Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KE NU AN

KHITTAH NU

Dosen Pengampu:

LALU SURYA JAGAT, M. Pd.

Di Susun Oleh Kelompok 3

Anggota:

1. Taofik Hidayat (8820123006)

2. Kiswah (8820123005)

3. Eliza safitri (8820123023)

4. Sri Hardina Lestari (8820123024)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS QOMARUL HUDA BADARUDDIN

BAGU

2023/2024

Kata pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan
sehingga makalah teori sastra ini dapat selesai dengan tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada bapak “LALU SURYA JAGAT, M.Pd.” Selaku dosen pengampu mata
kuliah “KE NU AN” yang telah membimbing kami dalam proses pembelajaran. Dan tak lupa
kami mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah membantu pada proses
pengerjaan makalah “ KHITTAH NU “ ini, Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah teori sastra ini.
Daftar isi

Halaman judul .................................................................................................... i

Kata Pengantar ................................................................................................... ii

Daftar isi .............................................................................................................. iii

Bab I Pendahuluan ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang........................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah................................................................................... 3
C. Tujuan ..................................................................................................... 4

Bab II Pembahasan............................................................................................. 5

A. Khittoh Nu................................................................................................ 6
B. Latar Belakang Khittah Nu................................................................... 7
C. Orgensi Khittah Bagi Nu................................................................... 8
D. Butir Butir Khittah Nu

Bab III Penutup...................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wacana pengembalian NU menjadi organisasi sosial keagamaan sebenarnya sudah


muncul sejak tahun 1971, di mana kekuasaan orde baru terus melakukan penekanan dan
peminggiran terhadap NU yang puncaknya terjadi pada muktamar NU tahun 1979.

Isu ini terus menguat sampai kemudian disepakati dalam munas NU di Situbondo
Jawa Timur pada tahun 1983. Pada masa itu terjadi penurunan Charisma K.H. Idham Khalid
yang selama dua dekade (dari tahun 1956) telah memimpin NU, sehingga NU terus
dipinggirkan oleh orde baru dan PB NU tidak bisa berbuat banyak.

Munas Situbondo pada tahun 1983 mempertegas hubungan NU dengan partai


politik. NU berteguh hati untuk keluardari partai politik yaitu PPP dan kembali menjadi
organisasi sosial keagamaan. Hal penting yang perlu dicatat dalam Munas ini adalah sebuah
teks satu alenia yang memuat hubungan NU dan politik.

Hak berpolitik adalah salah satu hak azasi seluruh warga negara, termasuk warga
negara yang menjadi anggota NU, tetapi NU bukan merupakan wadah bagi kegiatan politik
praktis. Penggunaan berpolitik dilakukan menurut ketentuan perundang undangan yang ada
dan dilaksanakan dengan akhlakul karimah sesuai ajaran Islam, sehingga tercipta kebudayaan
politik yang sehat. NU menghargai warga negara yang menggunakan hak politiknya secara
baik, bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu Khittah NU?
2. Apa itu orgensi bagi NU?
3. Apa itu butir-butir khittah?
C. Tujuan
.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Apa itu Khittah NU

2. Apa Itu Orgensi Bagi NU

1. Peran Nahdlatul Ulama dalam Sosial Pemerintahan

Dari dimensi sosial keberadaan Nahdlatul Ulama merupakan upaya peneguhan


kembali semua tradisi keagamaan dan sosial yang sebenarnya
telah melembaga dalam jaringan struktur dan pola kepemimpinan yang mapan.
Lembaga-lembaga pesantren, kiai, santri, dan jamaah yang tersebar di tanah air sebagai
unit komunitas sosial budaya Masyarakat Islam, menjadikan Nahdlatul Ulama tidak
terlalu sulit dalam menyebarkan sayap organisasinya. Hubungan kekerabatan Kiai
sendiri dalam lingkungan pesantren di Jawa sangat membantu penyebaran sampai ke
daerah-daerah. Sifat penyatuan lingkungan itu akan menimbulkan interaksi sosial
antara pesantren dengan penduduk setempat serta membentuk pola kepemimpinan
sosial yang berpusat pada kiai (Haidar, 1998: 83-84).
Nahdlatul Ulama merupakan Organisasi yang lebih menonjolkan sifat Keulamaan
dalam arti kepengurusan Organisasinya terdiri dari kalangan Ulama atau Kiai. Sedang
ulama kiai sendiri umumnya bekerja dibidang pertanian yang menetap, kalaupun
mereka .
Berdagang mobilitas mereka juga kurang intensif seperti umumnya pedagang luar jawa.
Sejak abad lalu Kiai merupakan sisi penting dalam kehidupan tradisional petani di
pedesaan. Keresahan petani akibat tekanan pemerintah kolonial sepanjang abad lalu
menemukan legitimasi perjuangan mereka setelah mendapat ayoman kepemimpinan
ulama melancarkan protes mereka. Harry.
Benda menggambarkan pada masa itu sebagai akibat dari landasan ikatan-ikatan
tradisional, petani semakin mengambang dan disisi lain nilai-nilai priyayi mulai turut di
bawah pengaruh Westernisasi, maka ulama mengambil peran serta menempati posisi
sentral sebagai pusat protes (Haidar, 1998:87).
1. Peran Nahdlatul Ulama dalam Politik
Perjalanan Nahdlatul Ulama yang awalnya banyak bernafaskan politik praktis,
kemudian berganti haluan dengan menitik beratkan pada aktifitas Sosial keagamaan.
Semangat paling awal Itu adalah semangat melakukan aktivitas-aktivitas sosial
keagamaan dalam upaya mengangkat harkat dan martabat umat Islam, khususnya
warga Nahdlatul Ulama sendiri yang pada waktu itu berdirinya dikenal masih berada
dalam kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Seperti tradisi yang sudah
berjalan ratusan tahun yang lalu, kegiatan-kegiatan sosial keagamaan banyak
diperankan para ulama ditengah-tengah masyarakat.
Mereka menghabiskan waktunya untuk membimbing umat agar menjadi manusia
yang selamat dunia dan akhirat. Mereka Juga yang menjadi panutan bagi Nahdlatul
Ulama dan memilki kedudukan paling menentukan didalam Organisasi yang
didirikanya ini sebagaimana terealisasi pada masa-masa awal, baik secara legal formal
maupun dalam prakteknya (Qomar, 2002:143).
Dari dimensi politik Nahdlatul Ulama secara historis dalam masyarakat
Indonesia pasca kolonial adalah keberadaan organisasi kemasyarakatan keagamaan.
Dalam perkembangannya semenjak didirikan pada tahun 1926 sampai hari ini,
organisasi tersebut senantiasa tidak pernah lepas dari keterlibatan dalam proses politik
baik langsung maupun tidak. Keberadaan Nahdlatul Ulama sebagai parpol mulai
Tahun 1952 sampai dengan fungsi partai-partai Islam dalam PPP pada tahun 1973
menunjukan sebuah rentetan pengalaman panjang dalam percaturan politik Indonesia
dengan segala dinamika dan pasang surutnya (Dharwis, 1994:135).
A. Apa butir butir khittah
Butir butir khittoh NU maksudnya nilai nilai yang terkandung dalam keputusan
Khittah Nu.Butir butir khittah NU meliputi bidang.

1.paham ke agamaan

Sumber-sumber hukum Islam dalam masalah keimanan (Tauhid) NU mengikuti


paham Ahlussunnah Waljamaah dengan berpedoman pada dua Ulama besar dibidang ilmu
kalam yaitu Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Almaturidi. Karena paham ini oleh
para ulama NU diyakini sebagai paham yang paling tengah (moderat), dilengkapi dengan
literatur yang lengkap dan sistematis juga sudah lama mengakar pada sebagaian besar
umat Islam Indonesia.

Dalam masalah fiqih, NU mengikuti salah satu madzab empat yaitu:

a. Imam Muhammad Idris As-Syafi’i (madzab imam Syafi’i)

b. Imam Malik bin Anas (madzab imam Maliki)

C. Imam Ahmad Bin Hambal (madzab imam Hambali)

d. Imam Abu Hanifah (madzab imam Hanafi)

Dari keempat madzab tersebut warga NU mengikuti madazb Imam Syafi’i dengan tetap
menghormati madzab yang lain. Karena pahamnya moderat, ditunjang dengan literatur yang
lengakap dan sistematis, dapat dipertanggung jawabkan, sesuai dengan kondisi riil
masyarakat Indonesia.

Bidang Akhlak dan Tasawuf, NU mengikuti ajaran Imam Ghazali dan Imam Junaid al-
Baghdadi. Karena keduanya selaras dengan ajaran Ahlussunah Waljamaah. Meskipun
demikian dimungkinkan warga NU tetap kritis dalam mengikuti suatu madzab dan
menghargai pendapat madzab yang lain.

Bidang ijtihad, NU mengikuti hukum yang sudah jelas dan pasti yang tercantum di dalam
Alquran dan Hadis. Sedangkan masalah-masalah yang belum jelas dan pasti keterangan
hukumnya maka dilakukan ijtihad, yaitu pengerahan daya pikir untuk menentukan suatu
hukum. Hanya mereka yang memenuhi syarat ijtihad yang diperbolehkan melakukan ijtihad.
BAB III

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai