Anda di halaman 1dari 25

INKAR SUNNAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Studi Hadist

Dosen Pengampu :
KHAIRIL UMAMI M.S.I

Disusun oleh :

1. FAHREZA TAFIQURROHMAN(101230106)
2. BILLY JULHAM PERMANA(101230155)

HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI`AH


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) PONOROGO
TAHUN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat serta
salam kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian
banyak nikmat dan yang paling bermanfaat bagi seluruh manusia, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Studi Hadist” dengan judul “ULUMUL HADIST”.
Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang ikut serta dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam proses penyusunan makalah ini kami berusaha dengan sebaikbaiknya,
namun kami juga menyadari makalah ini masih banyak kekurangan serta masih belum
banyak pengetahuan dan pengalaman kami dalam bisnis. Kami juga mengarapkan
saran dan kritik kepada para pembaca setelah membaca makalah ini.

Ponorogo, 22 November 2023

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumuhan Masalah
3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Ingkar Sunnah ………………………………………... 3
A. Sejarah dan tokoh-tokohnya………………………......................... 3
B. Argumen Aqli maupun Naqli .......................................................... 3
C. Bantahan Ulama terhadap mereka ……………………...………… 3
BAB III PENUTUP ................................................................................... 9
A. Kesimpulan ...................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11

3
A. LATAR BELAKANG

Ingkar sunnah adalah paham yang menolak sunnah Nabi Muhammad SAW
sebagai sumber hukum Islam. Paham ini pertama kali muncul pada abad ke-2 Hijriyah
dan sejak saat itu telah menjadi perdebatan di kalangan umat Islam.

Ada beberapa alasan mengapa orang-orang menolak sunnah. Salah satu alasan
yang paling umum adalah karena mereka percaya bahwa Alquran saja sudah cukup
sebagai sumber hukum Islam. Mereka berpendapat bahwa sunnah adalah buatan
manusia dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan.

Alasan lain mengapa orang-orang menolak sunnah adalah karena mereka percaya
bahwa sunnah tidak dapat diverifikasi secara historis. Mereka berpendapat bahwa
banyak hadits yang diriwayatkan tentang Nabi Muhammad SAW adalah palsu dan
oleh karena itu tidak dapat digunakan sebagai sumber hukum Islam.

Paham ingkar sunnah telah dikritik oleh banyak ulama Islam. Mereka berpendapat
bahwa sunnah adalah sumber hukum yang penting dan bahwa Alquran dan sunnah
harus dipahami bersama-sama. Mereka juga berpendapat bahwa sunnah telah
diriwayatkan secara akurat dan oleh karena itu dapat diandalkan sebagai sumber
hukum Islam.

Perdebatan tentang ingkar sunnah terus berlanjut hingga saat ini. Ada banyak
orang yang masih menolak sunnah sebagai sumber hukum Islam, sementara yang lain
percaya bahwa sunnah adalah sumber hukum yang penting.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari inkar Sunnah?
2. Bagaimana Sejarah dan tokoh-tokoh inkar sunnah
3. Bagaimana argumen para tokoh-tokoh
4. Apa bantahan Ulama terhadap argumen Inkar Sunnah?

4
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian inkar al-Sunnah
2. Mengetahui sejarah awal kemunculan dan perkembangan inkar al-
Sunnah
3. Mengetahui klasifikasi inkar al-Sunnah dan argumennya
4. Mengetahui inkar al-Sunnah di Indonesia
5. Mengetahui kritik ahli terhadap pengingkar Sunnah
6. Mengetahui contoh inkar al-Sunnah

5
Ingkar Sunnah95Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015II.PEMBAHASANA.Pengertian Ingkar
Sunnah1.Arti EtimologisKata “Ingkar Sunnah” terdiri dari dua kata, yaitu“Ingkar”dan
“Sunnah”. Kata “Ingkar” berasal dari akar katabahasa Arab : ‫انكارا‬-‫ینكر‬-‫انكر‬yang memiliki
beberapa arti diantaranya adalah: tidak mengakui dan tidak menerima baik dilisan dan di hati,
bodoh atau tidak mengetahui sesuatu(Antonim kataal-Irfan, dan menolak apa yang
tidaktergambarkan dalam hati,3misalnya dalam firman Allahdalam Q.S. Yusuf ayat
58 :Artinya :“Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir} lalu merekamasuk ke (tempat)
nya. Maka Yusuf Mengenal mereka, sedangmereka tidak kenal (lagi) kepadanya.”Juga seperti
terdapat dalam Q.S. An-Nahl ayat 83 :Artinya :“Mereka mengetahui nikmat Allah,
kemudian merekamengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yangkafir.”Al-Askari memberdakan antara makna al-Inkar dan al-Juhdu. Kata “al-Inkar”
terhadap sesuatu yang tersembunyi dantidak disertai pengetahuan, sedangkan “al-Juhdu”
terhadapsesuatu yang tampak dan disertai dengan pengetahuan. 4Dengan demikian
maka orangyang mengingkari sunnahsebagai hujjah di kalangan orang yang tidak
banyakpengetahuannya tentang ulum hadis.Dari beberapa arti kata “Ingkar” di atas
dapatdisimpulkan bahwa secara etimologis diartikan menolak,tidak mengakui, dan tidak
menerima sesuatu,baik lahir danbatin atau lisan dan hati yang dilatarbelakangi oleh
factor3Ibrahim Anis,Almu’jam al-Washith, juz 3, Daar al-Ma’arif, Mesir, tahun1972. hlm. 951.4Abi Hilal al-Askari,Al-
Lum’ah Min Al-Furiq, As-Safaqiyah, Surabaya,t.t. hlm. 2.
96Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015ketidak tahuannya atau faktor lain, misalnya karena
gengsi,kesombongan, keyakinan dan lain-lain.Sedangkan kata “Sunnah” secara etimologi
bermakna‫(السیرةالمتبعة‬suatu perjalananyang diikuti) baik perjalanan baikmaupun buruk,5juga dapat
bermakna‫(العادةالمستمرة‬tradisiyang kotinu).Orang yang menolak sunnah sebagai hujjah
dalamberagama oleh umumnya ahli hadits disebut ahlul bid’ah danmenuruti hawa nafsunya,
bukan kemauan hati dan akalfikirannya.2.Arti TerminologiBerikut ini akan dikemukakan
pengertianIngkar Sunnahmenurut para ahli, sebagai berikut :a.Paham yang timbul dalam
masyarakat Islam yangmenolak hadits atau sunnah sebagai sumber ajaran Islamkedua
setelah al-Qur’an.6b.Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umatIslam yang
menolak dasar hukum Islam dari sunnahshahih, baik sunnah praktis atau yang
secara formaldikodifikasikan para ulama, baik secara totalitasmutawattir maupun
ahad atau sebagian saja, tanpa adaalasan yang dapat diterima.7Dari kedua definisi di atas,
dapat dipahami bahwa ingkarsunnah adalah paham atau pendapat perorangan
ataukelompok yang menolak sunnah nabi saw sebagai landasanhukum Islam. Sunnah yang
dimaksud mulai dari sunnah yangsahih, baik secar substansial; yakni sunnah
praktispengamalan (sunnah ‘amaliah), atau sunnah formal yangdikodifikasikan para
ulama yang meliputi perbuatan (qaulan),perbuatan (fi’lan), dan persetujuan Nabi saw
(taqriran).5Muhammad Ajaj al-Khatib,Lok.Cit.6Tim IAIN Syarif Hidayatullah,Ensiklopedi Islam Indonesia,
Djambatan,Jakarta. 1992. hlm. 428-429.7Abdul Majid Khon,Sunnah dan Pengingkarannya di Mesir Modern,Disertasi, 2004.
Hlm. 58
Ingkar Sunnah97Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015Demikian juga ulama lain seperti As-
Suyuthi, berpendapatbahwa orang yang mengingkari kehujahan hadits Nabi, baikperkataan
dan perbuatannya yang memenuhi syarat-sayaratyang jelas dalam ilmu Ushul adalah kafir,
keluar dari Islamdan digiring bersama orang Yahudi dan Nasrani, ataubersama orang
yang dikehendaki Allah dari kelompok orang-orang kafir.8As-Syaukani juga mempertegas
bahwa paraulama sepakat atas kehujjahan sunnah secara mandiri sebagaisumber hukum
Islam seperti Al-Qur’an dalam menghalalkanyang halal dan mengharamkan yang haram.
Kehujjahan dankemandiriannya sebagai sumber hukum Islam merupakankeharusan
(dharuri) dalam beragama. Orang yangmenyalahinya tidak ada bagian dalam beragama
Islam.9Paraulama dahulu dan sekarang sepakat bahwa sunnah menjadidasar hukum Islam
yang kedua setelah al-Qur’an. Fuqahasahabat selalu bereferensi kepada sunnah dalam
menjelaskanal-Qur’an dan dalam beristinbat hukum yang tidak didapatidalam al-
Qur’an.B.Ingkar Sunnah: Historitas1.Ingkar Sunnah Pada Masa Periode KlasikPertanda
munculnya “Ingkar Sunnah” sudah ada sejak masasahabat, ketika Imran bin Hushain (w.
52 H) sedangmengajarkan hadits, seseorang menyela untuk tidak perlumengajarkannya,
tetapi cukup dengan mengerjakan al-Qur’ansaja. Menanggapi pernyataan tersebut Imran
menjelaskanbahwa “kita tidak bisa membicarakan ibadah (shalat dan zakatmisalnya) dengan
segala syarat-syaratnya kecuali denganpetunjuk Rasulullah saw. Mendengar penjelasan
tersebut,orang itu menyadari kekeliruannya dan berterima kasihkepada Imran. Sikap
penampikan atau pengingkaran terhadapsunnah Rasul saw yang dilengkapi dengan

6
argumen8Jalaluddin As-Suyuthi,Miftah al-Jannah fi al-Ihtijaj bi as-Sunnah, Daaras-Salam, Cairo, 1999. hlm140. 9As-
Syaukani,Irsyad al-Fuhul ila Tahaqiq al-Haq min ‘Ilmi al-Ushul,Daar Asy-Sya’ab al-Ilmiyyah, Beirut, 1999. hlm. 160.
98Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015pengukuhan baru muncul pada penghujung abad
ke-2Hijriyah pada awal masa Abbasiyah. Pada masa inibermunculan kelompok
ingkar as-sunnah.Menurut imam Syafi’i ada tiga kelompok ingkar as-sunnah seperti telah
dijelaskan di atas. Antara lain :a)Khawarij Dari sudut kebahasaan, kata khawarij
merupakanbentuk jamak dari kata kharij yang berarti sesuatu yangkeluar. Sementara
menurut pengertian terminologiskhawarij adalah kelompok atau golongan yang
pertamakeluar dan tidak loyal terhadap pimpinan yang sah. Danyang dimaksud dengan
khawarij disini adalah golongantertentu yang memisahkan diri dari kepemimpinan Ali binAbi
Thalib r.a. Ada sumber yang mengatakan bahwahadits-hadits yang diriwayatkan oleh para
sahabat sebelumterjadinya fitnah yang mengakibatkan terjadinya perangsaudara. Yaitu
perang jamal (antara sahabat Ali r.a denganAisyah) dan perang Siffin ( antara sahabat Ali
r.a denganMu’awiyah r.a). Dengan alasan bahwa sebelum kejadiantersebut para sahabat
dinilai sebagai orang-orang yang ‘adil(muslim yang sudah akil-baligh, tidak suka
berbuatmaksiat, dan selalu menjaga martabatnya). Namun,sesudah kejadian fitnah
tersebut, kelompok khawarijmenilai mayoritas sahabat Nabi saw sudah keluar dariIslam.
Akibatnya, hadits-hadits yang diriwayatkan olehpara sahabat setelah kejadian tersebut
mereka tolak.Seluruh kitab-kitab tulisan orang-orang khawarij sudahpunah seiring
dengan punahnya mazhab khawarij ini,kecuali kelompok Ibadhiyah yang masih termasuk
golongnkhawarij. Dari sumber (kitab-kitab)yang ditulis olehgolongan ini ditemukan Hadits
nabi saw yangdiriwayatkan oleh atau berasal dari Ali, Usman, Aisyah,Abu Hurairah, Anas
bin Malik, dan lainnya. Oleh karenaitu, pendapat yang menyatakan bahwa seluruh
golongankhawarij menolak Hadits yangdiriwayatkan oleh ShahabatNabi saw, baik sebelum
maupun sesudah peristiwa tahkimadalah tidak benar.b) Syi’ah Kata syi’ah berarti ‘para
pengikut’ atau parapendukung. Sementara menurut istilah ,syi’ah adalah
Ingkar Sunnah99Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015golongan yang menganggap Ali bin Abi
Thalib lebih utamadari pada khalifah yang sebelumnya, dan berpendapatbahwaahlul al-
baitlebih berhak menjadi khalifah dari padayang lain.Golongan syiah terdiri dari berbagai
kelompok dan tiapkelompok menilai kelompok yang lain sudah keluar dariIslam.
Sementara kelompok yang masih eksis hinggasekarang adalah kelompok Itsna
‘Asyariyah. Kelompok inimenerima hadits nabawi sebagai salah satu syari’at Islam.Hanya
saja ada perbedaan mendasar antara kelompoksyi’ah ini dengan golonganahl
sunnah(golongan mayoritasumat islam), yaitu dalam hal penetapan hadits. Golongansyi’ah
menganggap bahwa sepeninggal Nabi saw mayoritaspara sahabat sudah murtad kecuali
beberapa orang sajayang menurut mereka masih tetap muslim. Karena itu,golongan syiah
menolak hadits-haditsyang diriwayatkanoleh mayoritas para sahabat tersebut. Syi’ah
hanyamenerima hadits-hadits yang diriwayatkan oleh ahli baiatsaja.c) Mu’tazilah Arti
kebahasaan dari kata mu’tazilah adala‘sesuatu yang mengasingkan diri’. Sementara
yangdimaksud disini adalah golongan yang mengasingkan dirimayoritas umat Islam karena
berpendapat bahawa seorangmuslim yang fasiq idak dapat disebut mukmin atau kafir.Imam
Syafi’i menuturkan perdebatannya dengan orangyang menolak sunnah, namun beliau
tidak menelaskansiapaorang yang menolak sunah itu. Sementara sumber-sumber yang
menerangkan sikap mu’tazilah terhadapsunnah masih terdapat kerancuan, apakah
mu’tazilahmenerima sunnah keseluruhan, menolak keseluruhan, atauhanya menerima
sebagian sunnah saja. Kelompokmutazilah menerima sunnah seperti halnya umat
Islam,tetapi mungkin ada beberapa hadits yang mereka kritikapabila hal tersebut berlawanan
dengan pemikiran mazhabmereka. Hal ini tidak berarti mereka menolak hadits secarakeseluruhan,
melainkan hanya menerima hadits yangbertaraf mutawatir saja. Ada beberapa hal
yang perlu
100Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015dicatat tentang ingkar as-sunnah klasik yaitu, bahwa
ingkaras-sunnah klasik kebanyakan masih merupakan pendapatperseorangan dan hal itu
muncul akibat ketidaktahuanmereka tentang fungsi dan kedudukan hadist. Karena
itu,setelah diberitahu tentang urgensi sunnah, mereka akhirnyamenerimanya kembali.
Sementara lokasi ingkar as-sunnahklasik berada di Irak, Basrah.10Secara garisbesar
Muhammad Abu zahrah berkesimpulanbahwa terdapat tiga kelompok pengingkar sunnah
yangberhadapan dengan Asy-Syafi’i, yaitu :1. Golongan yang menolak seluruh Sunnah Nabi
saw.2. Golongan yang menolak Sunnah, kecuali bila sunnahmemiliki kesamaan dengan
petunjuk al-Qur’an.3. Mereka yang menolak Sunnah yang berstatus Ahad danhanya

7
menerima Sunnah yang berstatus Mutawatir.11Dilihat daripenolakan tersebut, maka dapat
disimpulkanbahwa kelompok pertama dan kedua pada hakekatnyamemiliki kesamaan
pandangan bahwa mereka tidakmenjadikan Sunnah sebagai hujjah. Para ahli hadits
menyebutkelompok ini sebagai kelompokInkar SunnahArgumenkelompok yang menolak
sunnah secara totalitas. Banyakalasan yang dikemukakan oleh kelompok ini
untukmendukung pendiriannya, baik dengan mengutip ayat-ayatal-Qur’an ataupun alasan-
alasan yang berdasarkan rasio.Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang digunakan mereka
sebagaialasan menolak sunnah secara total adalah Qur’an surat an-Nahl ayat
89 :Artinya :“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiapumat seorang
saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kamidatangkan kamu (Muhammad) menjadisaksi
atas seluruh umatmanusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) 10Abdul Majid
Khon,Ulumul Hadis, Amzah, Jakarta, 2013. Hlm. 34-35.11Muhammad Abu Zahrah,Asy-Syafi’iHayatuhu wa ‘Ashruh: Ara’uh
waFiqhuh, Mathba’ah Al-Mahadi, Cairo, 1996. Hlm. 193.
Ingkar Sunnah101Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015untuk menjelaskan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmatdan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”Kemudian
surat al-An’am ayat 38 yang berbunyi:Artinya :“Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di
bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat(juga)
seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalamAl-Kitab[472], kemudian kepada
Tuhanlah merekadihimpunkan.”Menurut mereka kepada ayat tersebut menunjukkanbahwa
al-Qur’an telah mencakup segala sesuatu yangberkenaan dengan ketentuan agama,
tanpa perlu penjelasandari al-Sunnah. Bagi mereka perintah shalat lima waktu telahtertera
dalam al-Qur’an, misalnya suratal-Baqarah ayat 238,surat Hud ayat 114, al-Isyra’ ayat 78
dan lain-lain. Adapunalasan lain baik dan adalah bahwa al-Qur’an diturunkandengan
berbahasa Arab yang tentunya al-Qur’an tersebutakan dapat dipahami dengan baik pula.
Argumen kelompokyang menolak hadits Ahad dan hanya menerima haditsMutawatir.
Untuk menguatkan pendapatnya, merekamenggunakan beberapa ayat al-Qur’an sebagai dallil
yaitu,surat Yunus ayat 36:Artinya :“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali
persangkaan saja.Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untukmencapai
kebenaran[690]. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka kerjakan.”Berdasarkan
ayat di atas, mereka berpendapat bahwahadits Ahad tidak dapat dijadikan hujjah atau
pegangandalam urusan agama. Menurut kelompok ini, urusan agamaharus didasarkan pada
dalil yang qath’i yang diyakini dandisepakati bersama kebenarannya. Oleh karena itu hanya
al-Qur’an dan hadits mutawatir saja yang dapat dijadikan sebagihujjah atau sumber ajaran
Islam.2.Ingkar Sunnah pada Periode Modern.
102Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015Tokoh-tokoh kelompok Ingkar Sunnah Modern
(akhirabad ke-19 dan ke-20) yang terkenal adalah Ghulam AhmadParvez dari India dan
Taufik Sidqi (w. 1920) dari Mesir,Rasyad Khalifah kelahiran Mesir yang menetap di
AmerikaSerikat, dan Kasasim Ahmad mantan ketua partai SosialisRakyat Malaysia. Mereka
adalah tokoh-tokoh yang tergolongpengingkar Sunnah secara keseluruhan. Argumen
yangmereka keluarkan pada dasarnya tidak berbeda dengankelompok ingkar sunnah
pada periode klasik. Tokoh-tokoh“Ingkar Sunnah” yang tercatat di Indonesia antara lain
adalahLukman Sa’ad (Dirut PT. Galia Indonesia) Dadang SetioGroho (karyawan
Unilever), Safran Batu Bara (guru SMPYayasan Wakaf Muslim Tanah Tinggi) dan
Dalimi Lubis(karyawan kantor DePag Padang Panjang). Sebagaimanakelompok ingkar
sunnah klasik yang menggunakan argumenbaik dalil naqli maupun aqli untuk menguatkan
pendapatmereka, begitu juga kelompok ingkar sunnah Indonesia.antara sebab utama
ingkar sunnah modern adalah akibatpengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat pada awal
abadke-19 di dunia Islam. Para kolonialis memperdaya danmelemahkan Islam melalui
penyebaran faham-faham yangbertentangan dengan faham dasar Islam.12Diantara ayat-ayat
yang dijadikan sebagai rujukanadalah surat an-Nisa ayat 87 :Artinya :“Allah, tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu
di hari kiamat,yang tidak ada keraguan terjadinya. dan siapakah orang yanglebih benar
perkataan(nya) dari pada Allah ?”Menurut mereka arti ayat tersebut adalah“Siapakah
yangbenar haditsnya dari pada Allah”.Kemudian surat al-Jatsiyah ayat 6:“Itulah ayat-ayat Allah
yang Kami membacakannyakepadamu dengan sebenarnya; Maka dengan Perkataan
manakah12Ali Mustofa Ya’qub,Kritik Hadis, Cet. I.,Pustaka Firdaus, Jakarta,1995. hlm. 50
Ingkar Sunnah103Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015lagi mereka akan beriman sesudah
(kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya.”Selain kedua ayat diatas, mereka juga
beralasan bahwayang disampaikan Rasul kepada umat manusia hanyalah al-Qur’an dan jika

8
Rasul berani membuat hadits selain dari ayat-ayat al-Qur’an akan dicabut oleh Allah urat
lehernya sampaiputus dan ditarik jamulnya, jamul pendusta dan yangdurhaka. Bagi
mereka Nabi Muhammad tidak berhak untukmenerangkan ayat-ayat al-Qur’an,
Nabihanya bertugasmenyampaikan.Di Indonesia, pada dasawarsa tujuh puluhan muncul
isuadanya sekelompok muslim yang berpandangan tidakpercaya terhadap Sunnah
Nabi Muhammad saw. Dan tidakmenggunakannya sebagai sumber atau dasar agama
Islam.Pada akhir tujuhpuluhan, muncul nama-nama Abdul Rahmandan Achmad Sutarto, dan
Nazwar Syamsu di padangSumatera Barat, Dalimi Lubis dan Sanwani Pasar
RumputJakarta Selatan.13kelompok tersebut tampil secara terang-terangan menyebarkan
pahamnya dengan nama, misalnya,Jama’ah al-Islamiah al-Huda, dan Jama’ah al-Qur’an
danIngkar Sunnah, sama-sama hanya menggunakan al-Qur’ansebagai petunjuk dalam
melaksanakan agama Islam, baikdalam masalah akidah maupun hal-hal lainnya.C.Tokoh-
Tokoh Ingkar Sunnah1.Taufiq Shidqi ( w. 1920 mTokoh ini berasal dari Mesir, dia menolak
hadits NabiSAW, dan menyatakan bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya sumber ajaran
Islam. Menurutnya "al-Islam huwaal-Qur'an" (Islam itu adalah al-Qur'an itu sendiri). Dia
jugamenyatakan bahwa tidak ada satu pun Hadits Nabi sawyang dicatat pada masa beliau
masih hidup, dan baru dicatat jauh hari setelah Nabi wafat. Karena itu menurutnya,memberikan
peluang yang lebar kepada manusia untukmerusak dan mengada-ngadakan Hadits
sebagaimana13Abdul Majid Khon,Op.Cit. hlm. 38
104Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015yang sempat terjadi. Namun ketika memasuki dunia
senja,tokoh ini meninggalkan pandangannya dan kembalimenerima otoritas kehujjahan
hadits Nabi saw.142.Rasyad KhalifaDia adalah seorang tokoh Inkar Sunnah yang berasal
dariMesir kemudian menetap di Amerika. Dia hanyamengakui al-Qur'an sebagai
satu-satunya sumber ajaranIslam yang berakibat pada penolakannya terhadap haditsNabi
saw.153.Ghulam Ahmad ParwesTokoh ini berasal dari India, danjuga pengikut setiaTaupiq
Shidqi. Pendapatnya yang terkenal adalah: bahwabagaimana pelaksanaan shalat terserah
kepada parapemimpin umat untuk menentukannya secaramusyawarah, sesuai dengan
tuntunan dan situasimasyarakat. Jadi menurut kelompok ini tidak perlu adahadits Nabi
saw. Anjuran taat kepada Rasul merekapahami sebagai taat kepada sistem/ide
yang telahdipraktekkan oleh Nabi saw, bukan kepada Sunnah secaraharfiah. Sebab kata
mereka, Sunnah itu tidak kekal, yangkekal itu sistem yang terkandungdi dalam ajaran
Islam.4.Kasim AhmadTokoh ini berasal dari Malaysia, dan seorang pengagumRasyad
Khalifa, karena itu pandangan-pandangnnya puntentang hadits Nabi SAW sejalan dengan
tokoh yang diakagumi. Lewat bukunya, "Hadits Sebagai Suatu PenilaianSemua", Kasim
Ahmad menyeru Umat Islam agarmeninggalkan hadits Nabi saw, karena
menurutpenilaianya hadits Nabi saw tersebut adalah ajaran-ajaranpalsu yang dikaitkan dengan
Hadits Nabi saw. Lebihlanjut dia mengatakan "bahwa hadits Nabi sawmerupakan
sumber utama penyebab terjadinyaperpecahan umat Islam; kitab-kitab hadits yang
terkenal14Abdul Majid Khon,Sunnah dan Pengingkarannya di Mesir Modern,Op.Cit. Hlm. 76.15Ibid. 98
Ingkar Sunnah105Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015seperti kitab Shahih Bukhari dan
Shahih Muslim adalahkitab-kitab yang menghimpun hadits-hadits yangberkualitas dhaif dan
maudhu', dan juga hadits yangtermuat dalam kitab-kitab tersebut banyak
bertentangandengan al-Qur'an dan logika.5.Tokoh-tokoh Inkar Sunnah asal IndonesiaTokohInkar
Sunnahyang berasal dari Indonesia adalahAbdul Rahman, Moh. Irham, Sutarto, Lukman
Saad,danAchmad Sutarto, dan Nazwar Syamsu di padangSumatera Barat, Dalimi
Lubis dan Sanwani Pasar RumputJakarta Selatan. Sekitar tahun 1983 an tokoh-tokoh
inisempat meresahkan masyarakat dan menimbulkanbanyak reaksi dikarenakan
pandangan-pandangan merekaterhadap al-Hadits. Untuk menanggulangi keresahan,maka
keluarlah "Surat Keputusan Jaksa Agung No. kep.169/J. A/1983 tertanggal 30 September
1983" yang berisilarangan terhadap aliranInkar Sunnahdi seluruh wilayahRepublik
Indonesia.16D.Argumentasi Ingkar As-SunnahSebagai suatu paham atau aliran,ingkar as-
sunnahklasikataupun modern memiliki argumen-argumen yang dijadikansebagai landasan
pemikiran dalam mempertahankan fahammereka. Argumen yang mereka kemukakan terbagi
dua :1.Argumen NaqliYang dimaksud argument-argumen naqli tidak hanyaberupa ayat-
ayat Al-Qur’an saja, tetapijuga berupa sunnahatau hadits Nabi. Memang agak ironis juga
bahwa merekayang berfaham ingkar sunnah ternyata mengajukan sunnahsebagai argument
pembelaan faham mereka.Argumen dari ayat-ayat Al-Qur’an yang mereka gunakan,antara lain
sebagai berikut :1.Al-Qur’an (Q.S. An-Nahl:89) :Artinya :16Hartono Ahmad Jaiz,Aliran dan Faham Sesat di
Indonesia, ... hlm. 45.

9
106Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan
pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri danKami datangkan
kamu (Muhammad) menjadi saksi atasseluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu
Al kitab(Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjukserta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yangberserah diri.” (Q.S. an-Nahl:89).2.Al-Qur’an (Q.S. Al-An’am:
38)Artinya :“Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat(juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun
dalamAl-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah merekadihimpunkan.”(Q.S. al-An’am:
38)Menurutpara pengingkar sunnah, kedua ayat tersebutmenunjukkan bahwa Al-Qur’an telah
mencakup segalasesuatu yang berkaitan dengan ketentuan agama.Dengan demikian,
tidak diperlukan adanya keteranganlain termasuk sunnah.17Dari argument-argumen-argumen
yang dikemukakan diatas dapat difahami bahwa para pengingkar sunnahyang
mengajukan argumen itu adalah orang-orang yangberpendapat bahwa Nabi Muhammad tidak
berhak samasekali untuk menjelaskan Al-Qur’an kepada umatnya.Nabi Muhammad saw
hanyalah bertugas untukmenerima wahyu dan menyampaikan wahyu itu kepadapengikutnya.
Di luar tersebut Nabi tidak mempunyaiwewenang. Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa,
orang-orang yang beriman diperintahkan untuk patuh kepadaRasulullah. Hal itu menurut
para pengingkar sunnahhanyalah berlaku tatkala Rasulullah masih hidup, yaknitatkala
jabatan sebagai ulul-amri berada ditangan beliau.Setelah beliau wafat maka jabatan ulul-amri
berpindahkepada orang lain dan karenanya kewajiban patuhorang-orang yang beriman
kepada Nabi Muhammadmenjadi gugur.17As-Syaukani,Op.Cit. hlm. 133.
Ingkar Sunnah107Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari–Juni Tahun 20153. Q.S. Yunus ayat 36 :Artinya :“Dan
kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaansaja. Sesungguhnya persangkaan itu
tidak sedikitpun bergunauntuk mencapai kebenaran[690]. Sesungguhnya Allah
Mahamengetahui apa yang mereka kerjakan.”Kebenaran al-Qur’an bersifat pasti, sedangkan
sunnahbersifatzhanni(relative). Maka jika terjadi kontradiksiantara keduanya, maka sunnah
tidak dapat berdirisendiri sebagai produk hukum baru. Hal ini didasarkanpada beberapa
ayat dalam al-Qur’an yangmemerintahkan menjauhizhann,18.Sehingga menurutanggapan
kelompok ingkar sunnah bahwa sunnah ituseluruhnya adalahzhanndanzhanntidak dapat
dijadikanhujjah dalam beragama. Hadis-hadis Nabi saw. sampaikepada kita melalui suatu
proses periwayatan yang tidakterjamin luput dari kekeliruan, kesalahan dan bahkankedustaan
terhadap Nabi saw. Oleh karena itu,nilaikebenarannya tidak meyakinkan (zhanny). Karena
statuske-zhanny-annya ini, maka hadis tersebut tidak dapatdijadikan sebagai penjelas
(mubayyin) bagi al-Qur’anyang diyakini kebenarannya secara mutlak (qat’i).4. Rasulullah
pernah melarang para shahabat menulissunnah.2. Argumen-argumen aqli1. Alqur’an
diwahyukan oleh Allah SWT kepada NabiMuhammad (melalui malaikat jibril) dalam
bahasa Arab.Orang-orang Arab yang memiliki pengetahuan bahasaArab mampu
memahami Al-Qur’an secara langsung,tanpa bantuan penjelasan dari hadits Nabi.
Dengandemikian tidak diperlukan untuk memahami Al-Qur’an18Mahmd Abu Rayyah,Adwa’ ‘ala as-Sunnah
al-Muhammadiyah, Daaral-Ma’arif, Cairo, t.t. 250.
108Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–Juni Tahun 20152.Tidak percaya kepada semua hadis rasulullah
saw.Menurut mereka hadis itu karangan Yahudi untukmenghancurkan Islam dari
dalam.3.Nabi Muhammad tidak berhak menjelaskan tentangajaran al-Qur’an, karena al-
Qur’an itu sudah sempurna.194.Dalam sejarah umat Islam mengalami kemunduran. UmatIslam
mundur karena umat Islam terpecah-pecah ,perpecahan itu terjadi karena umat Islam
berpegangkepada hadits Nabi.Jadi menurut para pengingkarsunnah, hadits Nabi itu
merupakan penyebabkemunduran umat Islam.5.Asal mula hadits Nabi yang dihimpun dalam
kitab-kitabhadits adalah dongeng-dongeng semata. Dinyatakandemikian, karena hadits
Nabi lahir setelah lama Nabiwafat. Kitab-kitab hadits yang terkenal, misalnya shahihBukhori
dan Muslim, adalah kitab-kitab yangmenghimpun berbagai hadits palsu.6.Menurut Taufiq Siddiq,
tiada satupun hadits Nabi yangdicatat pada zaman Nabi. Pencatat hadits terjadi
setelahNabi wafat, dalam masa tidak tertulisnya hadits tersebut,manusia berpeluang untuk
mempermainkan dan merusakhadits sebagaimana yang telah terjadi.3.Respon Ulama
HaditsMencermati keberadaan kelompokinkar al-sunnahtersebutserta beberapa
argumantasiyang mereka kemukakan, baiknaqly maupun aqly, para tokoh-tokoh hadis
terkemukamerasa terpanggil untuk meluruskan kembali pendirianmereka yang dinilai
sudah menyimpang. Di antara tokoh-tokoh hadis tersebut adalah Ibn Hazm, al-Baihaqi, dan
al-Syafi’i.Dalam hal ini, dapat disebutkan beberapa argumentasiyang telah dikemukakan

10
oleh para tokoh hadis tersebut yangsifatnya meng-kaunter sekaligus melemahkan
argumentasi-19Hartono Ahmad Jaiz,Aliran dan Faham Sesat di Indonesia, ... hlm. 32.
Ingkar Sunnah109Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015argumentasi kelompokinkar al-
sunnah. Di antara argumentasiitu adalah:1.Penguasan bahasa Arab dengan baik adalah
diperlukanuntuk memahami kandungan al-Qur’an. Namundemikian, bukanlah berarti orang lantas
bolehmeninggalkan sunnnah Nabi saw., sebaliknya denganmenguasai bahasa Arab
seseorang justru akan mngetahuibahwa al-Qur’an sendirilah yang menyuruh umat Islamagar
menerima dan mengikuti sunnah Nabi saw., yangdisampaikann oleh periwayat yang
dipercaya (al-sadiqun), sebagaimana mereka telah disuruh menerimadan mengikuti al-
Qur’an.2.Kata “tibyan” (penjelas) yang termuat dalam al-Qur’an,surat al-Nahl (16): 89,
mencakup beberapa pengertianyakni: (1) ayat-ayat al-Qur’an secara tegas
menjelaskanadanya berbagai kewajiban, larangan dan teknik dalampelaksanaan ibadah
tertentu, (2) ayat-ayat al-Qur’anmenjelaskan adanya kewajiban tertentu yang
sifatnyaglobal, (3) Nabi saw. menetapkan suatu ketentuan yangtidak dikemukakan secara
tegas dalam al-Qur’an.Berdasarkan al-Qur’an, surat al-Nahl (16): 89, tersebuthadis Nabi
saw. merupakan sumber penjelasan ketentuanagama Islam. Ayat dimaksud sama sekali
tidak menolakkeberadaan hadis Nabi saw., bahkan memberikankedudukan yang
sangat penting yaitu sebagai sumberajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an.203.Imam al-
Syafi’i, sebagaimana ulama lainnya, mengakuibahwa memang hadis-hadis ahad nilainya
adalahzanni.Karena proses periwayatannya bisa saja mengalamikekeliruan atau
kesalahan. Oleh karenanya tidak semuahadis ahad dapat diterima dan dijadikan hujjah,
kecualikalau hadis ahad tersebut memenuhi persyaratan shahihdan hasan. Sehubungan
dengan itu adalah keliru dan20Abdul Ghani Abdul Khaliq,Hujjiyyah as-Sunnah, Daar al-Qur’an,Beirut. hlm. 384.
110Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015tidak benar pandangan yang menolak otoritas
kehujjahanhadis-hadis secara keseluruhan.4.Hadis yang dikemukan oleh kelompokinkar al-
sunnahuntuk menolak kehujjahan hadis Nabi saw., dinilai al-Syafi’i sebagaimunqathi’(terputus
sanadnya). Jadi hadisyang dimajukan oleh kelompok inkar al-sunnah adalahhadis yang
berkualitas dha’if, dan karenanya tidak layakdijadikan sebagai argumentasi.Perlu
kiranyadigarisbawahi di sini bahwa kelompokinkar al-sunnah,mengingat sikap mereka yang
menolak kehujjahan hadisNabi saw., ternyata tidak konsisten dalam
mengajukanargumentasi. Ketidak konsistenan itu tampak jelas ketikamereka juga
mengajukan hadis sebagai salah satuargumentasi mereka untuk menolak kehujjahan
hadis, danbahkan hadis yang dimajukan itu berstatusdha’if.21Argumentasi-argumentasi yang
dimajukan oleh al-syafi’iternyata cukup ampuh untuk membuat kelompokinkar al-sunnahabad
klasik ini menyadari kekeliruan mereka, dankemudian kembali mengakui kehujjahan hadis
Nabi saw.Tidak hanya itu, al-Syafi’i bahkan berhasil membendunggerakan kelompok inkar
al-sunnah ini selama hampirsebelas abad. Atas jasa-jasanya itulah para ulama
hadisbelakangan memberinya gelar kehormatan sebagai nashiral-sunnah (penolong
sunnah) ataumultazim al-sunnah(pembela sunnah).Alasan mereka bahwa sunnah
itudhanni(dugaan kuat)sedangkan kita diharuskan mengikuti yang pasti
(yakin),masalahnya tidak demikian sebab Al-Quran sendiri meskipunkebenaranya sudah diyakini
sebagaiKalamullahtidak semuaayat memberi petunjuk hukum yang pasti sebab banyak
ayatyang pengertiannya masihdhanni(dhanni Ad-dalalah). Bahkanorang yang memakai
pengertian ayat seperti ini juga tidakdapat meyakinkan bahwa pengertian itu bersifat pasti
(yakin).Dengan demikian berarti ia juga tetap mengikuti pengertian21Muhammad Abu Zahrah,Asy-
Syafi’iHayatuhu wa ‘Ashruh: Ara’uh waFiqhuh,Op.Cit. Hlm. 118.
Ingkar Sunnah111Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015ayat yang masih bersifat dugaan
kuat (dhanni Ad-dalalah).Adapun firman Allah SWT,: “Dan kebanyakan mereka
tidakmengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itutidak sedikitpun berguna
untuk mencapai kebenaran. SesungguhnyaAllah Maha mengetahui apa yang mereka
kerjakan” (Q.S. YunusAyat 36)”.Yang dimaksud dengan kebenaran (Al Haq) disini
adalahmasalah yang sudah tetap dan pasti. Jadi maksud ayat iniadalah bahwadhannitidak
dapat melawan kebenaran yangsudah tetap dengan pasti, sedangkan dalam hal
menerimahadist, masalahnya tidak demikian.22Bantahan terhadap argumen kedua dan
ketigaKelompok pengingkar sunnah baik masa lalu (klasik)maupun sekarang (modern),
kekurangan waktu mempelajariAl-Quran. Hal itu karena mereka kebanyakan memakai
dalil“........dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran)untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmatdan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
(Q.S.An Nahl Ayat 89)”.Padahal dalam Surat An Nahl Ayat 44 Allah berfirman,“....... dan Kami

11
turunkan kepadamu Al Quran, agar kamumenerangkan pada umat manusia apa yang telah
diturunkankepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (Q.S. AnNahl Ayat 44)”.Apabila
Allah sendiri yang menurunkan Al-Quranmembebankan kepada Nabi-Nya agar ia
menerangkan isi Al-Qur’an, dapatkah dibenarkan seorang muslim menolakketerangan
atau penjelasan tentang isi Al-Quran tersebut, danmemakai Al-Quran sesuai pemahaman
sendiri seraya tidakmau memakai penjelasan-penjelasan yang berasal dari Nabisaw. Apakah
ini tidak berarti percaya kepada sejumlah ayatAl-Quran dan tidak percaya kepada Ayat-ayat
lain, Allah SWTberfirman,22Ibid.8
112Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al
kitab(Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? TiadalahBalasan bagi orang
yang berbuatdemikian daripadamu,melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada
harikiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.Allah tidak lengah dari
apa yang kamu perbuat (Q.S. Al-Bagarah Ayat 85)”.Sedangkan Argumen mereka dengan
Surat Al-An’am Ayat38 :“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab (Al-Quran),kemudian
kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”. Hal itu tidakpada tempatnya sebab Allah juga
menyuruh kita untukmemakai apa yang disampaikan Nabi SAW. Seperti dalamFirman-
Nya:“........apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. danapa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah.......(Q.S. AlHasyir Ayat 7)”Allah juga berfirman: “Dan tidaklah
patut bagi laki-laki yangmukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabilaAllah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan adabagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. danBarangsiapa mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya Maka sungguhlahDia telah sesat, sesat yang nyata” (Q.S Al Ahzab Ayat
36)”.Berdasarkan teks Al-Quran, Rasulullah SAW sajalah yangdiberi tugas untuk
menjelaskan kandungan al-Qur’an,sedangkan kita diwajibkan untuk menerima dan
mematuhipenjelasan-penjelasan beliau baik berupa perintah ataularangan.Selanjutnya
tentang pelarangan penulisansunnah di zamanrasululah saw adalah hanya diberlakukan untuk
umum, tetapibagi orang-orang khusus ada yang diperbolehkan. Atau dalamistilah lain, catatan
hadis untuk umum terlarang, tetapi untukcatatan pribadi diizinkan nabi saw, seperti catatan
Abdullahbin Amr yang diberi namaash-Shahifah Ash-Shadiqah, Abu
Ingkar Sunnah113Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015Syah seorang sahabat dari
Yaman, dan shahabat lainnyadiizinkan oleh nabi saw untuk menulis sunnah.23Larangan
penulisan sunnah pada zaman nabi sawcukup beralasan baik secara religius maupun
social, antaralain sebagai berikut :a.Penulisan hadis dikhawatirkan campur dengan
penulisanal-Qur’an, karena kondisi yang belum memungkinkan dankepandaian tulis-menulis serta
sarana dan prasarana yangbelum memadaib.Umat Islam pada awal perkembangan Islam
bersifatummi(tidak bias membaca dan tidak bias menulis) kecualihanya beberapa orang
sahabat saja yang dapat dihitungdengan jari, itupun diperuntukkan penulisan al-
Qur’an.c.Kondisi perkembangan teknologi yang masing primitis;al-Qur’an saja masih ditulis di
atas pelepah kuram, tulangbinatang, batu-batuan, dan lain sebagainya.d.Sekalipun orang-orang
Arb mayoritasummi, namunhafalan mereka sangat kuat, sehingga nabi
sangatmengandalkan hafalan mereka dalam mengingat hadis.24III.PENUTUPDari paparan singkat
diatas, maka pada bagian ini akandikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :1.Ingkar
sunnahadalah paham atau pendapat peroranganatau kelompok yang menolak sunnah nabi
saw sebagailandasan hukum Islam. Sunnah yang dimaksud mulai darisunnah yang sahih,
baik secar substansial; yakni sunnahpraktis pengamalan (sunnah ‘amaliah), atau sunnah
formalyang dikodifikasikan para ulama yang meliputi perbuatan(qaulan), perbuatan (fi’lan),
dan persetujuan Nabi saw(taqriran).2.Faham ini muncul sebagai kelompok kecil (sempalan
saja)dalam sejarah perekembangannya, sehingga faham ini tidakdapat berkembang dan tidak
dapat memberikan warna23Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis,Op.Cit. hlm. 42.24Ibid. hlm. 43.
114Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015dalam wacana dinamika pemikiran aliran dalam
Islam.Karena fahamnya cenderung memperlemah sendi-sendidalam membangun syari’at
islamiyah.3.Semua argumentasi yang dikemukakan oleh kelompokingkar sunnah sangat
lemah, sehingga dengan mudahargumen mereka terhadap pengingkaran sunnah
denganmudah dipatahkan oleh para ulama.DAFTAR PUSTAKAAbdul Ghani Abdul
Khaliq,Hujjiyyah as-Sunnah, Daar al-Qur’an, Beirut.Abdul Majid Khon,Sunnah dan
Pengingkarannya di MesirModern, Disertasi, 2004.Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Amzah,
Jakarta, 2013.Abi Hilal al-Askari,Al-Lum’ah Min Al-Furiq, As-Safaqiyah,Surabaya, t.t. hlm. 2.Ali
Mustofa Ya’qub,Kritik Hadis, Cet. I.,Pustaka Firdaus,Jakarta, 1995.As-Syaukani,Irsyad al-

12
Fuhul ila tahaqiq al-Haq min ‘Ilmi al-Ushul, Daar Asy-Sya’ab al-Ilmiyyah, Beirut, 1999.Ibrahim
Anis,Almu’jam al-Washith, juz 3, Daar al-Ma’arif,Mesir, tahun 1972.Jalaluddin As-
Suyuthi,Miftah al-Jannah fi al-Ihtijaj bi as-Sunnah,Daar as-Salam, Cairo, 1999.Mahmd Abu
Rayyah,Adwa’ ‘ala as-Sunnah al-Muhammadiyah,Daar al-Ma’arif, Cairo, t.t. 250.Muhammad
Abu Zahrah,Asy-Syafi’i Hayatuhu wa ‘Ashruh:Ara’uh wa Fiqhuh, Mathba’ah Al-Mahadi, Cairo,
1996.Muhammad Ajaj al-Khatib,Ushul al-HaditsUlumuhu waMusthalahuhu, Daar al-Fikr,
Bairut, Libanon, 1992.Quraish Shihab,Membumuikan Al-Qur’an: Fungsi dan PeranWahyu
dalam Kehidupan Masyarakat, Mizan, Bandung.Tim IAIN Syarif Hidayatullah,Ensiklopedi
Islam Indonesia,Djambatan, Jakarta. 1992.
Ingkar Sunnah115Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari–Juni Tahun 2015

II. PEMBAHASAN A.Pengertian Ingkar Sunnah 1. Arti Etimologis Kata


“Ingkar Sunnah” terdiri dari dua kata, yaitu “Ingkar” dan “Sunnah”. Kata
“Ingkar” berasal dari akar kata bahasa Arab : ‫ ارﺎﻜﻧا ﺮﻜﻨﯾ ﺮﻜﻧا‬yang memiliki
beberapa arti di antaranya adalah: tidak mengakui dan tidak menerima
baik di lisan dan di hati, bodoh atau tidak mengetahui sesuatu (Antonim
kata al-Irfan, dan menolak apa yang tidak tergambarkan dalam hati,3
misalnya dalam firman Allah dalam Q.S. Yusuf ayat 58 : Artinya : “Dan
saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir} lalu mereka masuk ke (tempat)
nya. Maka Yusuf Mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi)
kepadanya.” Juga seperti terdapat dalam Q.S. An-Nahl ayat 83 : Artinya :
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” Al-Askari
memberdakan antara makna al-Inkar dan al Juhdu. Kata “al-Inkar”
terhadap sesuatu yang tersembunyi dan tidak disertai pengetahuan,
sedangkan “al-Juhdu” terhadap sesuatu yang tampak dan disertai dengan
pengetahuan.4 Dengan demikian maka orang yang mengingkari sunnah
sebagai hujjah di kalangan orang yang tidak banyak pengetahuannya
tentang ulum hadis. Dari beberapa arti kata “Ingkar” di atas dapat
disimpulkan bahwa secara etimologis diartikan menolak, tidak mengakui,
dan tidak menerima sesuatu, baik lahir dan batin atau lisan dan hati yang
dilatarbelakangi oleh factor 3 Ibrahim Anis, Almu’jam al-Washith, juz 3,
Daar al-Ma’arif, Mesir, tahun 1972. hlm. 951. 4Abi Hilal al-Askari, Al-
Lum’ah Min Al-Furiq, As-Safaqiyah, Surabaya, t.t. hlm. 2. Al-Dzikra Vol.
9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 96 ketidak tahuannya atau faktor lain,
misalnya karena gengsi, kesombongan, keyakinan dan lain-lain.

13
Sedangkan kata “Sunnah” secara etimologi bermakna ‫( ﺔﻌﺒﺘﻤﻟاةﺮﯿﺴﻟا‬suatu
perjalanan yang diikuti) baik perjalanan baik maupun buruk,5 juga dapat
bermakna ‫( ةﺮﻤﺘﺴﻤﻟا ةدﺎﻌﻟا‬tradisi yang kotinu). Orang yang menolak sunnah
sebagai hujjah dalam beragama oleh umumnya ahli hadits disebut ahlul
bid’ah dan menuruti hawa nafsunya, bukan kemauan hati dan akal
fikirannya. 2. Arti Terminologi Berikut ini akan dikemukakan pengertian
Ingkar Sunnah menurut para ahli, sebagai berikut : a. Paham yang timbul
dalam masyarakat Islam yang menolak hadits atau sunnah sebagai sumber
ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an.6 b. Suatu paham yang timbul pada
sebagian minoritas umat Islam yang menolak dasar hukum Islam dari
sunnah shahih, baik sunnah praktis atau yang secara formal
dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas mutawattir maupun ahad
atau sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat diterima.7 Dari kedua
definisi di atas, dapat dipahami bahwa ingkar sunnah adalah paham atau
pendapat perorangan atau kelompok yang menolak sunnah nabi saw
sebagai landasan hukum Islam. Sunnah yang dimaksud mulai dari sunnah
yang sahih, baik secar substansial; yakni sunnah praktis pengamalan
(sunnah ‘amaliah), atau sunnah formal yang dikodifikasikan para ulama
yang meliputi perbuatan (qaulan), perbuatan (fi’lan), dan persetujuan Nabi
saw (taqriran). 5 Muhammad Ajaj al- Khatib, Lok.Cit. 6 Tim IAIN Syarif
Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta. 1992. hlm.
428-429. 7 Abdul Majid Khon, Sunnah dan Pengingkarannya di Mesir
Modern, Disertasi, 2004. Hlm. 58 Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari– Juni
Tahun 2015 Ingkar Sunnah 97 Demikian juga ulama lain seperti As-
Suyuthi, berpendapat bahwa orang yang mengingkari kehujahan hadits
Nabi, baik perkataan dan perbuatannya yang memenuhi syarat-sayarat
yang jelas dalam ilmu Ushul adalah kafir, keluar dari Islam dan digiring
bersama orang Yahudi dan Nasrani, atau bersama orang yang dikehendaki
Allah dari kelompok orang orang kafir.8 As-Syaukani juga mempertegas
bahwa para ulama sepakat atas kehujjahan sunnah secara mandiri sebagai
sumber hukum Islam seperti Al-Qur’an dalam menghalalkan yang halal
dan mengharamkan yang haram. Kehujjahan dan kemandiriannya sebagai
sumber hukum Islam merupakan keharusan (dharuri) dalam beragama.
Orang yang menyalahinya tidak ada bagian dalam beragama Islam.9 Para
ulama dahulu dan sekarang sepakat bahwa sunnah menjadi dasar hukum
Islam yang kedua setelah al-Qur’an. Fuqaha sahabat selalu bereferensi
kepada sunnah dalam menjelaskan al-Qur’an dan dalam beristinbat hukum
yang tidak didapati dalam al-Qur’an. B. Ingkar Sunnah: Historitas 1.
Ingkar Sunnah Pada Masa Periode Klasik Pertanda munculnya “Ingkar
Sunnah” sudah ada sejak masa sahabat, ketika Imran bin Hushain (w. 52
H) sedang mengajarkan hadits, seseorang menyela untuk tidak perlu
mengajarkannya, tetapi cukup dengan mengerjakan al-Qur’an saja.
Menanggapi pernyataan tersebut Imran menjelaskan bahwa “kita tidak

14
bisa membicarakan ibadah (shalat dan zakat misalnya) dengan segala
syarat-syaratnya kecuali dengan petunjuk Rasulullah saw. Mendengar
penjelasan tersebut, orang itu menyadari kekeliruannya dan berterima
kasih kepada Imran. Sikap penampikan atau pengingkaran terhadap
sunnah Rasul saw yang dilengkapi dengan argumen 8 Jalaluddin As-
Suyuthi, Miftah al-Jannah fi al-Ihtijaj bi as-Sunnah, Daar as-Salam, Cairo,
1999. hlm140. 9 As-Syaukani, Irsyad al-Fuhul ila Tahaqiq al-Haq min
‘Ilmi al-Ushul, Daar Asy-Sya’ab al-Ilmiyyah, Beirut, 1999. hlm. 160. Al-
Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 98 pengukuhan baru muncul
pada penghujung abad ke-2 Hijriyah pada awal masa Abbasiyah. Pada
masa ini bermunculan kelompok ingkar as-sunnah. Menurut imam Syafi’i
ada tiga kelompok ingkar as sunnah seperti telah dijelaskan di atas. Antara
lain : a)Khawarij Dari sudut kebahasaan, kata khawarij merupakan bentuk
jamak dari kata kharij yang berarti sesuatu yang keluar. Sementara
menurut pengertian terminologis khawarij adalah kelompok atau golongan
yang pertama keluar dan tidak loyal terhadap pimpinan yang sah. Dan
yang dimaksud dengan khawarij disini adalah golongan tertentu yang
memisahkan diri dari kepemimpinan Ali bin Abi Thalib r.a. Ada sumber
yang mengatakan bahwa hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para
sahabat sebelum terjadinya fitnah yang mengakibatkan terjadinya perang
saudara. Yaitu perang jamal (antara sahabat Ali r.a dengan Aisyah) dan
perang Siffin ( antara sahabat Ali r.a dengan Mu’awiyah r.a). Dengan
alasan bahwa sebelum kejadian tersebut para sahabat dinilai sebagai
orang-orang yang ‘adil (muslim yang sudah akil-baligh, tidak suka berbuat
maksiat, dan selalu menjaga martabatnya). Namun, sesudah kejadian
fitnah tersebut, kelompok khawarij menilai mayoritas sahabat Nabi saw
sudah keluar dari Islam. Akibatnya, hadits-hadits yang diriwayatkan oleh
para sahabat setelah kejadian tersebut mereka tolak. Seluruh kitab-kitab
tulisan orang-orang khawarij sudah punah seiring dengan punahnya
mazhab khawarij ini, kecuali kelompok Ibadhiyah yang masih termasuk
golongn khawarij. Dari sumber (kitab-kitab) yang ditulis oleh golongan ini
ditemukan Hadits nabi saw yang diriwayatkan oleh atau berasal dari Ali,
Usman, Aisyah, Abu Hurairah, Anas bin Malik, dan lainnya. Oleh karena
itu, pendapat yang menyatakan bahwa seluruh golongan khawarij menolak
Hadits yang diriwayatkan oleh Shahabat Nabi saw, baik sebelum maupun
sesudah peristiwa tahkim adalah tidak benar. b) Syi’ah Kata syi’ah berarti
‘para pengikut’ atau para pendukung. Sementara menurut istilah ,syi’ah
adalah Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 Ingkar Sunnah 99
golongan yang menganggap Ali bin Abi Thalib lebih utama dari pada
khalifah yang sebelumnya, dan berpendapat bahwa ahlul al-bait lebih
berhak menjadi khalifah dari pada yang lain. Golongan syiah terdiri dari
berbagai kelompok dan tiap kelompok menilai kelompok yang lain sudah
keluar dari Islam. Sementara kelompok yang masih eksis hingga sekarang

15
adalah kelompok Itsna ‘Asyariyah. Kelompok ini menerima hadits nabawi
sebagai salah satu syari’at Islam. Hanya saja ada perbedaan mendasar
antara kelompok syi’ah ini dengan golongan ahl sunnah (golongan
mayoritas umat islam), yaitu dalam hal penetapan hadits. Golongan syi’ah
menganggap bahwa sepeninggal Nabi saw mayoritas para sahabat sudah
murtad kecuali beberapa orang saja yang menurut mereka masih tetap
muslim. Karena itu, golongan syiah menolak hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh mayoritas para sahabat tersebut. Syi’ah hanya menerima
hadits-hadits yang diriwayatkan oleh ahli baiat saja. c) Mu’tazilah Arti
kebahasaan dari kata mu’tazilah adala ‘sesuatu yang mengasingkan diri’.
Sementara yang dimaksud disini adalah golongan yang mengasingkan diri
mayoritas umat Islam karena berpendapat bahawa seorang muslim yang
fasiq idak dapat disebut mukmin atau kafir. Imam Syafi’i menuturkan
perdebatannya dengan orang yang menolak sunnah, namun beliau tidak
menelaskan siapa orang yang menolak sunah itu. Sementara sumber
sumber yang menerangkan sikap mu’tazilah terhadap sunnah masih
terdapat kerancuan, apakah mu’tazilah menerima sunnah keseluruhan,
menolak keseluruhan, atau hanya menerima sebagian sunnah saja.
Kelompok mutazilah menerima sunnah seperti halnya umat Islam, tetapi
mungkin ada beberapa hadits yang mereka kritik apabila hal tersebut
berlawanan dengan pemikiran mazhab mereka. Hal ini tidak berarti
mereka menolak hadits secara keseluruhan, melainkan hanya menerima
hadits yang bertaraf mutawatir saja. Ada beberapa hal yang perlu Al-
Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 100 dicatat tentang ingkar
as-sunnah klasik yaitu, bahwa ingkar as-sunnah klasik kebanyakan masih
merupakan pendapat perseorangan dan hal itu muncul akibat
ketidaktahuan mereka tentang fungsi dan kedudukan hadist. Karena itu,
setelah diberitahu tentang urgensi sunnah, mereka akhirnya menerimanya
kembali. Sementara lokasi ingkar as-sunnah klasik berada di Irak, Basrah.
10 Secara garis besar Muhammad Abu zahrah berkesimpulan bahwa
terdapat tiga kelompok pengingkar sunnah yang berhadapan dengan Asy-
Syafi’i, yaitu : 1. Golongan yang menolak seluruh Sunnah Nabi saw. 2.
Golongan yang menolak Sunnah, kecuali bila sunnah memiliki kesamaan
dengan petunjuk al-Qur’an. 3. Mereka yang menolak Sunnah yang
berstatus Ahad dan hanya menerima Sunnah yang berstatus Mutawatir.11
Dilihat dari penolakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok
pertama dan kedua pada hakekatnya memiliki kesamaan pandangan bahwa
mereka tidak menjadikan Sunnah sebagai hujjah. Para ahli hadits
menyebut kelompok ini sebagai kelompok Inkar Sunnah Argumen
kelompok yang menolak sunnah secara totalitas. Banyak alasan yang
dikemukakan oleh kelompok ini untuk mendukung pendiriannya, baik
dengan mengutip ayat-ayat al-Qur’an ataupun alasan-alasan yang
berdasarkan rasio. Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang digunakan mereka

16
sebagai alasan menolak sunnah secara total adalah Qur’an surat an Nahl
ayat 89 : Artinya : “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan
pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan
Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) 10 Abdul
Majid Khon, Ulumul Hadis, Amzah, Jakarta, 2013. Hlm. 34-35. 11
Muhammad Abu Zahrah, Asy-Syafi’i Hayatuhu wa ‘Ashruh: Ara’uh wa
Fiqhuh, Mathba’ah Al-Mahadi, Cairo, 1996. Hlm. 193. Al-Dzikra Vol.9
No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 Ingkar Sunnah 101 untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah diri.” Kemudian surat al-An’am ayat 38 yang
berbunyi: Artinya : “Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan
burung burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat
(juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-
Kitab[472], kemudian dihimpunkan.” kepada Tuhanlah mereka Menurut
mereka kepada ayat tersebut menunjukkan bahwa al-Qur’an telah
mencakup segala sesuatu yang berkenaan dengan ketentuan agama, tanpa
perlu penjelasan dari al-Sunnah. Bagi mereka perintah shalat lima waktu
telah tertera dalam al-Qur’an, misalnya surat al-Baqarah ayat 238, surat
Hud ayat 114, al-Isyra’ ayat 78 dan lain-lain. Adapun alasan lain baik dan
adalah bahwa al-Qur’an diturunkan dengan berbahasa Arab yang tentunya
al-Qur’an tersebut akan dapat dipahami dengan baik pula. Argumen
kelompok yang menolak hadits Ahad dan hanya menerima hadits
Mutawatir. Untuk menguatkan pendapatnya, mereka menggunakan
beberapa ayat al-Qur’an sebagai dallil yaitu, surat Yunus ayat 36: Artinya :
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai
kebenaran[690]. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka
kerjakan.” Berdasarkan ayat di atas, mereka berpendapat bahwa hadits
Ahad tidak dapat dijadikan hujjah atau pegangan dalam urusan agama.
Menurut kelompok ini, urusan agama harus didasarkan pada dalil yang
qath’i yang diyakini dan disepakati bersama kebenarannya. Oleh karena
itu hanya al Qur’an dan hadits mutawatir saja yang dapat dijadikan sebagi
hujjah atau sumber ajaran Islam. 2. Ingkar Sunnah pada Periode Modern.
Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 102 Tokoh- tokoh
kelompok Ingkar Sunnah Modern (akhir abad ke-19 dan ke-20) yang
terkenal adalah Ghulam Ahmad Parvez dari India dan Taufik Sidqi (w.
1920) dari Mesir, Rasyad Khalifah kelahiran Mesir yang menetap di
Amerika Serikat, dan Kasasim Ahmad mantan ketua partai Sosialis Rakyat
Malaysia. Mereka adalah tokoh-tokoh yang tergolong pengingkar Sunnah
secara keseluruhan. Argumen yang mereka keluarkan pada dasarnya tidak
berbeda dengan kelompok ingkar sunnah pada periode klasik. Tokoh-
tokoh “Ingkar Sunnah” yang tercatat di Indonesia antara lain adalah

17
Lukman Sa’ad (Dirut PT. Galia Indonesia) Dadang Setio Groho (karyawan
Unilever), Safran Batu Bara (guru SMP Yayasan Wakaf Muslim Tanah
Tinggi) dan Dalimi Lubis (karyawan kantor DePag Padang Panjang).
Sebagaimana kelompok ingkar sunnah klasik yang menggunakan argumen
baik dalil naqli maupun aqli untuk menguatkan pendapat mereka, begitu
juga kelompok ingkar sunnah Indonesia. antara sebab utama ingkar sunnah
modern adalah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat pada
awal abad ke-19 di dunia Islam. Para kolonialis memperdaya dan
melemahkan Islam melalui penyebaran faham-faham yang bertentangan
dengan faham dasar Islam.12 Diantara ayat-ayat yang dijadikan sebagai
rujukan adalah surat an-Nisa ayat 87 : Artinya : “Allah, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan
mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya.
dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ?”
Menurut mereka arti ayat tersebut adalah“Siapakah yang benar haditsnya
dari pada Allah”. Kemudian surat al-Jatsiyah ayat 6: “Itulah ayat-ayat
Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; Maka
dengan Perkataan manakah 12 Ali Mustofa Ya’qub, Kritik Hadis, Cet.
I.,Pustaka Firdaus, Jakarta, 1995. hlm. 50 Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–
Juni Tahun 2015 Ingkar Sunnah 103 lagi mereka akan beriman sesudah
(kalam) Allah dan keterangan keterangan-Nya.” Selain kedua ayat diatas,
mereka juga beralasan bahwa yang disampaikan Rasul kepada umat
manusia hanyalah al Qur’an dan jika Rasul berani membuat hadits selain
dari ayat ayat al-Qur’an akan dicabut oleh Allah urat lehernya sampai
putus dan ditarik jamulnya, jamul pendusta dan yang durhaka. Bagi
mereka Nabi Muhammad tidak berhak untuk menerangkan ayat-ayat al-
Qur’an, Nabi hanya bertugas menyampaikan. Di Indonesia, pada
dasawarsa tujuh puluhan muncul isu adanya sekelompok muslim yang
berpandangan tidak percaya terhadap Sunnah Nabi Muhammad saw. Dan
tidak menggunakannya sebagai sumber atau dasar agama Islam. Pada
akhir tujuh puluhan, muncul nama-nama Abdul Rahman dan Achmad
Sutarto, dan Nazwar Syamsu di padang Sumatera Barat, Dalimi Lubis dan
Sanwani Pasar Rumput Jakarta Selatan.13 kelompok tersebut tampil secara
terang terangan menyebarkan pahamnya dengan nama, misalnya, Jama’ah
al-Islamiah al-Huda, dan Jama’ah al-Qur’an dan Ingkar Sunnah, sama-
sama hanya menggunakan al-Qur’an sebagai petunjuk dalam
melaksanakan agama Islam, baik dalam masalah akidah maupun hal-hal
lainnya. C. Tokoh-Tokoh Ingkar Sunnah 1. Taufiq Shidqi ( w. 1920 m
Tokoh ini berasal dari Mesir, dia menolak hadits Nabi SAW, dan
menyatakan bahwa al-Qur'an adalah satu satunya sumber ajaran Islam.
Menurutnya "al-Islam huwa al-Qur'an" (Islam itu adalah al-Qur'an itu
sendiri). Dia juga menyatakan bahwa tidak ada satu pun Hadits Nabi saw
yang dicatat pada masa beliau masih hidup, dan baru di catat jauh hari

18
setelah Nabi wafat. Karena itu menurutnya, memberikan peluang yang
lebar kepada manusia untuk merusak dan mengada-ngadakan Hadits
sebagaimana 13 Abdul Majid Khon, Op.Cit. hlm. 38 Al-Dzikra Vol. 9 No.
1 Januari– Juni Tahun 2015 104 yang sempat terjadi. Namun ketika
memasuki dunia senja, tokoh ini meninggalkan pandangannya dan kembali
menerima otoritas kehujjahan hadits Nabi saw.14 2. Rasyad Khalifa Dia
adalah seorang tokoh Inkar Sunnah yang berasal dari Mesir kemudian
menetap di Amerika. Dia hanya mengakui al-Qur'an sebagai satu-satunya
sumber ajaran Islam yang berakibat pada penolakannya terhadap hadits
Nabi saw.15 3. Ghulam Ahmad Parwes Tokoh ini berasal dari India, dan
juga pengikut setia Taupiq Shidqi. Pendapatnya yang terkenal adalah:
bahwa bagaimana pelaksanaan shalat terserah kepada para pemimpin umat
untuk menentukannya secara musyawarah, sesuai dengan tuntunan dan
situasi masyarakat. Jadi menurut kelompok ini tidak perlu ada hadits Nabi
saw. Anjuran taat kepada Rasul mereka pahami sebagai taat kepada
sistem/ide yang telah dipraktekkan oleh Nabi saw, bukan kepada Sunnah
secara harfiah. Sebab kata mereka, Sunnah itu tidak kekal, yang kekal itu
sistem yang terkandung di dalam ajaran Islam. 4. Kasim Ahmad Tokoh ini
berasal dari Malaysia, dan seorang pengagum Rasyad Khalifa, karena itu
pandangan-pandangnnya pun tentang hadits Nabi SAW sejalan dengan
tokoh yang dia kagumi. Lewat bukunya, "Hadits Sebagai Suatu Penilaian
Semua", Kasim Ahmad menyeru Umat Islam agar meninggalkan hadits
Nabi saw, karena menurut penilaianya hadits Nabi saw tersebut adalah
ajaran-ajaran palsu yang dikaitkan dengan Hadits Nabi saw. Lebih lanjut
dia mengatakan "bahwa hadits Nabi saw merupakan sumber utama
penyebab terjadinya perpecahan umat Islam; kitab-kitab hadits yang
terkenal 14 Abdul Majid Khon, Sunnah dan Pengingkarannya di Mesir
Modern, Op.Cit. Hlm. 76. 15 Ibid. 98 Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari– Juni
Tahun 2015 Ingkar Sunnah 105 seperti kitab Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim adalah kitab-kitab yang menghimpun hadits-hadits yang
berkualitas dhaif dan maudhu', dan juga hadits yang termuat dalam kitab-
kitab tersebut banyak bertentangan dengan al-Qur'an dan logika. 5. Tokoh-
tokoh Inkar Sunnah asal Indonesia Tokoh Inkar Sunnah yang berasal dari
Indonesia adalah Abdul Rahman, Moh. Irham, Sutarto, Lukman Saad, dan
Achmad Sutarto, dan Nazwar Syamsu di padang Sumatera Barat, Dalimi
Lubis dan Sanwani Pasar Rumput Jakarta Selatan. Sekitar tahun 1983 an
tokoh-tokoh ini sempat meresahkan masyarakat dan menimbulkan banyak
reaksi dikarenakan pandangan-pandangan mereka terhadap al-Hadits.
Untuk menanggulangi keresahan, maka keluarlah "Surat Keputusan Jaksa
Agung No. kep. 169/J. A/1983 tertanggal 30 September 1983" yang berisi
larangan terhadap aliran Inkar Sunnah di seluruh wilayah Republik
Indonesia.16 D. Argumentasi Ingkar As-Sunnah Sebagai suatu paham atau
aliran, ingkar as-sunnah klasik ataupun modern memiliki argumen-

19
argumen yang dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam
mempertahankan faham mereka. Argumen yang mereka kemukakan
terbagi dua : 1. Argumen Naqli Yang dimaksud argument-argumen naqli
tidak hanya berupa ayat-ayat Al-Qur’an saja, tetapi juga berupa sunnah
atau hadits Nabi. Memang agak ironis juga bahwa mereka yang berfaham
ingkar sunnah ternyata mengajukan sunnah sebagai argument pembelaan
faham mereka. Argumen dari ayat-ayat Al-Qur’an yang mereka gunakan,
antara lain sebagai berikut : 1. Al-Qur’an (Q.S. An-Nahl:89) : Artinya : 16
Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Faham Sesat di Indonesia, … hlm. 45. Al-
Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 106 “(Dan ingatlah) akan
hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap tiap umat seorang saksi atas
mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad)
menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al
kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. an-
Nahl:89). 2. Al-Qur’an (Q.S. Al-An’am: 38) Artinya : “Dan Tiadalah
binatang-binatang yang ada di bumi dan burung burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah
Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Q.S. al-An’am: 38) Menurut para
pengingkar sunnah, kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa Al-Qur’an
telah mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan ketentuan agama.
Dengan demikian, tidak diperlukan adanya keterangan lain termasuk
sunnah.17 Dari argument-argumen-argumen yang dikemukakan di atas
dapat difahami bahwa para pengingkar sunnah yang mengajukan argumen
itu adalah orang-orang yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad tidak
berhak sama sekali untuk menjelaskan Al-Qur’an kepada umatnya. Nabi
Muhammad saw hanyalah bertugas untuk menerima wahyu dan
menyampaikan wahyu itu kepada pengikutnya. Di luar tersebut Nabi tidak
mempunyai wewenang. Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa, orang orang
yang beriman diperintahkan untuk patuh kepada Rasulullah. Hal itu
menurut para pengingkar sunnah hanyalah berlaku tatkala Rasulullah
masih hidup, yakni tatkala jabatan sebagai ulul-amri berada ditangan
beliau. Setelah beliau wafat maka jabatan ulul-amri berpindah kepada
orang lain dan karenanya kewajiban patuh orang-orang yang beriman
kepada Nabi Muhammad menjadi gugur. 17 As-Syaukani, Op.Cit. hlm.
133. Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 Ingkar Sunnah 107
3. Q.S. Yunus ayat 36 : Artinya : “Dan kebanyakan mereka tidak
mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak
sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran[690]. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.” Kebenaran al-Qur’an
bersifat pasti, sedangkan sunnah bersifat zhanni (relative). Maka jika
terjadi kontradiksi antara keduanya, maka sunnah tidak dapat berdiri

20
sendiri sebagai produk hukum baru. Hal ini didasarkan pada beberapa ayat
dalam al-Qur’an yang memerintahkan menjauhi zhann,18 . Sehingga
menurut anggapan kelompok ingkar sunnah bahwa sunnah itu seluruhnya
adalah zhann dan zhann tidak dapat dijadikan hujjah dalam beragama.
Hadis-hadis Nabi saw. sampai kepada kita melalui suatu proses
periwayatan yang tidak terjamin luput dari kekeliruan, kesalahan dan
bahkan kedustaan terhadap Nabi saw. Oleh karena itu, nilai kebenarannya
tidak meyakinkan (zhanny). Karena status ke-zhanny-annya ini, maka
hadis tersebut tidak dapat dijadikan sebagai penjelas (mubayyin) bagi al-
Qur’an yang diyakini kebenarannya secara mutlak (qat’i). 4. Rasulullah
pernah melarang para shahabat menulis sunnah. 2. Argumen-argumen aqli
1. Alqur’an diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
(melalui malaikat jibril) dalam bahasa Arab. Orang-orang Arab yang
memiliki pengetahuan bahasa Arab mampu memahami Al-Qur’an secara
langsung, tanpa bantuan penjelasan dari hadits Nabi. Dengan demikian
tidak diperlukan untuk memahami Al-Qur’an 18 Mahmd Abu Rayyah,
Adwa’ ‘ala as-Sunnah al-Muhammadiyah, Daar al-Ma’arif, Cairo, t.t. 250.
Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 108 2.Tidak percaya
kepada semua hadis rasulullah saw. Menurut mereka hadis itu karangan
Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam. 3.Nabi Muhammad tidak
berhak menjelaskan tentang ajaran al-Qur’an, karena al-Qur’an itu sudah
sempurna.19 4.Dalam sejarah umat Islam mengalami kemunduran. Umat
Islam mundur karena umat Islam terpecah-pecah , perpecahan itu terjadi
karena umat Islam berpegang kepada hadits Nabi. Jadi menurut para
pengingkar sunnah, hadits Nabi itu merupakan penyebab kemunduran
umat Islam. 5. Asal mula hadits Nabi yang dihimpun dalam kitab-kitab
hadits adalah dongeng-dongeng semata. Dinyatakan demikian, karena
hadits Nabi lahir setelah lama Nabi wafat. Kitab-kitab hadits yang
terkenal, misalnya shahih Bukhori dan Muslim, adalah kitab-kitab yang
menghimpun berbagai hadits palsu. 6.Menurut Taufiq Siddiq, tiada
satupun hadits Nabi yang dicatat pada zaman Nabi. Pencatat hadits terjadi
setelah Nabi wafat, dalam masa tidak tertulisnya hadits tersebut, manusia
berpeluang untuk mempermainkan dan merusak hadits sebagaimana yang
telah terjadi. 3. Respon Ulama Hadits Mencermati keberadaan kelompok
inkar al-sunnah tersebut serta beberapa argumantasi yang mereka
kemukakan, baik naqly maupun aqly, para tokoh-tokoh hadis terkemuka
merasa terpanggil untuk meluruskan kembali pendirian mereka yang
dinilai sudah menyimpang. Di antara tokoh tokoh hadis tersebut adalah Ibn
Hazm, al-Baihaqi, dan al Syafi’i. Dalam hal ini, dapat disebutkan beberapa
argumentasi yang telah dikemukakan oleh para tokoh hadis tersebut yang
sifatnya meng-kaunter sekaligus melemahkan argumentasi 19 Hartono
Ahmad Jaiz, Aliran dan Faham Sesat di Indonesia, … hlm. 32. Al-Dzikra
Vol.9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 Ingkar Sunnah 109 argumentasi

21
kelompok inkar al-sunnah. Di antara argumentasi itu adalah: 1. Penguasan
bahasa Arab dengan baik adalah diperlukan untuk memahami kandungan
al-Qur’an. Namun demikian, bukanlah berarti orang lantas boleh
meninggalkan sunnnah Nabi saw., sebaliknya dengan menguasai bahasa
Arab seseorang justru akan mngetahui bahwa al-Qur’an sendirilah yang
menyuruh umat Islam agar menerima dan mengikuti sunnah Nabi saw.,
yang disampaikann oleh periwayat yang dipercaya (al sadiqun),
sebagaimana mereka telah disuruh menerima dan mengikuti al-Qur’an. 2.
3. Kata “tibyan” (penjelas) yang termuat dalam al-Qur’an, surat al-Nahl
(16): 89, mencakup beberapa pengertian yakni: (1) ayat-ayat al-Qur’an
secara tegas menjelaskan adanya berbagai kewajiban, larangan dan teknik
dalam pelaksanaan ibadah tertentu, (2) ayat-ayat al-Qur’an menjelaskan
adanya kewajiban tertentu yang sifatnya global, (3) Nabi saw. menetapkan
suatu ketentuan yang tidak dikemukakan secara tegas dalam al-Qur’an.
Berdasarkan al-Qur’an, surat al-Nahl (16): 89, tersebut hadis Nabi saw.
merupakan sumber penjelasan ketentuan agama Islam. Ayat dimaksud
sama sekali tidak menolak keberadaan hadis Nabi saw., bahkan
memberikan kedudukan yang sangat penting yaitu sebagai sumber ajaran
Islam yang kedua setelah al-Qur’an.20 Imam al-Syafi’i, sebagaimana
ulama lainnya, mengakui bahwa memang hadis-hadis ahad nilainya adalah
zanni. Karena proses periwayatannya bisa saja mengalami kekeliruan atau
kesalahan. Oleh karenanya tidak semua hadis ahad dapat diterima dan
dijadikan hujjah, kecuali kalau hadis ahad tersebut memenuhi persyaratan
shahih dan hasan. Sehubungan dengan itu adalah keliru dan 20 Abdul
Ghani Abdul Khaliq, Hujjiyyah as-Sunnah, Daar al-Qur’an, Beirut. hlm.
384. Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 110 tidak benar
pandangan yang menolak otoritas kehujjahan hadis-hadis secara
keseluruhan. 4. Hadis yang dikemukan oleh kelompok inkar al-sunnah
untuk menolak kehujjahan hadis Nabi saw., dinilai al Syafi’i sebagai
munqathi’ (terputus sanadnya). Jadi hadis yang dimajukan oleh kelompok
inkar al-sunnah adalah hadis yang berkualitas dha’if, dan karenanya tidak
layak dijadikan sebagai argumentasi. Perlu kiranya digarisbawahi di sini
bahwa kelompok inkar al-sunnah, mengingat sikap mereka yang menolak
kehujjahan hadis Nabi saw., ternyata tidak konsisten dalam mengajukan
argumentasi. Ketidak konsistenan itu tampak jelas ketika mereka juga
mengajukan hadis sebagai salah satu argumentasi mereka untuk menolak
kehujjahan hadis, dan bahkan hadis yang dimajukan itu berstatus dha’if.21
Argumentasi-argumentasi yang dimajukan oleh al-syafi’i ternyata cukup
ampuh untuk membuat kelompok inkar al sunnah abad klasik ini
menyadari kekeliruan mereka, dan kemudian kembali mengakui
kehujjahan hadis Nabi saw. Tidak hanya itu, al-Syafi’i bahkan berhasil
membendung gerakan kelompok inkar al-sunnah ini selama hampir
sebelas abad. Atas jasa-jasanya itulah para ulama hadis belakangan

22
memberinya gelar kehormatan sebagai nashir al-sunnah (penolong sunnah)
atau multazim al-sunnah (pembela sunnah). Alasan mereka bahwa sunnah
itu dhanni (dugaan kuat) sedangkan kita diharuskan mengikuti yang pasti
(yakin), masalahnya tidak demikian sebab Al-Quran sendiri meskipun
kebenaranya sudah diyakini sebagai Kalamullah tidak semua ayat
memberi petunjuk hukum yang pasti sebab banyak ayat yang
pengertiannya masih dhanni (dhanni Ad-dalalah). Bahkan orang yang
memakai pengertian ayat seperti ini juga tidak dapat meyakinkan bahwa
pengertian itu bersifat pasti (yakin). Dengan demikian berarti ia juga tetap
mengikuti pengertian 21 Muhammad Abu Zahrah, Asy-Syafi’i Hayatuhu
wa ‘Ashruh: Ara’uh wa Fiqhuh, Op.Cit. Hlm. 118. Al-Dzikra Vol.9 No. 1
Januari– Juni Tahun 2015 Ingkar Sunnah 111 ayat yang masih bersifat
dugaan kuat (dhanni Ad-dalalah). Adapun firman Allah SWT,: “Dan
kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai
kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka
kerjakan” (Q.S. Yunus Ayat 36)”. Yang dimaksud dengan kebenaran (Al
Haq) disini adalah masalah yang sudah tetap dan pasti. Jadi maksud ayat
ini adalah bahwa dhanni tidak dapat melawan kebenaran yang sudah tetap
dengan pasti, sedangkan dalam hal menerima hadist, masalahnya tidak
demikian.22 Bantahan terhadap argumen kedua dan ketiga Kelompok
pengingkar sunnah baik masa lalu (klasik) maupun sekarang (modern),
kekurangan waktu mempelajari Al-Quran. Hal itu karena mereka
kebanyakan memakai dalil “........dan Kami turunkan kepadamu Al kitab
(Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (Q.S. An Nahl Ayat
89)”. Padahal dalam Surat An Nahl Ayat 44 Allah berfirman, “....... dan
Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan. (Q.S. An Nahl Ayat 44)”. Apabila Allah sendiri yang
menurunkan Al-Quran membebankan kepada Nabi-Nya agar ia
menerangkan isi Al Qur’an, dapatkah dibenarkan seorang muslim menolak
keterangan atau penjelasan tentang isi Al-Quran tersebut, dan memakai Al-
Quran sesuai pemahaman sendiri seraya tidak mau memakai penjelasan-
penjelasan yang berasal dari Nabi saw. Apakah ini tidak berarti percaya
kepada sejumlah ayat Al-Quran dan tidak percaya kepada Ayat-ayat lain,
Allah SWT berfirman, 22 Ibid. 8 Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 Januari– Juni
Tahun 2015 112 “Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab
(Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi
orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam
kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa
yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat (Q.S. Al
Bagarah Ayat 85)”. Sedangkan Argumen mereka dengan Surat Al-An’am

23
Ayat 38 : “Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab (Al-Quran),
kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”. Hal itu tidak pada
tempatnya sebab Allah juga menyuruh kita untuk memakai apa yang
disampaikan Nabi SAW. Seperti dalam Firman-Nya: “........apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah....... (Q.S. Al Hasyir Ayat 7)” Allah juga
berfirman: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak
(pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-
Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata” (Q.S Al Ahzab
Ayat 36)”. Berdasarkan teks Al-Quran, Rasulullah SAW sajalah yang
diberi tugas untuk menjelaskan kandungan al-Qur’an, sedangkan kita
diwajibkan untuk menerima dan mematuhi penjelasan-penjelasan beliau
baik berupa perintah atau larangan. Selanjutnya tentang pelarangan
penulisan sunnah di zaman rasululah saw adalah hanya diberlakukan untuk
umum, tetapi bagi orang-orang khusus ada yang diperbolehkan. Atau
dalam istilah lain, catatan hadis untuk umum terlarang, tetapi untuk catatan
pribadi diizinkan nabi saw, seperti catatan Abdullah bin Amr yang diberi
nama ash-Shahifah Ash-Shadiqah, Abu Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari–
Juni Tahun 2015 Ingkar Sunnah 113 Syah seorang sahabat dari Yaman, dan
shahabat lainnya diizinkan oleh nabi saw untuk menulis sunnah.23
Larangan penulisan sunnah pada zaman nabi saw cukup beralasan baik
secara religius maupun social, antara lain sebagai berikut : a. Penulisan
hadis dikhawatirkan campur dengan penulisan al-Qur’an, karena kondisi
yang belum memungkinkan dan kepandaian tulis-menulis serta sarana dan
prasarana yang belum memadai b. Umat Islam pada awal perkembangan
Islam bersifat ummi (tidak bias membaca dan tidak bias menulis) kecuali
hanya beberapa orang sahabat saja yang dapat dihitung dengan jari, itupun
diperuntukkan penulisan al-Qur’an. c. Kondisi perkembangan teknologi
yang masing primitis; al-Qur’an saja masih ditulis di atas pelepah kuram,
tulang binatang, batu-batuan, dan lain sebagainya. d. Sekalipun orang-
orang Arb mayoritas ummi, namun hafalan mereka sangat kuat, sehingga
nabi sangat mengandalkan hafalan mereka dalam mengingat hadis.24 III.
PENUTUP Dari paparan singkat di atas, maka pada bagian ini akan
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ingkar sunnah
adalah paham atau pendapat perorangan atau kelompok yang menolak
sunnah nabi saw sebagai landasan hukum Islam. Sunnah yang dimaksud
mulai dari sunnah yang sahih, baik secar substansial; yakni sunnah praktis
pengamalan (sunnah ‘amaliah), atau sunnah formal yang dikodifikasikan
para ulama yang meliputi perbuatan (qaulan), perbuatan (fi’lan), dan
persetujuan Nabi saw (taqriran). 2. Faham ini muncul sebagai kelompok
kecil (sempalan saja) dalam sejarah perekembangannya, sehingga faham

24
ini tidak dapat berkembang dan tidak dapat memberikan warna 23 Abdul
Majid Khon, Ulumul Hadis, Op.Cit. hlm. 42. 24 Ibid. hlm. 43. Al-Dzikra
Vol. 9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 114 dalam wacana dinamika
pemikiran aliran dalam Islam. Karena fahamnya cenderung memperlemah
sendi-sendi dalam membangun syari’at islamiyah. 3. Semua argumentasi
yang dikemukakan oleh kelompok ingkar sunnah sangat lemah, sehingga
dengan mudah argumen mereka terhadap pengingkaran sunnah dengan
mudah dipatahkan oleh para ulama. DAFTAR PUSTAKA Abdul Ghani
Abdul Khaliq, Hujjiyyah as-Sunnah, Daar al Qur’an, Beirut. Abdul Majid
Khon, Sunnah dan Pengingkarannya di Mesir Modern, Disertasi, 2004.
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Amzah, Jakarta, 2013. Abi Hilal al-
Askari, Al-Lum’ah Min Al-Furiq, As-Safaqiyah, Surabaya, t.t. hlm. 2. Ali
Mustofa Ya’qub, Kritik Hadis, Cet. I.,Pustaka Firdaus, Jakarta, 1995. As-
Syaukani, Irsyad al-Fuhul ila tahaqiq al-Haq min ‘Ilmi al Ushul, Daar Asy-
Sya’ab al-Ilmiyyah, Beirut, 1999. Ibrahim Anis, Almu’jam al-Washith, juz
3, Daar al-Ma’arif, Mesir, tahun 1972. Jalaluddin As-Suyuthi, Miftah al-
Jannah fi al-Ihtijaj bi as-Sunnah, Daar as-Salam, Cairo, 1999. Mahmd Abu
Rayyah, Adwa’ ‘ala as-Sunnah al-Muhammadiyah, Daar al-Ma’arif, Cairo,
t.t. 250. Muhammad Abu Zahrah, Asy-Syafi’i Hayatuhu wa ‘Ashruh:
Ara’uh wa Fiqhuh, Mathba’ah Al-Mahadi, Cairo, 1996. Muhammad Ajaj
al- Khatib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Musthalahuhu, Daar al-Fikr,
Bairut, Libanon, 1992. Quraish Shihab, Membumuikan Al-Qur’an: Fungsi
dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Mizan, Bandung. Tim
IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan,
Jakarta. 1992. Al-Dzikra Vol.9 No. 1 Januari– Juni Tahun 2015 Ingkar
Sunnah

25

Anda mungkin juga menyukai