Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ”Berdirinya
Nahdlatul Ulama”. Penulisan Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pengantar Informatika. Penyusunan Makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan
bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada :

1. P. Bambang, M.Kom selaku dosen pembimbing kami,


2. Kedua Orang tua kami yang tercinta yang telah memberikan dukungan hingga
terselesaikannya makalah ini,

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan
bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun dan bermafaat dari para
pembaca sangat penulis harapkan guna sempurnaannya makalah ini.

Paiton, 02 Mei 2017


Penyusun

Ahmad

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BABI........................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 3
B. Tujuan ............................................................................................................. 3
C. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN...................................................................................................... 4
A. Pengertian Ahlussunah waljama’ah ( NU ) .................................................... 4
B. Sejarah pertumbuhan Ahlussunah Waljama’ah (NU) .................................... 4
C. K.H. Hasyim Asy’ari dan NU ........................................................................ 5
D. Karya-Karya K.H. Hasyim Asy’ari ................................................................. 5
E. Tokoh – tokoh Pendiri ( NU ) ......................................................................... 6
BAB III .................................................................................................................... 7
PENUTUP ............................................................................................................... 7
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 7
B. Saran-saran ...................................................................................................... 7
DAFTRA PUSTAKA .............................................................................................. 8

2
BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Nahdatul ‘ulama sebagai organisasi keagamaan (Jam’iyah Islamiyah) besar, malah
mungkin “terbesar” dalam anggotanya di indonesia, sejak berdirinya pada tanggal 31 Januari
1926 M telah menyatakan diri sebagai organisasi Islam berhaluan “Ahlussunnah
wal Jama’ah”, yang dalam aqidah mengikuti aliran Asy’ariyah-Maturidiyah, dalam syari’ah
fiqih mengikuti salah satu madzab empat Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali, dan dalam
Tashawuf mengikuti AL-Junaidi dan Al-Ghazali. Disamping itu, dalam mukhtamar NU di
Situbondo 1994, dirumuskan watak dan karakter NU sebagai organisasi (Jam’iyah) dan
komunitas NU (Jama’ah), mempunyai sikap kemasyarakatan dan budaya (sosio-kultural)
yang Tawassuth (moderat), Tasamuh (toleran), dan Tawazun (harmoni). Kepemimpinan NU
selama ini dipercayakan kepada para Ulama yang dipandang memiliki dimensi kepemimpinan
yang memadai, yakni dimensi kepemimpinan ilmiah, kepemimpinan sosial, kepemimpinan
spiritual dan kepemimpinan administratif. Organisasi NU ini sejak dulu mempunyai
kepedulian terhadap kehidupan bangsa dan negara (politik), dan partisipasinya dalam masalah
berbangsa dan bernegara tersebut telah diwujudkan dengan berbgai macam manifestasi
politik, mulai dari gerakan kebangsaan, perang merebut kemerdekaan, masuk dalam
pemerintahan menjadi partai politik dan aktifitas politik praktis lainnya. Sampai menjadi
kekuatan moral bangsa yang ikut mempengaruhi warna politik nasional. Semua sikap, prilaku
dan kiprah, serta perannya dalam semua hal tersebut ternyata tidak terlepas dari akar dan
nilai-nilai teologis ysng diyakini dan norma-norma syariah yang dijunjung tinggi, serta
kesadaran sepiritual/rohaniah yang dihayati, yakni keyakinan ahlussunnah wal jama’ah, serta
doktrin-doktrin dan metodologi pemahamannya. Visi kejam’iyahan dan kejama’ahan ini
kiranya tidak di ambil secara kebetulan, tetapi karena kesadaran dan pertimbangan obyektif,
bahwa NU didirikan untuk kemaslahatan bangsa indonesia yang dipluralistik (majemuk) baik
dalam keagamaan, kesukuan, kedaerahan maupun kebudayaannya. NU merasa membawa
missi keislamannya sebagai rahmat bagi kehidupan semesta (rahmatan li al’alamin).

B. Tujuan
1. Mengetahui biografi sejarah singkat NU
2. Untuk mengetahui pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari
3. Untuk menelusuri sejauh mana perkembangan K.H. Hasyim Asy’ari dan NU
4. Mencari tahu tentang apa itu Aswaja ( Ahlusunnah Waljama’ah )
5. Untuk mengetahui Karya-karya K.H. Hasyim Asy’ari
6. Untuk Mengetahui Tokoh-Tokoh NU

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah singkat NU ?


2. Apa saja yang dihasilkan pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari?
3. Sudah sejauh mana perkembangan K.H. Hasyim Asy’ari dan NU?
4. Apa itu pengertian Aswaja ( Ahlusunnah Waljama’ah )?
5. Apa saja karya-karya yang dihasilkan K.H. Hasyim Asy’ari?
6. Siapa sajakah tokoh-tokoh pendiri NU?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ahlussunah waljama’ah ( NU )


1. Pengertian Ahlussunah Waljama’ah secara bahasa
 Ahlun : keluarga, golongan atau pengikut.
 Ahlussunnah : orang – orang yang mengikuti sunnah (perkataan, pemikiran atau amal
perbuatan Nabi Muhammad SAW.)
 Wal Jama’ah : Mayoritas ulama dan jama’ah umat Islam pengikut sunnah Rasul.
Dengan demikian secara bahasa /aswaja berarti orang – orang atau mayoritas para ‘Ulama
atau umat Islam yang mengikuti sunnah Rasul dan para Sahabat atau para ‘Ulama.
2. Secara Istilah
Berarti golongan umat Islam yang dalam bidang Tauhid menganut pemikiran Imam
Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi, sedangkan dalam bidang ilmu fiqih
menganut Imam Madzhab 4 (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) serta dalam bidang tasawuf
menganut pada Imam Al Ghazali dan Imam Junaid al Baghdadi.
Nahdlatul Ulama sebagai Jamiyyah Diniyyah Islamiyyah berakidah Islam menurut
faham Ahlussunnah wal Jamā’ah mengikuti salah satu madzhab empat : Hanafi, Maliki,
Syafi’i dan Hambali. Perubahan-perubahan anggaran dasar di atas bukanlah soal yang penting
untuk menilai pokok faham keagamaan NU. Bahkan boleh dikatakan apa yang tertuang dalam
anggaran dasar hanyalah aspek formal dari kehidupan keagamaan NU, namun di balik
formalitas itu terdapat warna yang sebenarnya dari sifat dan corak gerakan yang menjadi inti
pokok kehidupan keagamaan NU.
Jika dilihat dari anggaran dasar NU di atas, tampak jelas bahwa faham Ahlussunah wa
al-Jama'ah merupakan sistem nilai yang mendasari semua prilaku dan keputusan yang berlaku
di NU. Oleh karena itu, paham ahlussunah waljama’ah (aswaja) tidak hanya dijadikan
landasan dalam kehidupan keagamaan NU, namun merupakan landasan moral dalam
kehidupan sosial politik. Dalam hal ini, ada empat prinsip yang menjadi landasan dalam
kehidupan kemasyarakatan bagi NU yaitu :
1. Tawasuth
2. Tasamuh
3. Tawazun
4. Amar ma’ruf nahi munkar.

B. Sejarah pertumbuhan Ahlussunah Waljama’ah (NU)

Nahdlatul ‘Ulama adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama dengan tujuan
memelihara tetap tegaknya ajaran Islam Ahlussunah wal Jama’ah di Indonesia. Dengan
demikian antara NU dan Aswaja ( ahlussunah waljama’ah) mempunyai hubungan yang tidak
dapat dipisahkan, NU sebagai organisasi / Jam‘iyyah merupakan alat untuk menegakkan
Aswaja dan Aswaja merupakan aqidah pokok Nahdlatul ‘Ulama.
‘Ulama secara lughowi (etimologis / kebahasaan) berarti orang yang pandai, dalam hal ini
ilmu agama Islam. Begitu berharganya seorang Ulama, sampai Nabi pernah bersabda yang
artinya : “Ulama itu pewaris Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dirham atau
dinar, melainkan hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya maka ia telah
mengambil bagian yang cukup banyak”.
Adapun maksud perkumpulan ini yaitu : Memegang dengan teguh pada salah satu dari
mazhab Imam Empat, yaitu: Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, Imam Malik bin Anas,
Imam Abu Hanifah an Nu’man atau Imam Ahmad bin Hambal, dan mengerjakan apa saja
yang menjadikan kemaslahatan agama Islam.”
4
Di Indonesia, seorang ‘Ulama diidentikkan atau biasa disebut “Kyai” yang berarti orang
yang sangat dihormati. Agar tidak gampang memperoleh gelar “Ulama” atau “Kyai”, maka
ada 3 kriteria yaitu :
 Norma pokok yang harus dimiliki oleh seorang ‘Ulama adalah ketaqwaan kepada
Allah SWT.
 Seorang Ulama mempunyai tugas utama mewarisi misi (risalah) Rasulullah SAW,
meliputi : ucapan, ilmu, ajaran, perbuatan, tingkah laku, mental dan moralnya.
 Seorang Ulama memiliki tauladan dalam kehidupan sehari – hari seperti : tekun
beribadah, tidak cinta dunia, peka terhadap permasalahan dan kepentingan umat &
mengabdikan hidupnya di jalan Allah SWT.

C. K.H. Hasyim Asy’ari dan NU

K.H. Hasyim Asy’ari yang lahir di Pondok Nggedang, Jombang, Jawa Timur, 10 April
1875 tidak lepas dari nenek moyangnya yang secara turun-temurun memimpin pesantren.
Ayahnya bernama Kiai Asy’ari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan
Jombang. Kakeknya, Kiai Ustman, terkenal sebagai pemimpin Pesantren Gedang, yang
santrinya berasal dari seluruh Jawa, pada akhir abad 19. Ayah kakeknya, Kiai Sihah, adalah
pendiri Pesantren Tambakberas di Jombang.
Sejak kecil hingga berusia empat belas tahun, putra ketiga dari 11 bersaudara ini
mendapat pendidikan langsung dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman. Hasratnya yang besar
untuk menuntut ilmu mendorongnya belajar lebih giat dan rajin. Tak puas dengan ilmu yang
diterimanya, sejak usia 15 tahun, ia berkelana dari satu pesantren ke pesantren lain; mulai
menjadi santri di Pesantren Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren
Trenggilis (Semarang), dan Pesantren Siwalan, Panji (Sidoarjo).
Pada tahun 1892, Kiai Hasyim Asy’ari menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu di
Makkah. Di sana ia berguru kepada Syaikh Ahmad Khatib dan Syaikh Mahfudh at-Tarmisi,
gurunya di bidang hadis.
Dalam perjalanan pulang ke Tanah Air, ia singgah di Johor, Malaysia, dan mengajar di
sana. Pulang ke Indonesia tahun 1899, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan pesantren di
Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada Abad 20. Sejak
tahun 1900, Kiai Hasyim Asy’ari memosisikan Pesantren Tebuireng sebagai pusat pembaruan
bagi pengajaran Islam tradisional. Di pesantren itu bukan hanya ilmu agama yang diajarkan,
tetapi juga pengetahuan umum. Para santri belajar membaca huruf latin, menulis dan
membaca buku-buku yang berisi pengetahuan umum, berorganisasi dan berpidato.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, Kiai Hasyim
Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini
berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy’ari pun semakin besar
dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan
dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Cikal-bakal berdirinya perkumpulan para ulama yang kemudian menjelma menjadi
Nahdhatul Ulama (Kebangkitan Ulama) tidak terlepas dari sejarah Khilafah. Ketika itu,
tanggal 3 Maret 1924, Majelis Nasional yang bersidang di Ankara mengambil keputusan,
“Khalifah telah berakhir tugas-tugasnya. Khilafah telah dihapuskan karena Khilafah,
pemerintahan dan republik, semuanya menjadi satu gabungan dalam berbagai pengertian dan
konsepnya.”

D. Karya-Karya K.H. Hasyim Asy’ari


“Karya-karya tulis K. H. Hasyim Asy’ari yang terkenal adalah sebagai berikut”:

5
(1) Adab Al-‘Alim wa Al-Muta’allimin, (2) Ziyadat Ta’liqat, (3) Al-Tanbihat Al-Wajibat
Liman, (4) Al-Risalat Al-Jami’at, (5) An-Nur Al-Mubin fi Mahabbah Sayyid Al-Mursalin,
(6) Hasyiyah ‘Ala Fath Al-Rahman bi Syarh Risalat Al-Wali Ruslan li Syekh Al-Isam
Zakariya Al-Anshari, (7) Al-Durr Al-Muntatsirah fi Al-Masail Al-Tis’i Asyrat, (8) Al-Tibyan
Al-Nahy’an Muqathi’ah Al-Ikhwan, (9) Al-Risalat Al-Tauhidiyah, (10) Al-
Qalaid fi Bayan ma Yajib min Al-‘Aqaid.
Kitab ada Al-‘Alim wa Al-Muta’allimin merupakan kitab yang berisi tentang konsep
pendidikan. Kitab ini selesai disusun hari Ahad pada tanggal 22 Jumadi Al-Tsani tahun 1343.
K. H. Hasyim Asy’ari menulis kitab ini didasari oleh kesadaran akan perlunya literatur yang
membahas tentang etika (adab) dalam mencari ilmu pengetahuan. Menuntut ilmu merupakan
pekerjaan agama yang sangat luhur sehingga orang yang mencarinya harus memperlihatkan
etika-etika yang luhur pula

E. Tokoh – tokoh Pendiri ( NU )

1. K.H. Hasyim Asy’ari ,Rais Akbar (ketua) pertama NU.


2. K.H. Abdul Wahab hasbullah
3. K.H. Bisri Syansuri
4. K.H. Muhammad Ali Maksum
5. K.H. Achmad Muhammad Hasan Siddiq
6. K.H. Hasan Gipo
7. K.H. Idham Chalid
8. K.H. Abdurrahman Wahid
9. K.H. Ali Yafie
10. K.H. Mohammad Ilyas Ruhiat
11. KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz
12. K.H. Hasyim Muzadi
13. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
-Dari materi-materi yang sudah disampaikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) Didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926).
Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar,
-Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli
(skripturalis), Jumlah warga Nahdlatul Ulama atau basis pendukungnya diperkirakan
mencapai lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi.
-Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah
yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal-Jamaah dan pada
umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat
pendidikan rakyat dan cagar budaya NU
-Untuk dapat memahami tentang isi makalah kami, kami petik dari inti sari pemakalah yaitu :
a. Biografi sejarah singkat NU
b. Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang NU baik bidang pendidikan & sosial
c. Perkembangan politik K.H. Hasyim Asy’ari dan NU
d. Pengertian Aswaja ( Ahlusunnah Waljama’ah ) perkembangan dan pertumbuhannya
e. Karya-karya yang dihasilkan K.H. Hasyim Asy’ari
f. tokoh-tokoh pendiri NU

B. Saran-saran
Perlu adanya bimbingan khusus untuk masyarakat pada umunya dan pelajar maupun
mahasiswa pada khususnya untuk lebih mempelajari seluk beluk mauapun sejarah tentang
Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, peran tokoh masyarakat yang mendukung untuk lebih
meningkatkan NU di mata masyarakat.

7
DAFTRA PUSTAKA

Asari, Hasan, Modernisasi Islam, ( Bandung : Cipta Pustak, 2007 )


Mujib, Dkk. Entelektualisme Pesantren, ( PT. Diva Pustaka : Jakarta. 2004 )
Ensiklopedia Islam, Departemen Pendidikan Nasional. (PT. Ichtiar Baru Van Hoeve : Jakarta.
2003).
KH. Husin Muhammad, Memahami Sejarah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Yang toleran dan
Anti Ekstrim (ed), dalam Imam Baehaqi (ed) , Kontroversi ASWAJA, LkiS, Yogyakarta,
1999,
Muzadi, Hasyim Nahdlatul Ulama di Tengah Agenda Persoalan Bangsa, ( Logos, Jakarta :
1999, )
Ma’arif, Samsul Mutiara-mutiara Dakwah K.H. Hasyim Asy’ari, ( Jakarta : Kanza 2011 )
http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_'Ulama jam : 13.25 sabtu 22-03-2014
http://grupsyariah.blogspot.com/2012/10/sejarah-pertumbuhan-ahlussunnah-wal.html, jam :
13.25 sabtu 22-03-2014

Anda mungkin juga menyukai