Ini di buat untuk mengikuti kegiatan lomba penulisan sejarah lokal Jawa timur
Dengan tema “Organisasi dan sistem sosial politik di Jawa Timur”.
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, atas selesainya
karya ilmiah sejarah ini yang berjudul “NAHDLTUL ULAMA DAN
MUHAMMADIYAH” terselesaikan dengan lancar untuk memenuhi kegiatan lomba
penulisan sejarah lokal Jawa timur dengan tema “organisasi dan sistem sosial politik di
Jawa Timur”.
Setiap orang tidak luput dari kesalahannya, begitu pula dengan karya ilmiah ini sedikit
atau banyaknya pasti ada kesalahan, saya mohon maaf untuk kesalahan yang ada dalam karya
ilmiah ini, dan semua ini tidak luput dari Bimbingan guru sejarah “SMA PERSATUAN
KEDUNGPRING LAMONGAN”.
Saya berharap karya ilmiah ini sangat bermanfaat bagi kita semua, dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita semua dalam “organisasi dan sistem sosial politik di Jawa
Timur”, dan dapat meningkatkan ketertarikan generasi muda saat ini dengan sejarah lokal di
era millenial ini.
Dalam karya ilmiah ini kita dapat mengetahui bagaimana masuknya Islam di Jawa
timur dan berkembangnya Islam di Jawa timur hingga saat ini, peninggalan-peninggalan dari
sejarah masuknya Islam di Jawa timur.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
3
1. Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan,
pada tanggal 8 Dzulhijjah Tahun 1330 H., bertepatan dengan tanggal 18
Nopember. Tahun 1912 M. Di Yogyakarta.
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
4
BAB II
ISI
5
(Kongres Islam Internasional) di Mekah untuk disahkan. Akibat dari hal tersebut,
kalangan pesantren membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz
yang diketahui oleh K.H. Wahab Hasbullah. Dengan desakan Komite Hejaz dan
seruan dari penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud membatalkan
pengesahan tersebut dan sekarang di Mekah bebas untuk melaksanakan ibadah sesuai
dengan madzhab masing-masing.
Setelah itu, untuk mengantisipasi perkembangan zaman lalu dibentuklah organisasi
yang lebih sistematis. Organisasi yang dibentuk awalnya dimusyawarahkan dengan
para kiai, kemudian lahirlah Nahdlatul Ulama (NU) yang mempunyai arti
"Kebangkitan Ulama". NU lahir pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 di bawah
kepemimpinan K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.
K.H. Hasyim Asy'ari pun merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar) dan
Kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah yang kemudian diejawantahkan dalam Khittah
NU dan menjadi dasar dan rujukan pemikiran dan tindakan keagamaan juga politik
warga NU.
6
Muhammadiyah Surabaya langsung berstatus Cabang yang diketuai oleh KH Mas
Mansur, dibantu oleh H Ali, H Azhan Rawi, H Ali Ismail dan Kiai Usman.
Perjalanan KH Ahmad Dahlan di Jatim tidak berhenti di Surabaya saja, karena
dia ternyata juga mengunjungi berbagai kota lainnya. Tempat-tempat yang dikunjungi
dan membuahkan hasil adalah Kepanjen (21 Desember 1921), Blitar (1921),
Sumberpucung (1922), dan Ponorogo (1922). Tahap selanjutnya, Muhammadiyah
juga berdiri di Jombang (1923), Madiun (1924), Ngawi (1925), Jember (1925),
Situbondo (1925), Malang (1926), Gresik (1926), Lumajang (1927), Trenggalek
(1927). Bondowoso (1927), Bangkalan (1927), Sumenep (1927), Sampang (1927),
dan Probolinggo (1928) Pada tahap selanjutnya, Muhammadiyah juga didirikan di
Pamekasan (1928). Kediri (rentang waktu 1927-1933). Tulungagung (1932).
Banyuwangi (1933), Magetan (rentang waktu 1932-1933). Nganjuk (1933), Pacitan
(1933), Tuban (1933), Mojokerto (1933). Sidoarjo (1935-1936), Bojonegoro (1947).
Dan Lamongan (1951).
Di awal perkembangan Muhammadiyah Jatim, struktur kepemimpinan dan
pembagian daerah masih sangat sederhana. Hierarkinya pendek, dan lebih
mengedepankan dinamika organisasi, amal usaha, kemudahan komunikasi, dan
koordinasi. Awalnya hanya terdiri dari ranting dan cabang Ranting adalah level yang
paling bawah dan menjadi wadah bagi anggota. Di atasnya terdapat cabang yang
langsung berhubungan dengan Pengurus Besar di Yogyakarta (Hoofdestuur).
Pada 1930-an barulah dirasakan perlunya pengelolaan dan koordinasi yang
lebih baik di cabang-cabang maupun di ranting-ranting Berdasarkan keputusan
Kongres (sekarang Muktamar) ke-19 di Minangkabau pada 1930, Pengurus Besar
(kini Pengurus Pusat) Muhammadiyah mengangkat perwakilan di daerah-daerah
dengan sebutan Konsul Pengurus Besar Muhammadiyah (Consul Hoofdestuur), atau
yang biasa disebut Konsul Daerah. Awalnya Jatim dibagi menjadi 5 daerah, yaitu
Surabaya, Madiun, Madura, Besuki, dan Pasuruan, dan baru pada 1937 Daerah Kediri
didirikan.
7
Nahdlatul Ulama (NU) pra kemerdekaan tampil sebagai Organisasi yang
disegani oleh penjajah. Sehingga kekuatan Ulama yang tergabung dalam
Nahdlatul Ulama (NU) mampu menjembatani kepentingan Islam dan juga
kepentingan bangsa Indonesia yang menjadi pilar pengantar terhadap lahirnya
negara kesatuan republik Indonesia.
Nahdlatul Ulama (NU) masa kemerdekaan
a. Faktor subyektif
Yang dimaksud faktor subyektif ini adalah faktor yang berkaitan pribadi
Ahmad Dahlan, memiliki karakteristik yang khas, antara lain:
Sebagai ulama dan intelektual muslim yang relatif cerdas pada zamannya
Memiliki kepekaan sosial yang tinggi, cepat mendiagnosa penyakit umat
dan menentukan terapinya.
Sebagai ulama bertipe ulama praktis, bukan ulama teoritis, hal ini terbukti
antara lain dari pengajian tafsir yang dilakukannya menggunakan metode
tematik yakni memulai dari ayat-ayat yang paling mudah dipaham dan
mudah diamalkan.
b. Faktor Obyektif
8
Faktor obyektif di sini adalah fakta-fakta riil yang terjadi dan menimpa umat
dan bangsa Indonesia. Faktor Obyektif ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu
internal dan Eksternal.
Kondisi ummat Islam Indonesia pada saat itu secara umum adalah rendah
pemahamannya terhadap ajaran islam. Hal ini sebagai akibat rendahnya
kualitas pendidikan yang dimiliki. Akibat dari rendahnya pemahaman
mereka terhadap agama Islam, maka sering kali terjadi distorsi, terlebih
pada kurun waktu itu Islam lebih dipahami secara Fiqhi semata.
Keterbelakangan umat Islam dan bangsa Indonesia akibat penjajahan.
Penjajahan ini juga mengakibatkan Umat Islam dan bangsa Indonesia
menjadi bodoh dan miskin.
Lembaga pendidikan khususnya umat Islam di Indonesia, di samping
secara akademis tidak memenuhi Syarat sebagai lembaga pendidikan yang
modern, juga tidak berorientasi ke depan yang bersifat problem solfer
terhadap berbagai tantangan yang sedang dihadapi umat Islam dan bangsa
Indonesia pada saat itu.
c. Faktor Eksternal
Kondisi bangsa Indonesia pada saat itu dijajah oleh Belanda, dan sangat
logis bahwa bangsa yang terjajah adalah bangsa yang rendah harga
dirinya, bodoh, dan miskin, serta kehilangan dinamika.
Penjajah Belanda bukan hanya menjajah, tetapi juga menyiarkan ideologi
agama yakni agama Kristen.
Secara global pada saat itu sedang terjadi trend kebangkitan umat Islam
yang didengungkan oleh para Tokoh Islam diberbagai Negara Islam di
dunia, serta sedang memuncaknya semangat ummat Islam khususnya di
Indonesia untuk melepaskan diri dari Penjajahan.
5. Filosofi lambang NU
9
1. Bola dunia adalah tempat manusia berasal dan tinggal. Hal ini sesuai
dengan surat Taha ayat 55.
2. Tali atau tambang yang mengelilingi bola dunia. Ini artinya adalah
lambang ukhuwah, atau persaudaraan. Ini berdasarkan ayat 103
dalam surat Ali Imran.
3. Peta Indonesia terlihat. Meskipun NU menggunakan lambang bola
dunia, tapi yang tampak di permukaan adalah peta Indonesia. Ini
melambangkan NU didirikan di Indonesia, berjuang di Indonesia.
4. Dua simpul ikatan di bagian bawah melambangkan hubungan vertikal
dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama umat manusia.
5. Untaian tampar tambang yang berjumlah 99 melambangkan nama-
nama terpuji bagi Allah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99.
6. Lima bintang di atas bola dunia. Bintang yang berada di tengah berukuran besar
dibanding empat yang lainnya. Bintang paling besar itu melambangkan
Rasulullah, sementara yang empat melambangkan sahabatnya yang mendapat
julukan Khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
10
11.Tulisan berwarna putih sebagai lambang kesucian.
1. Matahari merupakan titik pusat dalam tata surya dan merupakan sumber kekuatan
semua makhluk hidup yang ada di bumi. Jika matahari menjadi kekuatan cikal
bakal biologis, Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi sumber kekuatan
spiritual dengan nilai-nilai Islam yang berintikan dua kalimat syahadat.
2. Dua belas sinar matahari yang memancar ke seluruh penjuru diibaratkan sebagai
tekad dan semangat warga Muhammadiyah dalam memperjuangkan Islam,
semangat yang pantang mundur dan pantang menyerah seperti kaum Hawari
(sahabat nabi Isa yang berjumlah 12).
3. Warna putih pada seluruh gambar matahari melambangkan kesucian dan
keikhlasan.
4. Warna hijau yang menjadi warna dasar melambangkan kedamaian dan
kesejahteraan.
7. Tujuan berdirinya NU
11
Memperkuat persatuan di antara sesama ulama yang masih setia pada ajaran
mazhab
Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis buku yang diajarkan oleh lembaga
pendidikan Islam
Penyebarluasan ajaran Islam atas permintaan empat Madzhab
Meningkatkan jumlah Madrasah dan Organisasi
Mendukung pembangunan Masjid, Langgar dan Pesantren
Membantu anak yatim dan fakir miskin.
12
IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul ulama)
- Pengertian
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama atau disingkat IPPNU adalah
organisasi kepelajaran yang berstatus sebagai badan otonom Nahdlatul
Ulama. Organisasi ini lahir pada 2 Maret 1955 di Malang dengan
pendiri sekaligus ketua umum pertamanya bernama Hj. Umroh
Machfudzoh.
- Tujuan
Kepelajaran, kemasyarakatan, dan keagamaan
- Pendiri
Hj. Umroh Machfudzoh.
10. Organisasi yang ada dalam Muhammadiyah
IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah)
- Pengertian
Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah organisasi otonom
Muhammadiyah yang merupakan gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf
nahi mungkar di kalangan pelajar, berakidah islam dan bersumber Al-
Qur'an dan Al-Sunnah. Organisasi ini lahir pada 18 Juli 1961, saat ini
terdapat di 34 provinsi se-Indonesia.
- Tujuan
Terbentuknya pelajar Muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan
terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
- Pendiri
K.H Ahmad Dahlan
Nasyiatul Aisyiyah
- Pengertian
Organisasi Remaja Putri yang merupakan salah satu organisasi otonom
Muhammadiyah. Organisasi ini berdiri pada 16 Mei 1931 di
Yogyakarta.
- Tujuan
Menjadi wadah bagi para perempuan (organisasi keperempuanan)
untuk berkarya dan berperan aktif dalam berdakwah dalam
13
mengembangkan nilai keislaman kepada masyarakat, serta
meningkatkan mutu ilmu pengetahuan, baik dari segi spiritual,
intelektual, maupun jasmaniah.
- Pendiri
Sumodirjo
Aisyiyah
- Pengertian
Aisyiyah adalah salah satu organisasi otonom bagi wanita
Muhammadiyah yang didirikan di Yogyakarta pada 27 Rajab 1335 H
bertepatan dengan 19 Mei 1917 oleh Nyai Ahmad Dahlan.
- Tujuan
Keagamaan dan sosial (Islam)
- Pendiri
Nyai Ahmad Dahlan
14