Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KARAKTERISTIK ISLAM ASWAJA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Aswaja 1

Dosen Pengampu :
Ahmad Rifqi Azmi M.Ag

Disusun oleh:
1. Su’ut Hermanto (230101282)
2. Moh.Muhlisin Alahudin (230101275)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Aswaja 1 tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta salam tercurah kepada Rasulullah
SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Pengertian Dan Karakteristik Islam Aswaja l”
dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang dapat
menjadi referensi bagi pihak. Kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut
pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami
memohon maaf.

Bojonegoro, 14, Oktober, 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan Masalah..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................2

A. Pengertian Aswaja .........................................................................................2


B. Karakteristik Aswaja ......................................................................................3

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................8

A. Kesimpulan ...................................................................................................8
B. Kritik dan Saran ............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) lahir mewarnai alur sejarah
peradaban dan pemikiran Islam yang tentunya tidak berangkat dari ruang
kosong. Aswaja adalah sebuah stereotipe yang muncul dan sengaja
dikembangkan oleh umat Islam untuk menjadi rujukan personifikasi golongan
yang akan mendapat kemuliaan disisi Allah dengan segenap kepatuhan yang
ditujukan pada Rasulullah SAW. Lebih tepatnya Aswaja merupakan istilah
paska kenabian. Iya lahir paska era kenabian yang ditandai dengan tercerai-
berai komunitas Islam menjadi skisma aliran (scism) yang tidak tunggal.
Masing-masing mengidentifikasikan diri sebagai pengikut Nabi yang paling
tepat dibandingkan dengan lainnya
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka adapun
masalah masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Ahlussunnah Wal Jamaah?
2. Apa saja karakteristik Ahlussunnah Wal Jamaah?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengertian Ahlussunnah Wal Jamaah
2. Mengetahui karakteristik Ahlussunnah Wal Jamaah

1
BAB II PEBAHASAN

A. Pengertian Aswaja
Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Ada tiga
kata yang membentuk istilah tersebut, yaitu:
1. Ahl, berarti keluarga, golongan, atau pengikut.
2. Al-Sunnah, secara bahasa bermakna al-thariqah-wa-law-ghaira
mardhiyah (jalan atau cara walaupun tidak diridhoi).
3. Al-Jama’ah, berasal dari kata jama’ah artinya mengumpulkan
sesuatu, dengan mendekatkan sebagian ke sebagian lain. Jama’ah
berasal dari kata ijtima’ (perkumpulan), lawan kata dari
tafarruq(perceraian), dan furqah(perpecahan). Jama’ah adalah
sekelompok orang banyak dan dikatakan sekelompok manusia
yang berkumpul berdasarkan satu tujuan.

Menurut istilah “sunnah” adalah suatu cara untuk nama yang diridhoi dalam
agama, yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW atau selain dari kalangan
orang yang mengerti tentang Islam. Seperti para sahabat Rasulullah. Secara
terminologi aswaja atau Ahlusunnah wal jama’ah golongan yang mengikuti
ajaran rasulullah dan para sahabat-sahabatnya.1

Menurut kyai bisri mustafa aswaja adalah paham yang menganut ajaran dari
salah satu empat madzab yaitu dibidang fikih tauhid dengan menganut ajaran
Imam Abu Hasan Al Asyari dan Imam Abu Mansur Al Maturidi. Definisi kyai
bisri mustofa tersebut merupakan cara berfikir ke NU an dalam menghadapi
persoalan keagamaan, kemasyarakatan dengan ciri-ciri tasamuh (toleransi),
(tawazun) berimbang, (ta’adul) netral dan adil, (tawasuth) moderat.

Nahdlatul Ulama didirikan pada tanggal 31 Januari 1926, dan sampai sekarang
mampu merekrut banyak anggota yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Nahdlatul Ulama memiliki pengurus disetiap tingkatan dan badan otonom yang
berfungsi melakukan tugasnya masing-masing. Di tingkat nasional ada Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), tingkat propinsi ada Pengurus Wilayah
Nahdlatul Ulama (PWNU), tingkat kabupaten ada Pengurus Cabang Nahdlatul

1
https://aswaja.unisnu.ac.id/pengertian-aswaja

2
Ulama (PCNU), tingkat kecamatan ada Majelis Wakil Cabang (MWC) dan
ditingkat desa ada Ranting serta dengan badan otonom yang lain.

Aswaja menurut said aqil sirajd yang merupakan tokoh PBNU,aswaja


menurutnya adalah metode berfikir dengan berprinsip pada keseimbangan, netral
jalan tengah dalam aqidah, sebagai perekat, penyambung dan penengah dalam
bermasyarakat serta adil dan toleransi dalam berpolitik.2

B. Karakteristis Aswaja
Dalam kittah Nahdlaul ulama yang merupakan dasar dalam berfikir, bersikap
dan bertindak menyebutkan bahwa dalam menentukkan kittah Nahdlatul ulama
dalam faham Ahlusunnah waljamaah disesuaikan dengan kondisi yang ada di
indonesia, meliputi keagaman dan kemasyarakatan, kitah NU juga digali dari
perjalanan sejarah dari masa kemasa.
Dasar-dasar pendirian Nahdlatul ulama dalam faham Ahlusunnah waljamaah
menekankan pada keagamaan yang menumbuhkan sikap an sifat yang
bermasyarakat dalam tercapainnya keadilan, kedamaian dan kesejahteraan bangsa
indonesia, nilai-nilai yang ditanamkan Ahlusunnah waljamaah ada 5
diantarannya;
1. (Tawasut)
tawassuth (moderat) adalah sikap tengah yang berintikan
kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil
dan lurus di tengah kehidupan bersama. Nahdlatul Ulama’ dengan
sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap
dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari
segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim).
Tawasuth jika dilihat dalam konteks pendidikan diartikan
sebagai sikap menerima keberagaman dan kemasyarakatan yang
melandasi ajaran aswaja sejak dulu, dengan adanya sikap tersebut
diharapkan siswa dapat menjadi generasi yang selalu bertidak adil,
lurus dan tidak ekstrem.

2
https://aswaja iain keidri.ac.id/pengertian aswaja

3
At- Tawassuth yang memiliki arti pertengahan disarikan dari
Firman Allah SWT :

َ‫اس َويَكُ ْون‬ َ ‫ش َه َد ۤا َء‬


ِ َّ‫علَى الن‬ ُ ‫طا ِلتَكُ ْون ُ ْوا‬ ً ‫س‬ َ ‫َو َك ٰذلِكَ َجعَ ْل ٰن ُك ْم ا ُ َّمةً َّو‬
‫علَيْ َها ٓ ا ََِّّل ِلنَعْلَ َم َم ْن‬
َ َ‫ي ُك ْنت‬ ْ ِ‫ش ِه ْيد ًۗا َو َما َجعَ ْلنَا ْال ِق ْبلَةَ الَّت‬َ ‫علَ ْي ُك ْم‬ َ ‫س ْو ُل‬
ُ ‫الر‬َّ
َ‫علَى الَّ ِذيْن‬
َ ‫َت لَ َك ِبي َْرة ً ا ََِّّل‬ْ ‫ع ِقبَ ْي ِۗه َوا ِْن َكان‬ َ ‫ع ٰلى‬ َ ‫ب‬ ُ ‫س ْو َل ِم َّم ْن يَّ ْنقَ ِل‬ َّ ‫يَّت َّ ِب ُع‬
ُ ‫الر‬
ٌ ‫اس لَ َر ُء ْو‬
‫ف َّر ِح ْي ٌم‬ َ ٰ ‫ض ْي َع اِ ْي َمانَ ُك ۗ ْم ا َِّن‬
ِ َّ‫ّللا ِبالن‬ ۗ ٰ ‫َه َدى‬
ٰ َ‫ّللاُ َو َما َكان‬
ِ ُ‫ّللاُ ِلي‬
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi
kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata)
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang
yang telah diberi petunjk Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha pengasih lagi Maha Penyayang
kepada manusia.” 4 (QS. Al- Baqarah/2:143)
Istilah tawassuth diambil dari kata wasathan pada ayat di atas,
sedangkan pengertianya adalah (pertengahan) moderat dan teladan.
Posisi pertengahan menjadikan manusia tidak memihak ke kiri dan ke
kanan, suatu hal di mana dapat mengantar manusia berlaku adil. Posisi
pertengahan menjadikan seseorang dapat dilihat oleh siapapun dalam
penjuru yang berbeda, dan ketika itu ia dapat menjadi teladan bagi
semua pihak.
2. I’tidal
Ta’adul atau netral dan adil disebut juga dengan i’tidal (tegak
lurus). Dalam firman Allah dijelaskan:

‫شن َٰا ُن‬ ِِۖ ‫ش َه َد ۤا َء ِب ْال ِقس‬


َ ‫ْط َو ََّل يَج ِْر َمنَّ ُك ْم‬ ِ ٰ ِ َ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمن ُ ْوا كُ ْون ُ ْوا قَ َّو ِاميْن‬
ُ ‫ّلِل‬

‫ّللا َخ ِبي ٌۢ ٌْر‬ ُ ‫ع ٰلٓى ا َ ََّّل ت َ ْع ِدلُ ْو ۗا اِ ْع ِدل ُ ْو ۗا هُ َو ا َ ْق َر‬


َ ۗ ٰ ‫ب ِللتَّقْ ٰو ِۖى َواتَّقُوا‬
َ ٰ ‫ّللا ا َِّن‬ َ ‫قَ ْو ٍم‬
‫ِب َما ت َ ْع َمل ُ ْون‬

4
“Wahai orang-orang yang beriman! Ja-dilah kamu sebagai
penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah kebenci-anmu terhadap suatu kaum mendo-rong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-maidah: 8).3
Ayat ini jelas dikatakan bahwa semua umat yang beriman
dalam menyikapi suatu konflik maupun permasalahan lain harus
bersikap netral dan adil agar ketika memutuskan suatu masalah dapat
diterima dengan baik dan tidak ada pihak ang dirugikan.
3. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Secara harfiah Amar Ma’ruf Nahi munkar adalah menyuruh
kepada perbuatan yang baik dan melarang kepada perbuatan yang
mungkar. Secara etimologi ma’ruf berarti yang dikenal sedangkan
munkar adalah suatu yang tidak dikenal. Menurut pendapat
Muhammad Abduh mendefinisikan Ma’ruf berarti apa yang di kenal
(baik) oleh akal sehat dan hati nurani. Sedangkan Munkar adalah
sesuatu yang tidak di kenal baik oleh akal maupun hati nurani.4
Amar ma’ruf adalah ketika seseorang memerintahkan orang
lain untuk bertauhid kepada Allah menaati-Nya, bertaqarrub kepada-
Nya, berbuat baik kepada sesame manusia, sesuai dengan jalan fitrah
dan kemaslahatan. Munkar secara bahasa istilah adalah seluruh
perkara yang diingkari, dilarang, dan di cela, di cela pelakunya oleh
syari‟at, maka termasuk ke dalam bentuk maksiat dan bid‟ah. Dan
merupakan perkara yang buruk, dan paling buruknya adalah sifat
syirik kepada Allah SWT, mengingkari keesaannya dalam
peribadahan atau ketuhanan-Nya, atau pada nama dan sifat-sifat-Nya.
4. Berimbang (tawazun)
yaitu berimbang dalam konteks mempersatukan dan
menyatukan dalil-dalil dengan kenyataan yang ada sehingga dapat
menghasilkan keputusan yang bijak dan diterima dengan baik.

3
KEMENAG Online Tafsir Al-quran, https://tafsirkemenag.blogspot.com/2014/11/tafsir-surahal-Maidah-8.html, di Akses Tanggal 12 Juni
2020.
4
Yunahar ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2011), 241.

5
Berimbang (tawazun) merupakan modal dari sikap keberagaman yang
menghindarkan dari sifat eksterm. Radikalisme merupakan bagian dari
kelompok ekstrem karena tidak dapat menghargai pendapat orang lain
dan menerima keberagaman dalam khasanah kehidupan.
Tawazun juga diartikan sebagai sikap seimbang
dalam.berkhidmah.Menyerasikan khidmah kepada Allah SWT,
khidmah kepada sesama manusia serta khidmah kepada lingkungan
hidupnya.Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa
mendatang. 5
5. Toleransi (tasamuh)
Pluralisme dalam pemikian umat muslim mendapatkan
apresiasi yang tinggi, keterbukaan yang luas dalam menerima berbagai
pendapat maupun masukan menjadikan aswaja mampu meredam
berbagai konflik umat islam. Corak ini sangat terlihat dalam wacana
pemikiran hukum islam.
Dalam wacana hukum islam dinilai para ahli bahwa tasamuh
merupakan wacana hukum islam yang paling realistik dan sangat
menyentuh dalalam hubungan sosial. Dalam diskurus sosial budaya,
aswaja banyak melakukan sikap toleransi terhadap tradisi-tradisi yang
berkembang dimasyarakat tanpa melibatkan diri dalam substansinya
bahkan mampu untuk mengarahkannya. Sikap toleransi yang
diterpkan aswaja dalam menyikapi tradisi budaya lebih menekan pada
hubungan dimensi kemanusiaan yang lebih luas.6

Selain lima karakteristik di atas, dalam merespon berbagai persoalan baik yang
berkenaan dengan persoalan keagamaan maupun kemasyarakatan, Nahdlatul
Ulama memiliki manhaj Ahlusunnah wal Jama’ah yang dijadikan sebagai
landasan berpikir Nahdlatul 'Ulama (Fikrah Nahdliyah).7

Adapun ciri-ciri dari Fikrah Nahdliyah antara lain:

5
A. BusyairiHarits,ISLAM NU Pengawal Tradisi Sunni Indonesia,…,120.
6
Ngainun Naim, Pengembangan Pendidikan Aswajasebagai Strategi Deradikalisasi Ngainun Naim, Jurnal Walisongo, Vol. 23 No. 1,
(2015), 69–88.
7
https://eprints.unisnu.ac.id/id/

6
a) Fikrah Tawassuthiyah (pola pikir moderat), artinya Nahdlatul 'Ulama
senantiasa bersikap tawazun (seimbang) dan I’tidal (moderat) dalam
menyikapi berbagai persoalan.
b) Fikrah Tasamuhiyah (pola pikir toleran), artinya Nahdlatul 'Ulama
dapat hidup berdampingan secara damai dengan berbagai pihak lain
walaupun aqidah, cara piker, dan budayanya berbeda.
c) Fikrah Ishlahiyyah (pola pikir reformatif), artinya Nahdlatul 'Ulama
selalu mengupayakan perbaikan menuju kea rah yang lebih baik (al
ishlah ila ma huwa al ashlah).
d) Fikrah Tathawwuriyah (pola pikir dinamis), artinya Nahdlatul 'Ulama
senantiasa melakukan kontekstualisasi dalam merespon berbagai
persoalan.
e) Fikrah Manhajiyah (pola pikir metodologis), artinya Nahdlatul 'Ulama
senantiasa menggunakan kerangka berpikir yang mengacu kepada
manhaj yang telah ditetapkan oleh Nahdlatul 'Ulama.

Konsep Fikrah Nahdliyah itulah yang menyebabkan Nahdlatul Ulama tampak


sebagai organisasi sosial keagamaan yang sangat moderat, toleran, dinamis,
progressif dan modern. Secara konseptual sebenarnya pola pikir Nahdlatul Ulama
tidak tradisionalis, ortodok, ataupun konservatif, hal ini bisa kita lihat pada
perkembangan intelektual di lingkungan Nahdlatul Ulama khususnya kaum muda
Nahdlatul Ulama yang menunjukkan kecenderungan radikal dalam berpikir dan
moderat dalam bertindak. Perubahan kultur dan pola pikir ini juga dapat dilihat
dalam prosedur perumusan hukum dan ajaran Ahlusunnah wal Jama'ah dalam
tradisi jam’iyah Nahdlatul 'Ulama yang menggunakan pola Maudhu’iyah
(tematik) atau terapan (Qonuniyah) yang berbentuk tashawur lintas disiplin
keilmuan empirik dan Waqi’iyah (kasuistik) dengan pendekatan tathbiq alsyari’ah
dan metode takhayyur (eklektif).

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi Ahlussunnah Wal Jamaah yang dirumuskan para ulama’ klassik
memiliki potensi untuk didiskusikan ulang, sehingga beberapa ulama’
berpengaruh di NU mencoba menafsirkan kembali doktrin Aswaja. Hal yang
paling disoroti yaitu tentang pelabelan Aswaja sebagai madzhab, menurut Sa’id
Aqil jika Aswaja NU difahami dipahami sebagai sebuah madzhab, maka konsep
tersebut akan mempersempit makna ke arah institusional. Ahlussunnah Wal
Jamaah dalam menjawab perkembangan zaman harus dimaknai sebagai manhaj
al-fikr sehingga bersifat dinamis sekaligus sangat terbuka bagi pembaruan-
pembaruan namun tetap selektif dan protektif dalam merespon perkembangan
tersebut.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis menyarankan agar makalah ini dibaca dengan cermat, supaya dapat
diketahui dimana letak kekurangannya, sehingga penulis dapat mengevaluasi mana
hal-hal yang perlu diperhatikan dan perlu adanya perbaikan.
Penulis juga menyarankan agar materi-materi yang ada di dalam makalah ini
dikritisi, dengan harapan menjadi ilmu yang sangat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca, baik dalam belajar maupun mengajar.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://aswaja.unisnu.ac.id/pengertian-aswaja
https://aswaja iain keidri.ac.id/pengertian aswaja
KEMENAG Online Tafsir Al-quran,
https://tafsirkemenag.blogspot.com/2014/11/tafsir-surahal-Maidah-8.html, di Akses
Tanggal 12 Juni 2020.
Yunahar ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2011), 241.
A. BusyairiHarits,ISLAM NU Pengawal Tradisi Sunni Indonesia,…,120.
Ngainun Naim, Pengembangan Pendidikan Aswajasebagai Strategi Deradikalisasi
Ngainun Naim, Jurnal Walisongo, Vol. 23 No. 1, (2015), 69–88.
https://eprints.unisnu.ac.id/id/

Anda mungkin juga menyukai