1
tidak berlebihan. Jika
dikatakan "orang itu bersikap
moderat" berarti ia
bersikap wajar, biasa-biasa
saja, dan tidak ekstrim.
Sehingga "moderasi"
merupakan sebuah pandangan
atau sikap yang selalu
berusaha mengambil
posisi tengah dari dua sikap
yang berseberangan dan
berlebihan sehingga
salah satu dari kedua sikap
yang dimaksud tidak
mendominasi dalam pikiran
dan sikap seseorang.
2
Tawasuth adalah sikap tengah–
tengah atau sedang di antara
dua sikap,
tidak terlalu keras
(fundamentalis) dan terlalu
bebas (liberalisme). Dengan
sikap inilah Islam bisa di
terima di segala lapisan
masyarakat. Tawasuth ini
juga dikenal dengan istilah
"moderasi". Kata "moderasi"
sendiri berasal dari
bahasa Inggris "moderation",
yang artinya adalah sikap
sedang atau sikap
3
tidak berlebihan. Jika
dikatakan "orang itu bersikap
moderat" berarti ia
bersikap wajar, biasa-biasa
saja, dan tidak ekstrim.
Sehingga "moderasi"
merupakan sebuah pandangan
atau sikap yang selalu
berusaha mengambil
posisi tengah dari dua sikap
yang berseberangan dan
berlebihan sehingga
salah satu dari kedua sikap
yang dimaksud tidak
mendominasi dalam pikiran
dan sikap seseorang
MAKALAH Ke-NU-an
4
“SIKAP KEMASYARAKATAN NU”
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TARBIYAH
KATA PENGANTAR
5
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat-Nya serta kemudahan dalam menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Ke-NU-an
ini dengan materi “Sikap Kemasyarakatan NU.”
Tak lupa kami ucapkan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyalurkan pendapat dan pikirannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
waktu.
Kami sadar karya tulis ini belum sempurna dan mungkin masih ada kekurangan dan
kesalah kata, apabila memang begitu adanya kami mohon maaf dan harapan kami semoga
karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
6
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.............................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................................
BAB I
7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, sebuah
pola piker yang mengambil jalan tengah antara ektrim aqli (rasionalis) dengan kaum
ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran NU tidak hanya Al Qur’an,
Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empiric.
Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikiran terdahulu, seperti Abu Hasan Al
Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang
fikih mengikuti empat Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali. Sementara
dalam bidang Tasawuf, mengembangkan metode Al Ghazali dan Junaid Al Baghdadi,
yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Sikap Tawassuth dan I’tidal, Sikap Tasamuh, Sikap Tawazun,
Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
2. Bagaimana Sikap Kemasyarakatan NU?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sikap Tawassuth dan I’tidal, Sikap Tasamuh, Sikap Tawazun,
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
2. Untuk mengetahui Sikap Kemasyarakatan NU
BAB II
8
PEMBAHASAN
9
Allah menciptakan manusia itu berbeda-beda baik agama, etnis, bahasa, ras,
budaya, pemikiran dan kehendak satu sama lain yang tidak mungkin sama. Maka NU
menganggap perbedaan adalah keniscayaan. Tidak ada yang salah dengan semua
perbedaan tersebut.
Keanekaragaman agama dan budaya yang ada dalam kehidupan sosial adalah
fitrah dan ketentuan Allah agar terjadi kedinamisan kehidupan menuju keharmonisan
hubungan antara satu individu dengan lainnya. Kesalahan dalam menyikapi perbedaan
inilah yang menjadi masalah besar di tengah masyarakat.
Karena itulah NU menjadikan sikap tasamuh (toleransi) sebagai landasan
dalam menyikapi perbedaan pendapat tadi. Toleransi dimaksud diterapkan dalam
menyikapi perbedaan keyakinan, perbedaan pendapat dalam masalah keagamaan
khususnya hal-hal yang bersifat furu’ (cabang persoalan) yang sering terjadi
khilafiyah (perbedaan pendapat di kalangan ulama), serta dalam masalah
kemasyarakatan dan kebudayaan.
Sikap toleran menuntut adanya upaya mencari titik temu, bukan memperlebar jurang
perbedaan. Berangkat dari titik temu pada persamaan tersebut kemudian
dikembangkan persaudaraan (ukhuwah) baik ukhuwah islamiyyah (persaudaraan
sesama Muslim), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan sebangsa dan setanah air) dan
ukhuwah basyariah (persaudaraan sesama manusia).
Kata Tasamuh berasal dari Bahasa Arab yang berarti murah hati atau lapang
hati. Sikap Tasamuh merupakan Sikap toleran terhadap peradaban pandangan baik
dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi
masalah khilafiyah; serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan. Secara
etimologis, Tasamuh adalah menoleransi atau menerima perkara secara ringan.
Sedangkan menurut terminologis, Tasamuh diartikan sebagai sikap menerima
perbedaan dengan ringan hati.
Berikut manfaat bersikjap Tasamuh :
10
5. Menjaga dan menghormati hak dan kewajiban orang lain.
6. Menumbuhkan sikap bertanggungjawab terhadap lingkungan masyarakat.
7. Dapat memberikan kesejukan jiwa kepada diri sendiri dan orang lain.
8. Menimbulkan sikap dan perangai yang mulia.
a. Q.S. Al Hujurat : 10
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
c. Hadist dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda :
“Jauhilah perasangka buruk, karena perasangka buruk adalah ucapan yang paling
dusta. Dan janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari
kesalahan, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci. Dan
jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara.” (HR Bukhari).
C. Sikap Tawazun (Seimbang)
Penganut ajaran Aswaja harus menerapkan sikap seimbang dalam segala
bidang. Dalam memahami teks keagamaan mesti seimbang dalam penggunaan wahyu
dan akal. Dalam berkhidmah (mengabdi) juga harus memperhatikan keseimbangan
antara berkhidmah kepada Allah SWT, kepada sesama manusia, serta lingkungan
11
hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang.
Juga menjaga keseimbangan pemenuhan hak dan kewajiban sebagai individu,
masyarakat warga negara dan pergaulan dunia. Maka dengan sikap tawazun ini, setiap
penganut paham Aswaja harus menghindari sikap berlebihan dalam satu sisi dan
mengabaikan pertimbangan lainnya.
Makna seimbang yang dimaksud dalam tawazun sangat luas. Tawazun bisa
bermakna keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal
pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits).
Selain itu, bisa juga diartikan sebagai keseimbangan hidup dunia dan akhirat, serta
keseimbangan antara jasad, akal, dan hati nurani seorang Muslim.
Sikap ini sangat diperlukan untuk menambah keimanan supaya semakin
kokoh. Seorang Muslim dapat menjadikan dirinya kuat, tabah, dan tawakkal dengan
menyeimbangkan berbagai aspek dalam kehidupannya.
D. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Sikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan sikap selalu memiliki kepekaan
untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan
bersama serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan
merendahkan nilai- nilai kehidupan.
Landasan sikap ini berarti warga NU harus selalu memiliki kepekaan untuk
mendorong perbuatan baik, bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak dan
mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai
kehidupan.
Kedua sendi amar ma’ruf nahi munkar ini mutlak diperlukan untuk menopang
kemaslahatan dan kebahagiaan lahiriyah dan batiniyah. Tindakan amar ma’ruf nahi
munkar ini dimulai dari diri sendiri, dari lingkungan terdekat yaitu keluarga, dari hal
yang terkecil dan dilakukan sekarang juga.
Adapun prinsip nahi munkar menurut NU mesti dilakukan dengan cara
makruf, tidak keras atau merusak serta dalam kerangka tetap menjaga harkat dan
martabat kemanusiaan. Maka tidak diperkenankan kita membenci pelaku maksiat.
Yang semestinya dibenci adalah perbuatannya saja.
Allah berfirman dalam Q.S. Al Luqman : 17
12
Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).”
pribadi.
bertindak.
7. Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari
13
8. Menjunjung tinggi ilmu-ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya.
dan bernegara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fitri, yang
bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia. Faham
keagamaan yang dianut oleh Nahdlatul Ulama bersifat menyempurnakan nilai-
nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok
14
manusia, seperti suku maupun bangsa, dan tidak bertujuan menghapus nilai-nilai
tersebut.
Dasar-dasar pendirian keagamaan NU ini menumbuhkan sikap kemasyarakatan
NU yang bercirikan :
1. Sikap Tawassuthdan I’tidal
Sikap tengah yang berintikan pada prinsip hidup yang menjunjung tinggi
keharusan berlaku adil dan lurus di tengah kehidupan bersama. Nahdlatul
Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang
bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari
segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim).
2. Sikap Tasamuh
Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah keagamaan,
terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, serta
dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.
3. Sikap Tawazun
Sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyerasikan khidmah kepada Allah
SWT, khidmah kepada sesama manusia serta kepada lingkungan hidupnya.
Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini, dan masa mendatang.
4. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan baik, berguna, dan
bermanfaat bagi kehidupan bersama; serta menolak dan mencegah semua hal
yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.
B. Saran
Ahlussunnah Waljamaah adalah ajaran Islam yang murni sebagaimana yang
diajarkan oleh Rasulullah saw dan diamalkan oleh beliau bersama para
sahabatnya. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa karakter Ahlussunnah
Waljamaah sama sekali tidak bergeser dari karakter agama Islam.
Nahdlatul Ulama sesuai dengan khithahnya adalah organisasi keagamaan yang
dibentuk dalam upaya menegakkan kehidupan keagamaan yang berlandaskan
paham Ahlussunnah Waljamaah, dengan menyatakan diri sebagai pembela dan
pengemban ajaran Ahlussunnah Waljamaah. Sebagai generasi NU, marilah kita
amalkan segala perilaku yang telah diajarkan Rasulullah dan Ulama-ulama kita.
15
DAFTAR PUSTAKA
Wakil Sekretaris PW LBM NU Jawa Timur dan Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa
16
Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan NU (Ttp.: PT. Duta Aksara Mulia,
Ibid., 37.
Abdul Muchith Muzadi, NU dalam Perspektif Sejarah dan Ajaran; Refleksi 65 Th. Ikut
Muktamar Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (Surabaya: Khalista, 2011), cet. I, 757.
Soeleiman Fadeli dan Mohammad Subhan, Antologi NU; Sejarah, Istilah, Amaliah
Choirul Anam, Pemikiran K.H. Achmad Siddiq tentang: Aqidah, Syari’ah dan Tasawuf,
Khitthah NU 1926, Hubungan Agama dan Pancasila, Negara Kesatuan RI Bentuk Final, Watak
Sosial Ahlussunnah, Seni dan Agama (Jakarta: PT. Duta Aksara Mulia, 2010), cet. II, 71.
Ibid., 83-83.
Muzadi, NU dalam Perspektif Sejarah dan Ajaran, 11, dan Muhammad Hasyim
17