Anda di halaman 1dari 14

PENELITIAN KARYA ILMIAH

“NAHDLTUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH”

Ini di buat untuk mengikuti kegiatan lomba penulisan sejarah lokal Jawa timur
Dengan tema “Organisasi dan sistem sosial politik di Jawa Timur”.

Oleh: Ria Kartika Sari


Jurusan : IIS

SMA PERSATUAN KEDUNGPRING LAMONGAN


2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, atas selesainya
karya ilmiah sejarah ini yang berjudul “NAHDLTUL ULAMA DAN
MUHAMMADIYAH” terselesaikan dengan lancar untuk memenuhi kegiatan lomba
penulisan sejarah lokal Jawa timur dengan tema “organisasi dan sistem sosial politik di
Jawa Timur”.

Setiap orang tidak luput dari kesalahannya, begitu pula dengan karya ilmiah ini sedikit
atau banyaknya pasti ada kesalahan, saya mohon maaf untuk kesalahan yang ada dalam karya
ilmiah ini, dan semua ini tidak luput dari Bimbingan guru sejarah “SMA PERSATUAN
KEDUNGPRING LAMONGAN”.

Saya berharap karya ilmiah ini sangat bermanfaat bagi kita semua, dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita semua dalam “organisasi dan sistem sosial politik di Jawa
Timur”, dan dapat meningkatkan ketertarikan generasi muda saat ini dengan sejarah lokal di
era millenial ini.

Dalam karya ilmiah ini kita dapat mengetahui bagaimana masuknya Islam di Jawa
timur dan berkembangnya Islam di Jawa timur hingga saat ini, peninggalan-peninggalan dari
sejarah masuknya Islam di Jawa timur.

Penulis

Ria Kartika Sari

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Nahdlatul Ulama adalah merupakan organisasi kemasyarakatan sekaligus


sebagai organisasi keagamaan yang lebih dikenal dengan istilah jam’iyah, yang
berprinsip moderat terhadap adat istiadat dengan toleransinya terhadap masyarakat
dan sesuai dengan prinsip Nahdlatul Ulama. Nahdlatul Ulama (NU) menjadi salah
satu organisasi sosial keagamaan di Indonesia yang pembentukannya merupakan
kelanjutan perjuangan kalangan pesantren dalam melawan kolonialisme di Indonesia,
NU didirikan pada tanggal 31 januari 1926 di Surabaya oleh sejumlah ulama
tradisional yang diprakarsai oleh KH. Hasyim Asy’ari.

Pembentukan NU merupakan reaksi satu sisi terhadap berbagai aktivitas


kelompok reformis, Muhammadiyah dan kelompok modernis moderat yang aktif
dalam gerakan politik, Syarekat Islam (SI), sisi lain terhadap perkembangan politik
dan paham keagamaan internasional. Maksud Nahdlatul Ulama berdiri memang
mempunyai motivasi keagamaan, yaitu mempertahankan Islam ahlussunnah wal
jamaah sebagaimana latar belakang didirikannya Nahdlatul Ulama. Dengan latar
belakang keagamaan yakni mendarah dagingnya ajaran ahlussunnah waljamaah
(pendukung madzhab Syafi’i) pada masa pergerakan nasional.

Sebagai lanjutan organisasi ini bertujuan sesuai motivasi berdirinya yaitu


mencapai Izzatul Islam wal muslimin atau dengan kata lain membentuk masyarakat
Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Sedangkan Ahlussunnah wal-Jama’ah sendiri
memiliki pengertian dalam orang-orang yang meniti jalan yang ditempuh oleh Nabi
dan para sahabatnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Ada baiknya dijelaskan pengertian Muhammadiyah. Hal ini ada kapitan-Nya


ketika mengkaji Persyarikatan ini lebih lanjut. Secara etimologis, Muhammadiyah
berasal dari bahasa Arab, dari kata “‫“ محمد‬yaitu nama Nabi dan Rasul Allah yang
terakhir. Muhammad itu sendiri berarti “yang terpuji”. Kemudian mendapatkan
tambahan yā’ nisbah yang berfungsi menjeniskan atau membang-sakan atau
bermakna pengikut. Jadi Muhammadiyah berarti sejenis dari Muhammad. Tegasnya
golongan yang berkemauan mengikuti Sunnah Nabi Muhammad saw.

1. Secara terminologi, menurut sumber-sumber primer

Dijelaskan sebagai berikut:

3
1. Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan,
pada tanggal 8 Dzulhijjah Tahun 1330 H., bertepatan dengan tanggal 18
Nopember. Tahun 1912 M. Di Yogyakarta.

2. Muhammadiyah adalah organisasi gerakan dakwah Islam amar ma‟ruf nahi


munkar dan tajdid, berakidah Islam, dan bersumber pada Al-Qur‟an dan as-
Sunnah

Nama “Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat, murid, sekaligus


sahabat Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom
Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi Penghulu Kraton
Yogyakarta, lewat keputusan Ahmad Dahlan setelah melalui shalat istikhārah.

Pemberian nama Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan Diharapkan warga


Muhammadiyah dapat mengikuti Nabi Muhammad saw dalam segala tindakannya.
Sedangkan Organisasi itu merupakan alat atau wadah dalam usaha Melancarkan
kegiatan sesuai tujuan. Hal ini dijelaskan Ahmad Dahlan yang terkenal dengan
wasiatnya kepada Organisasi Muhammadiyah yaitu bahwa: “Hidup-hiduplah
Muhammadi-yah dan Tidak mencari penghidupan dalam Muhammadiyah”.

2. Rumusan masalah

Bagaimana sejarah NU dan Muhammadiyah di Jawa Timur, ada berapa tahap


pemahaman yang ada di NU, apa saja faktor yang melandasi latar belakang
Muhammadiyah, pengertian dari filosofi lambang NU dan Muhammadiyah, tujuan
dari didirikannya NU dan Muhammadiyah, macam-macam organisasi yang berasal
dari NU dan Muhammadiyah.

3. Tujuan

Karya ilmiah ini bertujuan untuk:

Mengetahui bagaimana masuknya NU dan Muhammadiyah di Jawa Timur,


mengetahui tahap pemahaman yang ada di NU, tahu beberapa faktor yang melandasi
latar belakang Muhammadiyah, bisa memahami filosofi lambang NU dan
Muhammadiyah, faham tujuan berdirinya NU dan Muhammadiyah, memahami
macam-macam organisasi yang berasal dari NU dan Muhammadiyah.

4
BAB II
ISI

1. Sejarah NU di Jawa Timur


Pada mulanya, kalangan pesantren mempunyai tekad untuk melawan kolonialisme
dengan membentuk suatu organisasi pergerakan pada 1916, kala itu bernama
Nahdlatul Wathan yang mempunyai arti “Kebangkitan Tanah Air”. Selang dua tahun,
pada 1918 didirikan kembali organisasi yang bertujuan untuk pendidikan sosial politik
kaum dan keagamaan santri bernama Taswirul Afkar atau dikenal dengan Nahdlatul
Fikri yang mempunyai arti “Kebangkitan Pemikiran”.
Kemudian, untuk memperbaiki perekonomian rakyat didirikan Nahdlatul Tujjar
yang mempunyai arti “Pergerakan Kaum Saudagar”. Dengan begitu, Taswirul Afkar
menjadi lembaga pendidikan yang berkembang, bahkan sampai memiliki cabang di
beberapa kota. Dengan demikian, kaum terpelajar menyadari keterbelakangan yang
dialami oleh Indonesia baik mental maupun ekonomi akibat penjajahan atau
kungkungan tradisi dan berniat memperjuangkan harga diri bangsa ini. Hal ini
direalisasikan dalam jalan pendidikan dan organisasi.
Gerakan ini muncul pada 1908 dan dikenal dengan “Kebangkitan Nasional”.
Akibatnya, banyak bermunculan organisasi pendidikan dan pembebasan. Ketika Raja
Ibnu Saud berencana menerapkan asas tunggal, yaitu mazhab wahabi di Mekah dan
menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam termasuk pra-Islam yang banyak
didatangi karena dianggap bi’dah.
Hal tersebut disambut baik oleh kaum modernis Indonesia, baik Muhammadiyah
yang berada di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII yang berada di bawah
pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Namun, kalangan pesantren yang berpihak kepada
keberagaman, menolak gagasan tersebut. Karena tidak sejalan dengan gagasan
pembatasan madzhab dan penghancuran warisan peradaban, maka kalangan pesantren
dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada 1925. Dengan
demikian, kalangan pesantren tidak dilibatkan dalam delegasi Mu’tamar ‘Alam Islami

5
(Kongres Islam Internasional) di Mekah untuk disahkan. Akibat dari hal tersebut,
kalangan pesantren membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz
yang diketahui oleh K.H. Wahab Hasbullah. Dengan desakan Komite Hejaz dan
seruan dari penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud membatalkan
pengesahan tersebut dan sekarang di Mekah bebas untuk melaksanakan ibadah sesuai
dengan madzhab masing-masing.
Setelah itu, untuk mengantisipasi perkembangan zaman lalu dibentuklah organisasi
yang lebih sistematis. Organisasi yang dibentuk awalnya dimusyawarahkan dengan
para kiai, kemudian lahirlah Nahdlatul Ulama (NU) yang mempunyai arti
"Kebangkitan Ulama". NU lahir pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 di bawah
kepemimpinan K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.
K.H. Hasyim Asy'ari pun merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar) dan
Kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah yang kemudian diejawantahkan dalam Khittah
NU dan menjadi dasar dan rujukan pemikiran dan tindakan keagamaan juga politik
warga NU.

2. Sejarah Muhammadiyah di Jawa Timur


Pertama kali KH Ahmad Dahlan ke Jatim terjadi sekitar 1916, atau 1 tahun setelah
Hi Mas Mansur sepulang dari Mekah dan Mesir menemuinya di Yogyakarta (1915).
Saksi kedatangan KH Dahlan ke Surabaya ini dua di antaranya adalah tokoh
pergerakan nasional Soekarno dan Roeslan Abdulgani Keduanya tidak hanya
menyaksikan, tetapi juga mengikuti pengajiannya di langgar Peneleh, Plampitan, serta
di langgar dekat rumah KH Mas Mansur (Kawasan Ampel) KH Ahmad Dahlan
datang ke Surabaya dan memberikan tabligh di tiga tempat yaitu di Kampung
Peneleh, Plampitan, dan Ampel.
Pada tahun yang sama, KH Mas Mansur untuk kedua kalinya datang ke rumah
KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta Pertemuan kali ini berlangsung lebih lama
daripada tahun sebelumnya, dan diisi dengan pembicaraan yang bersifat dialogis Dari
dialog inilah KH Mas Mansur tampaknya amat terkesan dengan kepiawaian KH
Ahmad Dahlan dalam menafsirkan al-Qur’an.
Kekaguman inilah yang mengantarkan KH Mas Mansur menerima ajakan KH
Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah di Surabaya 4 tahun kemudian,
atau 1920, yang secara resmi dideklarasikan pada 1 November 1921 Muhammadiyah
Surabaya ditetapkan oleh Surat Ketetapan HB Muhammadiyah No 4/1921

6
Muhammadiyah Surabaya langsung berstatus Cabang yang diketuai oleh KH Mas
Mansur, dibantu oleh H Ali, H Azhan Rawi, H Ali Ismail dan Kiai Usman.
Perjalanan KH Ahmad Dahlan di Jatim tidak berhenti di Surabaya saja, karena
dia ternyata juga mengunjungi berbagai kota lainnya. Tempat-tempat yang dikunjungi
dan membuahkan hasil adalah Kepanjen (21 Desember 1921), Blitar (1921),
Sumberpucung (1922), dan Ponorogo (1922). Tahap selanjutnya, Muhammadiyah
juga berdiri di Jombang (1923), Madiun (1924), Ngawi (1925), Jember (1925),
Situbondo (1925), Malang (1926), Gresik (1926), Lumajang (1927), Trenggalek
(1927). Bondowoso (1927), Bangkalan (1927), Sumenep (1927), Sampang (1927),
dan Probolinggo (1928) Pada tahap selanjutnya, Muhammadiyah juga didirikan di
Pamekasan (1928). Kediri (rentang waktu 1927-1933). Tulungagung (1932).
Banyuwangi (1933), Magetan (rentang waktu 1932-1933). Nganjuk (1933), Pacitan
(1933), Tuban (1933), Mojokerto (1933). Sidoarjo (1935-1936), Bojonegoro (1947).
Dan Lamongan (1951).
Di awal perkembangan Muhammadiyah Jatim, struktur kepemimpinan dan
pembagian daerah masih sangat sederhana. Hierarkinya pendek, dan lebih
mengedepankan dinamika organisasi, amal usaha, kemudahan komunikasi, dan
koordinasi. Awalnya hanya terdiri dari ranting dan cabang Ranting adalah level yang
paling bawah dan menjadi wadah bagi anggota. Di atasnya terdapat cabang yang
langsung berhubungan dengan Pengurus Besar di Yogyakarta (Hoofdestuur).
Pada 1930-an barulah dirasakan perlunya pengelolaan dan koordinasi yang
lebih baik di cabang-cabang maupun di ranting-ranting Berdasarkan keputusan
Kongres (sekarang Muktamar) ke-19 di Minangkabau pada 1930, Pengurus Besar
(kini Pengurus Pusat) Muhammadiyah mengangkat perwakilan di daerah-daerah
dengan sebutan Konsul Pengurus Besar Muhammadiyah (Consul Hoofdestuur), atau
yang biasa disebut Konsul Daerah. Awalnya Jatim dibagi menjadi 5 daerah, yaitu
Surabaya, Madiun, Madura, Besuki, dan Pasuruan, dan baru pada 1937 Daerah Kediri
didirikan.

3. Tahap pemahaman yang ada di NU

 Nahdlatul Ulama (NU) pra kemerdekaan

7
Nahdlatul Ulama (NU) pra kemerdekaan tampil sebagai Organisasi yang
disegani oleh penjajah. Sehingga kekuatan Ulama yang tergabung dalam
Nahdlatul Ulama (NU) mampu menjembatani kepentingan Islam dan juga
kepentingan bangsa Indonesia yang menjadi pilar pengantar terhadap lahirnya
negara kesatuan republik Indonesia.
 Nahdlatul Ulama (NU) masa kemerdekaan

 Masa Orde Lama


Nahdlatul Ulama (NU) memutuskan dirinya menjadi partai politik hanya karena
menghadapi komunis. Sebab kuatnya komunis sebagai partai politik
membutuhkan pola yang sama. Nahdlatul Ulama dengan suara yang keras
akhirnya mampu mempertahankan dasar negara Pancasila.
 Masa Reformasi
Dimasa reformasi pola politik mengalami perubahan, Nahdlatul Ulama (NU)
bersepakat kembali ke khittah. Yakni Nahdlatul Ulama (NU) murni sebagai
organisasi sosial keagamaan dan mengambil jarak yang sama terhadap partai
politik yang ada. Sehingga Nahdlatul Ulama bukan milik siapa-siapa tetapi
merupakan milik potensi bangsa Indonesia.

4. Faktor yang melandasi latar belakang Muhammadiyah

a. Faktor subyektif
Yang dimaksud faktor subyektif ini adalah faktor yang berkaitan pribadi
Ahmad Dahlan, memiliki karakteristik yang khas, antara lain:
 Sebagai ulama dan intelektual muslim yang relatif cerdas pada zamannya
 Memiliki kepekaan sosial yang tinggi, cepat mendiagnosa penyakit umat
dan menentukan terapinya.
 Sebagai ulama bertipe ulama praktis, bukan ulama teoritis, hal ini terbukti
antara lain dari pengajian tafsir yang dilakukannya menggunakan metode
tematik yakni memulai dari ayat-ayat yang paling mudah dipaham dan
mudah diamalkan.
b. Faktor Obyektif

8
Faktor obyektif di sini adalah fakta-fakta riil yang terjadi dan menimpa umat
dan bangsa Indonesia. Faktor Obyektif ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu
internal dan Eksternal.
 Kondisi ummat Islam Indonesia pada saat itu secara umum adalah rendah
pemahamannya terhadap ajaran islam. Hal ini sebagai akibat rendahnya
kualitas pendidikan yang dimiliki. Akibat dari rendahnya pemahaman
mereka terhadap agama Islam, maka sering kali terjadi distorsi, terlebih
pada kurun waktu itu Islam lebih dipahami secara Fiqhi semata.
 Keterbelakangan umat Islam dan bangsa Indonesia akibat penjajahan.
Penjajahan ini juga mengakibatkan Umat Islam dan bangsa Indonesia
menjadi bodoh dan miskin.
 Lembaga pendidikan khususnya umat Islam di Indonesia, di samping
secara akademis tidak memenuhi Syarat sebagai lembaga pendidikan yang
modern, juga tidak berorientasi ke depan yang bersifat problem solfer
terhadap berbagai tantangan yang sedang dihadapi umat Islam dan bangsa
Indonesia pada saat itu.
c. Faktor Eksternal
 Kondisi bangsa Indonesia pada saat itu dijajah oleh Belanda, dan sangat
logis bahwa bangsa yang terjajah adalah bangsa yang rendah harga
dirinya, bodoh, dan miskin, serta kehilangan dinamika.
 Penjajah Belanda bukan hanya menjajah, tetapi juga menyiarkan ideologi
agama yakni agama Kristen.
 Secara global pada saat itu sedang terjadi trend kebangkitan umat Islam
yang didengungkan oleh para Tokoh Islam diberbagai Negara Islam di
dunia, serta sedang memuncaknya semangat ummat Islam khususnya di
Indonesia untuk melepaskan diri dari Penjajahan.

5. Filosofi lambang NU

9
1. Bola dunia adalah tempat manusia berasal dan tinggal. Hal ini sesuai
dengan surat Taha ayat 55. 
2. Tali atau tambang yang mengelilingi bola dunia. Ini artinya adalah
lambang ukhuwah, atau persaudaraan. Ini berdasarkan ayat 103
dalam surat Ali Imran.
3. Peta Indonesia terlihat. Meskipun NU menggunakan lambang bola
dunia, tapi yang tampak di permukaan adalah peta Indonesia. Ini
melambangkan NU didirikan di Indonesia, berjuang di Indonesia.
4. Dua simpul ikatan di bagian bawah melambangkan hubungan vertikal
dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama umat manusia. 
5. Untaian tampar tambang yang berjumlah 99 melambangkan nama-
nama terpuji bagi Allah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99. 
6. Lima bintang di atas bola dunia. Bintang yang berada di tengah berukuran besar
dibanding empat yang lainnya. Bintang paling besar itu melambangkan
Rasulullah, sementara yang empat melambangkan sahabatnya yang mendapat
julukan Khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

7. Empat bintang di bawah bola dunia melambangkan empat imam


mazhab Ahlussunah wal Jamaah yaitu Imam Maliki, Imam Syafi'i, Imam
Hanafi, dan Imam Hanbali. 
8. Jumlah bintang secara keseluruhan ada sembilan. Ini bermakna
Wali Songo (sembilan ulama penyebar Islam).
9. Tulisan Nahdlatul Ulama dalam huruf Arab melintang di tengah
bumi untuk menunjukkan nama organisasi tersebut, Nahdlatul
Ulama, kebangkitan para ulama. 
10. Warna dasar lambang adalah hijau sebagai lambang kesuburan.

10
11.Tulisan berwarna putih sebagai lambang kesucian. 

6. Filosofi lambang Muhammadiyah

1. Matahari merupakan titik pusat dalam tata surya dan merupakan sumber kekuatan
semua makhluk hidup yang ada di bumi. Jika matahari menjadi kekuatan cikal
bakal biologis, Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi sumber kekuatan
spiritual dengan nilai-nilai Islam yang berintikan dua kalimat syahadat.
2. Dua belas sinar matahari yang memancar ke seluruh penjuru diibaratkan sebagai
tekad dan semangat warga Muhammadiyah dalam memperjuangkan Islam,
semangat yang pantang mundur dan pantang menyerah seperti kaum Hawari
(sahabat nabi Isa yang berjumlah 12).
3. Warna putih pada seluruh gambar matahari melambangkan kesucian dan
keikhlasan.
4. Warna hijau yang menjadi warna dasar melambangkan kedamaian dan
kesejahteraan.

7. Tujuan berdirinya NU

 Untuk menjaga berlakunya ajaran Islam yang menganut paham ahlussunnah


wal jamaah (aswaja).
 Untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan
dan kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta alam.
 Untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan, dan mengamalkan ajaran
Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah.

11
 Memperkuat persatuan di antara sesama ulama yang masih setia pada ajaran
mazhab
 Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis buku yang diajarkan oleh lembaga
pendidikan Islam
 Penyebarluasan ajaran Islam atas permintaan empat Madzhab
 Meningkatkan jumlah Madrasah dan Organisasi
 Mendukung pembangunan Masjid, Langgar dan Pesantren
 Membantu anak yatim dan fakir miskin.

8. Tujuan berdirinya Muhammadiyah

“Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi


Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”
 Untuk membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
 Untuk menyebarkan ajaran Islam, baik melalui pendidikan maupun kegiatan
sosial lainnya.
 Meluruskan keyakinan yang menyimpang serta menghapuskan perbuatan yang
dianggap oleh Muhammadiyah sebagai bid`ah.
9. Organisasi yang ada di dalam NU
 IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama)
- Pengertian
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama atau yang disingkat dengan IPNU
adalah sebuah organisasi pelajar Nahdliyyin yang berdiri pada tanggal
24 Februari tahun 1954 di Semarang. IPNU adalah salah satu
organisasi di bawah naungan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, tempat
berhimpun, wadah komunikasi, wadah aktualisasi dan wadah yang
merupakan bagian integral dan potensi generasi muda Indonesia secara
utuh.
- Tujuan
Keterpelajan, kekaderan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan
keagamaan.
- Pendiri
KH Moh Tholhah Mansoe

12
 IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul ulama)
- Pengertian
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama atau disingkat IPPNU adalah
organisasi kepelajaran yang berstatus sebagai badan otonom Nahdlatul
Ulama. Organisasi ini lahir pada 2 Maret 1955 di Malang dengan
pendiri sekaligus ketua umum pertamanya bernama Hj. Umroh
Machfudzoh.
- Tujuan
Kepelajaran, kemasyarakatan, dan keagamaan
- Pendiri
Hj. Umroh Machfudzoh.
10. Organisasi yang ada dalam Muhammadiyah
 IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah)
- Pengertian
Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah organisasi otonom
Muhammadiyah yang merupakan gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf
nahi mungkar di kalangan pelajar, berakidah islam dan bersumber Al-
Qur'an dan Al-Sunnah. Organisasi ini lahir pada 18 Juli 1961, saat ini
terdapat di 34 provinsi se-Indonesia.
- Tujuan
Terbentuknya pelajar Muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan
terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
- Pendiri
K.H Ahmad Dahlan
 Nasyiatul Aisyiyah
- Pengertian
Organisasi Remaja Putri yang merupakan salah satu organisasi otonom
Muhammadiyah. Organisasi ini berdiri pada 16 Mei 1931 di
Yogyakarta.
- Tujuan
Menjadi wadah bagi para perempuan (organisasi keperempuanan)
untuk berkarya dan berperan aktif dalam berdakwah dalam

13
mengembangkan nilai keislaman kepada masyarakat, serta
meningkatkan mutu ilmu pengetahuan, baik dari segi spiritual,
intelektual, maupun jasmaniah.
- Pendiri
Sumodirjo
 Aisyiyah
- Pengertian
Aisyiyah adalah salah satu organisasi otonom bagi wanita
Muhammadiyah yang didirikan di Yogyakarta pada 27 Rajab 1335 H
bertepatan dengan 19 Mei 1917 oleh Nyai Ahmad Dahlan.
- Tujuan
Keagamaan dan sosial (Islam)
- Pendiri
Nyai Ahmad Dahlan

14

Anda mungkin juga menyukai