdlatul Ulama


Dalam sebuah organisasi tentu diperlukan kepengurusan dan struktur untuk
menjalankan roda organisasi agar berjalan optimal dan berkembang. Nahdlatul Ulama
memiliki struktur kepengurusan dari pusat sampai dengan ranting diantaranya5:

 PBNU ( Pengurus Besar Nahdlatul Ulama berkedudukan di Jakarta, ibu kota negara
5
Bagaimana Sistem Organisasi Nahdlatul Ulama | Kepengurusan dan Struktur. (January 03, 2021).
Jepara. Diambil dari Situs : https://ipnuippnumambak.or.id
`

 PWNU ( Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama ) berkedudukan di provinsi


 PCNU ( Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama ) berkedudukan di kabupaten/kota
 PCINU ( Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama ) berkedudukan di luar negeri
 MWCNU ( Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama ) berkedudukan di kecamatan
 PRNU (Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama ) berkedudukan di desa/kelurahan

Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama berkedudukan di dusun/kelompok


dan atau suatu komunitas sedangkan kepengurusan dalam struktur Nahdlatul Ulama
terdiri dari6:

 Mustasyar tugasnya adalah memberikan nasihat kepada pengurus NU di setiap


tingkatan pengurusnya.
 Syuriah tugasnya adalah membina, mengendalikan, mengawasi dan menentukan
kebijakan NU.
 Tanfidhiyah tugasnya adalah melaksanakan program kerja dan memimpin jalannya
organisasi serta menyampaiakan laporan secara periodik kepada pengurus syuriah.

6
Bagaimana Sistem Organisasi Nahdlatul Ulama | Kepengurusan dan Struktur. (January 03, 2021).
Jepara. Diambil dari Situs : https://ipnuippnumambak.or.id
`

BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sejarah perkembangan NU secara luas bisa dibagi dalam tiga fase: periode awal
sebagai organisasi sosial keagamaan, periode kedua ketika berfungsi sebagai partai
politik atau menjadi unsur formal dari sebuah partai, dan terakhir kembali ke aktivitas-
aktivitas social keagamaan. Untuk itu kehadiran NU memiliki peranan yang penting
untuk Indonesia di antaranya melakukan perubahan-perubahan dalam sikap dan
pandangan dunia banyak kalangan Muslim, khususnya dalam beradaptasi dengan
tantangan-tantangan modernisasi.

Dalam sebuah organisasi tentu diperlukan kepengurusan dan struktur untuk


menjalankan roda organisasi agar berjalan optimal dan berkembang. Nahdlatul Ulama
memiliki struktur kepengurusan dari pusat sampai dengan ranting diantaranya PBNU,
PWNU, PCNU, PCINU, MWCNU, dan PRNU.
`

DAFTAR PUSTAKA

Bagaimana Sistem Organisasi Nahdlatul Ulama | Kepengurusan dan Struktur. (January 03,
2021). Jepara. Diambil dari Situs : https://ipnuippnumambak.or.id

Muhlasin. (2016). Biografi Abdul Wahab Hasbullah – Pendiri Nahdatul Ulama. Diambil dari
Situs : https://www.pcnutulungagung.or.id/

Nandy. Gramedia Blog. Siapakah Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama?. Diambil dari Situs :
https://www.gramedia.com/literasi/category/tokoh/

Alawi, Abdullah. (2019). KH Zainul Arifin, Tokoh NU Keturunan Raja Barus. Diambil dari
Situs : https://www.nu.or.id/tokoh/kh-zainul-arifin-tokoh-nu-keturunan-raja-barus-
Dxasm

Anda mungkin juga menyukai