Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DASAR DASAR PAHAM KEAGAMAAN NU


DOSEN PENGAMPUH : SOLAHHUDIN TANJUNG,M.E

Kelompok : DWI LATIFAH HANUM : (123106014)


NAJLA DWI KARTIKA : (123106004)
SYARIAH NAIBAHO : (123206025 )

FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUMATERA UTARA


TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang ,kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan,rahmat,hidayah ,
dan inayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah DASAR DASAR
PAHAM KEAGAMAAN NU
Makalah DASAR DASAR PAHAM KEAGAMAAN NU ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat mempelancar
pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang DASAR DASAR PAHAM
KEAGAMAAN NU bermanfaat untuk kita semua.

Medan,22 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... i
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A.LATAR BELAKANG ............................................................................................................................. 1
B.RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................................... 1
C.TUJUAN MASALAH ........................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 2
A.DASAR DASAR PAHAM KEAGAMAAN NU ........................................................................................ 2
1.SUMBER HUKUM ISLAM MENURUT NAHDLATUL ULAMA................................................................... 5
A.Al-Qur'an.......................................................................................................................................... 5
B.Hadits ............................................................................................................................................... 6
C.Ijma .................................................................................................................................................. 6
D.Qiyas ................................................................................................................................................ 6
2. PENGERTIAN MAHDZAB ...................................................................................................................... 7
BAB III ...................................................................................................................................................... 9
PENUTUPAN ............................................................................................................................................ 9
A.KESIMPULAN.................................................................................................................................... 9
B.SARAN .............................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSAKA .................................................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Nahdlatul Ulama (NU) memiliki latar belakang keagamaan yang mendasarkan faham
keagamaannya kepada sumber ajaran Islam Alquran, Al Hadits, Al Ijma', dan Al Qiyas dalam
memahami dan. NU juga merupakan organisasi yang memberikan pelayanan terhadap
masyarakat Indonesia, termasuk dalam pendidikan, pelayanan kesehatan, pemberdayaan
ekonomi, dan keagamaan pada masyarakat tradisional atau pedesaan. NU didirikan pada
tanggal 31 Januari 1926 atas nama Nahdlatul Wathan di Surabaya, Jawa Timur, sebagai reaksi
terhadap arus pembaharuan Islam dan situasi kolonialisme. NU memiliki paham Ahlussunah
wal Jama'ah, yang berpegang teguh pada Al-Qur'an, As-Sunnah, serta mempercayai empat
imam mazhab. NU juga menjaga kemurnian dan keutuhan ajaran Islam serta memperjuangkan
kemerdekaan dan kedamaian bangsa Indonesia. Dengan demikian, NU memiliki peran yang
penting dalam memberikan pelayanan dan mendampingi masyarakat dalam memperoleh hak-
haknya dari kekuasaan negara.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari sumber hukum Islam menurut NU
2. Apa itu pengertian Mazhab

C.TUJUAN MASALAH
1. Menjelaskan sumber hukum Islam menurut NU
2. Menjelaskan pengertian Mazhab

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.DASAR DASAR PAHAM KEAGAMAAN NU


Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama’ah,sebuah jalur pikir yang
mengambil jalan tengah ekstrim aqli atau (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skriptualis).
Karena itu sumber pemikiran NU tidak hanya Al-quran,sunnah tetapi juga menggunakan
kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari
pemikiran terdahulu,seperti Abu Hassan, Al-Asy’ari,dan Abu Mansyur Al Maturidi dalam
bidang teologi sementara dalam bidang tasawuf mengembangkan metode Al Ghazali dan
junaid Al-Baghdadi yang mengitegrasikan antara tasawuf dengan syariat.1 Maka selain
mengutamakan dasar paham keagamaannya dari Al-quran dam Sunnah,NU juga
mengembangkan pemikiran pemikiran terdahulu yang telah disebutkan diatas. Menurut Ahmad
Zahro,Nu berdasarkan pemahaman keagamaannya kepasa sumber ajaran islam,yaitu Al-Quran,
Assunnah, Al-Ijma’ dan al-qiyas. 2
Berbeda dengan organisasi-organisasi tradisional lain,NU tidak hanya mengakui sebagai
penganut paham Ahlus-Sunnah Wal-Jama’ah, tetapi juga mengembangkannya secara lebih
komprehensif. Bagi ulama-ulama NU, Aswaja(kependekan dari Ahlus Sunnah Wal-Jamaah)
adalah corak keberagaman umat Islam, baik pemahaman maupun praktik, yang didasarkan atas
tradisionalisme mazhabiyah. Ia merupakan sistem ajaran Islam yang dijajarkan dan
dipraktikkan Nabi dan para Sahabatnya. Untuk merinci lebih jelas rumusan Aswaja, ulama NU
menempatkan kalam sebagai sistem kepercayaan, fikih sebagai norma yang mengatur
kehidupan, serta tasawuf sebagai tuntunan dalam membina akhlak dan mencerahkan rohani,
bukan sebagai ajaran yang terpisah-pisah melainkan sebagai tiga aspek yang menyatu sebagai
ajaran Islam. Ulama NU telah merumuskan paham Aswaja secara lebih konkrit untuk menjadi
pegangan organisasi dan warga Nahdliyin, yakni dalam i’tiqad menganut teologi Al-Asy’ari
dan Al-Maturidi, dalam fikih mengikuti salah satu dari empat Imam Mazhab: Abu Hanafi,
Maliki Ibnu Anas, Muhammad Idris asy-Syafi’i, dan Ahmad Ibnu Hanbal, sedangkan dalam
tasawuf mengikuti ajaran Junaidi al-Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.3

Berdasarkan segi paham keagamaan, dapat dilihat dari jumlah orang mendukung dan
mengikuti paham keagaman NU. Dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani
(2002), yaitu berkisar 48% dan Muslim Santri Indonesia. Suaid Asyari (2009) memperkirakan
ada sekitar 51 juta dari Muslim Santri dapat dikatakan pendukung Indonesia, disebut Muslim
sampai 80 juta atau lebih merupakan paham keagamaannya yang sama dengan paham

1
Situs resmi Nahdlatul Ulama,”PAHAM KEAGAMAAN NU”16 Maret 2014.(online),sumber diakses dari
http://www.nu.or.id/lang,id-phpx//paham keagamaan nu.htm., 14 Maret 2015 dan 5 Agustus 2017.Lihat pula
Asep Saeful Muhtadi,komunikasi politik,pp.27-31.

2
Ahmad Zahro, Tradisi Inteltual NU: Lajnah Bahtsul Masa’il 1926-1999, (Yogyakarta: LKiS, 2004), p. 19.

3
Djohan Effendi, Pembauran Tanpa Membongkar Tradisi, Wacana Keagamaan di Kalangan
Generasi Muda NU Masa Kepemimpinan Gus Dur, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), pp. 103-4.

2
keagamaan NU. Meski demikian, belum tentu juga mereka ini semua mau disebut atau
berafiliasi dengan NU, baik secara keorganisasian maupun gerakan politiknya.4

Dalam perkembangan NU, munculnya gairah baru intelektualisme NU tidak lepas dari
keputusan NU meninggalkan hiruk-pikuk kehidupan politik praktis dengan konsep kembali ke
Khittah 1926 pada tahun 1984. Keputusan itu, seakan menekan warga dan elit NU tidak lagi
disibukkan urusan-urusan politik praktis sehingga mempunyai waktu lebih banyak untuk
memikirkan dan mengola-tumbuhkan peradaban kependidikan. Bahkan, terpilihnya kiai
Achmad Siddiq sebagai Rais ‘Aam Syuriyah dan Abdurahman Wahid sebagai Ketua Umum
Tanfiziyah PB NU pada Muktamar di Situbondo tahun 1984 cukup memengaruhi
perkembangan pemikiran Islam di NU dan mempunyai makna yang strategis untuk terus
menjadikan NU sebagai eksemplar gerakan intelektual, bukan semata-mata sebagai gerakan
politik.5

NU harus memberikan pelayanan yang lebih maksimal dari sekadar pemenuh kebutuhan
warga dan pengikutnya yang semata-mata bersifat sosial-keagamaan, walaupun masih jauh dari
adanya kebulatan pendapat tentang bagaimana kebutuhankebutuhan lain harus didefinisikan.
Sebagian kiai berpikir tentang bagaimanamempermudah atau mengorganisir pelaksanaan haji
secara lebih baik, atau bagaimana membuat orang beriman lebih mudah untuk mengetahui
makanan kemasan yang halal atau haram. Tetapi kebanyakan anggota muda NU lebih berpikir
dalam kerangka keadilan sosial dan pengembangan masyarakat tercerahkan berkemakmuran.6

Tujuan NU sendiri terhadap paham sosial keagamaan yang melekat adalah berlakunya
ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal-Jama’ah dalam rangka mewujudkan
tatanan masyarakat berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat dan tercapainya
rahmat bagi semseta. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, NU melaksanakan usaha-usaha
sebagai berikut:
1) Di bidang agama, NU mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham
Ahlusunnah Wal Jama’ah;
2) Di bidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan, NU mengupayakan terwujudnya
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai
dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang takwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan Negara;

4
Ahmad Asep Hidayat dkk, Studi Islam di Asia Tenggara, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), p. 247.

5
Ibid., p. 251

6
Martin van Bruinessen, NU Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru, (Yogyakarta:
LKiS 1994), p. 140

3
3) Di bidang sosial, NU mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatan,
kemaslahatan dan ketahanan keluarga, dan pendampingan masyarakat yang terpinggirkan
(mutsadl’afin);
4) Di bidang ekonomi, NU mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan
kerja atau usaha untuk kemakmuran yang merata;
5) NU juga mengembangkan usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan pihak dalam dan luar
negeri yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khairah Ummah;
6) NU juga bercita-cita mewujudkan hubungan antar bangsa yang adil, damai, dan manusiawi,
menuntut saling pengertian dan saling memerlukan. Guna mewujudkan semua itu, NU bertekad
mengembangkan ukhuwah Islamiyah, ukuwah Wathoniyah, dan ukhuwah Insaniyah yang
mengemban kepentingan nasional dan internasional dengan berpegang teguh pada prinsip-
prinsip al-ikhlas (ketulusan), al-‘adalah (keadilan), attawassuth (moderasi), at-tawazun
(keseimbangan) dan at-tasamuh (toleransi), dengan tetap menjungjung tinggi semangat yang
melatarbelakangi berdirinya dan prinsipprinsip yang ada dalam Qanun Asasi.7

Dalam rangka mengaplikasikan pemahaman sosial keagamaannya, NU jugamemiliki


tujuan-tujuan tertentu agar menjadi tolak ukur terhadap pemahaman kepada kader-kadernya
dan semua masyarakat untuk menjadikan NU sebagai organisasi tradisional dengan pemikiran,
pemahaman sosial keagamaan yang mengedepankan kemaslahatan umat (li maslahati al-
ummati).8

7
Ibnu Manshur Dalam ADRT NU Tahun 2010, (online) sumber diakses dari
http://www.muslimedianews.com/2013/10/tujuan-nu-berlakunya-ajaran-islam.html. Diakses 14 Maret
2015 dan 5 Agustus 2017

4
1.SUMBER HUKUM ISLAM MENURUT NAHDLATUL ULAMA
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan hubungan al-Qur'an dengan ushul fiqih sangat erat dalam menentukan dasar untuk
menentukan hukum Islam (Dalil utama fiqih). Selain Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam,
juga terdapat hadits, ijma, dan juga qiyas.
Hadits merupakan semua perbuatan, perkataan, ataupun ketetapan Nabi Muhammad.
Sedangkan ijma merupakan sebuah kesepakatan bersama oleh para mujtahid Islam berupa
perbuatan setelah sepeninggal Rasulullah. Qiyas adalah bentuk dalil hukum sistematis yang
diambil dengan mengeluarkan suatu hukum yang serupa dari hukum yang telah ditetapkan oleh
Al-Qur'an dan Sunnah.Al-Qur’an mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi
umat Islam itu sendiri. Begitu juga dengan Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Sebagai sumber hukum
Islam setelah Al-Qur’an, Hadits, Ijma dan Qiyas memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat
penting bagi umat Islam.9

A.Al-Qur'an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad dalam bahasa
Arab yang berisi khitab Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam. Fungsi Al-
Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia. Menurut Ali Syari’ati, petunjuk yang
terkandung dalam Al-Qur’an berupa tiga hal.
-Pertama, petunjuk yang berupa dokrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi
manusia di dalamnya, seperti: petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar syari’at.
-Kedua, petunjuk yang terdapat dalam ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang orang
suci, nabi, kaum, dan sebagainya.
-Ketiga, petunjuk yang berupa mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang
dipelajari. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai kekuatan lain, atau difugsikan lain
oleh umat Islam.
Berdasarkan periodisasi turunnya, maka kandungan umum Al-Qur’an dapat
dikelompokkan ke dalam dua fase, yaitu Fase Makkah, yang bermula dari diangkatnya
Muhammad menjadi Rasul hinga hijrahnya Rasul dan umat Islam ke Madinah. Wahyu yang
turun berhubungan dengan pembangunan ajaran-ajaran agama Islam. Topik topik wahyu yang
turun berdasarkan masalah: tauhid, eksistensi Allah SWT, masalah eskatologis, kisah kisah
umat terdahulu, shalat, dan tantangan bagi orang orang kafir. Fase Madinah, yang dimulai sejak
awal hijriyah hingga wafatnya Rasul, wahyu yang turun berbeda topiknya dengan masa
sebelumnya. Pada fase ini, wahyu yang turun behubungan dengan masalah hukum yang
dibutuhkan guna membangun masyarakat Islam yang baru terbentuk tersebut.

9
Sumber hukum Islam yang Disepakati para Ulama Kamis, 8 Juli 2021 | 11:00 WIB

5
B.Hadits
Hadits adalah peraturan sahabat tentang Rasulullah baik mengenai perkataan,
perbuatan, maupun taqrirnya. Dalam penggunaannya sebagai sumber ijtihad, para ulama
cenderung menganggap Al-Qur’an sebagai satu kesatuan dan hadits sebagai satu kesatuan. Ayat
mana saja boleh ditafsirkan dengan hadits mana saja tanpa memperhatikan unsur waktu dan
keterkaitan antara keduanya.
Di samping itu terdapat ulama yang memandang kedudukan hadits lebih rendah dari
Al-Qur’an. Hal ini berseberangan dengan fungsi hadits sebagai penjelas Al-Qur’an, yang mana
antara penjelas dengan yang dijelaskan harus memiliki hubungan sebab akibat. Oleh karena
itu, pemahaman terhadap fungsi hadits sebagai penjelas Al-Qur’an dalam tataran praktisnya,
bukanlah sesuatu yang mudah. Diperlukan berbagai ilmu pendukung, khususnya aspek historis,
guna melihat keterkaitan antara penjelasan dalam hadits dengan ketentuan dalam Al-Qur’an.
C.Ijma
Ijma berarti 'kesepakatan' atau konsensus dan ketetapan hati untuk melakukan
sesuatu. Mayoritas ulama mendefinisikan ijma sebagai kesepakatan seluruh mujtahid pada
suatu masa terhadap suatu hukum syara’ setelah wafatnya Rasulullah. Fungsi ijmak antara lain:
a. Mengeliminir kesalahan-kesalahan dalam berijtihad, yang mungkin saja terjadi jika ijtihad
dilakukan secara individual saja.
b. Menyatukan pendapat-pendapat yang berbeda melalui kesepakatan yang dicapai, dan
c. Menjamin penafsiran yang tepat atas Al-Qur’an dan keotentikan hadis.
D.Qiyas
Qiyas adalah menganalogikan suatu masalah yang belum ada ketetapan hukumnya
(nash/dalil) dengan masalah yang sudah ada ketetapan hukumnya karena adanya persamaan
‘illat. Menganalogikan diartikan sebagai mempersamakan dua persoalan hukum sekaligus
status hukum di antara keduanya. Dalam pelaksanaanya, qiyas harus memenuhi rukun-rukun
sebagai berikut:
a. Ashl (Maqis alaih): yaitu masalah yang sudah ada ketetapan hukumnya atau sudah ada
nashnya, baik dari Al-Qur’an maupun hadits.
b. Furu’ (Maqis): yaitu masalah yang sedang dicari ketetapan hukumnya.
c. Hukm Ashl: yaitu hukum masalah yang sudah ditetapkan oleh nash.
d. Illat: yaitu sifat yang terdapat dalam ashl, dengan syarat: sifatnya nyata dan dapat dicapai
dengan indera, konkrit tidak berubah, dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Dalam mengambil setiap hukum pastilah ada rujukan atau tempat diambilnya suatu
keputusan, yaitu sumber hukum Islam yang tentunya sumber yang pokok dan utama adalah Al-
Qur’an dan diperjelas oleh hadits.Di samping itu ada pula bermacam macam metode yang
merupakan produk dari penemuan para ulama yang selanjutnya terus mengalami
perkembangan dengan pesat berdasarkan permasalahan yang semakin kompleks. Di antara
metode tersebut adalah ijma, qiyas, istihab, istihsan, urf, dan saddus dzariah.

6
2. PENGERTIAN MAHDZAB
Menurut Bahasa “mazhab” berasal dari shighah mashdar mimy (kata sifat) dan isim
makan(kata yang menunjukkan tempat) yang diambil dari fi’il madhi “dzahaba” yang berarti
“pergi”. Sementara menurut Huzaemah Tahido Yanggo bisa juga berarti al-ra’yu yang artinya
“pendapat”.Sedangkan secara terminologis pengertian mazhab menurut Huzaemah Tahido
Yanggo, adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh imam Mujtahid dalam
memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum Islam. Selanjutnya Imam Mazhab dan
mazhab itu berkembang pengertiannya menjadi kelompok umat Islam yang mengikuti cara
istinbath Imam Mujtahid tertentu atau mengikuti pendapat Imam Mujtahid tentang masalah
hukum Islam.
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud mazhab meliputi dua pengertian
1. Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang Imam Mujtahid dalam
menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan kepada al-Qur‟an dan hadis.
2. Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang hukum suatu
peristiwa yang diambil dari al-Qur‟an dan hadis.Dalam perkembangan mazhab-mazhab fiqih
telah muncul banyak mazhab fiqih. Menurut Ahmad Satori Ismail, para ahli sejarah fiqh telah
berbeda pendapat sekitar bilangan mazhabmazhab. Tidak ada kesepakatan para ahli sejarah
fiqh mengenai berapa jumlah sesungguhnya
-Mazhab-mazhab yang pernah ada.
Namun dari begitu banyak mazhab yang pernah ada, maka hanya beberapa mazhab saja yang
bisa bertahan sampai sekarang. Menurut M. Mustofa Imbabi, mazhab-mazhab yang masih
bertahan sampai sekarang hanya tujuh mazhab saja yaitu : mazhab hanafi, Maliki, Syafii,
Hambali, Zaidiyah, Imamiyah dan Ibadiyah. Adapun mazhab-mazhab lainnya telah tiada.
Sementara Huzaemah Tahido Yanggo mengelompokkan mazhab-mazhab fiqih sebagai
berikut :
1. Ahl al-Sunnah wa al-Jama‟ah
2. Ahl al-Ra‟yi
Kelompok ini dikenal pula dengan Mazhab Hanafi
1. Ahl al-Hadis terdiri atas :
2. Mazhab Maliki
3. Mazhab Syafi‟I
4. Mazhab Hambali
5. Syi‟ah
6. Syi‟ah Zaidiyah
7. Syi‟ah Imamiyah
8. Khawarij
9. Mazhab-mazhab yang telah musnah
10. Mazhab al-Auza‟i
11. Mazhab al-Zhahiry
12.Mazhab al-Thabary
13. Mazhab al-Laitsi

7
Pendapat lainnya juga diungkapkan oleh Thaha Jabir Fayald al-„Ulwani, beliau
menjelaskan bahwa mazhab fiqh yang muncul setelah sahabat dan kibar al-Tabi’in berjumlah
13 aliran. Ketiga belas aliran ini berafiliasi dengan aliran ahlu Sunnah. Namun, tidak semua
aliran itu dapat diketahui dasar-dasar dan metode istinbat hukumnya.10
Adapun di antara pendiri tiga belas aliran itu adalah sebagai berikut :
1. Abu Sa‟id al-Hasan ibn Yasar al-Bashri (w. 110 H.)
2. Abu Hanifah al-Nu‟man ibn Tsabit ibn Zuthi (w. 150 H.)
3. Al-Auza‟i Abu „Amr „Abd Rahman ibn „Amr ibn Muhammad ( w. 157 H.)
4. Sufyan ibn Sa‟id ibn Masruq al-Tsauri (w. 160 H.)
5. Al-Laits ibn Sa‟ad (w. 175 H.)
6. Malik ibn Anas al-Bahi (w. 179 H.)
7. Sufyan ibn Uyainah (w. 198 H.)
8. Muhammad ibn Idris al-Syafi‟i (w. 204 H.)
9. Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal (w. 241 H.)
10. Daud ibn „Ali al-Ashbahani al-Baghdadi (w. 270 H.)
11. Ishaq bin Rahawaih (w. 238 H.)
12. Abu Tsaur Ibrahim ibn Khalid al-Kalabi (w. 240 H.)
13. Ibnu Jarir at-Thabari11

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mazhab-mazhab yang pernah ada
dalam sejarah umat Islam sangat sulit untuk dipastikan berapa bilangannya, untuk itu guna
mengetahui berbagai pandangan mazhab tentang berbagai masalah hukum Islam secara
keseluruhan bukanlah persoalan mudah sebab harus mengkaji dan mencari setiap literatur
berbagai pandangan mazhab-mazhab tersebut.12

10
Romli SA, Muqaranah Mazahib fil Ushul, Jakarta : Gaya Media Pratama, Cet. I, 1999
11
Yanggo, Huzaemah Tahido, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta : Logos, Cet. III,
2003.
12
Yanggo, Huzaemah Tahido, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta : Logos, Cet. III,
2003.

8
BAB III
PENUTUPAN
A.KESIMPULAN
Dasar-dasar hukum Islam menurut NU adalah bahwa sumber hukum Islam terdiri
dari Al-Qur'an, Hadits, Ijma', dan Qiyas, serta Mazhab. Al-Qur'an adalah sumber hukum
utama dalam Islam, sedangkan Hadits adalah sumber hukum kedua yang berisi perkataan,
perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad. Ijma' adalah kesepakatan para ulama tentang
suatu masalah hukum, sedangkan Qiyas adalah analogi atau perbandingan antara suatu
masalah baru dengan masalah yang telah ada sebelumnya. Mazhab adalah salah satu dari
empat aliran hukum Islam yang diakui secara resmi oleh NU, yaitu Mazhab Syafi'i, Mazhab
Hanafi, Mazhab Maliki, dan Mazhab Hambali. Dalam praktiknya, NU mengakui keempat
Mazhab tersebut dan memperbolehkan umat Islam untuk memilih salah satu dari keempat
Mazhab tersebut sebagai pedoman dalam menjalankan ibadah dan muamalah sehari-hari.

B.SARAN
Merealisasikan dan menerapkan hukum-hukum Islam dalam kehidupan akan
membawa manfaat besar bagi manusia. Semua aturan atau hukum yang bersumber dari Allah
Swt. dan Rasul-Nya merupakan suatu aturan yang dapat membawa kemaslahatan hidup di
dunia dan akhirat.

9
DAFTAR PUSAKA

http://www.muslimedianews.com/2013/10/tujuan-nu-berlakunya-ajaran-islam.html.

http://www.nu.or.id/lang,id-phpx//paham

Sumber hukum Islam yang Disepakati para Ulama Kamis, 8 Juli 2021 | 11:00 WIB
Generasi Muda NU Masa Kepemimpinan Gus Dur, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), pp. 103-4.
1
Ahmad Asep Hidayat dkk, Studi Islam di Asia Tenggara, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), p. 247.

10

Anda mungkin juga menyukai