Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Memahami landasan perjuangan NU”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja III

Dosen pengampu:

Nur Azzah Fathin, M.Pd

Nama Kelompok :

Yasila ‘Alawiyah (D24180028)

Yahdillah (D24180030)

Ani Qotul Azizah (D24180031)

Program Studi Pendidikan Guru


Sekolah Dasar Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas
Nahdlatul Ulama Sidoarjo
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah kami kelompok 8 telah berhasil menyelesaikan makalah dengan
judul “Memahami landasan perjuangan NU”. Shalawat dan salam tak lupa selalu
kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benerang yakni
addinul islam wal iman. Makalah inikami selesaikan sebagai tugas untuk
memenuhi mata kuliah Aswaja III. Oleh sebab itu kami berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk menghasilkan karya yang terbaik menurut kemampuan
kami demi meraih nilai yang terbaik.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Pada kesempatan ini
pula kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk
memperbaiki dan meningkatkan agar penulisan makalah ini bisa menjadi lebih
baik lagi. Akhir kata kami kelompok 8 hanya bisa berdo’a dan berusaha semoga
makalah ini dapat bermafaat bagi kita semua.

Sidoarjo, 30 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Mabadi’ Nasrillah....................................................................................................5
B. Kredo Perjuangan KH Abdul Wahab Hasbullah.....................................................5
C. Trilogo Gerakan KH Idham Kholid.........................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................9
A. Kesimpulan..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada tanggal 31 Januari 1926.
Nahdlatul Ulama adalah sebagai organisasi ulama yang tetap ingin
mempertahankan pelaksanaan ajaran agama dengan berpegang teguh pada salah
satu mazhab Ahli Al Sunnah Waal Jama’ah, yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan
Hambali (Pasal 2, Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama tahun 1928). Dalam
kenyataannya mazhab yang diikuit Nahdlatul Ulama adalah mazhab Syafi’i dan
orientasi pada fiqih (hukum Islam) mazhab ini tampak kental sekali. Hal itu
tidak lepas karena basis organisasi ini, yakni pesantren, yang pada umumnya
sangat menekankan pengajaran fiqih, dan hanya mengajarkan kitab yang ditulis
oleh ulama mazhab Syafi’i. Sebagai organisasi keagamaan, Nahdlatul Ulama
berusaha agar semua sikap dan tingkah laku warganya sejalan dengan agama
Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Gerakan NU?
2. Bagaimana Kredo Perjuangan KH Abdul Wahab Hasbullah ?
3. Bagaimana Trilogo Perjuangan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Strategi Gerakan NU
2. Untuk mengetahui Kredo Perjuangan KH Abdul Wahab Hasbullah
3. Untuk mengetahui Trilogo Perjuangan

BAB II
PEMBAHASAN

4
A. MABADI NASRILLAH (STRATEGI GERAKAN NU)
Sebuah Organisasi yang lahir pada masa Kebangkitan Nasional, sebuah
gerakan perjuangan melawan penjajah dengan ideologi kapitalis imperialis serta
merespon gerakan wahabi Internasional. Dua tokoh penting NU, Mbah Hasyim
dan KH Mahfudz Shiddiq yang menjabat Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziyah
HB NO ditangkap. Beliau dianggap menentang kegiatan Sheikerei
(membungkuk ke arah Tokyo pada pagi hari) Sheikerei bagi Mbah Hasyim
merupakan perbuatan menyekutukan Allah. Mbah Hasyim dan KH Mahfudz
dipenjara dan disiksa. Pada posisi inilah kemudian Mbah Wahab mengeluarkan
Mabadi Nasrillah. NU berusaha membangun masyarakat Islam Ahlussunnah
waljamaah di bumi Nusantara untuk mewujudkan Indonesia yang makmur adil
dan sejahtera. Dalam melakukan perjuangan ini NU memiliki prinsip, konsep
serta strategi sebagai pegangan dalam melakukan perjuangan:
Peralihan dari penjajahan Belanda ke Penjajahan Jepang tekanan pada
para pejuang NU semakin keras. Bahkan pimpinan tertinggi NU yaitu Rois
Akbar KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Machfudz Siddiq dan beberapa ulama
lainnya ditahan dan disiksa oleh penjajah Jepang. Di tengah gencarnya tantangan
itu KH Wahid Hasyim keliling Jawa untuk melakukan gerakan yang dinamakan
Mabadi Nashrillah, sebuah gerakan batin untuk menghadapi kolonialisme.
Adapun prinsip Mabadi Nashrillah adalah sebagai berikut:
1. Tazawaru ba’dluhum ba’dlo (saling mengunjungi satu dengan yang lain)
2. Tawashau bil haqqi watawashau bis shabri (saling menasehati tentang
kebenaran dan kesabaran.
3. Taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah dengan segala syarat
rukunnya)
Jakarta 1943

B. KREDO PERJUANGAN KH ABDUL WAHAB HASBULLAH


Kekuatan organisasi NU bukan hanya terletak pada jumlah jamaahnya,
tetapi juga sanad keilmuan dan gerakan-gerakan sosial yang telah jauh
dilakukan, bahkan sebelum NU dilahirkan pada 31 Januari 1926. Namun,

5
kekuatan di segala lini tersebut kerap tidak dipahami oleh sejumlah pengurus
NU dan warganya sehingga membuat KH Abdul Wahab Hasbullah (1888-1971)
menegaskan sebuah kredo (pernyataan keyakinan).
Dalam kredonya, Kiai Wahab mengatakan, “Banyak pemimpin NU di
daerah-daerah maupun di pusat yang tidak yakin akan kekuatan NU. Mereka
lebih menyakini kekuatan golongan lain. Orang-orang ini terpengaruh oleh
bisikan orang yang menghembuskan propaganda agar tidak yakin akan kekuatan
yang dimilikinya. Kekuatan NU itu ibarat senjata adalah meriam, betul-betul
meriam. Tetapi digoncangkan hati mereka oleh propaganda luar yang menghasut
seolah-olah senjata itu bukan meriam tetapi hanya gelugu alias batang pohon
kelapa sebagai meriam tiruan. Pemimpin NU yang tolol itu tidak sadar siasat
lawan dalam menjatuhkan NU melalui cara membuat pemimpin NU ragu-ragu
akan kekuatannya sendiri.” (Sumber: KH Saifuddin Zuhri, Berangkat dari
Pesantren, LKiS, 2013: 497)
Hal itu disampaikan oleh Kiai Wahab saat dirinya telah terpilih menjadi
Rais ‘Aam PBNU dalam Muktamar di Jakarta tahun 1950. Kredo tersebut
ditegaskan kemballi pada Konferensi Dakwah yang berlangsung pada 29
September – 1 Oktober 1951.
Kiai Wahab merupakan guru tidak tetap di Madrasah Muballighin yang
didirikan Kiai Saifuddin Zuhri pada 1 Januari 1952. Madrasah ini didirikan
sebagai hasil konkret Konferensi Dakwah tersebut. Lembaga ini juga merupakan
salah satu upaya strategis untuk membangkitkan NU dalam bentuk pengkaderan.
Suatu kebanggaan, karena menjadi cerminan besarnya tanggung jawab
dan kerja sama yang baik bahwa media pendidikan kader NU itu hanya
disiapkan dalam tempo tiga bulan di tengah suasana membangun NU kembali
pascaperang kemerdekaan dan revolusi bersenjata antara 1945-1950.
Kiai Saifuddin Zuhri menegaskan bahwa peran Konferensi Dakwah di
Magelang tersebut besar dan berhasil menggali gairah dan semangat
membangun kembali jam’iyah NU. ‘Semangat Magelang’ itu pula yang
menghayati Konferensi Dakwah untuk mempelopori kebangkitan NU setelah
perang kemerdekaan.

6
Sejumlah tokoh NU kala itu memberikan pengarahan di hadapan 131
juru dakwah yang mewakili cabang-cabang NU di seluruh Indonesia, khususnya
Jawa. Sebab, daerah di luar pulau Jawa masih sukar dicapai melalui jalur
organisasi akibat perang kemerdekaan.
Tidak ada yang meragukan kemampuan KH Abdul Wahab Hasbullah
dalam setiap lini kehidupan bangsa dan agama. Lkiai yang dikenal ahli dalam
bidang Ushul Fiqih ini menjadi motor penggerak umat islam Indonesia, terutama
kalangan pesantren dalam menghadapi penjajah bersama Hadratussyekh
Muhammad Hasyim Asy’ari dan kiai-kiai lain.
Dalam pergerakan nasional, kiai Wahab berjasa menumbuhkan dan
mewariskan sikap nasionalisme dalam diri bangsa indonesia hingga saat ini.
Madrasah Nahdlatul Wathan yang dibentuknya sekitartahun 1916 untuk
membentuk generasi muda cinta tanah air membuahkan warisan manis bagi
persatuan bangsa Indonesia berdasar keyakinan agama dan pemeluknya. Sejak
dulu, para ulama pesantren menekankan bahwa cinta tanah air dan menjaga
negara adalah kewajiban agama.
Besarnya jasa dan pera kiai Wahab Hasbullah dalam membawa setiap
pergerakan keagamaan dan kebangsaan ke arah persatuan dan kedaulatan bangsa
membuatnya disebut sebagai seorang ‘sopir’, pengemudi, pengendali. Meskipun
dirinya juga pernah menjadi sopir beneran ketika membawa para kiai ke sebuah
kota di Banyumas, Jawa Tengah.
Perjuangan keras kiai Wahab dalam membangkitkan peergerakan kaum
pesantren juga telah dilakukan ketika menginisiasi pendirian Nahdlatut Tujjar
dan Tashwirul Afkar.
Selain itu kiai Wahab mendirikan tiga perkumpulan yakni Nahdlatul
Wathan, Nahdlatut Tujjar, dan Taswirul Afkar) dikatakan oleh sejumlah pakar
merupakan embrio pendirian Nahdlatul Ulama, yakni kebangkitan ulama yang
didasari oleh cinta tanah air, kebangkitan ekonomi, dan tradisi pemikiran
akademik pesantren.

C. TRILOGOPERJUANGAN

7
Dalam menjalankan perjuangan membesarkan NU dan
meluaskanpengaruhnya dalam masyarakat dan bangsa harus berpegang pada tiga
asas:
1. Sadar akan prinsip kita sendiri.
2. Sadar akan prinsip orang lain.
3. Sadar akan situasi dan kondisi
Jakarta 1960 (KH Idham Chalid.)
KH Idham Chalid, Pejuang NU di Jalur Struktural.KH Idham Khalid di
dalam penjara melaksanakan shalat hajat 41 kali.Mantan Ketua Umum PBNU,
almarhum KH. Idham Chalid merasakan betul penderitaan dalam proses
perjuangan melawan penjajah pada era kemerdekaan. Ia pernah mengalami
pedihnya siksa saat ditangkap oleh Belanda dan dijebloskan ke dalam penjara.
Karena itu, sangat pantas gelar pahlawan diberikan kepadanya.Siksaan kaum
penjajah itu pun berdampak pada pembengkokan tulang yang dialaminya setelah
usia senja. Hal ini diungkapkan Pak Idham dalam bukunya yang berjudul
“Napak Tilas Pengabdian Idham Chalid: Tanggung Jawab Politik NU dalam
Sejarah”.
Dalam buku yang disunting Arief Mudatsir tersebut, Pak Idham
mengaku pernah diinterogasi terkait keberadaan teman seperjuangannya dari
Banjar, Hasan Basri. Pasalnya, Hasan Basir pernah satu almamater dengannya
saat belajar di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo.
Ketika ditanya Belanda, Pak Idham pun memberikan jawaban yang
diplomatis bahwa banyak temannya yang bernama Hasan Basri. Tanpa
mendapat jawaban yang pasti, penjajah itu pun melakukan penyiksaan terhadap
Pak Idham.
Meskipun tubuhnya lemah dan matanya tidak dapat melihat karena
siksaan kaum penjajah, Pak Idham terus memanjatkan do’a dan melaksanakan
shalat hajat 41 kali atau 82 rakaat dan ditambah shalat witir 3 rakaat di dalam
penjara.
Perjuangan Pak Idham pantas untuk diteladani bagi generasi muda
sekarang, baik pada masa penjajahan maupun saat terjun ke dunia politik. Pak

8
Idham memang bukan sosok yang berasal dari kota besar, ia hanyalah orang
kampung yang merintis karirnya dari tingkat paling bawah.
Namun, karena gigih dalam berjuang dan memiliki semangat dalam
belajar dan menempa diri, Pak Idham akhirnya mampu mencapai puncak
kepemimpinan nasional.
SEKIAN PRESENTASI DARI KELOMPOK 8 KURANG LEBIHNYA
MOHON MAAAF YANG SEBESAR BESARNYA ASSALAMUALAIKUM
WR WB

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sesungguhnya pendidikan yang kita laksanakan sekarang ini tidaklah terlepas dari
usaha – usaha para tokoh pendidikan yang dahulu telah merintisnya dengan perjuangan yang
sangat berat dan tidak mengenal lelah. Oleh karena itu bila kita berbicara tentang pendidikan
yang kini berlangsung tidaklah arif bila tidak membicarakan sosok dan tokoh pendidikan
tersebut. Dengan hanya menerima menerima jerih payah dan karya mereka. Dari semua
uraian di atas, dapatlah di tarik kesimpilan bahwa, pendidikan itu sangatlah penting terutama
yang pendidikan islam. Yang mana pendidikan islam ini sangatlah di anjurkan bahkan di
wajibkan bagi tiap – tiap muslim. Dalam perkembangannya di seluruh dunia banyaklah
terdapat tokoh – tokoh yang terkemuka dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan islam.
Semua mempunyai pemikiran – pemikiran tersendiri. Namun semuanya itu tetaplah
mengarah dan mengacu kepada Al- qur’an dan hadist. Selain itu juga ternyata pendidikan
islam, tidak hanya mencakup masalah ke agamaan saja tetapisemua ilmu pengetahuan
terdapat di dalamnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://heriamanudin.blogspot.com/2015/05/nu-cikal-bakal-nkri.html?m=1

https://republika.co.id/berita/q3a7io430/kh-idham-chalid-pejuang-nu-di-jalur-struktural-
3

https://www.nu.or.id/post/read/101122/sebab-munculnya-kredo-kh-wahab-chasbullah

https://bangkitmedia.com/ini-asal-usul-kredo-perjuangan-kiai-wahab-chasbullah/

Masngudin dan Rukmini Dahlan, Pola Hubungan Antar Golongan Nahdlatul Ulama dengan

Muhammadiyah (Studi Kasus di Pasuruan), Badan Kesejahteraan Sosial Nasional,

Jakarta, 2000, hal. 1

10

Anda mungkin juga menyukai