Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu 
menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Organisasi
Muhammadyah.

Agama  sebagai  sistem  kepercayaan  dalam  kehidupan  umat  manusia  dapat  dikaji 
melalui  berbagai  sudut  pandang.  Islam  sebagai  agama  yang  telah  berkembang  selama 
empat  belas  abad  lebih  menyimpan  banyak  masalah  yang  perlu  diteliti,  baik  itu 
menyangkut  ajaran  dan  pemikiran  keagamaan  maupun  realitas  sosial,  politik,  ekonomi 
dan  budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Organisasi Aisyiyah yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Muhammadyah Sumatra
Utara, kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing,  kami meminta  masukannya  demi  perbaikan 
pembuatan  makalah kami  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.

Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua

Medan, April 2013

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i.

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... ii

BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………………………...iii

Rumusan Masalah ………………………………………………………………..IV

BAB II
PEMBAHASAN
A.     SEJARAH BERDIRINYA AISYIYAH ………………………………………1
B.     MAKSUD DAN TUJUAN DIDIRIKANNYA AISYIYAH ………………….3
C.     PERJUANGAN DALAM MENDIRIKAN AISYIYAH ……………………...7
D.     PROGRAM KEGIATAN AISYIYAH ……………………………………….11

BAB III
KESIMPULAN …………………………………………………………………..15

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….16


BAB I
PENDAHULUAN

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama


organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga
dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Maksud
dan tujuan dari organisasi ini adalah menjunjung dan menegakan syariat agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau utama, adil, makmur yang
diridhai oleh Alloh SWT. Muhammadiyah lahir karena pertama keprihatinan terhadap
kondisi masyarakat Islam dalam kehidupan yang masih menyimpang, adanya kelemahan
pendidikan Islam (kebodohan), dan masuknya budaya lain seperti negara bagian barat.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan
masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama
yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan
manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk
melakukan perbuatan yang ekstrem.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al
Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut,
menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam
menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung
penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban
organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang
niscaya.
Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti
asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia. Gerakan Muhammadiyah juga memiliki
beberapa organisasi otonom, diantaranya: Aisyiyah (organisasi wanita), Pemuda
Muhammadiyah (organisasi pemuda), Nasyiatul Aisyiyah (organisasi pemudi), Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (organisasi pelajar dan remaja), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(organisasi mahasiswa), Hizbul Wathan (organisasi kepanduan), Tapak Suci (perguruan
silat).
Aisyiyah sebagai salah satu organisasi wanita otonom keagamaan terbesar di Indonesia
didirikan di Yogyakarta pada 27 Rajab 1426 H bertepatan dengan 19 Mei 1917 oleh Kiai Haji
Ahmad Dahlan. Gerakan ‘Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan memberikan
manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan Indonesia. Hasil
yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak,
sekolah dasar, hingga perguruan tinggi.

Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah Lahirnya Aisyiyah ?
2.      Apa Maksud dan Tujuan didirikannya Aisyiyah ?
3.      Bagaimana Perjuangan dalam melaksanakan Aisyiyah ?
4.      Apa sajakah Program Kegiatan dari Aisyiyah ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.     SEJARAH BERDIRINYA AISYIYAH

Kata Aisyiyah berasal dari bahasa arab , dari kata aisyah & mendapat imbuhan yah.
Sebutan Aisyah disini adl nama isteri Nabi Muhammad saw, yaitu siti Aisyah binti Abu
Bakar Ash-Shidiq. Kata yah dalam bahasa arab disini adalah yah nisbah yang artinya
“membangsakan”. Jadi Aisyiyah berarti pengikut Siti Aisyah r.a. yang berusaha mencontoh
dan meneladani cara-cara hidup Siti Aisyah r.a.
Adapun secara terminologi / istilah , Aisyiyah adalah suatau organisasi wnita dalam
muhammadiyah yang mempunyai maksud dan tujuan sebagaimana maksud dan tujuan
muhammadiyah.

Organisasi ini semula merupakan kelompok anak-anak yang senang berkumpul lalu diberi
bimbingan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan pelajaran agama. Di
antara mereka itu terdapat beberapa orang yang dipersiapkan untuk menjadi wanita
Muhammadiyah, yakni Siti Baryiah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro (putrid beliau
sendiri), Siti Wadingah dan Siti Badilah Zuber. Meskipun mereka itu masih kecil dan paling
tinggi 15 tahun, oleh K.H.Ahmad Dahlan sudah diajak berpikir tentang kemasyarakatan.
Demikianlah perhatian beliau begitu besar tentang wanita setelah mendirikan
Muhammadiyah.

Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok pengajian anak-anak ini kemudian diberi nama
Sopo Tresno dan belum merupakan bentuk organisasi utuh, akan tetapi masih terbatas
sebagai gerakan pengajian semata. Kemudian timbul pemikiran tentang perlunya pemberian
nama pada kelompok ini. Maka diadakan pertemuan antara K.H. Mukhtar, K.H. Ahmad
Dahlan, Ki Bagus Hadikusuma, K.H. Fachruddin dan pengurus Muhammadiyah yang lain di
rumah Nyai Ahmad Dahlan saat itu ada urusan nama untuk kelompok ini diberi nama
FATIMAH, tapi usulan ini tidak diterima oleh rapat kemudian oleh K.H Fachruddin
diusulkan nama Aisyiyah.

Tampaknya nama inilah yang paling tepat sebagai organisasi wanita yang baru itu. Nama ini
dipandang tepat karena diharapkan perjuangan perkumpulan ini dapat meniru Siti Aisyiyah
istri Nabi Muhammad SAW, yang selalu membantu berdakwahsetelah nama itu disetujui
secara aklamasi, lalu diadakan peresmian pada tanggal 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 M
bersamaan dengan peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw. Peringatan ini baru
pertama kali diselenggarakan oleh Muhammadiyah.pada waktu itu tempat duduk murud-
murid wanita dan ibu-ibu dipisahkan dengan kelambu berwarna merah jambu. Selanjutnya,
K.H. Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa
keagamaannya dibimbing langsung oleh KHA. Dahlan.
Pesan Kiyai Dahlan setelah kepengurusan Aisyiyah secara resmi terbentuk ialah sebagai
berikut:
1.      Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat dan
percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena dicela.
2.      Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3.      Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk
menghindari suatu tugas yang diserahkan.
4.      Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam. 5. Menjaga persaudaraan dan
kesatuan kawan sekerja dan peperjuangan Pada tahun 1919, dua tahun setelah berdiri,
Aisyiyah merintis pendidikan dini untuk anak-anak dengan nama Frobel, yang merupakan
Taman Kanan-Kanak pertama kali yang didirikan oleh bangsa Indonesia. Selanjutnya Taman
kanak-kanak ini diseragamkan namanya menjadi TK Aisyiyah Bustanul Athfal yang saat ini
telah mencapai 5.865 TK di seluruh Indonesia.

Adapun susunan kepengurusan Aisyiyah pada saati itu ditetapkan sebagai berikut.

Ketua : Siti Bariyah


Penulis : Siti Badillah
Bendahara : Siti Aminah Harowi
Pembantu : Ny. H. Abdullah, Ny. Fatimah Wasol, Siti Dawingah, Siti Dalalah,
Siti Dawimah dan Siti Busyro.

Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi salah satu pilar perjuangan


Aisyiyah dicanangkan dengan mengadakan pemberantasanbuta huruf pertama kali, baik buta
huruf arab maupun latin pada tahun 1923. Dalam kegiatan ini para peserta yang terdiri
dari para gadis dan ibu- ibu rumah tangga belajar bersama dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan dan peningkatan partisipasi perempuan dalam dunia publik. Selain itu, pada
tahun 1926, Aisyiyah mulai menerbitkan majalah organisasi yang diberi nama Suara
Aisyiyah, yang awal berdirinya menggunakan Bahasa Jawa. Melalui majalah bulanan inilah
Aisyiyah antara lain mengkomunikasikan semua program dan kegiatannya termasuk
konsolidasi internal organisasi.

Dalam hal pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga termasuk organisasi yang turut
memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada tahun 1928. Dalam hat
ini, Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain bangkit berjuang untuk membebaskan
bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan kebodohan. Badan federasi ini diberi nama
Kongres Perempuan Indonesia yang sekarang menjadi KOWANI (Kongres Wanita
Indonesia). Lewat federasi ini berbagai usaha dan bentuk perjuangan bangsa dapat dilakukan
secara terpadu.

Aisyiyah berkembang semakin pesat dan menemukan bentuknya sebagai organisasi wanita
modern. Aisyiyah mengembangkan berbagai program untuk pembinaan dan pendidikan
wanita. Diantara aktivitas Aisyiyah ialah Siswa Praja Wanita bertugas membina dan
mengembangkan puteri- puteri di luar sekolah sebagai kader Aisyiyah. Pada Kongres
Muhammadiyah ke-20 tahun 1931 Siswa Praja Wanita diubah menjadi Nasyi'atul Aisyiyah
(NA). Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Urusan Madrasah bertugas mengurusi
sekolah/ madrasah khusus puteri, Urusan Tabligh yang mengurusi penyiaran agama lewat
pengajian, kursus dan asrama, serta Urusan Wal'asri yang mengusahakan beasiswa untuk
siswa yang kurang mampu. Selain itu, Aisyiyah pada tahun 1935 juga mendirikan Urusan
Adz-Dzakirat yang bertugas mencari dana untuk membangun Gedung 'Aisyiyah dan modal
mendirikan koperasi.

Perkembangan Aisyiyah selanjutnya pada tahun 1939 mengalami titik kemajuan yang
sangat pesat. Aisyiyah menambah Urusan Pertolongan (PKU) yang bertugas menolong
kesengsaraan umum. Oleh karena sekolah-sekolah putri yang didirikan sudah semakin
banyak, maka Urusan Pengajaran pun didirikan di Aisyiyah. Di samping itu, Aisyiyah juga
mendirikan Biro Konsultasi Keluarga. Demikianlah, Aisyiyah menjadi gerakan wanita Islam
yang mendobrak kebekuan feodalisme dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat pada
masa itu, serta sekaligus melakukan advokasi pemberdayaan kaum perempuan.

Perkembangan Mutakhir

Amal Usaha Aisyiyah


Menjelang seabad gerakannya, Aisyiyah saat ini telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah
Aisyiyah (setingkat Propinsi), 370 Pimpinan Daerah Aisyiyah (setingkat kabupaten), 2.332
Pimpinan Cabang Aisyiyah (setingkat Kecamatan) dan 6.924 Pimpinan Ranting Aisyiyah
(setingkat Kelurahan).

Selain itu, Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak di berbagai bidang, yaitu:
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Amal
usaha Aisyiyah bidang pendidikan saat ini berjumlah 4.560, terdiri dari Kelompok Bermain,
Taman Pengasuhan Anak, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
dan Pendidikan Tinggi.

Sedangkan amal usaha bidang Kesehatan berupa Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan
Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu secara keseluruhan berjumlah 280
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai gerakan yang peduti terhadap
kesejahteraan sosial masyarakat, Aisyiyah hingga kini memiliki 459 amal usaha seperti
Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan, lembaga Dana Santunan Sosial, tim Pangrukti
Jenazah dan Posyandu.

Aisyiyah berpendirian bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akan meningkat
tanpa peningkatan kemampuan ekonominya. Oleh karena itu, Aisyiyah mengembangkan
berbagai amal usaha pemberdayaan ekonomi ini datam bentuk koperasi (termasuk koperasi
simpan pinjam), Baitul Mal wa Tamwil, toko/kios, Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah
(BUEKA), home industri, kursus ketrampilan dan arisan. Jumlah amal usaha di bidang ini
mencapai 503 buah.

Aisyiyah juga mengembangkan beragam kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat


khususnya dalam bidang peningkatan kesadaran kehidupan bermasyarakat. Hingga saat ini
amal usaha yang mencakup pengajian, Qoryah Thayyibah, Kelompok Bimbingan Haji
(KBIH), badan zakat infaq dan shodaqoh serta musholla berjumlah 3.785.

 
B.     MAKSUD DAN TUJUAN DIDIRIKANNYA AISYIYAH

Sejarah menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia pada saat itu menderita kebodohan
yang muncul dalam bentuk-bentuk jumud, tbc, kemiskinan, dan mengabaikan peran sosial
yang besar dari perempuan karena didominasi oleh paham patriarkhis. Selaku organisasi
komponen perempuan gerakan Islam Muhammadiyah, Aisyiyah mempunyai peran dan
melakukan usaha untuk memperbaharui/memperbaiki pemahaman terhadap agama Islam
untuk dikembalikan pada ajaran Islam yang murni yang bersumber pada al-Qur’an dan as-
Sunnah, oleh karna itu organisasi ini pun didirikan dengan tujuan untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur
yang diridhai Allah dengan upaya-upaya sebagai berikut:
1.      Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita menurut ajaran Islam.
2.      Membimbing kaum wanita ke arah kesadaran beragama dan berorganisasi.
3.      Membimbing angkatan muda supaya menjadi orang Islam yang berguna bagi agama, bangsa,
dan negara.
4.      Memperteguh iman, menggembirakan, dan memperkuat ibadah serta mempertinggi akhlaq.
5.      Mempergiat dan menggembirakan dakwah Islam serta mar ma'ruf nahi munkar.
6.      Memajukan dan meningkatkan pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan, serta memperluas
ilmu pengetahuan menurut ajaran agama Islam.
7.      Menggerakkan dan menghidupsuburkan amal tolong-menolong dalam kebajikan dan
ketaqwaan.
8.      Membimbing ke arah perbaikan kehidupan dan penghidupan yang sesuai dengan ajaran
agama Islam.
9.      Mendirikan, memakmurkan, dan memelihara tempat-tempat ibadah dan wakaf.
10.  Menanamkan kesadaran beramal agar ajaran Islam berlaku dalam masyarakat.
11.  Mempergiat dan memperdalam penyelidikan ilmu agama Islam untuk mendapatkan
kemurniannya.
12.  Memantapkan persaudaraan dan kesatuan bangsa dan peran serta dalam pembangunan
nasional.
13.  Melakukan usaha-usaha lain yang ssesuai dengan tujuan organisasi

Misi
Misi ‘Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan kegiatan meliputi:

1.      Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan


pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan.
2.      Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita sesuai dengan ajaran Islam
3.      Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran Islam
4.      Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta mempertinggi akhlak
5.      Meningkatkan semangat ibadah, jihad zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, serta
membangun dan memelihara tempat ibadah, dan amal usaha yang lain
6.      Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan
‘Aisyiyah
7.      Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, memperluas ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta menggairahkan penelitian
8.      Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas.
9.      Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang sosial, kesejahteraan
masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup.
10.  Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta
memupuk semangat kesatuan dan persatuan bangsa
11.  Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan kalangan masyarakat
dalam dan luar negeri
12.  Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi

B.1 JARINGAN KERJASAMA

Sejak berdiri, Aisyiyah telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik di
dalam maupun di uar negeri. Pada masa pergerakan nasional, kerjasama lebih ditujukan untuk
menjalin semangat persatuan untuk perjuangan melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu
penjajahan. Pada tahun 1928, Aisyiyah menjadi salah satu pelopor berdirinya badan federasi
organisasi wanita Indonesia yang sekarang dikenal dengan nama Kongres Wanita indonesia
(KOWANI)
Beberapa lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah pernah menjadi mitra
kerja Aisyiyah datam rangka kepentingan sosial bersama, antara lain: Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), Peningkatan Peranan Wanita untuk Keluarga Sehat dan
Sejahtera (P2WKSS), Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS),
Yayasan Sayab Ibu, Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOlWI) dan
Majetis Ulama Indonesia (MUI).

Selain itu, Aisyiyah juga melakukan kerjasama dengan lembaga dari luar negeri
dalam rangka kesejahteraan sosial, program kemanusiaan, sosialisasi, kampanye, seminar,
workshop, melengkapi prasarana amal usaha, dan lain-lain. Diantara lembaga dari luar
negeri yang pernah bekerjasama dengan Aisyiyah adalah: Oversea Education Fund (OEF),
Mobil Oil, The Pathfinder Fund, UNICEF, UNESCO,WHO, John Hopkins University,
USAID, AUSAID, NOVIB, The New Century Foundation, The Asia Foundation, Regional
Islamicof South East Asia Pasific, World Conference of Religion and Peace, UNFPA,
UNDP, World Bank, Partnership for Governance Reform in Indonesia, beberapa kedutaan
besar negara sahabat, dan lain-tain.

B.2 PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

Sebagai organisasi perempuan yang bergerak datam bidang keagamaan dan


kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk
memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan
ketenagakerjaan.

Dengan visi "Tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan


ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat", Majetis Ekonomi
Aisyiyah bergerak memberdayakan ekonomi rakyat kecil dan menengah serta
mengembangkan ekonomi kerakyatan.

Beberapa program pemberdayaan itu antara lain: mengembangkan Bina Usaha Ekonomi
Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini
Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi sebanyak 1426 buah di Wilayah,
koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil/toko dan pembinaan ekonomi
keluarga.

Kesehatan

Dengan misi sebagai penggerak terwujudnya masyarakat dan lingkungan hidup yang
sehat, Aisyiyah mengembangkan pusat kegiatan pelayanan dan peningkatan mutu kesehatan
masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup metalui pendidikan. Saat ini Aisyiyah telah
mengelola dan mengembangkan 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik
Bersalin, 232 BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Beberapa program kesehatan yang dikembangkan antara lain: peningkatan kualitas


pelayanan kesehatan yang terjangkau di seluruh Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Balai
Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelota oleh Aisyiyah serta menjadikan
unit-unit kegiatan tersebut sebagai agent of development yang tidak hanya sebagai tempat
mengobati orang sakit, tetapi mampu berperan secara optimal dalam mengobati lingkungan
masyarakat.
Aisyiyah metalui Majetis Kesehatan dan Lingkungan Hidup juga metakukan kampanye
peningkatan kesadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit berbahaya dan menular,
penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahaya merokok dan minuman keras, dengan
menggunakan berbagi pendekatan dan bekerjasama dengan berbagi pihak, meningkatkan
pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot
project sistem pelayanan terpadu antara lembagakesehatan, dakwah sosial dan terapi
psikologi Islami.

 Pendidikan

Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama
gerakan Aisyah metalui Majetis Pendidikan Dasar dan Menengah serta Majetis Pendidikan
Tinggi, Aisyíyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulia untuk umat dan
bangsa.
Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal) serta
mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak
mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta
diridhai Allah SWT, berbagai program dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan.
Saat ini Aisyiyah telah dan tengah melakukan pengeloaan dan pembinaan terhadap:
86 Kelompok Bermain/Pendidikan Anak Usia Dini, 5.865 Taman Kanak-Kanak, 380
Madrasah Diniyah, 668 TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10 Sekolah Luar Biasa, 14
Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8 SMU, 2 SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5
Pesantren Putri, serta 28 pendidikan luar sekolah. Aisyiyah jugadipercaya oleh Pemerintah
untuk menyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di seluruh Indonesia.
Untuk pendidikan tinggi, Aisyiyah memiliki 3 Perguruan Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta
2 AKPER di seluruh Indonesia.
Selain itu, Aisyiyah juga memperhatikan masalah kaderisasi dan pengembangan
sumber daya kader di lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri secara integratif dan
professional yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi
mungkar menuju masyarakat madani.

C.     PERJUANGAN DALAM MENDIRIKAN AISYIYAH

Hampir di seluruh penjuru tanah air, baik di kota maupun di desa dapat kita temukan TK
Aisyiyah dengan mudah. TK Aisyiyah merupakan salah satu hasil riil gerakan Aisyiyah di
bidang pendidikan. Jika kita berbicara tentang Aisyiyah maka tidak bisa kita lepaskan dari
organisasi keagamaan Muhammadiyyah. Karena Aisyiyah adalah salah satu anak cabang
Muhammadiyyah, yaitu divisi kewanitaannya.
Siti Walidah yang lebih dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan bertekad untuk memajukan
pendidikan kaum perempuan. Beliau di lahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1872.
Ayahnya adalah seorang Penghulu keraton Yogyakarata yang bernama H. Muhammad Fadlil
bin Kiai Penghulu Haji Ibrahim bin Kiai Muhammad Hassan Pengkol bin Kiai Muhammad
Ali Ngraden Pengkol. Sedangkan ibunya lebih dikenal sebagai Nyai Mas.

Siti Walidah berasal dari keluarga yang taat beragama. Pelajaran agama ia dapatkan dari sang
ayah. Sedangkan pelajaran keputrian seperti memasak, menjahit, menyulam, ia dapatkan dari
sang ibu. Sejak kecil ia mendapat arahan untuk berjalan dengan benar dalam agama. Ayahnya
adalah orang yang mempunyai disiplin tinggi pada keluarganya dalam menjalankan ketaatan
beragama. Terlebih lagi ia hidup di daerah kauman. Kawasan elite kerajaan Jawa yang berisi
para priyayi, terutama priyayi yang menjalankan roda keagaaman kerajaan.

Siti Walidah tumbuh dalam keluarga yang sederhana. Selain bekerja sebagai penghulu,
ayahnya juga berdagang batik guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya orang di
daerah kauman lainnya, kehidupannya saat itu diisi dengan belajar mengaji. Ia tak pernah
mendapat pendidikan secara formal. Penduduk di Kauman saat itu memiliki pandangan
bahwa belajar secara formal di sekolah yang didirikan oleh Belanda hukumnya adalah haram.
Generasi yang hidup pada masanya, terutama perempuan, banyak yang tak mendapatkan
pendidikan secara formal.

Setidaknya sampai tahun 1900-an pandangan tentang pentingnya pendidikan secara formal
bagi perempuan masih belum berkembang secara luas. Hal ini terjadi karena saat itu masih
terdapat tradisi pingitan bagi anak gadis. Siti Walidah sendiri menjalani tradisi pingit ketika
berusia 9 tahun. Ia mengakhiri masa pingit ketika menikah dengan Ahmad Dahlan. Tak
banyak yang tahu bahwa sebetulnya Siti Walidah adalah saudara sepupu Ahmad Dahlan.
Islam mengajarkan bahwa saudara sepupu adalah non mahrom sehingga halal utuk dinikahi.
Perkawinan mereka merupakan perjodohan antara kedua keluarga.

Siti Walidah memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Ia berguru secara langsung
kepada suaminya. Waktu itu Ahmad Dahlan menjabat sebagai imam masjid keraton
Yogyakarta dan telah terkenal sebagai tokoh pembaharu Islam. Kehidupan suaminya yang
mendedikasikan seluruh hidupnya untuk ummat, menjadikan Siti Walidah paham seluk beluk
dunia perjuangan dan pergerakan. Ia sering ditinggal berdakwah oleh Ahmad Dahlan. Tapi ia
tidak mengeluh, ia sadar konsekuensi sebagai istri seorang aktifis dakwah adalah sering
ditinggal.
Terinspirasi oleh kegigihan suaminya dalam berdakwah, Siti Walidah pun berinisiatif
mendirikan perkumpulan “Sopo Tresno” pada tahun 1914. Perkumpulan yang berarti siapa
suka ini merupakan wadah bagi para perempuan untuk mengkaji ilmu agama dan ilmu
ketrampilan. Meskipun organisasinya masih sederhana tapi dari hari ke hari semakin banyak
perempuan yang bergabung dalam perkumpulan “Sopo Tresno”.
Melihat perkembangan positif tersebut, para pengurus Muhammadiyyah berinisiatif untuk
menjadikan Sopo Tresno menjadi sebuah organisasi perempuan Muhammadiyyah yang
mapan yang memiliki Anggaran dasar dan peraturan. Berdasarkan hasil musyawarah antara
Kyai Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusumo, Kyai Mukhtar, Kyai haji Fakhruddin, maka
diputuskan perkumpulan Sopo Tresno berubah nama menjadi Aisyiyah. Nama tersebut
dinisbatkan kepada nama istri Rosululolloh saw, Aisyah ra yang terkenal kecerdasannya.
Dengan harapan gerakan Aisyiyah mampu meneladani kecerdasan dan akhlak Aisyah ra.

Peresmian Aisyiyah dilaksanakan pada tanggal 22 April 1917. Upacara peresmian yang
bertepatan dengan peringatan Isra Mi’raj ini dihadiri oleh tokoh-tokoh Muhammadiyyah dan
masyarakat luas. Pada tahun 1922 Aisyiyah menjadi bagian resmi dari Muhammadiyyah
yaitu sebagai divisi kewanitaannnya. Siti Walidah diangkat sebagai Ketua Pimpinan Pusat
Aisyiyah.
Tahun 1923 gerakan Aisyiyah semakin meluas dan membuka cabang di beberapa daerah
seperti Boyolali, Purwokerto, Pasuruan, Malang, Kepanjen, Ponorogo, Madiun dan
sebagainya. Siti Walidah aktif berdakwah dan membina Aisyiyah secara langsung. Ia terjun
ke daerah-daerah binaannya. Ahmad Dahlan sangat mendukung perjuangan istrinya. Ia
berpendapat, perempuan juga berhak untuk berdakwah. Dakwah bukanlah monopoli kaum
lelaki.

Muhammadiyyah telah berhasil mendirikan sekolahnya yang pertama di tahun 1912. Sekolah
itu bernama Volk School Muhammadiyyah (Sekolah Desa 3 tahun). Di tahun 1918 Volk
School membuka kelas bagi siswa perempuan. Kelas khusus perempuan ini tempatnya
terpisah dengan laki-laki. Untuk kelas laki-laki kegiatan belajarnya di kampung Suronatan.
Sedangkan kelas perempuan di Kauman. Di kemudian hari kelas khusus perempuan ini
dinamakan Sekolah Pawiyatan

Siti Walidah menginginkan pendidikan yang menyeluruh bagi kaum perempuan, baik sisi
jasmani maupun rohani. Dia menawarkan konsep sekolah integral dimasanya. Siti Walidah
mengusulkan pendirian asrama bagi para siswi Sekolah Pawiyatan. Usul Siti Walidah
diterima oleh pengurus Muhammadiyyah. Akhirnya masih dalam tahun yang sama, yaitu
1918 berdirilah Asrama Putri tersebut. Siti Walidah bertindak sebagai ibu asrama. Ia
mengarahkan para santriwatinya secara langsung.

Siti Walidah memiliki pergaulan yang luas. Sebagai sorang istri tokoh pergerakan Islam,
menyebabkan ia sering bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya. Tercatat
Soekarno, Muhammad Hatta, Ki Bagus Hadikusumo, Jenderal Soedirman (Aktifis
Muhammadiyyah Cilacap) sering berdiskusi dengan pasangan Ahmad Dahlan-Siti Walidah.
Ia dianggap sebagai ibunya orang Muhammadiyyah. Tak jarang tokoh-tokoh tersebut
meminta nasihat Siti Walidah. Sebagai orang yang dituakan ia bersikap ngemong dan welas
asih.

Meski tak mengenyam pendidikan formal, tetapi Siti Walidah memiliki kemampuan orasi
yang bagus. Sebagai ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah, Ia selalu memimpin muktamar
Aisyiyah. Berturut-turut dari tahun 1923 hingga 1934 Ia menjadi ketua Muktamar Aisyiyah
di berbagai kota. Orang-orang banyak yang kagum dan terpesona akan kemampuannya
memimpin muktamar. Pada saat itu memang belum banyak kaum perempuan yang
memimpin organisasi, terlebih lagi muktamar.

Ketika Aisyiyah mulai berkembang dan membuka cabang di beberapa kota, Kiai Ahmad
Dahlan dipanggil ke hadirat Illahi pada tanggal 23 Februari 1923. Ahmad Dahlan wafat
dalam usia 54 tahun. Siti Walidah berduka, kehilangan seorang suami yang dikasihi sekaligus
guru yang dikagumi. Meskipun demikian, Siti walidah tetap melanjutkan embrio Aisyiyah
yang baru saja lahir. Ia tetap bersemangat membimbing dan mengembangkan gerakan
tersebut.

Sepeninggal suaminya, Siti Walidah sering dimintai pendapat oleh para pengurus
Muhammadiyyah. Ia dianggap sebagai Ibu Muhammadiyyah, karena ia lah yang mendapat
pelajaran secara langsung setiap hari dari sang pendiri Muhammadiyyah. Dari hasil
pernikahannya dengan K.H Ahmad Dahlan ia dikaruniai enam orang anak, yakni
Djohanah(1890), Haji Siradj Dahlan(1898), Siti Busyra Islam( 1903), H. Siti Aisyah
Hilal(1905), Irfan Dahlan(1907), Siti Zuharah Masykur(1908). Bersama keenam anaknya dan
para pengurus Muhammadiyyah lainnya ia bahu-membahu melanjutkan perjuangan
suaminya.

Dimasa perang kemerdekaan, Siti Walidah bersama ibu-ibu Aisyiyah mendirikan dapur
umum. Ia juga membuka Rumah Sakit Darurat bagi para pejuang yang terluka. Ia sering
dimintai pendapat oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sebagai seorang putra
Muhammadiyyah, aktifis Hizbul Wathan dan mantan guru SMP Muhammdiyyah Cilacap,
Jendral Soedirman menganggap Siti Walidah sebagai ibunya sendiri. Jenderal Soedirman
sangat menghormati dan mengagumi Siti Walidah.

Siti Walidah gigih melanjutkan perjuangan suaminya. Saat ini Muhammadiyyah telah
berkembang ke seluruh Indonesia, memiliki beribu-ribu sekolah dari TK hingga perguruan
tinggi. Memiliki beratus-ratus Rumah Sakit, panti asuhan, kepanduan. Memiliki beribu-ribu
kader yang gigih mengibarkan panji Islam. Semua itu tak bisa lepas dari jasa Ahmad Dahlan-
Siti Walidah. Karena jasanya yang begitu besar, Siti Walidah diberi gelar Pahlawan Nasional
berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.042/TK/Tahun 1971, tanggal 22 September
1971.
 

C.1 TANGTANGAN YANG DI HADAPI OLEH NYI AHMAD DAHLAN.

        Tangtangan yang di hadapi adalah ancaman akan di sandera dan suaminya akan di
bunuh kalau berani datang ke Banyuwangi. Akan tetapi ancaman tersebut tak sedikitpun
menyurutkan langkah pasangan suami istri itu yang tetap datang ke banyuwangi.

Selain mengembangkan Muhammadiyah ia juga memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-


laki dan perempun. Ia menginginkan agar kaum hawa juga mendapat kesembatan yang sama
untuk maju. Pada tahun 1918, Muhammadiyah mendirikan Muhammadiyah bagian wanita,
walaupun tampa anggaran dan peraturan lain, organisasi itu telah menyelenggarakan kegiatan
untuk mengasuh anak yatim. Kemudian atas nasehat Haji Muchtar, seorang anggota penting
di muhammadiyah, nama organisasi itu di ubah menjadi Aisyiyah yang memiliki peraturan-
peraturan dan pengurus tetap.

Kepemimpinan Aisyiyah di serahkan ketangan Nyi Ahmad Dahlan, namun perjalanan


selanjutnya, Nyi Ahmad Dahlan hanya menjadi penasehat dan pelindung Aisyiyah. Untuk
memberikan pendidikan bagi kaum wanita, ia kemudian menyarankan agar Aisyiyah
mendirikan asrama-asrama untuk para pelajar putri. Di asrama itu mereka dididik dengan
ilmu agama ke masyarakatan rasa kebangsaan juga tak luput ditanamkan ilmu-ilmu yang
menyangkut kenegaraan, agar kelak mereka dapat berperan aktif, dalam pengerakan
Nasional.

Sebagai istri dari seorang pejuang dan ulama besar. Siti Walidah atau yang lebih di kenal
dengan Nyi Ahmad Dahlan sangat berperan membantu suaminya KH Ahmad Dahlan dalam
perjuangan kemerdekaan serta pengembangan organisasi Muhammadiyah, sebagai istri yang
setia ia banyak memberi dukungan moril kepada suaminya.

Pernikahannya dengan pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan memberikannya


kesembatan untuk menimba ilmu dari sangsuami. Takhanya menjalankan perannya sebagai
seorang istri, ia juga membantu suaminya mengembangkan Muhammadiyah dengan
berdakwah kesejumlah daerah, KH. Ahmad Dahlan yang dikenal sebagai sosok pembaruan 
Islam, membuat dia banyak dikecam masyarakat Siti Walidah bahkan pernah mendapat
ancaman akan di sandera dan suaminya akan dibunuh kalau berani ke Bayuwangi.
Sebagai mubalik Nyi Ahmad Dahlan berbicara jelas dan fasih. Beberapa kali tokoh wanita ini
memimpin kongres dengan sukses, hingga kongres Aisyiyah ke 23 pada tahun 1934 ia masih
memimpin. Namanya semakin tersohor ketika kongres Aisyiyah di Surabaya.

Ia takpernah mengenyam pendidikan di Sekolah umum karena pada waktu itu perempun
belum mendapat kesembatan, Siti Walidah sebagai mana anak-anak perempuan lainnya untuk
menikah. Namun walaupun begitu. Ia mampu memimpin kongres berskala cukup besar, hal
tersebut menambah kekaguman masyarakat kepadanya.

Di masa awal revolusi, diusianya yang mulai senja. Ia tetap giat membantu perjungan untuk
mendukung tentara yang sedang bertempur di medan perang. Ia menganjurkan kaum wanita
untuk mendirikan dapur umum, para pemudapun di anjurkan agar terus berjuang
mempertahankan kemerdekaan. Siti Walidah juga dikenal sebagai salah satu tokoh wanita
yang rajin bertukar pikiran tentang perjuangan dengan Presiden Repoblik Indonesia Ia itu
Soekarno dan Jendral Sudirman.

Di usianya yang ke 74 tahun tepatnya pada 31 Mai 1946 Ia menghembuskan nafas


terakhirnya di Yogyakarta. Ia kemudian dimakamkan di sana. Atas jasa-jasanya kepada
Negara. Nyi H. Siti Walidah. Ahmad Dahlan  diberi gelar pahlawan Nasional. SK Presiden
Republik Indonesia No. 042/TK/Tahun/1971/Tanggal 22 September 1971. 

Mungkin dari sekilas tentang Nyi Ahmad Dahlan, di atas tadi dapat sebagai motivasi bagi
kita yang ada pada masa sekarang, kalau kita lihat dari berbagai aspek ataupun situasi yang
terjadi pada masanya, kita rasa tangtangan dan halangan sangat banyak dan tidak hanya
ancaman akan dibunuh oleh masyaraka Bayuwangi saja, mungkin caci maki lebih banyak
dari pada ancaman, dari pihak lain contohnya penjajah yang masih berambisi untuk menguasi
Negara Republik Indonesia, susahnya mendapatkan informasi, makanan, dan lain
sebagainya.  

Siti Walidah wafat pada hari Jum’at, 31 Mei 1946 jam 13.00 di kediamannya kampung
Kauman, Yogyakarta. Ia meninggal pada usia 74 tahun. Siti Walidah wafat setelah 23 tahun
wafatnya K.H Ahmad Dahlan. Warga Yogyakarta, kuhususnya warga Muhammadiyyah
berduka. Seorang pejuang Islam yang tangguh telah tutup usia. Meski telah tiada, tapi
semangat perjuangannya tetap menginspirasi seluruh rakyat Indonesia
 
D.     PROGRAM KEGIATAN AISYIYAH

Aisyiyah mengaktualisasikan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat


Ali Imran (3) ayat 104
 

artinya :
"Hendaklah ada diantara kamusemua umat yang menyeru orang melakukan yang benar serta
melarangdari yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kebahagiaan"
serta
surat An-Nahl(16) ayat 97

Artinya :
"Barang siapa melakukan kebaikan, laki-laki maupun wanita, dan ia beriman, Kami pasti
akan memberinya kehidupan yang mernyenangkan. Kami pasti akan memberinya pahala
sesuai dengan yang sebaik-baiknya meraka lakukan.

Program Kerja
Program kerja adalah upaya atau perwujudan dari usaha pimpinan dan seluruh
anggota, serta amal usaha persyarikatan ‘Aisyiyah untuk mencapai maksud dan tujuan
‘Aisyiyah. Program kerja juga merupakan langkah-langkah terencana dalam merealisasikan
‘Aisyiyah sebagai Gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid bersumber
pada Al-Qur’an dan Sunnah.

Dalam rangka pelaksanaan program untuk mencapai maksud dan tujuan pertsyarikatan, maka
melalui upaya, program, dan kegiatan yang macam-macam yang senantiasa berhadapan
dengan masalah-masalah, tuntutan-tuntutan, tantangan-tantangan harus selalu beristiqomah
dan bersungguh-sungguh. Oleh karena itu program kerja persyarikatan merupakan kunci
strategis Gerakan ‘Aisyiyah dalam menghadapi dan menjawab segala tuntutan yang
berkembang.

Landasan Pijakan Program


Garis besar program persyarikatan untuk jangka lima tahun ke depan secara langsung
dan kreatif mengacu pada nilai-nilai dasar yang dijadikan Landasan Keberadaan ‘Aisyiyah,
yaitu:
1)      Al-Qur’an dan Sunnah Al-Maqbullah
2)      Nilai-Nilai Dasar Persyarikatan
3)      Muqadimah Anggran Dasar ‘Aisyiyah
4)      Kepribadian ‘Aisyiyah
5)      Khittah Perjuangan ‘Aisyiyah
6)      Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup ‘Aisyiyah
7)      Pedoman Hidup Islami Warga ‘Aisyiyah
8)      Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah
9)      Peraturan-peraturan Organisasi

Prinsip-Prinsip Penyusunan Program


Program kerja ini dirumuskan dan dilaksankan dengan berpedoman prinsip-prinsip,
sebagai berikut:
1.      Prinsip Ketauhidan, program ‘Aisyiyah hendaknya merupakan perwujudan dari iman, tauhid,
dan ibadah kepada Allah.
2.      Prinsip Kerahmatan : hedaknya merupakan penjabaran dan pelaksanakan dari fungsi
kerahmatan ajaran Islam.
3.      Prinsip Kekhalifahan : program ‘Aisyiyah hendaknya merupakan penjabaran dan
pelaksanaan dari fungsi kekhalifahan umat Islam dalam mengelola kehidupan.
4.      Prinsip Kerisalahan : maksudnya Program ‘Aisyiyah hendaknya merupakan fungsi
kerisalahan, yaitu dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalm arti yang luas.
5.      Prinsip Kemaslahatan : Program ‘Aisyiyah hendaknya memperhatikan kemaslahatan umum.
6.      Prinsip Rasional dan Keilmuan : bahwa program ‘Aisyiyah direncanakan dan dilaksanakan
secara rasional sesuai dengan jiwa ajaran Islam dengan memperhatikan dan memanfaatkan
secara proporsional ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan.
7.      Prinsip Kreativitas Lokal Disentralisasi Proposional : perencanaan dan pelaksanaan program
‘Aisyiyah di setiap pimpinan, organisasi otonom, dan amal usaha, disamping mengacu pada
program Nasional ‘Aisyiyah, hendaknya disusun dan dilaksanakan dengan
mempertimbangkan permasalahan dan potensi sumber daya lokal, dengan memadukan antara
program sentralisasi dan disentralisasi secara seimbang.
8.      Prinsip Fleksibel, Efektif, dan Efisien, pelaksanaan program ‘Aisyiyah hendaknya secar
fleksibibel, tepat sasaran, dan memanfaatkan sumber daya dengan efisien.
9.      Visi dan misi ‘Aisyiyah
Visi ‘Aisyiyah
Sejalan dengan visi persyarikatan, ialah bahwa:
1.      Islam membawa rahmat bagi seluruh manusia (rahmatan lil ‘alamin) sehingga tercipta
masyarakat yang berbahagia, sejahtera, dan berkeadilan.
2.      Masyarakat yang berbahagia, sejahtera, dan berkeadilan merupakan masyarakat yang ujtama,
yaitu masyarakat yang dibina oleh segenap warganya baiok yang pria dan wanitanya secara
potensial (mempunyai kemampuan yang penuh) dan fungsional (yang mempunyai fungsi
yang penuh) dalam masyarakat.
3.      Masyarakat utama dibentuk dengan menegakkan ajaran agama islam secara istiqamah dan
bersikap aktif melalui dakwah amar makruf nahi munkar.
4.      Misi ‘Aisyiyah

Misi ‘Aisyiyah tercakup dalam hal-hal berikut :


1.      Menegakkan dan menyebarluaskan ajaran islam yang didasarkan kepada keyakinan Tauhid
yang murni menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasul secara benar.
2.      Mewujudkan kehidupan yang islami dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat luas.
3.      Menggalakkan pemahaman terhadap landasan hidup keagamaan dengan menggunakan akal
sehat yang dijiwai oleh ruh berfikir yang islami dalam menjawab tuntutan menyelesikan
persoalan kehidupan dalam masyarakat luas.
4.      Menciptakan semangat beramal dengan beramar ma’ruf nahi munkar dan dengan
menempatkan potensi segenap warga masyarakat baik yang pria maupun yang wanita dalam
mencapai tujuan organisasi.

Kegiatan-kegiatan ‘Aisyiyah
Dengan tugas dan peran (fungsi) sederhana tersebut ‘Aisyiyah telah banyak amal usaha di
bidang :
1.      Pendidikan
2.      Kewanitaan
3.      PKK
4.      Kesehatan
5.      Organisasi wanita

Pimpinan pusat ‘Aisyiyah berusaha memberi didikan di kalangan wanita islam untuk
berpakaian muslimah yang baik, bermoral, dan bermental luhur, memberikan bimbingan
perkawinan dan kerumah tanggaan, tanggung jawab istri didalam dan diluar rumah tangga,
memberikan motivasi keluarga sejahtera, keluarga bahagia,memberikan bimbingan
pemeliharaan bayi sehat, keluarga berencana, berislam dan sebagainya. Sedangkan di desa
Weru ada yang mendirikan PAUD, TK, SD. Di desa Weru TK yang sudah didirikan
sebanyak 22, di TK tersebut jumlah guru pembimbingnya sebanyak 55 orang.

Dismping itu, di desa Weru juga diadakan pengajian setiap hari minggu (ahad pon). Untuk
mengadakan pengajian tersebut ditempat yang mampu, secara bergilir. Awal  diadakannya
pengajian secabang di Karamgwojo, yang datang untuk menghadiri pengajian tersebut
sebanyak 200-300 orang. Pengurus pengajian harus mencari orang yang mubaleq, setiap
bulan Ramadhan minimal yang hadir dalam pengajian yaitu 2000 lebih, Mereka yang datang
di PHI di desa Grogol. Setiap diadakannya pengajian di bulan Ramadhan selalu di siarkan di
salah satu radio di setiap desa yang selalu menghadiri pengajian tersebut. Isi dalam pengajian
tersebut diberikan semangat untuk menjalankan ibadah.
BAB III
KESIMPULAN

1)      Kata Aisyiyah berasal dari bahasa arab , dari kata aisyah & mendapat imbuhan yah. Sebutan
Aisyah disini adl nama isteri Nabi Muhammad saw, yaitu siti Aisyah binti Abu Bakar Ash-
Shidiq. Kata yah dalam bahasa arab disini adalah yah nisbah yang artinya “membangsakan”.
Jadi Aisyiyah berarti pengikut Siti Aisyah r.a. yang berusaha mencontoh dan meneladani
cara-cara hidup Siti Aisyah r.a.
Adapun secara terminologi / istilah , Aisyiyah adalah suatau organisasi wnita dalam
muhammadiyah yang mempunyai maksud dan tujuan sebagaimana maksud dan tujuan
muhammadiyah. Organisasi ini semula merupakan kelompok anak-anak yang senang
berkumpul lalu diberi bimbingan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan
pelajaran agama. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok pengajian anak-anak ini
kemudian diberi nama Sopo Tresno dan belum merupakan bentuk organisasi utuh, akan tetapi
masih terbatas sebagai gerakan pengajian semata. Kemudian timbul pemikiran tentang
perlunya pemberian nama pada kelompok ini. Maka diadakan pertemuan antara K.H.
Mukhtar, K.H. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusuma, K.H. Fachruddin dan pengurus
Muhammadiyah yang lain di rumah Nyai Ahmad Dahlan saat itu ada urusan nama untuk
kelompok ini diberi nama FATIMAH, tapi usulan ini tidak diterima oleh rapat kemudian oleh
K.H Fachruddin diusulkan nama Aisyiyah.
2)      Tujuan didirikannya Aisyiyah adalah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai Allah
3)      Salah satu tangtangan yang di hadapi selama mendirikan aisyiyah adalah ancaman akan di
sandera dan suaminya akan di bunuh kalau berani datang ke Banyuwangi. Akan tetapi
ancaman tersebut tak sedikitpun menyurutkan langkah pasangan suami istri itu yang tetap
datang ke banyuwangi.
4)      Program kerja aisyiyah adalah upaya atau perwujudan dari usaha pimpinan dan seluruh
anggota, serta amal usaha persyarikatan ‘Aisyiyah untuk mencapai maksud dan tujuan
‘Aisyiyah. Program kerja juga merupakan langkah-langkah terencana dalam merealisasikan
‘Aisyiyah sebagai Gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid bersumber
pada Al-Qur’an dan Sunnah.

DAFTAR PUSTAKA

1.      http://alifunparyati.blogspot.com/2011/03/organisasi-otonom.html.diakses tanggal 08 April


2013.
2.      http://id.shvoong.com/humanities/history/2281295-sejarah-berdirinya-
aisyiyah/#ixzz2PsQye9Uz. diakses pada tanggal 08 April 2013. diakses tanggal 08 April
2013.
3.      Muhammadiyah Movement . (2012). Menengok Sejarah Aisyiyah. http://muh-
movement.blogspot.com. diakses tanggal 08 April 2013
4.      http://www.pdmbontang.com/ortom.php. diakses tanggal 08 April 2013.
5.      http://www.facebook.com/pages/Aisyiyah/226491537403489?v=info. diakses tanggal 08
April 2013.
6.      Annisa. (2012). Gerakan Organisasi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
http://annisaervina.blogspot.com. diakses tanggal 08 April 2013
7.      (2013). http://www.muhammadiyah.or.id/content-199-det-aisyiyah.html. diakses tanggal 08
April 2013.
8.      Widi, A. (2012). Siti Walidah, Pendiri Gerakan Aisyiyah. www.google.com. diakses tanggal
08 April 2013
9.      Imal, T. (2011). www.google.com. Biografi Nyi Ahmad Dahlan. diakses tanggal 08 April
2013
10.  http://quran.com/3/104. diakses tanggal 08 April 2013.
11.  http://quran.com/16/97. diakses tanggal 08 April 2013.
12.  http://pulungdwiwardani.wordpress.com/2012/01/10/makalah-kemuhammadiyahan/. diakses
tanggal 08 April 2013.

 semoga bermanfaat....

Anda mungkin juga menyukai