MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Aswaja dan ke-NU-an
Yang dibina oleh Bapak Imam Nurngaini, M.Pd.I
Oleh :
1. Vita Khoirina (2188203001)
2. Dicky Aditya Vernanda (2188203002)
3. Arneta Priscilla Putri (2188203003)
Assalamualaikum Wr Wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep
NU tentang Aswaja” dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu guna memenuhi tugas
mata kuliah Bapak Imam Nurngaini, M.Pd.I pada mata kuliah Aswaja dan ke NU
an. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan para
pembaca. Tersusunnya makalah ini tentu membutuhkan referensi dari beberapa
sumber buku dan jurnal yang kami peroleh. Penyusun mengucapakan terimakasih
kepada Bapak Imam Nurngaini, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Aswaja dan ke NU an. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-
teman dan semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kita buat ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan di dalamnya
kami mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................iii
A. Latar Belakang.......................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................2
Kesimpulan..................................................................................................7
Daftar Pustaka……………………………………………………………..8
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aswaja merupakan paham khusus bagi umat islam dengan metode Pembelajaran Aswaja
diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa visi Aswaja adalah untuk mewujudkan manusia
yang berpengetahuan, rajin berinadah, cerdas, produktif, etis, jujur dan adil, berdeisiplin,
toleransi, menjaga keharmonisan, secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya
Ahlussunnah wal Jama’ah (amar makruf nahi munkar). Aswaja merupakan paham dan
ajaran yang dalam kajiannya merujuk pada kebiasaan yang diajarkan Nabi Muhammad
Sallallahu’alaihi wassalam kepada umatnya.. Dalam tahap pemahaman Aswaja menggunakan
cara logis dan rasional, karena mengaitkan diri dengan kehidupan sehari-hari dengan prinsip
aswaja bukan dengan paham radikalis. Pemahaman Aswaja juga bertujuan untuk mendorong
sikap dan perilaku supaya mendalami dan mengamalkan ajaran Islam Ahlusunnah wal
Jama’ah, yang diharapkan nantinaya akan lahir generasi-generasi kiyai yang unggul serta
mampu menjadi pilar-pilar kokoh dalam mensyi’arkan Islam ditengah tengah masyarakat
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai tawasut, tawazun, tasamuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip prinsip keagamaan dan kemasyarakatan NU?
2. Jelaskan 3 aspek paham ahlusunnah wal jamaah!
3. Bagaimana cara mengimplementasikan paham ahlusunnah wal jamaah?
C, Tujuan 2
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
bahwa NU yang bersifat moderat baik dalam kegiatan sosial politik maupun
agama. Dalam kehidupan sosial politik NU tidak pernah melakukan tindakan-
tindakan makar yang melawan negara. Bahkan NU adalah organisasi yang
mempunyai peranan signifikan dalam memperjuangkan kemerdekaan maupun
mempertahankan kemerdekaan. Dalam bidang agama, NU tetap istiqomah
menjalankan ajaran Islam Ahlus sunnah Wal-jama'ah, ajaran yang
mengajarkan kita untuk berlaku adil ditengah kehidupan bersama, dan selalu
bersikap membangun.
2. Al i'tidal berarti tegak lurus, tidak condong kekanan atau kekiri. Diambil dari
kata adlu, yang berarti keadilan sebagaimana tercantum dalam Al-qur'an surat
Al-Maidah ayat 8. kesimpulannya adalah bahwa warga NU bersikap tidak
kompromi dengan sikap mencampuradukkan antara yang benar dan yang
salah. NU juga tidak berpengaruh kepentingan-kepentingan sesaat, dengan
mengorbankan sesuatu yang prinsip bagi NU dan umat.
3. Attawazun, yang berati keseimbangan, tidak berat sebelah, tidak berlebihan
suatu unsur atau kekurangan suatu unsur. Prinsip tawazun ini diambil dari kata
Al-Waznu yang berarti alat penimbang. Yang dimaksud disini adalah bahwa
NU menyerasikan antara khidmah kepada Allah dan khidmah kepada
manusia, menyelaraskan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Bagi NU
tujuan hidup yang ideal adalah bahagia dunia dan akhirat.
4. Attasamuh, yang berarti toleran. Maksudnya adalah Nu toleran terhadap
perbedaan pandangan dalam masalah keagamaan, terutama masalah
khilafiyah/furuiyyah. Begitu pula masalah yang berhubungan dengan sosial
kebudayaan atau kemasyarakatan, sebagaimana dilakukan oleh walisongo
ketika berdakwah. Yakni dengan mengejawantahkan ajaran agama melalui
sosial kultur yang ada di lingkungan masyarakat.
5. Amar Makruf Nahi Mungkar, artinya mengajak pada kebajikan dan mencegah
pada kemungkaran. Maksudnya mendorong kepada kebaikan, selalu
mempunyai kepekaan terhadap kejadian-kejadian dilingkungan dan mencegah
hal-hal yang akan merusak moralitas masyarakat berdasarkan tinjauan syariat.
3
B. Aspek Ahlusunnah wal Jamaah
1. Aqidah
Aqidah menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, dan ar-rabthu
biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah
(terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan
sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Secara Historis, lahirnya pemahaman
Aqidah Aswaja berasal atau berawal dari permaalahan menggunakan Mu’tazilah
dijadikan paham keagamaan Islam resmi pemerintah oleh penguasa Abbasiyah. Pada
masa tersebut terjadilah kasus mihnah (dalam tarikh Aththbary) yang cukup
menimbulkan keresahan ummat Islam. Ketika Imam al Asyari tampil berkhutbah
menyampaikan pemikiran-pemikiran teologi islamnya sebagai koreksi teologi
Mu’tazilah dalam beberaa hal yang dianggap bid’ah. Sehingga disambut positif oleh
masyarakat atas koreksi tersebut. Dan akhirnya banyak ummat islam menjadi
pengikutnya yang kemudian disebut dengan kelompok Asy’ari. Di tempat lain
yakni di Samarqand Uzbekistan, juga muncul seorang Imam Abu Manshur al-
Maturidi (333 H) yang secara garis besar rumusan pemikiran teologi Islamnya
paralel dengan pemikiran teologi Asy’ariyah, sehingga dua imam inilah yang
kemudian diakui sebagai imam penyelamat akidah keimanan, karena karya pemikiran
dua imam ini tersiar ke seluruh belahan dunia dan diakui sejalan dengan sunnah
Nabi saw. serta petunjuk para sahabatnya, meskipun sebenarnya masih ada satu
orang ulama lagi yang sepaham, yaitu Imam al-Thahawi (238 H – 321 H) di Mesir.
Akan tetapi karya beliau tidak sepopuler dua imam yang pertama. Akhirnya
para ulama menjadikan rumusan akidah Imam Asy’ari dan Maturidi sebagai pedoman
akidah yang sah dalam Aswaja.
Secara materil banyak produk pemikiran Mu’tazilah yang, karena metodenya
lebih mengutamakan akal daripada nash (Taqdîm al-‘Aql ‘alâ al-Nash), dinilai tidak
sejalan dengan sunnah,sehingga sarat dengan bid’ah, maka secara spontanitas
para pengikut imam tersebut bersepakat menyebut sebagai kelompok Aswaja,
4
meskipun istilah ini bahkan dengan pahamnya telah ada dan berkembang pada masa-
masa sebelumnya, tetapi belum terinstitusikan dalam bentuk mazhab. Karena
itu, secara historis term aswaja baru dianggap secara resmi muncul dari
periode ini. Setidaknya dari segi paham telah berkembang sejak masa ‘Ali bin
Abi Thalib r.a., tetapi dari segi fisik dalam bentuk mazhab baru terbentuk
pada masa al Asy’ari, al-Maturidi, dan al-Thahawi.
2. Syari’ah
Syari’ah secara etimologi berarti aturan atau ketetapan yang Allah perintahkan
kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan.
Syariat dalam istilah syar’i adalah hukum-hukum Allah yang disyariatkan kepada
hamba-hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Saw dari
perkataan, perbuatan dan penetapan. Secara historis, aspek yang kedua ini disepakati
oleh jumhur ulama bersumber dari empat mazhab, yakni Hanafi, Maliki, Syafii
dan Hanbali. Secara substantif, aspek yang kedua ini sebenarnya tidak terbatas
pada produk hukum yang dihasilkan dari empat madzhab di atas, produk
hukum yang dihasilkan oleh imam-imam mujtahid lainnya, yang mendasarkan
penggalian hukumnya melalui al-Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas, seperti, Hasan
Bashri, Awzai, dan lain-lain tercakup dalam lingkup pemikiran Aswaja, karena
mereka memegang prinsip utama Taqdîm al-Nash ‘alâ al-‘Aql (mengedepankan
daripada akal).
3. Akhlaq
Akhlaq berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluq” secara bahasa
kata ini memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya: sikap, prilaku,
sopan, tabi’at, etika, karakter, kepribadian, moral dll. Menurut istilah, akhlak artinya
tingkah laku lahiriah yang diperbuat oleh seseorang secara spontan sebagai
manifestasi atau pencerminan, refleksi dari jiwa , batin atau hati seseorang. Akhlak
bukan saja merupakan mengatur hubungan antara sesame manusia, tetapi juga norma
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam
semesta sekalipun. Keberadaan akhaq terasa penting bagi kehidupan soial seorang
hamba Allah swt., baik dengan Tuhan maupun kepada sesama manusia.
Hubungannya dengan aspek aqidah dan syar’iat berupa suatu cara mengaplikasikan
5
dalam bentuk kepribadian yang baik (Insan Kamil). Dengan terbentuknya pribadi
muslim yang baik bagi seorang hamba, akan berpengaruh terhadap keseharian dirinya
sendiri maupun orang – orang yang disekitarnya. Sehingga terbentuklah lingkungan
yang baik disekitar hamab tersebut
6
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kajian akidah atau ilmu kalam istilah Aswaja dinisbatkan pada paham yang
diusung oleh Abu Hasan Al-As’ari dan Abu Mansur Al-Maturidzi, yang menentang paham
khawarij dan jabariyah juga paham qadariyah dan mu’tazilah. Dalam kajian fiqih aswaja
dinisbatkan pada paham sunni yaitu merujuk pada fikih 4 madzhab yang berbeda paham fikih
syi’iy, dzahiriy, ja’fariy. Dari situlah kemudian NU menjadikan Ahlussunnah wal jamaah
sebagai asas organisasi yaitu dalam bidang aqidah mengikuti Abu Hasan Asy’ari dan Abu
Mansur Al-Maturidzi. Sedangkan dalam bidang fiqih mengikuti salah satu dari 4 madzhab yaitu
madzhab syafi’i.
7
Daftar Pustaka
Razi, F. (2011). Nu dan Kontinuitas Dakwah Kultural. Jurnal Komunikasi Islam, 1(2), 161–171.
http://jki.uinsby.ac.id/index.php/jki/article/view/86
https://unupurwokerto.ac.id/pengertian-dan-metode-berpikir-ahlussunnah-wal-
jamaah/#:~:text=Dengan%20demikian%20dapat%20dikatakan%20bahwa,Junaidi%20dan%20al
%2DGhazali%20dalam