SIKAP KEMASYARAKATAN NU
Disusun oleh:
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat serta salam tidak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad saw. Serta kami
ucapkan terima kasih kepada (nama dosen pengampu) selaku dosen pengampu mata kuliah
………..
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah …….. yang berjudul “Sikap
Kemasyarakatan NU”. Semoga makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi kami tetapi juga
bermanfaat bagi anda semua yang membacanya dan semoga Allah Swt senantiasa meridhai
semua usaha kita. Aamiin.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1.1 Tawasuth..............................................................................................................2
2.1.2 I’tidal....................................................................................................................3
2.2 Tasamuh......................................................................................................................5
2.3 Tawazun......................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nahdlatul Ulama adalah organisasi masyarakat terbesar yang bergerak di bidang
pendidikan, sosial dan keagamaan yang ada di Indonesia yang didirikan oleh KH.
Hasyim Asyari. Organisasi Nahdlatul Ulama menganut ajaran Ahlussunnah Wal
Jama‟ah (Aswaja). Aswaja merupakan golongan yang selalu berusaha berada pada
garis kebenaran As Sunnah Wal Jamaah. Dalam bidang ilmu fiqih, NU mengikuti
salah satu dari empat madzab yaitu Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan madzhab
Hambali. Nahdlatul Ulama didirikan pada tanggal 31 Januari 1926, dan sampai
sekarang mampu merekrut banyak anggota yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Nahdlatul Ulama memiliki pengurus disetiap tingkatan dan badan otonom yang
berfungsi melakukan tugasnya masing-masing. Di tingkat nasional ada Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU), tingkat propinsi ada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama
(PWNU), tingkat kabupaten ada Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), tingkat
kecamatan ada Majelis Wakil Cabang (MWC) dan ditingkat desa ada Ranting serta
dengan badan otonom yang lain.
1
3. Bagaimana implementasi sikap tawassuth dan I’tidal?
4. Apa yang dimaksud dengan sikap Tasamuh?
5. Apa dasar hukum dari sikap Tasamuh?
6. Bagaimana implementasi sikap Tasamuh?
7. Apa yang dimaksud dengan sikap Tawazun?
8. Apa dasar hukum dari sikap Tawazun?
9. Bagaimana implementasi sikap Tawazun?
10. Apa yang dimaksud dengan sikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
11. Apa dasar hukum dari sikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
12. Bagaimana implementasi sikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin penulis capai dalam
pembahasan ini adalah dapat mengetahui pengertian, dasar hukum dan implementasi
sikap Tawassuth, I’tidal, Tasamuh dan Tawazun serta Amar Ma’ruf nahi Munkar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tawassuth dan I’tidal
2.1.1 Tawasuth
A. Pengertian Tawassuth
3
Artinya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan. Agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (Q.S Al Baqarah :
143)
4
menyelesaikan permasalahan lingkungan. Bila kita mengambil contoh pada
kasus banjir di berbagai tempat. Banyak masyarakat beranggapan bahwa
infrastruktur lebih penting dibandingkan dengan pohon yang ada di sekitar.
Alhasil, banyak pohon dan tumbuhan yang dikorbankan demi pembangunan.
Tentunya pembangunan juga memperhatikan aspek lingkungan. Keberadaan
pohon akan sangat berperan dalam kekuatan tanah. Tumbuhan juga sebagai
penyedia oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup.
2.1.2 I’tidal
A. Pengertian I’tidal
I’tidal yaitu tegak lurus. Tidak condong kekanan maupun ke kiri atau
berlaku adil dan tidak berpihak kecuali pada yang benar. Sikap I’tidal
berkaitan erat dengan sikap tawassuth. Pendapat dari KH. Aqil Siradj,
menyatakan bahwa I’tidal (tegak lurus atasu berlaku adil) ini diaplikasikan
dalam sikap kemasyarakatan yang selalu berlaku adil antara kelompok kaya
dan kelompok miskin, antara kelompok minoritas maupun mayoritas.
Puncaknya adalah terbentuknya sikap gotong royong dalam menegakkan
keadilan.
5
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian
menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi
saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada
suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena
keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah,
karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-
Maidah: 8)
2.2 Tasamuh
A. Pengertian Tasamuh
6
yang diyakini. Tasamuh adalah sikap toleransi, menghargai, tepa selira,
tenggang rasa dan saling menghargai. Sikap yang menjadi karakteristik
Nahdlatul Ulama ini sangat mempengaruhi cara pandang terhadap suatu
masalah. Dengan sikap tasamuh warga Nahdlatul Ulama menempatkan
keberagaman sebagai suatu keniscayaan untuk dihargai. Meski bersikap
tasamuh bukan berarti NU membenarkan setiap pendapat, ajaran dan paham.
Tasamuh tumbuh dibawah jiwa yang fanatik terhadap ajaran-ajaran Aswaja,
sehingga meskipun menghargai perbedaan-perbedaan, NU tetap teguh pada
pendiriannya.
Pendapat dari KH. Said Aqil Siradj, menyatakan bahwa nilai tasamuh
ini diaplikasikan di kehidupan dalam bermasyarakat. Kehidupan yang rukun,
harmonis dan damai merupakan tujuan agama Islam menjadi agama yang
rahmatan lil alamin. Setiap umat Islam memiliki kewajiban untuk
menciptakan lingkungan aman dan damai. Bukan hanya mampu berdamai
tetapi
Artinya : Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun
AS) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-
mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44)
Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS
dan Nabi Harun AS agar berkata dan bersikap baik kepada Fir'aun. Al-
Hafizh Ibnu Katsir (701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini
mengatakan, "Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS
kepada Fir'aun adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih,
7
lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati,
lebih dapat diterima dan lebih berfaedah". (Tafsir al-Qur'anil 'Azhim, juz III
hal 206).
2.3 Tawazun
A. Pengertian Tawazun
8
(Allah). Sedangkan maksud horizontal adalah hubungan kita dengan
manusia. Sebagai warga Nahdlatul Ulama, kita dituntut untuk seimbang
dalam menjalani hubungan, entah hubungan dengan tuhan maupun dengan
manusia. Jadi kita tidak boleh mengabaikan salah satunya.
9
makanan pokok manusia akan selalu dibutuhkan bagi masyarakat Indonesia.
Berbagai jenis beras yang berasal dari tanaman padi yang langka kini bisa
dibiakkan dengan adanya rekayasa genetik. Padi yang sulit tumbuh dapat
berkembang dengan mudah, memiliki karakter unggul dan produksi yang
maksimal melalui rekayasa genetik.
Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 104, yang berbunyi
10
C. Implementasi Sikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar
11
(Muhyiddin Abu Zakariya an-Nawawi, Raudlatut Thâlibîn, Beirut, Dar al-
Kutub al-Ilmiyyah, 2005, cetakan kelima, jilid V, halamann 123).
“Wajib bagi orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar untuk
bertindak yang paling ringan dulu kemudian yang agak berat. Sehingga,
ketika kemungkaran sudah bisa hilang dengan ucapan yang halus, maka
tidak boleh dengan ucapan yang kasar. Dan begitu seterusnya).” (Syekh
Abdul Hamid asy-Syarwani, Hasyiyah asy-Syarwani ala Tuhfahtil Muhtaj,
Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003 cetakan keempat, jilid 7, halaman
217)
Dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar, seseorang harus lebih arif
dan bijak karena terkadang dalam menghasilkan tujuan amar ma’ruf nahi
mungkar, seseorang harus menghilangkannya sedikit demi sedikit, tidak
memaksakan harus hilang seluruhnya dalam waktu seketika itu. Sayyid
Abdullah ibn Husain ibn Tohir berkata:
12
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa:
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
KH Muhyidin Abdushhomad, 2009. Karakter Tawssuth, Tawazun, I'tidal, dan Tasamuh
dalam Aswaja. Syariah, 29 Maret.
Shobirin, R., 2020. Penerapan Sikap Aswaja dalam Pembangunan Manajemen Lingkungan.
Universitas Islam Malang, 2 Februari.
Sibromulisi, M., 2018. Memahami Amar Ma'ruf Nahi Munkar Secara Benar. Ubudiyah, 4
November.
15