Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Peran ASWAJA dalam Kehidupan di Masyarakat

Disusun oleh :

Nabila A’la Zzahro’

214441114

UNIVERSITAS NAHDLOTUL ULAMA’


YOGYAKARTA
2021 / 202

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah


melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga saya bisa menyusun
tugas makalah Pendidikan ASWAJA dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa
saya ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut berkontribusi dengan
memberikan saya sumbangan pikiran maupun materinya. Seperti yang kita tau
bahwa “Pendidikan ASWAJA” itu sangant penting apalagi bagi masyarakat
muslim dikehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu kita bahas dalam
makalah ini tentang pentingnya peran ASWAJA didalam kehidupan
masyarakat.

Tugas ini saya buat untuk memberikan ringkasan tentang pentingnya


peran ASWAJA dalam masyarakat dizaman globalisasi ini. Mudah-mudahan
makalah yang saya buat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Saya
menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini. Saya mengucapkan terima
kasih kepada Bpk. Muhammad Afifudin selaku Dosen Pedidikan ASWAJA.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 13 Januari 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... I
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... II
BAB 1.............................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................. 3
1.4 Pengertian ASWAJA........................................................................................................3
1.5 Pengertian Masyarakat.................................................................................................. 3
1.6 Peran Aswaja di Masyarakat.......................................................................................... 3
BAB III............................................................................................................................................. 6
1.7 Kesimpulan..................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................7

II
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bahwa peran ASWAJA (Ahlussunnah Wal Jamaah)
sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari dan secara turun temurun
telah menjadi patokan bagi sebagian umat. Ahlussunnah wal jamaah
sendiri merupakan aliran teologi yang diklaim berbagai organisasi islam
dan kelompok gerakan islam baik secara redaksional maupun substantif.
Klaim ini terdapat pada laskar jihad Ahlussunnah wal jamaah, Nahdlotul
ulama’, Muhammadiyah, persatuan islam dan. Ironosnya, pemikiran,
pemahaman, sikap, respons terhadap tradisi (budaya) dan haluan
politiknya tidak hanya berbeda tetapi seringkali berlawanan. Aswaja itu di
kalangan warga maupun ulama, masih acapkali dipahami secara parsial,
lokal dan sangat bersperspektif ideologi organisatoris. Kelahiran Aswaja
lebih karena reaksi terhadap Mu’tazilah yang kurang kuat dalam
memegangi sunnah Nabi daripada faktor lainnya, sehingga ia muncul
sebagai antithesis dalam perspektif dialektika Hegel. Ajaran Aswaja itu
dikonstruk oleh al-Asy’ari dan al-Maturidi, tetapi keduanya memiliki
sedikit perbedaan corak pemikiran: pemikiran al-Asy’ari lebih tradisional
sedang pemikiran al-Maturidi lebih rasional. Ajaran Aswaja versi al-Asy’ari
yang tradisional itu dalam dataran praktis diikuti NU, dalam fikih
mengikuti Imam Syafi’i dan dalam tasawuf mengikuti Imam Junaid al-
Baghdadi atau Imam al-Ghazali. Semua pemikiran para imam panutan NU
ini menunjukkan corak moderat, sehingga NU juga moderat tetapi
belakangan ini NU kurang memiliki daya tarik di hadapan masyarakat.
Maka NU perlu merekonstruksi melalui empat tindakan baik menyangkut

1
manajemen dan leadership organisasi, keteladanan bermasyarakat dan
bernegara, sumberdaya manusia dalam berbagai keahlian, dan kekuatan-
kekuatan strategis dalam masyarakat kontemporer.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu


pokok masalah yang kemudian disususn dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut :
1. Bagaimana peran aswaja dimasyarakat bekerja ?
2. Bagaimana cara menyikapi perbedaan dimasyarakat ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Agar bisa saling memahami apa itu perbedaan supaya tidak terjadi
perselisihan sesama muslim
2. Membantu masyarakat dalam berhubungan baik dengan kelompok lain
3. Untuk memenuhi nilai tugas matakuliah ”Pendidikan ASWAJA”
4. Untuk mengetahui peran aswaja dimasyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.4 Pengertian ASWAJA

Ahlussunnah wal jamaah dibentuk dari tiga kata majemuk yaitu ahl, al-
sunnah, al-jamaah. Ahl artinya keluarga, golongan atau pengikut. Al-
sunnah artinya segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah
SAW. Al-jamaah artinya apa yang telah disepakati para sahabat
termasuk imam 4 madzhab atau salafusshalih, dan assawadul a’ddzom,
yaitu mengikuti pendapat mayoritas.
Dengan demikian, Ahlussunnah wal jamaah adalah islam yang
mengikuti ajaran-ajaran yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad
SAW, dan para sahabatnya.

1.5 Pengertian Masyarakat

sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu


kebudayaan yang mereka anggap sama. Dimana sebagaian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Kata masyarakat berasal dari kata bahasa arab musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-
hubungan antar entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependent ( saling tergantung satu sama lain ). Umumnya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekolompok orang yang hidup
bersama dalam satu komunitas yang teratur.

1.6 Peran Aswaja di Masyarakat

3
Peran aswaja sangat penting mau itu dibidang keagamaan maupun
pendidikan, dan Aswaja merupakan ajaran yang dianut oleh NU.
Dimana rata-rata masyarakat menganut NU, Sebagaimana ditegaskan
dalam Anggaran Dasar NU, “Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyah
Diniyah Islamiyah berakidah Islam menurut paham Ahlussunnah wal
Jama’ah dan mengikuti salah satu mazhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i
dan Hanbali.” Pernyataan ini dijabarkan lebih rinci lagi dengan
tambahan aspek tasawuf sebagai berikut: Pertama, dalam bidang akidah,
Nahdlatul Ulama mengikuti paham Ahlussunnah wal Jama’ah yang
dipelopori oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-
Maturidi. Kedua, dalam bidang fikih, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan
pendekatan (al-madhhab) salah satu dari mazhab Abu Hanifah
alNu’man, Imam Malik Ibn Anas, Imam Muhammad Ibn Idris al-Syafi’i,
dan Ahmad Ibn Hanbal. Ketiga, dalam bidang tasawuf mengikuti antara
lain Imam aljunaid al-Baghdadi, Imam al-Ghazali serta imam-imam
yang lain. Dalam tahab berikutnya, pandangan tokoh-tokoh ini
dikembangkan lagi oleh para pengikutnya. Dalam bidang akidah
pemikiran al-Asy’ari dikembangkan lagi oleh al-Baqillani, al-Juwaini
dan al- Ghozali. pengaruh mazhab fikih ini cukup berarti dalam
menampilkan corak pemikiran teologis kedua tokoh Ahl alSunnah wa
al-Jama’ah tersebut.Ketika salah satu atau kedua tokoh ini diikuti oleh
masyarakat Muslim, maka akan mempengaruhi penampilan corak
pemikiran tersendiri pada mereka. Apalagi ajaran-ajaran itu bila
dikaitkan dengan perspektif dan penafsiran kelompok tertentu seperti
yang dirumuskan oleh NU sehingga karakter Ahlussunnah wal Jama’ah
akan menjadi parsial dan spesifik. Pendidikan islam yang selalu
diterapkan Ahlussunnah wal jamaah yang diamalkan oleh NU adalah

4
prinsip-prinsip yang selalu diajarkan oleh Rasulullah dan para
sahabatnya yaitu : Tawassuth ( bersikap tengah-tengah atau moderat ),
Tawazun ( seimbang ), Tasamuh ( toleransi ), I’tidal (adil atau tegak
lurus), dan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, Untuk menjaga kerukunana
dan keharmonisan sikap-sikap kemasyarakatan tersebut sangat penting
untuk ditanamkan dimasyarakat. Karna kita hidup dilingkungan yang
memiliki berbagai perbedaan seperti perbedaan suku, ras, budaya, dan
agama, maka prinsip tersebut sangatlah perlu untuk diamalkan dan
terapkan dikehidupan bermasyarakat tak hanya itu kita sebagai
manusia juga tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan
individu lain. Oleh karena itu, merapkan prinsip-prinsip tersebut
sangatlah penting. sebagai organisasi perkumpulan untuk menciptakan
kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan
martabat manusia, NU bertujuan untuk melestarikan berlakunya ajaran
islam yang menganut faham Ahlussunnah wal jamaah untu
terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan,
kesejahteraan umat, dan demi terciptanya rahmat bagi semesta. Apalagi
dizaman sekarang banyak sekali bermunculan faham-faham aliran yang
tidak jelas sumbernya, dimana hal ini dapat mempengaruhi masyarakat
untuk mengikutinya. Untuk itu menanamkan Ahlussunnah wal jamaah
sangatlah bermanfaat guna mencegah masyarakat untuk terpengaruh
dengan hal tersebut.
Menurut irma suryani, mengamalkan ajaran Aswaja tidak hanya diniati
sebagai ajaran agama, tetapi sekaligus juga dipahami sebagai tradisi dan
budaya. Contohnya tahlilan bagi orang yang meninggal, manaqiban,
ziarah kubur, istighosah.

5
BAB III

PENUTUP

1.7 Kesimpulan

Ahlussunnah wal jamaah adalah islam yang mengikuti ajaran-ajaran


yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya.
Kelahiran Aswaja lebih karena reaksi terhadap Mu’tazilah yang kurang kuat
dalam memegang sunah nabi. Di kalangan umat Islam Indonesia bahkan para
ulamanya, sering mereka masih memahami Aswaja itu secara parsial, lokal dan
sangat bersperspektif ideologi organisatoris. Mereka menganggap bahwa
ciriciri khusus pengikut Aswaja itu manakala menyebut Nabi Muhammad Saw
dengan disertai sayyidina, shalat tarawih 20 rakaat, shalat subuh menggunakan
qunut, menerima tahlil, manaqib serta istighasah,melakukan ziarah kubur, dan
sebagainya. Contoh-contoh ajaran dari kedua tokoh Ahl al-Sunnah wa
alJama’ah itu menunjukkan adanya perbedaan meskipun semangat keduanya
sama yaitu berusaha melawan aliran Mu’tazilah. Pandangan al-Maturidi lebih
rasional, sebaliknya pandangan al-Asy’ari lebih tradisional. Perbedaan kedua
tokoh tersebut juga dapat ditelusuri dari jalur pengaruh mazhab fikih: al-
Maturidi menjadi pengikut Imam Abu Hanifah sebagai sosok mujtahid yang
paling rasional, sedangkan alAsy’ari menjadi pengikut Imam Syafi’i sebagai
sosok mujtahid yang paling moderat. Apalagi dizaman sekarang banyak sekali
aliran-aliran agama yang belum jelas asal-usulnya dan bersumber dari siapa,
sehingga bisa mebuat masyarakat yang masih awam dengan agama terjerumus
ke aliran tersebut yang dapat merusak keharmonisan dan kerukunan
dilingkungan masyarakat karena tidak bisa saling menghargai dan toleran.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran Aswaja dalam
masyarakat sangatlah penting, mau itu dibidang keagamaan, pendidikan,
tradisi maupun budaya di lingkungan masyarakat. Ajaran Aswaja juga penting
untuk menjaga kerukunana dan keharmonisan, sikap-sikap kemasyarakatan
tersebut sangat penting untuk ditanamkan dimasyarakat. Apalagi kita hidup
dilingkungan yang memiliki beragam suku, budaya, ras dan agama sehingga
kita harus bisa saling menghargai dan menghormati perbedaan ini. Seperti
yang telah diterapkan di dalam prinsip-prinsip yang selalu diajarkan oleh

6
Rasulullah SAW yaitu Tawassuth ( bersikap tengah-tengah atau moderat ),
Tawazun ( seimbang ), Tasamuh ( toleransi ), I’tidal (adil atau tegak lurus), dan
Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.

DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati, K. M. (2015). “Nahdlatul Ulama Dan Nilai Ajaran Ahlussunnah


Wal Jama’ah (Aswaja) Sebagai Pembentuk Pilihan Pendidikan Masyarakat
(Studi Fenomenologi pada Masyarakat Dusun Arjosari, Desa Andonosari,
Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan)”. Jurnal Mahasiswa Sosiologi,

Fahmi, M. (2013). “Pendidikan Aswaja NU dalam Konteks Pluralisme”. Jurnal


Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies), 1(1), 161-179.

Qomar, M. (2014). “Implementasi Aswaja dalam Perspektif NU di Tengah


Kehidupan Masyarakat”. IAIN Tulungagung Research Collections, 2(01), 67453.

Basori, Imron., dan Sri Nurhayari. (2020). “Pendidikan Ke-NU-an


(Ahlussunah Wal Jama’ah An-nahdliyyah) untuk kelas 6 SD/MI”.
Yogyakarta: LP Ma’arif NU D.I Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai