Dosen pengampu:
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHALUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
A. Sejarah NU dan Muhammadiyah ................................................................. 4
B. Pendidikan NU dan Muhammadiyah berbasis Islam Moderat .................... 7
C. Keterlibatan NU dan Muhammadiyah dalam Masyarakat ......................... 11
D. Peran Perempuan dalam Penguatan Islam Moderat ................................... 17
E. Tantangan yang dihadapi NU dan Muhammadiyah dalam mempertahankan
Islam moderat .................................................................................................... 21
BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
ii
BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
Basis penguatan Islam moderat melalui Nahdlatul Ulama (NU) dan
Muhammadiyah memiliki akar yang mendalam dalam sejarah dan nilai-nilai
keagamaan.
Nahdlatul Ulama didirikan pada tahun 1926 di Jombang, Jawa Timur,
sebagai tanggapan terhadap perkembangan pendidikan agama Islam yang
terkendala oleh kebijakan kolonial Hindia Belanda.
Pendirian NU diprakarsai oleh KH. Hasyim Asy'ari dengan tujuan
mempertahankan ajaran Islam tradisional dan menghadapi modernisasi yang
datang dari Barat. Menekankan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai
pandangan Islam yang moderat dan toleran.
Menganut konsep "Islam Nusantara" yang mengakui keberagaman
budaya dan tradisi lokal dalam bingkai ajaran Islam. Menekankan ajaran
Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai pandangan Islam yang moderat dan toleran.
Menganut konsep "Islam Nusantara" yang mengakui keberagaman budaya dan
tradisi lokal dalam bingkai ajaran Islam.
Muhammadiyah didirikan pada tahun 1912 di Yogyakarta oleh KH.
Ahmad Dahlan sebagai gerakan reformis untuk menjawab tantangan sosial dan
ekonomi yang dihadapi umat Islam.
Muhammadiyah mengajak umat Islam untuk menggabungkan ajaran
agama dengan kemajuan sosial dan ilmu pengetahuan modern. Menekankan
tauhid dan risalah sebagai fondasi keyakinan.
Memandang bahwa Islam harus bersinergi dengan perkembangan zaman
dan ilmu pengetahuan, tanpa mengesampingkan nilai-nilai agama. Menekankan
tauhid dan risalah sebagai fondasi keyakinan. Memandang bahwa Islam harus
bersinergi dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, tanpa
mengesampingkan nilai-nilai agama.
Berikut adalah Kontribusi Bersama dari kedua organisasi tersebut.
Menolak Ekstremisme dan Radikalisme, kedua organisasi secara tegas
1
2
1
Nur Khalik Ridwan, NU dan Neoliberalisme: Tantangan dan Harapan Menjelang Satu Abad
(Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2008), 26.
4
5
2
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia,
1996), 84.
3
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta: Quantum Teaching,
2005), 202.
6
4
Ramayulis dan Syamsul Nizar.
7
2. Faktor sosiologis. Faktor ini dapat dibagi kepada dua bagian yaitu internal
yaitu faktor yang muncul di tengah kehidupan masyarakat Islam Indonesia,
dan faktor eksternal, yaitu penyebab yang ada di luar tubuh masyarakat Islam
Indonesia.
a. Faktor internal Ketidakmurnian amalan Islam disebabkan adanya
pengaruh agama Hindu dan Budha sebelum Islam masuk ke Indonesia.
Lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan
generasi yang siap mengemban misi selaku khalifah Allah di bumi.
b. Faktor eksternal
1) Semakin meningkatnya gerakan kristenisasi di tengah kehidupan
masyarakat Indonesia.
2) Penetrasi bangsa Eropa terutama Belanda ke Indonesia.
3) Pengaruh dari gerakan pembaruan dalam dunia Islam. K.H. Ahmad
Dahlan merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan
pembaharuan dalam Islam yang dimulai sejak tokoh pertamanya,
yaitu Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim al-Jauziah, Muhammad bin
Abd.Wahab, Jamaluddin al- Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid
Ridha dan sebagainya. 5 Dengan demikian, K. H. Ahmad Dahlan
terinspirasi mendirikan gerakan Muhammadiyah setelah adanya
kontak dengan para pembaharu baik lewat pertemuan langsung
maupun dengan membaca karya-karya pembaharu
B. Pendidikan NU dan Muhammadiyah berbasis Islam Moderat
1. Lembaga Pendidikan NU berbasis Islam Moderat
NU merupakan organisasi didirikan sebagai Badan Hukum
Perkumpulan yang bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan dan sosial.
Dalam pembahasan pendidikan, untuk melaksanakan tugas-tugas
kependidikan ini NU membentuk Lembaga Pendidikan Ma‘arif NU yang
bertugas melaksanakan kebijakan di bidang pendidikan formal, dan
mendirikan Rabithah Ma‘ahid al-Islamiyah (RMI) yang bertugas
5
Mustafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam
(Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2000), 56.
8
6
Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah: Muktamar Muhammadiyah Ke-45
(Yogyakarta: Pusat Pimpinan Muhammadiyah, 2010), 37
7
Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah: Muktamar Muhammadiyah Ke-45, 128.
10
memelihara sikap kritis, baik pada masa Hindia Belanda, Dai Nippon
(Jepang), Orde Lama, Orde Baru hingga pasca Orde Baru. Keempat, selalu
memelihara dan menghidup-hidupkan prinsip pembaruan (tajdîd), inovasi
dalam menjalankan amal usaha di bidang pendidikan. Kelima, memiliki
kultur untuk memihak kepada kaum yang mengalami kesengsaraan du‘afâ
dan mustad‘afîn) dengan melakukan proses-proses kreatif sesuai dengan
tantangan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat Indonesia.
Keenam, memerhatikan dan menjalankan prinsip keseimbangan (tawassut
atau moderat) dalam mengelola lembaga pendidikan antara akal sehat dan
kesucian hati.8
Dari enam nilai dasar pendidikan Muhammadiyah di atas,khususnya
nilai dasar keenam, tampak bahwa pendidikan Muhammadiyah dilakukan
untuk meneguhkan Islam moderat yang menjadi salah satu ideologi bagi
gerakannya. Untuk itu, kurikulum pendidikan yang dikembangkan dalam
pendidikan Muhammadiyah juga mengakomodir watak Islam moderat ini.
Penguatan Islam moderat ini tampak dalam penajaman ciri pendidikan
Muhammadiyah yang termuat dalam kurikulum mata pelajaran al-Islam dan
KeMuhammadiyahan.
Menurut Mohamad Ali, mata pelajaran al-Islam dan
KeMuhammadiyahan merupakan ciri khas pendidikan Muhammadiyah, yang
berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Karena mata pelajaran ini
menjadi ciri khas, maka ia menjadi “identitas objektif” yang diterima publik
di luar Muhammadiyah. Dalam konteks ini, ada lima identitas objektif
sebagai elaborasi dari al-Islam dan KeMuhammadiyahan ke dalam sistem
pendidikan Muhammadiyah, yakni;
a. menumbuhkan cara berfikir tajdîd/inovatif
b. memiliki kemampuan antisipatif
c. mengembangkan sikap pluralistic
d. memupuk watak mandiri
8
Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah: Muktamar Muhammadiyah Ke-45, 130-
131.
11
9
Mohamad Ali, Reinvensi Pendidikan Muhammadiyah (Jakarta: Al-Wasat Publishing
House, 2010), 34-35.
12
10
Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita (Jakarta: TheWahid Institute, 2006)
13
11
Ahmad Zuhri dkk, “Peran Nahdlatul Ulama Dalam Penguatan Nila-Nilai Moderasi Beragama”, .
Vol. 6 No 2 (desember 2023), 88.
14
12
Amru Almu’tasim, Berkaca Nu Dan Muhammadiyah Dalam Mewujudkan Nilai-Nilai Moderasi
Islam Di Indonesia,
15
13
Abdul Mu’ti, “Akar Pluralisme dalam Pendidikan Muhammadiyah,” Afkaruna, Vol. 12 No. 1 Juni
2016. 28
16
14
https://www.nu.or.id/post/read/125316/moderasi-beragama-dan-urgensinya. Diakses Pada
tanggal 10/2/2021.
15
Prawitasari, Yohana E. 1993. Dalam Maimanah. 2013. Wanita dan Toleransi Beragama (Analisis
Psikologis). Mu’Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 1, Januari–Juni 2013.
16
Grele, Janet Zullenger. 1979. Woman and Future. New York : MacMillan Publishing Free Press
18
paying bagi organisasi perempuan Islam tingkat nasional yang berdiri pada 2 Juli
1967 yang menyebutkan bahwa tercatat sebanyak 62 organisasi perempuan
Islam. Ke 2 organisasi tersebut adalah Aisyiah dan Fatayat NU.
1. Peran Muslimat NU dalam memajukan islam moderat
Kata moderasi dalam Bahasa Latin yaitu moderâtio, yang berarti tidak
lebih dan juga tidak kurang. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), moderasi memiliki dua makna, yang pertama adalah pengurangan
kekerasan dan yang kedua yaitu penghindaran keekstreman. Kemudian dalam
Bahasa Inggris, moderasi dikenal dengan moderation, yang berarti rata-rata,
inti, baku, ataupun tidak berpihak.17 Dari ketiga pengertian tersebut, maka
moderasi menurut hemat peneliti adalah sesuatu yang diambil dari nilai rata-
rata untuk menghindari sikap yang ekstrem.
Dalam buku Indeks Kerukunan Umat Beragama, adapun indikator
utama kerukunan umat beragama adalah toleransi, kesetaraan, dan kerja
sama.
a. Toleransi
Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang, yaitu menghargai
serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan,
dan lain-lainnya, yang berbeda dengan pendirian sendiri.18
b. Kesetaraan
Konsep tentang kesetaraan dimaknai antara lain sebagai pandangan
dan sikap hidup menganggap semua orang adalah sama dalam hak dan
kewajiban. Hak atas melaksanakan agama beribadah dan kewajiban
terhadap kehidupan bernegara dan bersosialisasi dengan penganut agama
lain sebagai sesuatu yang alamiah.19 Ukuran kesetaraan dari berbagai
sumber diperoleh tingatan yang sama (tidak ada diskriminasi; relasi timbal
balik), kesempatan yang sama (kebebasan beraktifitas keagamaan;
17
Kementerian Agama, Moderasi Beragama, 1st ed. (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2019), 15.
18
Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antaragama, Penerbit Ciputat Press, Jakarta, hlm. 13
19
John Locke (1632 – 1704) , Two Tretises of Goverment (2013), page 8.
19
20
Tangkilisan, Manajemen Publik, 2005, 86.
20
21
Ma'arif, A.S. (2018). Deradikalisasi Paham Radikal. Jakarta: PSAP Muhammadiyah.
22
22
Azra, A. (2019). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara. Jakarta: Kencana.
23
23
Hilmy, M. (2021). Embracing an Inclusive Indonesian Islam. Malang: UB Press.
24
Burhani, A.N. (2022). Akar Konflik Sepanjang Zaman. Yogyakarta: IRCiSoD.
24
25
Azra, A. (2022). Purifikasi dan Moderasi Islam. Jakarta: Kencana.
25
26
Hilmy, M. (2020). Islamisme dan Demokrasi. Jakarta: Al-Wasath.
27
Ma'arif, A.S. (2021). Gejala Radikalisme di Media Sosial. Yogyakarta: LP3M UMY.
26
28
Burhani, A.N. (2019). Dari Sicili ke Nusantara. Depok: UI Press.
29
As'ad, A. (2023). Radikalisme atas Nama Agama. Jakarta: Erlangga.
30
Khisbiyah, Y. (2023). NU dan Isu-Isu Kontemporer. Bandung: Mizan.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Publishing House.
Azra, A. 2019. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara. Jakarta:
Kencana.
Ma'arif, A.S. 2021. Gejala Radikalisme di Media Sosial. Yogyakarta: LP3M UMY.
Pasha, Mustafa Kamal dan Ahmad Adaby Darban. 2000. Muhammadiyah sebagai
29
Ramayulis dan Syamsul Nizar. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta:
Quantum Teaching.
2010.
Wahid, Abdurrahman. 2006. Islamku Islam Anda Islam Kita. Jakarta: TheWahid
Institute.
30