Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Organisasi
Muhammadyah.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji
melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama
empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu
menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi
dan budaya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Organisasi Aisyiyah yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Muhammadyah Sumatra
Utara, kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pembimbing, kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………………………...iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH BERDIRINYA AISYIYAH ………………………………………1
B. MAKSUD DAN TUJUAN DIDIRIKANNYA AISYIYAH ………………….3
C. PERJUANGAN DALAM MENDIRIKAN AISYIYAH ……………………...7
D. PROGRAM KEGIATAN AISYIYAH ……………………………………….11
BAB III
KESIMPULAN …………………………………………………………………..15
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Lahirnya Aisyiyah ?
2. Apa Maksud dan Tujuan didirikannya Aisyiyah ?
3. Bagaimana Perjuangan dalam melaksanakan Aisyiyah ?
4. Apa sajakah Program Kegiatan dari Aisyiyah ?
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Aisyiyah berasal dari bahasa arab , dari kata aisyah & mendapat imbuhan yah.
Sebutan Aisyah disini adl nama isteri Nabi Muhammad saw, yaitu siti Aisyah binti Abu
Bakar Ash-Shidiq. Kata yah dalam bahasa arab disini adalah yah nisbah yang artinya
“membangsakan”. Jadi Aisyiyah berarti pengikut Siti Aisyah r.a. yang berusaha mencontoh
dan meneladani cara-cara hidup Siti Aisyah r.a.
Adapun secara terminologi / istilah , Aisyiyah adalah suatau organisasi wnita dalam
muhammadiyah yang mempunyai maksud dan tujuan sebagaimana maksud dan tujuan
muhammadiyah.
Organisasi ini semula merupakan kelompok anak-anak yang senang berkumpul lalu diberi
bimbingan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan pelajaran agama. Di
antara mereka itu terdapat beberapa orang yang dipersiapkan untuk menjadi wanita
Muhammadiyah, yakni Siti Baryiah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro (putrid beliau
sendiri), Siti Wadingah dan Siti Badilah Zuber. Meskipun mereka itu masih kecil dan paling
tinggi 15 tahun, oleh K.H.Ahmad Dahlan sudah diajak berpikir tentang kemasyarakatan.
Demikianlah perhatian beliau begitu besar tentang wanita setelah mendirikan
Muhammadiyah.
Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok pengajian anak-anak ini kemudian diberi nama
Sopo Tresno dan belum merupakan bentuk organisasi utuh, akan tetapi masih terbatas
sebagai gerakan pengajian semata. Kemudian timbul pemikiran tentang perlunya pemberian
nama pada kelompok ini. Maka diadakan pertemuan antara K.H. Mukhtar, K.H. Ahmad
Dahlan, Ki Bagus Hadikusuma, K.H. Fachruddin dan pengurus Muhammadiyah yang lain di
rumah Nyai Ahmad Dahlan saat itu ada urusan nama untuk kelompok ini diberi nama
FATIMAH, tapi usulan ini tidak diterima oleh rapat kemudian oleh K.H Fachruddin
diusulkan nama Aisyiyah.
Tampaknya nama inilah yang paling tepat sebagai organisasi wanita yang baru itu. Nama ini
dipandang tepat karena diharapkan perjuangan perkumpulan ini dapat meniru Siti Aisyiyah
istri Nabi Muhammad SAW, yang selalu membantu berdakwahsetelah nama itu disetujui
secara aklamasi, lalu diadakan peresmian pada tanggal 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 M
bersamaan dengan peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw. Peringatan ini baru
pertama kali diselenggarakan oleh Muhammadiyah.pada waktu itu tempat duduk murud-
murid wanita dan ibu-ibu dipisahkan dengan kelambu berwarna merah jambu. Selanjutnya,
K.H. Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa
keagamaannya dibimbing langsung oleh KHA. Dahlan.
Pesan Kiyai Dahlan setelah kepengurusan Aisyiyah secara resmi terbentuk ialah sebagai
berikut:
1. Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat dan
percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena dicela.
2. Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk
menghindari suatu tugas yang diserahkan.
4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam. 5. Menjaga persaudaraan dan
kesatuan kawan sekerja dan peperjuangan Pada tahun 1919, dua tahun setelah berdiri,
Aisyiyah merintis pendidikan dini untuk anak-anak dengan nama Frobel, yang merupakan
Taman Kanan-Kanak pertama kali yang didirikan oleh bangsa Indonesia. Selanjutnya Taman
kanak-kanak ini diseragamkan namanya menjadi TK Aisyiyah Bustanul Athfal yang saat ini
telah mencapai 5.865 TK di seluruh Indonesia.
Adapun susunan kepengurusan Aisyiyah pada saati itu ditetapkan sebagai berikut.
Dalam hal pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga termasuk organisasi yang turut
memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada tahun 1928. Dalam hat
ini, Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain bangkit berjuang untuk membebaskan
bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan kebodohan. Badan federasi ini diberi nama
Kongres Perempuan Indonesia yang sekarang menjadi KOWANI (Kongres Wanita
Indonesia). Lewat federasi ini berbagai usaha dan bentuk perjuangan bangsa dapat dilakukan
secara terpadu.
Aisyiyah berkembang semakin pesat dan menemukan bentuknya sebagai organisasi wanita
modern. Aisyiyah mengembangkan berbagai program untuk pembinaan dan pendidikan
wanita. Diantara aktivitas Aisyiyah ialah Siswa Praja Wanita bertugas membina dan
mengembangkan puteri- puteri di luar sekolah sebagai kader Aisyiyah. Pada Kongres
Muhammadiyah ke-20 tahun 1931 Siswa Praja Wanita diubah menjadi Nasyi'atul Aisyiyah
(NA). Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Urusan Madrasah bertugas mengurusi
sekolah/ madrasah khusus puteri, Urusan Tabligh yang mengurusi penyiaran agama lewat
pengajian, kursus dan asrama, serta Urusan Wal'asri yang mengusahakan beasiswa untuk
siswa yang kurang mampu. Selain itu, Aisyiyah pada tahun 1935 juga mendirikan Urusan
Adz-Dzakirat yang bertugas mencari dana untuk membangun Gedung 'Aisyiyah dan modal
mendirikan koperasi.
Perkembangan Aisyiyah selanjutnya pada tahun 1939 mengalami titik kemajuan yang
sangat pesat. Aisyiyah menambah Urusan Pertolongan (PKU) yang bertugas menolong
kesengsaraan umum. Oleh karena sekolah-sekolah putri yang didirikan sudah semakin
banyak, maka Urusan Pengajaran pun didirikan di Aisyiyah. Di samping itu, Aisyiyah juga
mendirikan Biro Konsultasi Keluarga. Demikianlah, Aisyiyah menjadi gerakan wanita Islam
yang mendobrak kebekuan feodalisme dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat pada
masa itu, serta sekaligus melakukan advokasi pemberdayaan kaum perempuan.
Perkembangan Mutakhir
Selain itu, Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak di berbagai bidang, yaitu:
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Amal
usaha Aisyiyah bidang pendidikan saat ini berjumlah 4.560, terdiri dari Kelompok Bermain,
Taman Pengasuhan Anak, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
dan Pendidikan Tinggi.
Sedangkan amal usaha bidang Kesehatan berupa Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan
Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu secara keseluruhan berjumlah 280
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai gerakan yang peduti terhadap
kesejahteraan sosial masyarakat, Aisyiyah hingga kini memiliki 459 amal usaha seperti
Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan, lembaga Dana Santunan Sosial, tim Pangrukti
Jenazah dan Posyandu.
Aisyiyah berpendirian bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akan meningkat
tanpa peningkatan kemampuan ekonominya. Oleh karena itu, Aisyiyah mengembangkan
berbagai amal usaha pemberdayaan ekonomi ini datam bentuk koperasi (termasuk koperasi
simpan pinjam), Baitul Mal wa Tamwil, toko/kios, Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah
(BUEKA), home industri, kursus ketrampilan dan arisan. Jumlah amal usaha di bidang ini
mencapai 503 buah.
B. MAKSUD DAN TUJUAN DIDIRIKANNYA AISYIYAH
Sejarah menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia pada saat itu menderita kebodohan
yang muncul dalam bentuk-bentuk jumud, tbc, kemiskinan, dan mengabaikan peran sosial
yang besar dari perempuan karena didominasi oleh paham patriarkhis. Selaku organisasi
komponen perempuan gerakan Islam Muhammadiyah, Aisyiyah mempunyai peran dan
melakukan usaha untuk memperbaharui/memperbaiki pemahaman terhadap agama Islam
untuk dikembalikan pada ajaran Islam yang murni yang bersumber pada al-Qur’an dan as-
Sunnah, oleh karna itu organisasi ini pun didirikan dengan tujuan untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur
yang diridhai Allah dengan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita menurut ajaran Islam.
2. Membimbing kaum wanita ke arah kesadaran beragama dan berorganisasi.
3. Membimbing angkatan muda supaya menjadi orang Islam yang berguna bagi agama, bangsa,
dan negara.
4. Memperteguh iman, menggembirakan, dan memperkuat ibadah serta mempertinggi akhlaq.
5. Mempergiat dan menggembirakan dakwah Islam serta mar ma'ruf nahi munkar.
6. Memajukan dan meningkatkan pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan, serta memperluas
ilmu pengetahuan menurut ajaran agama Islam.
7. Menggerakkan dan menghidupsuburkan amal tolong-menolong dalam kebajikan dan
ketaqwaan.
8. Membimbing ke arah perbaikan kehidupan dan penghidupan yang sesuai dengan ajaran
agama Islam.
9. Mendirikan, memakmurkan, dan memelihara tempat-tempat ibadah dan wakaf.
10. Menanamkan kesadaran beramal agar ajaran Islam berlaku dalam masyarakat.
11. Mempergiat dan memperdalam penyelidikan ilmu agama Islam untuk mendapatkan
kemurniannya.
12. Memantapkan persaudaraan dan kesatuan bangsa dan peran serta dalam pembangunan
nasional.
13. Melakukan usaha-usaha lain yang ssesuai dengan tujuan organisasi
Misi
Misi ‘Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan kegiatan meliputi:
Sejak berdiri, Aisyiyah telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik di
dalam maupun di uar negeri. Pada masa pergerakan nasional, kerjasama lebih ditujukan untuk
menjalin semangat persatuan untuk perjuangan melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu
penjajahan. Pada tahun 1928, Aisyiyah menjadi salah satu pelopor berdirinya badan federasi
organisasi wanita Indonesia yang sekarang dikenal dengan nama Kongres Wanita indonesia
(KOWANI)
Beberapa lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah pernah menjadi mitra
kerja Aisyiyah datam rangka kepentingan sosial bersama, antara lain: Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), Peningkatan Peranan Wanita untuk Keluarga Sehat dan
Sejahtera (P2WKSS), Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS),
Yayasan Sayab Ibu, Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOlWI) dan
Majetis Ulama Indonesia (MUI).
Selain itu, Aisyiyah juga melakukan kerjasama dengan lembaga dari luar negeri
dalam rangka kesejahteraan sosial, program kemanusiaan, sosialisasi, kampanye, seminar,
workshop, melengkapi prasarana amal usaha, dan lain-lain. Diantara lembaga dari luar
negeri yang pernah bekerjasama dengan Aisyiyah adalah: Oversea Education Fund (OEF),
Mobil Oil, The Pathfinder Fund, UNICEF, UNESCO,WHO, John Hopkins University,
USAID, AUSAID, NOVIB, The New Century Foundation, The Asia Foundation, Regional
Islamicof South East Asia Pasific, World Conference of Religion and Peace, UNFPA,
UNDP, World Bank, Partnership for Governance Reform in Indonesia, beberapa kedutaan
besar negara sahabat, dan lain-tain.
Beberapa program pemberdayaan itu antara lain: mengembangkan Bina Usaha Ekonomi
Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini
Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi sebanyak 1426 buah di Wilayah,
koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil/toko dan pembinaan ekonomi
keluarga.
Kesehatan
Dengan misi sebagai penggerak terwujudnya masyarakat dan lingkungan hidup yang
sehat, Aisyiyah mengembangkan pusat kegiatan pelayanan dan peningkatan mutu kesehatan
masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup metalui pendidikan. Saat ini Aisyiyah telah
mengelola dan mengembangkan 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik
Bersalin, 232 BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pendidikan
Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama
gerakan Aisyah metalui Majetis Pendidikan Dasar dan Menengah serta Majetis Pendidikan
Tinggi, Aisyíyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulia untuk umat dan
bangsa.
Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal) serta
mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak
mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta
diridhai Allah SWT, berbagai program dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan.
Saat ini Aisyiyah telah dan tengah melakukan pengeloaan dan pembinaan terhadap:
86 Kelompok Bermain/Pendidikan Anak Usia Dini, 5.865 Taman Kanak-Kanak, 380
Madrasah Diniyah, 668 TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10 Sekolah Luar Biasa, 14
Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8 SMU, 2 SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5
Pesantren Putri, serta 28 pendidikan luar sekolah. Aisyiyah jugadipercaya oleh Pemerintah
untuk menyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di seluruh Indonesia.
Untuk pendidikan tinggi, Aisyiyah memiliki 3 Perguruan Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta
2 AKPER di seluruh Indonesia.
Selain itu, Aisyiyah juga memperhatikan masalah kaderisasi dan pengembangan
sumber daya kader di lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri secara integratif dan
professional yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi
mungkar menuju masyarakat madani.
Hampir di seluruh penjuru tanah air, baik di kota maupun di desa dapat kita temukan TK
Aisyiyah dengan mudah. TK Aisyiyah merupakan salah satu hasil riil gerakan Aisyiyah di
bidang pendidikan. Jika kita berbicara tentang Aisyiyah maka tidak bisa kita lepaskan dari
organisasi keagamaan Muhammadiyyah. Karena Aisyiyah adalah salah satu anak cabang
Muhammadiyyah, yaitu divisi kewanitaannya.
Siti Walidah yang lebih dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan bertekad untuk memajukan
pendidikan kaum perempuan. Beliau di lahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1872.
Ayahnya adalah seorang Penghulu keraton Yogyakarata yang bernama H. Muhammad Fadlil
bin Kiai Penghulu Haji Ibrahim bin Kiai Muhammad Hassan Pengkol bin Kiai Muhammad
Ali Ngraden Pengkol. Sedangkan ibunya lebih dikenal sebagai Nyai Mas.
Siti Walidah berasal dari keluarga yang taat beragama. Pelajaran agama ia dapatkan dari sang
ayah. Sedangkan pelajaran keputrian seperti memasak, menjahit, menyulam, ia dapatkan dari
sang ibu. Sejak kecil ia mendapat arahan untuk berjalan dengan benar dalam agama. Ayahnya
adalah orang yang mempunyai disiplin tinggi pada keluarganya dalam menjalankan ketaatan
beragama. Terlebih lagi ia hidup di daerah kauman. Kawasan elite kerajaan Jawa yang berisi
para priyayi, terutama priyayi yang menjalankan roda keagaaman kerajaan.
Siti Walidah tumbuh dalam keluarga yang sederhana. Selain bekerja sebagai penghulu,
ayahnya juga berdagang batik guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya orang di
daerah kauman lainnya, kehidupannya saat itu diisi dengan belajar mengaji. Ia tak pernah
mendapat pendidikan secara formal. Penduduk di Kauman saat itu memiliki pandangan
bahwa belajar secara formal di sekolah yang didirikan oleh Belanda hukumnya adalah haram.
Generasi yang hidup pada masanya, terutama perempuan, banyak yang tak mendapatkan
pendidikan secara formal.
Setidaknya sampai tahun 1900-an pandangan tentang pentingnya pendidikan secara formal
bagi perempuan masih belum berkembang secara luas. Hal ini terjadi karena saat itu masih
terdapat tradisi pingitan bagi anak gadis. Siti Walidah sendiri menjalani tradisi pingit ketika
berusia 9 tahun. Ia mengakhiri masa pingit ketika menikah dengan Ahmad Dahlan. Tak
banyak yang tahu bahwa sebetulnya Siti Walidah adalah saudara sepupu Ahmad Dahlan.
Islam mengajarkan bahwa saudara sepupu adalah non mahrom sehingga halal utuk dinikahi.
Perkawinan mereka merupakan perjodohan antara kedua keluarga.
Siti Walidah memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Ia berguru secara langsung
kepada suaminya. Waktu itu Ahmad Dahlan menjabat sebagai imam masjid keraton
Yogyakarta dan telah terkenal sebagai tokoh pembaharu Islam. Kehidupan suaminya yang
mendedikasikan seluruh hidupnya untuk ummat, menjadikan Siti Walidah paham seluk beluk
dunia perjuangan dan pergerakan. Ia sering ditinggal berdakwah oleh Ahmad Dahlan. Tapi ia
tidak mengeluh, ia sadar konsekuensi sebagai istri seorang aktifis dakwah adalah sering
ditinggal.
Terinspirasi oleh kegigihan suaminya dalam berdakwah, Siti Walidah pun berinisiatif
mendirikan perkumpulan “Sopo Tresno” pada tahun 1914. Perkumpulan yang berarti siapa
suka ini merupakan wadah bagi para perempuan untuk mengkaji ilmu agama dan ilmu
ketrampilan. Meskipun organisasinya masih sederhana tapi dari hari ke hari semakin banyak
perempuan yang bergabung dalam perkumpulan “Sopo Tresno”.
Melihat perkembangan positif tersebut, para pengurus Muhammadiyyah berinisiatif untuk
menjadikan Sopo Tresno menjadi sebuah organisasi perempuan Muhammadiyyah yang
mapan yang memiliki Anggaran dasar dan peraturan. Berdasarkan hasil musyawarah antara
Kyai Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusumo, Kyai Mukhtar, Kyai haji Fakhruddin, maka
diputuskan perkumpulan Sopo Tresno berubah nama menjadi Aisyiyah. Nama tersebut
dinisbatkan kepada nama istri Rosululolloh saw, Aisyah ra yang terkenal kecerdasannya.
Dengan harapan gerakan Aisyiyah mampu meneladani kecerdasan dan akhlak Aisyah ra.
Peresmian Aisyiyah dilaksanakan pada tanggal 22 April 1917. Upacara peresmian yang
bertepatan dengan peringatan Isra Mi’raj ini dihadiri oleh tokoh-tokoh Muhammadiyyah dan
masyarakat luas. Pada tahun 1922 Aisyiyah menjadi bagian resmi dari Muhammadiyyah
yaitu sebagai divisi kewanitaannnya. Siti Walidah diangkat sebagai Ketua Pimpinan Pusat
Aisyiyah.
Tahun 1923 gerakan Aisyiyah semakin meluas dan membuka cabang di beberapa daerah
seperti Boyolali, Purwokerto, Pasuruan, Malang, Kepanjen, Ponorogo, Madiun dan
sebagainya. Siti Walidah aktif berdakwah dan membina Aisyiyah secara langsung. Ia terjun
ke daerah-daerah binaannya. Ahmad Dahlan sangat mendukung perjuangan istrinya. Ia
berpendapat, perempuan juga berhak untuk berdakwah. Dakwah bukanlah monopoli kaum
lelaki.
Muhammadiyyah telah berhasil mendirikan sekolahnya yang pertama di tahun 1912. Sekolah
itu bernama Volk School Muhammadiyyah (Sekolah Desa 3 tahun). Di tahun 1918 Volk
School membuka kelas bagi siswa perempuan. Kelas khusus perempuan ini tempatnya
terpisah dengan laki-laki. Untuk kelas laki-laki kegiatan belajarnya di kampung Suronatan.
Sedangkan kelas perempuan di Kauman. Di kemudian hari kelas khusus perempuan ini
dinamakan Sekolah Pawiyatan
Siti Walidah menginginkan pendidikan yang menyeluruh bagi kaum perempuan, baik sisi
jasmani maupun rohani. Dia menawarkan konsep sekolah integral dimasanya. Siti Walidah
mengusulkan pendirian asrama bagi para siswi Sekolah Pawiyatan. Usul Siti Walidah
diterima oleh pengurus Muhammadiyyah. Akhirnya masih dalam tahun yang sama, yaitu
1918 berdirilah Asrama Putri tersebut. Siti Walidah bertindak sebagai ibu asrama. Ia
mengarahkan para santriwatinya secara langsung.
Siti Walidah memiliki pergaulan yang luas. Sebagai sorang istri tokoh pergerakan Islam,
menyebabkan ia sering bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya. Tercatat
Soekarno, Muhammad Hatta, Ki Bagus Hadikusumo, Jenderal Soedirman (Aktifis
Muhammadiyyah Cilacap) sering berdiskusi dengan pasangan Ahmad Dahlan-Siti Walidah.
Ia dianggap sebagai ibunya orang Muhammadiyyah. Tak jarang tokoh-tokoh tersebut
meminta nasihat Siti Walidah. Sebagai orang yang dituakan ia bersikap ngemong dan welas
asih.
Meski tak mengenyam pendidikan formal, tetapi Siti Walidah memiliki kemampuan orasi
yang bagus. Sebagai ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah, Ia selalu memimpin muktamar
Aisyiyah. Berturut-turut dari tahun 1923 hingga 1934 Ia menjadi ketua Muktamar Aisyiyah
di berbagai kota. Orang-orang banyak yang kagum dan terpesona akan kemampuannya
memimpin muktamar. Pada saat itu memang belum banyak kaum perempuan yang
memimpin organisasi, terlebih lagi muktamar.
Ketika Aisyiyah mulai berkembang dan membuka cabang di beberapa kota, Kiai Ahmad
Dahlan dipanggil ke hadirat Illahi pada tanggal 23 Februari 1923. Ahmad Dahlan wafat
dalam usia 54 tahun. Siti Walidah berduka, kehilangan seorang suami yang dikasihi sekaligus
guru yang dikagumi. Meskipun demikian, Siti walidah tetap melanjutkan embrio Aisyiyah
yang baru saja lahir. Ia tetap bersemangat membimbing dan mengembangkan gerakan
tersebut.
Sepeninggal suaminya, Siti Walidah sering dimintai pendapat oleh para pengurus
Muhammadiyyah. Ia dianggap sebagai Ibu Muhammadiyyah, karena ia lah yang mendapat
pelajaran secara langsung setiap hari dari sang pendiri Muhammadiyyah. Dari hasil
pernikahannya dengan K.H Ahmad Dahlan ia dikaruniai enam orang anak, yakni
Djohanah(1890), Haji Siradj Dahlan(1898), Siti Busyra Islam( 1903), H. Siti Aisyah
Hilal(1905), Irfan Dahlan(1907), Siti Zuharah Masykur(1908). Bersama keenam anaknya dan
para pengurus Muhammadiyyah lainnya ia bahu-membahu melanjutkan perjuangan
suaminya.
Dimasa perang kemerdekaan, Siti Walidah bersama ibu-ibu Aisyiyah mendirikan dapur
umum. Ia juga membuka Rumah Sakit Darurat bagi para pejuang yang terluka. Ia sering
dimintai pendapat oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sebagai seorang putra
Muhammadiyyah, aktifis Hizbul Wathan dan mantan guru SMP Muhammdiyyah Cilacap,
Jendral Soedirman menganggap Siti Walidah sebagai ibunya sendiri. Jenderal Soedirman
sangat menghormati dan mengagumi Siti Walidah.
Siti Walidah gigih melanjutkan perjuangan suaminya. Saat ini Muhammadiyyah telah
berkembang ke seluruh Indonesia, memiliki beribu-ribu sekolah dari TK hingga perguruan
tinggi. Memiliki beratus-ratus Rumah Sakit, panti asuhan, kepanduan. Memiliki beribu-ribu
kader yang gigih mengibarkan panji Islam. Semua itu tak bisa lepas dari jasa Ahmad Dahlan-
Siti Walidah. Karena jasanya yang begitu besar, Siti Walidah diberi gelar Pahlawan Nasional
berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.042/TK/Tahun 1971, tanggal 22 September
1971.
Tangtangan yang di hadapi adalah ancaman akan di sandera dan suaminya akan di
bunuh kalau berani datang ke Banyuwangi. Akan tetapi ancaman tersebut tak sedikitpun
menyurutkan langkah pasangan suami istri itu yang tetap datang ke banyuwangi.
Sebagai istri dari seorang pejuang dan ulama besar. Siti Walidah atau yang lebih di kenal
dengan Nyi Ahmad Dahlan sangat berperan membantu suaminya KH Ahmad Dahlan dalam
perjuangan kemerdekaan serta pengembangan organisasi Muhammadiyah, sebagai istri yang
setia ia banyak memberi dukungan moril kepada suaminya.
Ia takpernah mengenyam pendidikan di Sekolah umum karena pada waktu itu perempun
belum mendapat kesembatan, Siti Walidah sebagai mana anak-anak perempuan lainnya untuk
menikah. Namun walaupun begitu. Ia mampu memimpin kongres berskala cukup besar, hal
tersebut menambah kekaguman masyarakat kepadanya.
Di masa awal revolusi, diusianya yang mulai senja. Ia tetap giat membantu perjungan untuk
mendukung tentara yang sedang bertempur di medan perang. Ia menganjurkan kaum wanita
untuk mendirikan dapur umum, para pemudapun di anjurkan agar terus berjuang
mempertahankan kemerdekaan. Siti Walidah juga dikenal sebagai salah satu tokoh wanita
yang rajin bertukar pikiran tentang perjuangan dengan Presiden Repoblik Indonesia Ia itu
Soekarno dan Jendral Sudirman.
Mungkin dari sekilas tentang Nyi Ahmad Dahlan, di atas tadi dapat sebagai motivasi bagi
kita yang ada pada masa sekarang, kalau kita lihat dari berbagai aspek ataupun situasi yang
terjadi pada masanya, kita rasa tangtangan dan halangan sangat banyak dan tidak hanya
ancaman akan dibunuh oleh masyaraka Bayuwangi saja, mungkin caci maki lebih banyak
dari pada ancaman, dari pihak lain contohnya penjajah yang masih berambisi untuk menguasi
Negara Republik Indonesia, susahnya mendapatkan informasi, makanan, dan lain
sebagainya.
Siti Walidah wafat pada hari Jum’at, 31 Mei 1946 jam 13.00 di kediamannya kampung
Kauman, Yogyakarta. Ia meninggal pada usia 74 tahun. Siti Walidah wafat setelah 23 tahun
wafatnya K.H Ahmad Dahlan. Warga Yogyakarta, kuhususnya warga Muhammadiyyah
berduka. Seorang pejuang Islam yang tangguh telah tutup usia. Meski telah tiada, tapi
semangat perjuangannya tetap menginspirasi seluruh rakyat Indonesia
D. PROGRAM KEGIATAN AISYIYAH
artinya :
"Hendaklah ada diantara kamusemua umat yang menyeru orang melakukan yang benar serta
melarangdari yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kebahagiaan"
serta
surat An-Nahl(16) ayat 97
Artinya :
"Barang siapa melakukan kebaikan, laki-laki maupun wanita, dan ia beriman, Kami pasti
akan memberinya kehidupan yang mernyenangkan. Kami pasti akan memberinya pahala
sesuai dengan yang sebaik-baiknya meraka lakukan.
Program Kerja
Program kerja adalah upaya atau perwujudan dari usaha pimpinan dan seluruh
anggota, serta amal usaha persyarikatan ‘Aisyiyah untuk mencapai maksud dan tujuan
‘Aisyiyah. Program kerja juga merupakan langkah-langkah terencana dalam merealisasikan
‘Aisyiyah sebagai Gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid bersumber
pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam rangka pelaksanaan program untuk mencapai maksud dan tujuan pertsyarikatan, maka
melalui upaya, program, dan kegiatan yang macam-macam yang senantiasa berhadapan
dengan masalah-masalah, tuntutan-tuntutan, tantangan-tantangan harus selalu beristiqomah
dan bersungguh-sungguh. Oleh karena itu program kerja persyarikatan merupakan kunci
strategis Gerakan ‘Aisyiyah dalam menghadapi dan menjawab segala tuntutan yang
berkembang.
Kegiatan-kegiatan ‘Aisyiyah
Dengan tugas dan peran (fungsi) sederhana tersebut ‘Aisyiyah telah banyak amal usaha di
bidang :
1. Pendidikan
2. Kewanitaan
3. PKK
4. Kesehatan
5. Organisasi wanita
Pimpinan pusat ‘Aisyiyah berusaha memberi didikan di kalangan wanita islam untuk
berpakaian muslimah yang baik, bermoral, dan bermental luhur, memberikan bimbingan
perkawinan dan kerumah tanggaan, tanggung jawab istri didalam dan diluar rumah tangga,
memberikan motivasi keluarga sejahtera, keluarga bahagia,memberikan bimbingan
pemeliharaan bayi sehat, keluarga berencana, berislam dan sebagainya. Sedangkan di desa
Weru ada yang mendirikan PAUD, TK, SD. Di desa Weru TK yang sudah didirikan
sebanyak 22, di TK tersebut jumlah guru pembimbingnya sebanyak 55 orang.
Dismping itu, di desa Weru juga diadakan pengajian setiap hari minggu (ahad pon). Untuk
mengadakan pengajian tersebut ditempat yang mampu, secara bergilir. Awal diadakannya
pengajian secabang di Karamgwojo, yang datang untuk menghadiri pengajian tersebut
sebanyak 200-300 orang. Pengurus pengajian harus mencari orang yang mubaleq, setiap
bulan Ramadhan minimal yang hadir dalam pengajian yaitu 2000 lebih, Mereka yang datang
di PHI di desa Grogol. Setiap diadakannya pengajian di bulan Ramadhan selalu di siarkan di
salah satu radio di setiap desa yang selalu menghadiri pengajian tersebut. Isi dalam pengajian
tersebut diberikan semangat untuk menjalankan ibadah.
BAB III
KESIMPULAN
1) Kata Aisyiyah berasal dari bahasa arab , dari kata aisyah & mendapat imbuhan yah. Sebutan
Aisyah disini adl nama isteri Nabi Muhammad saw, yaitu siti Aisyah binti Abu Bakar Ash-
Shidiq. Kata yah dalam bahasa arab disini adalah yah nisbah yang artinya “membangsakan”.
Jadi Aisyiyah berarti pengikut Siti Aisyah r.a. yang berusaha mencontoh dan meneladani
cara-cara hidup Siti Aisyah r.a.
Adapun secara terminologi / istilah , Aisyiyah adalah suatau organisasi wnita dalam
muhammadiyah yang mempunyai maksud dan tujuan sebagaimana maksud dan tujuan
muhammadiyah. Organisasi ini semula merupakan kelompok anak-anak yang senang
berkumpul lalu diberi bimbingan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan
pelajaran agama. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok pengajian anak-anak ini
kemudian diberi nama Sopo Tresno dan belum merupakan bentuk organisasi utuh, akan tetapi
masih terbatas sebagai gerakan pengajian semata. Kemudian timbul pemikiran tentang
perlunya pemberian nama pada kelompok ini. Maka diadakan pertemuan antara K.H.
Mukhtar, K.H. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusuma, K.H. Fachruddin dan pengurus
Muhammadiyah yang lain di rumah Nyai Ahmad Dahlan saat itu ada urusan nama untuk
kelompok ini diberi nama FATIMAH, tapi usulan ini tidak diterima oleh rapat kemudian oleh
K.H Fachruddin diusulkan nama Aisyiyah.
2) Tujuan didirikannya Aisyiyah adalah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai Allah
3) Salah satu tangtangan yang di hadapi selama mendirikan aisyiyah adalah ancaman akan di
sandera dan suaminya akan di bunuh kalau berani datang ke Banyuwangi. Akan tetapi
ancaman tersebut tak sedikitpun menyurutkan langkah pasangan suami istri itu yang tetap
datang ke banyuwangi.
4) Program kerja aisyiyah adalah upaya atau perwujudan dari usaha pimpinan dan seluruh
anggota, serta amal usaha persyarikatan ‘Aisyiyah untuk mencapai maksud dan tujuan
‘Aisyiyah. Program kerja juga merupakan langkah-langkah terencana dalam merealisasikan
‘Aisyiyah sebagai Gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid bersumber
pada Al-Qur’an dan Sunnah.
DAFTAR PUSTAKA
semoga bermanfaat....