Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ”Berdirinya
Nahdlatul Ulama”. Penulisan Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pengantar Informatika. Penyusunan Makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan
bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan
bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun dan bermafaat dari para
pembaca sangat penulis harapkan guna sempurnaannya makalah ini.
Ahmad
1
DAFTAR ISI
2
BABI
PENDAHULUAN
B. Tujuan
1. Mengetahui biografi sejarah singkat NU
2. Untuk mengetahui pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari
3. Untuk menelusuri sejauh mana perkembangan K.H. Hasyim Asy’ari dan NU
4. Mencari tahu tentang apa itu Aswaja ( Ahlusunnah Waljama’ah )
5. Untuk mengetahui Karya-karya K.H. Hasyim Asy’ari
6. Untuk Mengetahui Tokoh-Tokoh NU
C. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
Nahdlatul ‘Ulama adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama dengan tujuan
memelihara tetap tegaknya ajaran Islam Ahlussunah wal Jama’ah di Indonesia. Dengan
demikian antara NU dan Aswaja ( ahlussunah waljama’ah) mempunyai hubungan yang tidak
dapat dipisahkan, NU sebagai organisasi / Jam‘iyyah merupakan alat untuk menegakkan
Aswaja dan Aswaja merupakan aqidah pokok Nahdlatul ‘Ulama.
‘Ulama secara lughowi (etimologis / kebahasaan) berarti orang yang pandai, dalam hal ini
ilmu agama Islam. Begitu berharganya seorang Ulama, sampai Nabi pernah bersabda yang
artinya : “Ulama itu pewaris Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dirham atau
dinar, melainkan hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya maka ia telah
mengambil bagian yang cukup banyak”.
Adapun maksud perkumpulan ini yaitu : Memegang dengan teguh pada salah satu dari
mazhab Imam Empat, yaitu: Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, Imam Malik bin Anas,
Imam Abu Hanifah an Nu’man atau Imam Ahmad bin Hambal, dan mengerjakan apa saja
yang menjadikan kemaslahatan agama Islam.”
4
Di Indonesia, seorang ‘Ulama diidentikkan atau biasa disebut “Kyai” yang berarti orang
yang sangat dihormati. Agar tidak gampang memperoleh gelar “Ulama” atau “Kyai”, maka
ada 3 kriteria yaitu :
Norma pokok yang harus dimiliki oleh seorang ‘Ulama adalah ketaqwaan kepada
Allah SWT.
Seorang Ulama mempunyai tugas utama mewarisi misi (risalah) Rasulullah SAW,
meliputi : ucapan, ilmu, ajaran, perbuatan, tingkah laku, mental dan moralnya.
Seorang Ulama memiliki tauladan dalam kehidupan sehari – hari seperti : tekun
beribadah, tidak cinta dunia, peka terhadap permasalahan dan kepentingan umat &
mengabdikan hidupnya di jalan Allah SWT.
K.H. Hasyim Asy’ari yang lahir di Pondok Nggedang, Jombang, Jawa Timur, 10 April
1875 tidak lepas dari nenek moyangnya yang secara turun-temurun memimpin pesantren.
Ayahnya bernama Kiai Asy’ari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan
Jombang. Kakeknya, Kiai Ustman, terkenal sebagai pemimpin Pesantren Gedang, yang
santrinya berasal dari seluruh Jawa, pada akhir abad 19. Ayah kakeknya, Kiai Sihah, adalah
pendiri Pesantren Tambakberas di Jombang.
Sejak kecil hingga berusia empat belas tahun, putra ketiga dari 11 bersaudara ini
mendapat pendidikan langsung dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman. Hasratnya yang besar
untuk menuntut ilmu mendorongnya belajar lebih giat dan rajin. Tak puas dengan ilmu yang
diterimanya, sejak usia 15 tahun, ia berkelana dari satu pesantren ke pesantren lain; mulai
menjadi santri di Pesantren Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren
Trenggilis (Semarang), dan Pesantren Siwalan, Panji (Sidoarjo).
Pada tahun 1892, Kiai Hasyim Asy’ari menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu di
Makkah. Di sana ia berguru kepada Syaikh Ahmad Khatib dan Syaikh Mahfudh at-Tarmisi,
gurunya di bidang hadis.
Dalam perjalanan pulang ke Tanah Air, ia singgah di Johor, Malaysia, dan mengajar di
sana. Pulang ke Indonesia tahun 1899, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan pesantren di
Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada Abad 20. Sejak
tahun 1900, Kiai Hasyim Asy’ari memosisikan Pesantren Tebuireng sebagai pusat pembaruan
bagi pengajaran Islam tradisional. Di pesantren itu bukan hanya ilmu agama yang diajarkan,
tetapi juga pengetahuan umum. Para santri belajar membaca huruf latin, menulis dan
membaca buku-buku yang berisi pengetahuan umum, berorganisasi dan berpidato.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, Kiai Hasyim
Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini
berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy’ari pun semakin besar
dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan
dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Cikal-bakal berdirinya perkumpulan para ulama yang kemudian menjelma menjadi
Nahdhatul Ulama (Kebangkitan Ulama) tidak terlepas dari sejarah Khilafah. Ketika itu,
tanggal 3 Maret 1924, Majelis Nasional yang bersidang di Ankara mengambil keputusan,
“Khalifah telah berakhir tugas-tugasnya. Khilafah telah dihapuskan karena Khilafah,
pemerintahan dan republik, semuanya menjadi satu gabungan dalam berbagai pengertian dan
konsepnya.”
5
(1) Adab Al-‘Alim wa Al-Muta’allimin, (2) Ziyadat Ta’liqat, (3) Al-Tanbihat Al-Wajibat
Liman, (4) Al-Risalat Al-Jami’at, (5) An-Nur Al-Mubin fi Mahabbah Sayyid Al-Mursalin,
(6) Hasyiyah ‘Ala Fath Al-Rahman bi Syarh Risalat Al-Wali Ruslan li Syekh Al-Isam
Zakariya Al-Anshari, (7) Al-Durr Al-Muntatsirah fi Al-Masail Al-Tis’i Asyrat, (8) Al-Tibyan
Al-Nahy’an Muqathi’ah Al-Ikhwan, (9) Al-Risalat Al-Tauhidiyah, (10) Al-
Qalaid fi Bayan ma Yajib min Al-‘Aqaid.
Kitab ada Al-‘Alim wa Al-Muta’allimin merupakan kitab yang berisi tentang konsep
pendidikan. Kitab ini selesai disusun hari Ahad pada tanggal 22 Jumadi Al-Tsani tahun 1343.
K. H. Hasyim Asy’ari menulis kitab ini didasari oleh kesadaran akan perlunya literatur yang
membahas tentang etika (adab) dalam mencari ilmu pengetahuan. Menuntut ilmu merupakan
pekerjaan agama yang sangat luhur sehingga orang yang mencarinya harus memperlihatkan
etika-etika yang luhur pula
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
-Dari materi-materi yang sudah disampaikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) Didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926).
Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar,
-Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli
(skripturalis), Jumlah warga Nahdlatul Ulama atau basis pendukungnya diperkirakan
mencapai lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi.
-Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah
yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal-Jamaah dan pada
umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat
pendidikan rakyat dan cagar budaya NU
-Untuk dapat memahami tentang isi makalah kami, kami petik dari inti sari pemakalah yaitu :
a. Biografi sejarah singkat NU
b. Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang NU baik bidang pendidikan & sosial
c. Perkembangan politik K.H. Hasyim Asy’ari dan NU
d. Pengertian Aswaja ( Ahlusunnah Waljama’ah ) perkembangan dan pertumbuhannya
e. Karya-karya yang dihasilkan K.H. Hasyim Asy’ari
f. tokoh-tokoh pendiri NU
B. Saran-saran
Perlu adanya bimbingan khusus untuk masyarakat pada umunya dan pelajar maupun
mahasiswa pada khususnya untuk lebih mempelajari seluk beluk mauapun sejarah tentang
Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, peran tokoh masyarakat yang mendukung untuk lebih
meningkatkan NU di mata masyarakat.
7
DAFTRA PUSTAKA