Anda di halaman 1dari 21

INKAR SUNNAH

Disajikann untuk memenuhi tugas Membuat Makalah Semester Ganjil


Tahun Akademik 2023/2024

Mata Kuliah

ULUMUL HADITS

Minggu, 31 Desember 2023

Disusun oleh kelompok 8:

Bayu Prastiyo (2023300004)

Dayanti (2023210010)

Desi Wahyu Ratna Sari (2023310005)

DOSEN PENGAMPU:

Muhlisin mpd i

Pogram Studi Ekonomi Syariah

Institut Agama Islam Nusantara Ash - Siddiqiyah

Lempuing Jaya OKI

Tahun 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.Karena berkat rahmatNya-


lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Inkar Sunah”.
Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu semua pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik
dan saran yang bersifat membangun.

Lempuing Jaya, 31 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Pengertian Inkar Sunnah........................................................................................3
B. Sejarah Inkar Sunnah.............................................................................................4
C. Klasifikasi Dari Inkar Sunnah................................................................................7
D. Argumentasi Dari Inkar Sunah............................................................................10
E. Bantahan Terhadap Kaum Inkar Sunnah.............................................................12
F. Sejarah Perkembangan Inkar As-Sunnah di Indonesia........................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits Nabi saw telah disepakati oleh mayoritas ulama dan umat Islam
sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah kitab suci Al-Qur’an. Berbeda
dengan Al-Qur’an yang semua ayat-ayatnya disampaikan oleh Nabi SAW
secara mutawatir dan telah ditulis serta dikumpulkan sejak zaman Nabi SAW
masih hidup, serta dibukukan secara resmi sejak zaman khalifah Abu Bakar al-
Shiddiq, sebagian besar hadis Nabi saw tidaklah diriwayatkan secara
mutawatir dan pengkodifikasiannyapun baru dilakukan pada masa khalifah
Umar bin Abdul Azis, salah seorang khalifah Bani Umayyah.
Hal yang disebutkan terakhir, didukung oleh beberapa faktor lainnya,
oleh sekelompok kecil (minoritas) umat Islam dijadikan sebagai alasan untuk
menolak otoritas hadis-hadis Nabi saw sebagai hujjah atau sumber ajaran
Islam yang wajib ditaati dan diamalkan. Dalam wacana ilmu hadis, dikenal
dangan kelompok ingkar as-sunnah.
Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul,
baik sebagian maupun keseluruhannya. Bahkan Dari argumennya bahwa Nabi
Muhammad tidak berhak sama sekali untuk menjelaskan Al-quran kepada
umatnya. Nabi Muhammad hanya bertugas untuk menerima wahyu dan
menyampaikan wahyu itu kepada para pengikutnya, di luar hal tersebut nabi
Muhammad tidak memiliki wewenang.
Mengesampingkan, apalagi menafikan kedudukan Sunnah sebagai
wahyu, berarti memenggal pilar utama yang menyangga tegaknya ajaran Islam
itu sendiri dan sekaligus menolak fungsi ke-Nabi-an Muhammad SAW.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian ingkar sunnah ?
2. Jelaskan mengenai sejarah ingkar sunnah ?
3. Jelaskan mengenai klasifikasi dari ingkar sunnah ?
4. Jelaskan mengenai agumentasi dari ingkar sunnah ?
5. Jelaskan mengenai bantahan-bantahan terhadap argumentsi ingkar sunnah?
6. Jelaskan mengenai sejarah perkembangan ingkar as-sunnah di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian ingkar sunnah.
2. Mahasiswa dapat memahami mengenai sejarah ingkar sunnah.
3. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi dari ingkar sunnah.
4. Mahasiswa dapat mengetahui agumentasi dari ingkar sunnah.
5. Mahasiswa dapat memahami tentang bantahan terhadap argumentasi
ingkar sunnah.
6. Mahasiswa dapat mengetahui tentang perkembangan ingkar as-sunnah di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ingkar Sunnah


Kata “Ingkar Sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “Ingkar” dan
“Sunnah”. Kata “Ingkar” mempunyai beberapa arti di antaranya: “Tidak
mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan di hati, bodoh atau tidak
mengetahui sesuatu (antonim kata al-irfan, dan menolak apa yang tidak
tergambarkan dalam hati.
As-Sunnah menurut istilah syari’at ialah segala sesuatu yang bersumber
dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il
(perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan
dengannya sebagai tasyri’ (pensyari’atan) bagi ummat Islam.1
Menurut istilah ada beberapa definisi Ingkar Sunnah yang sifatnya
masih sangat sederhana pembatasannya di antaranya sebagai berikut:
1. Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadis atau
sunnah sebagai sumber ajaran agama Islam kedua setelah Alquran.
2. Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang
menolak dasar hukum Islam dari sunnah shahih baik sunnah praktis atau
secara formal dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas muttawatir
maupun ahad atau sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat diterima.
Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah
Rasul, baik sebagian maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi
tertentu dalam menyikapi sunnah. Hal ini mengakibatkan tertolaknya sunnah,
baik sebagian maupun keseluruhannya.
Paham Ingkar Sunnah bisa jadi menolak keseluruhan sunnah baik
sunnah muttawatir dan ahad atau menolak yang ahad saja dan atau sebagian
saja. Demikian juga penolakan sunnah tidak didasari alasan yang kuat, jika
dengan alasan yang dapat diterima oleh akal yang sehat, seperti seorang

1
Abdul Ghani Abdul Khaliq, Hujjiyyah as-Sunnah, Daar al- Qur’an, Beirut. Abdul Majid
Khon, Sunnah dan Pengingkarannya di Mesir Modern, Disertasi, 2004.

3
muktahid yang menemukan dalil yang lebih kuat dari pada hadis yang ia
dapatkan, atau hadis itu tidak sampai kepadanya, atau karena kedhaifannya,
atau karena ada tujuan syar’i yang lain, maka tidak digolongkan Ingkar
Sunnah.
Penyebutan Ingkar as-sunnah tidak semata-mata berarti penolakan
total terhadap sunnah. Penolakan terhadap sebagian sunnah pun termasuk
dalam kategori Inkar as-sunnah, termasuk di dalamnya penolakan yang
berawal dari sebuah konsep berpikir yang janggal atau metodologi khusus
yang diciptakan sendiri oleh segolongan orang baik masa lalu maupun
sekarang sedangkan konsep tersebut tidak dikenal dan diakui oleh ulama hadis
dan fiqh.

B. Sejarah Ingkar Sunnah


Sejarah perkembangan Ingkar Sunnah hanya terjadi dua masa, yaitu
masa klasik dan masa modern, diantaranya sebagai berikut:
1. Ingkar Sunnah Klasik
Ingkar Sunnah klasik terjadi pada awal masa dinasti Bani Abbas,
kemunculan ingkar sunnah zaman klasik bertepatan dengan masa hidup
Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H) yang menolak kehujjahan sunnah dan
menolak sunnah sebagai sumber hukum Islam baik muttawatir atau ahad.
Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir As-Sunnah (pembela Sunah)
pernah didatangi oleh seseorang yang disebut sebagai ahli tentang mazhab
teman-temannya yang menolak seluruh sunnah, baik muttawatir maupun ahad.
Ia datang untuk berdiskusi dan berdebat dengan Asy-Syafi’i secara panjang
lebar dengan berbagai argumentasi yang ia ajukan. Namun, semua argumentasi
yang dikemukakan orang tersebut dapat ditangkis oleh Asy-Syafi’i dengan
jawaban yang argumentatif, ilmiah, dan rasional sehingga akhirnya ia
mengakui dan menerima sunnah Nabi.2

2
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Amzah, Jakarta, 2013.

4
Secara garis besar, Muhammad Abu Zahrah berkesimpulan bahwa ada
tiga kelompok pengingkar sunah yang berhadapan dengan Asy-Syafi’i, yaitu
sebagai berikut:
a. Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui
Alquran saja yang dapat dijadikan hujjah.
b. Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Alquran.
c. Hanya menerima sunnah muttawatir saja dan menolak selain muttawatir
yakni sunnah ahad.
Kesimpulannya, Ingkar sunnah klasik diawali akibat konflik internal
umat Islam yang dikobarkan oleh sebagian kaum Zindik yang berkedok pada
sekte-sekte dalam Islam, kemudian diikuti oleh para pendukungnya, dengan
cara saling mencari para sahabat dan melemparkan hadis palsu. Penolakan
sunnah secara keseluruhan bukan karakteristik umat Islam. Semua umat Islam
menerima kehujjahan sunnah. Namun, mereka berbeda dalam memberikan
kriteria persyaratan kualitas sunnah. Ingkar sunnah klasik hanya terdapat di
Bahrah Irak karena ketidaktahuannya tentang kedudukan sunnah dalam
syari’ah Islam, tetapi setelah diberikan penjelasan akhirnya menerima
kehujahannya.
2. Ingkar Sunnah Modern
Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar Sunnah Klasik lahir di
Irak (kurang lebih abad 2 H/7 M), kemudian menetas kembali pada abad
modern di India (kurang lebih abad 19 M/ 13 H), setelah hilang dari
peredarannya kurang lebih 11 abad. Baru muncul Ingkar sunnah di Mesir (pada
abad 20 M).
Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini ialah
akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di
dunia Islam, terutama di India setelah terjadinya pemberontakan melawan
kolonial Inggris 1857 M. Berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial untuk
perdangkalan ilmu agama dan umum, penyimpangan aqidah melalui pimpinan-
pimpinan umat Islam dan tergiurnya mereka terhadap teori-teori Barat untuk
memberikan interpretasi hakikat Islam. Seperti yang dilakukan oleh Ciragih

5
Ali, Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadliyani dan tokoh-tokoh lain yang
menghindari hadis-hadis jihad dengan pedang, dengan cara mencela-cela
hadis tersebut. Di samping ada usaha dari pihak umat Islam menyatukan
berbagai Mazhab hukum Islam, Syafi’i, Hanbali, Hanafi, dan Maliki ke dalam
satu bendera yaitu Islam, akan tetapi pengetahuan keislaman mereka kurang
mendalam.
Kemudian jika kelompok Ingkar Sunnah abad klasik sulit untuk
diidentifikasi, maka kelompok Ingkar Sunnah abad modern terutama tokoh-
tokohnya dapat diketahui dengan jelas dan pasti, seperti yang ditampilkan oleh
Irsyadunnas dalam tulisannya: Ingkar Al-Sunnah, sejarah kemunculan dan
perkembangannya, yaitu:
a. Taufiq Shidqi (wafat 1920M)
Tokoh ini berasal dari Mesir, dia menolak hadits Nabi SAW, dan
menyatakan bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya sumber ajaran Islam.
Menurutnya "al-Islam huwa al-Qur'an" (Islam itu adalah al-Qur'an itu sendiri).
Dia juga menyatakan bahwa tidak ada satu pun Hadits Nabi saw yang dicatat
pada masa beliau masih hidup, dan baru di catat jauh hari setelah Nabi wafat.
Karena itu menurutnya, memberikan peluang yang lebar kepada manusia
untuk merusak Hadits sebagaimana yang sempat terjadi. Namun ketika
memasuki dunia senja, tokoh ini meninggalkan pandangannya dan kembali
menerima otoritas kehujjahan hadits Nabi SAW.
b. Rasyad Khalifa
Dia adalah seorang tokoh Ingkar Sunnah yang berasal dari Mesir
kemudian menetap di Amerika. Dia hanya mengakui al-Qur'an sebagai satu-
satunya sumber ajaran Islam yang berakibat pada penolakannya terhadap
hadits Nabi SAW.
c. Ghulam Ahmad Parwes
Tokoh ini berasal dari India, dan juga pengikut setia Taufiq Shidqi.
Pendapatnya yang terkenal adalah, bahwa bagaimana pelaksanaan shalat
terserah kepada para pemimpin umat untuk menentukannya secara
musyawarah, sesuai dengan tuntunan dan situasi masyarakat. Jadi menurut

6
kelompok ini tidak perlu ada hadits Nabi SAW. Anjuran taat kepada Rasul
mereka pahami sebagai taat kepada sistem/ide yang telah dipraktekkan oleh
Nabi SAW, bukan kepada Sunnah secara harfiah. Sebab kata mereka, Sunnah
itu tidak kekal, yang kekal itu sistem yang terkandung di dalam ajaran Islam.
d. Kasim Ahmad
Tokoh ini berasal dari Malaysia, dan seorang pengagum Rasyad Khalifa,
karena itu pandangan-pandangnnyapun tentang hadits Nabi SAW sejalan
dengan tokoh yang dia kagumi. Lewat bukunya, "Hadits Sebagai Suatu
Penilaian Semua", Kasim Ahmad menyeru Umat Islam agar meninggalkan
hadits Nabi SAW, karena menurut penilaianya hadits Nabi SAW tersebut
adalah ajaran-ajaran palsu yang dikaitkan dengan Hadits Nabi saw. Lebih
lanjut dia mengatakan "bahwa hadits Nabi SAW merupakan sumber utama
penyebab terjadinya perpecahan umat Islam, kitab-kitab hadits yang terkenal
seperti kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim adalah kitab-kitab yang
menghimpun hadits-hadits yang berkualitas dhaif dan maudhu', dan juga
hadits yang termuat dalam kitab-kitab tersebut banyak bertentangan dengan
Al-Qur'an dan logika.

C. Klasifikasi Ingkar As-sunnah


Klasifikasi ingkar sunnah ada 3, diantaranya yaitu
1. Ingkar sunnah menolak sunnah secara kesuluruhan, argumen mereka
adalah:
a. Bahwa Al-Quran diturunkan Allah Swt dalam bahasa Arab, dengan
bahasa Arab yang baik, maka Al-Quran akan akan dapat pula memahami
Al-Quran dengan baik, tanpa perlu penjelasan hadis-hadis Rasulullah.
b. Argumen mereka selanjutnya adalah, karena al-Quran, merupakan
penjelas segala sesuatu, maka menurut mereka Al-Quran sebagi penjelas
segala sesuatu telah mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
umat-Nya. Jadi tidak perlu lagi penjelasan selain Al-Quran.
c. Hadis-hadis Rasululah sampai kepada kita melalui riwayat proses
periwayatannya tidak terjamin dari kekeliruan, kesalahan dan kedutaan

7
terhadap rasulullah, oleh sebab itu nilai kebenarannya tidak meyakinkan
(zhanny). Tidak dapat dijadikan penjelas (mubayyin) untuk Al-Quran
yang telah diyakini kebenarannya (qathy). Untuk dalil hanya yang
qathy, sedangkan hadis bernilai zhanny maka tidak dapat dijadikan
hujah dan tidak juga untuk penjelasayat-ayat al-Quran.3
Banyak alasan yang dikemukakan oleh kelompok ini untuk mendukung
pendiriannya, baik dengan mengutip ayat-ayat al-Qur’an ataupun alasan-alasan
yang berdasarkan rasio. Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang digunakan mereka
sebagai alasan menolak sunnah secara total adalah surat an-Nahl ayat 89 :
‫ﻮﻨﺰﻠﻨﺎ ﻋﻠﻳﻚ ﺍﻠﮑﺘﺎﺏ ﺘﺑﻴﺎﻨﺎ ﻠﮑﻞ ﺸﺊ‬
“Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan
segala sesuatu….”
Kemudian surat al-An’am ayat 38 yang berbunyi:
...‫ﻤﺎﻓﺮﻄﻨﺎ ﻔﻰ ﺍﻠﺘﺎﺐ ﻤﻦ ﺷﺊ‬....
“…Tidaklah kami alpakan sesuatu pun dalam al-Kitab…”
Menurut mereka kepada ayat tersebut menunjukkan bahwa Al-Qur’an
telah mencakup segala sesuatu yang berkenaan dengan ketentuan agama, tanpa
perlu penjelasan dari As-Sunnah.
2. Ingkar sunnah yang tidak menerima hadis Rasulullah kecuali hadis yang
membawa ajaran yang ada nashnya dalam Al-Quran.
Berargumen bahwa yang dijadikan pegangan dan rujukan utama untuk
hujah dan sumber ajaran agama adalah nash atau ayat-ayat Al-Quran bukan
hadis, meskipun ada hadis yang membahas atau mengatur tentang suatu
masalah mereka tidak menggunakan atau menerima hadis tersebut kalau tidak
didukung oleh nash Al-Quran.
Argumen tokoh terhadap ingkar sunah, di antaranya adalah al-Syafi’i.
Imam Syafi’i membantah dan mengkritik argumen ingkar sunnah sebagai
berikut:

3
Abi Hilal al-Askari, Al-Lum’ah Min Al-Furiq, As-Safaqiyah, Surabaya, t.t.

8
a. Bahwa di dalam al-Quran terdapat banyak ayat yang memerintahkan agar
kita selalu mengikuti perintah dan menjauhi larangan Rasul Allah, kita
juga diperintah untuk taat kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya.
”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu
keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya.”
Dalam ayat lain Allah berfirman,” Barang siapa yang taat kepada
Rasul, maka sesungguhnya ia juga telah menaati Allah.” Lebih lanjut
Allah berfirman,” apa-apa yang diberikan/ disampaikan Rasul kepadamu,
terimalah, dan apa-apa yang dilarangnya, tinggalkanlah.!”
b. Siapa yang menguasai bahasa Arab dengan baik, akan mengetahui bahwa
Al-Qur’an sendiri menyuruh umat islam untuk menerima dan menaati
serta mengikuti hadis-hadis Rasulullah yang disampaikan oleh
paraperiwayat yang dipercaya.
c. Ayat-ayat al-Quran yang dikutip kelompok ingkar sunnah (al-Quran
menjelaskan segala sesuatu) tidak benar mengandung arti tidak diperlukan
hadis Rasulullah sebagai penjelas urusan-urusan agam di samping al-
Quran. Hal tersebut dikarenakan penjelasan Al-quran masih ada yang
bersifat global atau hal-hal pokok-pokok saja, seperti salat wajib dan
zakat.
3. Kelompok yang menolak hadits Ahad dan hanya menerima hadits
Mutawatir.
Argumen kelompok yang menolak hadits Ahad dan hanya menerima
hadits Mutawatir. Untuk menguatkan pendapatnya, mereka menggunakan
beberapa ayat al-Qur’an sebagai dallil yaitu, surat Yunus ayat 36:
‫ﻮﺍﻦ ﺍﻠﻈﻦ ﻻﻴﻐﻨﻰ ﻤﻦ ﺍﻠﺤﻖ ﺸﻴﺌﺎ‬
“…Sesungguhnya persangkaan itu tidak berfaedah sedikitpun terhadap
kebenaran”.

9
Berdasarkan ayat di atas, mereka berpendapat bahwa hadits Ahad tidak dapat
dijadikan hujjah atau pegangan dalam urusan agama. Menurut kelompok ini,
urusan agama harus didasarkan pada dalil yang qath’i yang diyakini dan
disepakati bersama kebenarannya. Oleh karena itu hanya al-Qur’an dan hadits
mutawatir saja yang dapat dijadikan sebagi hujjah atau sumber ajaran Islam.

D. Argumentasi Ajaran Ingkar Sunnah


Memang cukup banyak argumen yang telah dikemukakan oleh mereka
yang berfaham ingkar as-sunnah, baik oleh mereka yang hidup pada zaman as
syafi’I maupun yang hidup pada zaman sesudahnya. Dari berbagai argumen
yang banyak jumlahnya itu ada yang berupa argumen-argumen naqli dan non
naqli.
Yang dimaksud dengan argumen naqli tidak hanya berupa ayat-ayat Al-
quran saja, tetapi juga berupa sunnah atau hadits nabi. Memang agak ironis
juga bahwa mereka yang berpaham ingkar As-sunah ternyata telah
mengajukan sunnah sebagai argumen membela paham mereka. Cukup banyak
argumen yang mereka naqli yang mereka ajukan diantaranya Al-quran surah
an-nahl 89:
‫ونزلناعليك الكتب تبينالكل ثيء‬
….dan kami turunkan kepadamu alkitab (al qurán untuk menjelaskan segala
sesuatu..
Surah Al- an’am 38
‫مافرطنافى الكتب من ثىء‬
…tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam alkitab…
Menurut para pengingkar sunnah, kedua ayat tersebut menunjukkan
bahwa Al-quran telah mencakup segala sesuatu berkenaan dengan ketentuan
agama. Dengan demikian tidak diperlukan adanya keterangan lain, misalkan
dari sunnah. Menurut mereka shalat lima waktu sehari semalam yang wajib
didirikan dan yang sehubungan dengannya, dasarnya bukanlah sunnah atau
hadits, melainkan ayat Al-quran misalnya (al-baqarah 238, hud 144, al-isra’ 78
dan 110, thaha 130, al hajj:77, an-nur 58, ar-rum: 17-18).

10
Dalam kaitannya dengan tatacara shalat, kasim ahmad pengingkar sunnah
dari Malaysia menyatakan dalam bahasa Malaysia” kita telah membuktikan
bahwa perintah sembayang telah diberi oleh tuhan kepada nabi ibrahim dan
kaumnya, dan amalan ini telah diperturunkan, generasi demi generasi hingga
kepada nabi Muhammad dan ummat nya.
Dengan demikian menurut pengingkar sunnah tatacara shalat tidaklah
penting, jumlah rakaat,cara duduk, cara sujud, ayat dan bacaan yang dibaca
diserahkan kepada masing-masing pelaku shalat. Jadi, ibadah sholat boleh aja
dilakukan dengan bahasa daerah.4
Dari argumen diatas dapat dipahami bahwa para pengingkar sunnah yang
mengajukan argumen itu adalah orang-orang yang berpendapat bahwa nabi
Muhammad tidak berhak sama sekali untuk menjelaskan Al-quran kepada
umatnya. Nabi Muhammad hanya bertugas untuk menerima wahyu dan
menyampaikan wahyu itu kepada para pengikutnya, diluar hal tersebut nabi
Muhammad tidak memiliki wewenang. Dalam Al-quran dinyatakan bahwa
orang-orang yang beriman diperintahkan untuk patuh kepada Rasullulah.
Hal itu menurut para pengingkar sunnah hanyalah berlaku tatkala Rasullulah
masih hidup, yakni tatkala jabatan sebagai ulul amri berada di tangan beliau,
setelah beliau wafat maka jabatan ulul amri berpindah kepada orang lain, dan
karenanya kewajiban patuh menjadi gugur.
Menurut pengingkar sunnah sesuatu yang zhann (sangkaan) tidak dapat
dijadikan hujjah, hadits pada umumnya berstatus zhann dan hanya sedikit saja
yang berstatus qath’i, kalau agama didasarkan pada sesuatu yang zhann maka
berarti agama berdiri diatas dasar yang tidak pasti. Hal itu tidak boleh terjadi.
Karenanya hadits atau sunnah bukan sumber ajaran agama Islam. Sumber
ajaran Islam haruslah berstatus pasti (qath’i) saja yakni Al-quran.
Yang dimaksud dengan argumen non naqli adalah argumen yang berupa
ayat Al-quran atau hadits. Walaupun sebagian dari argumen-argumen itu
ada yang menyinggung sisi tertentu dari ayat Al-quran ataupun hadits, namun

4
Jalaluddin As-Suyuthi, Miftah al-Jannah fi al-Ihtijaj bi as-Sunnah, Daar as-Salam, Cairo,
1999.

11
karena yang dibahasnya bukanlah ayat ataupun matan haditsnya secara khusus,
maka argumen-argumennya non naqli juga. Diantaranya:
1. Al-quran diwahyukan oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui
malaikat jibril dalam bahasa arab. Orang-orang yang memiliki
pengetahuan bahasa arab mampu memahami al qurán secara langsung,
tanpa bantuan penjelasan dari hadits nabi. Dengan demikian hadits nabi
tidak diperlukan untuk memahami petunjuk Al- quran.
2. Dalam sejarah, umat Islam telah mengalami kemunduran. Umat Islam
mundur karena terpecah-pecah, perpecahan itu terjadi karena umat Islam
berpegang kepada hadits nabi jadi menurut para pengingkar sunnah
hadits nabi merupakan sumber kemunduran umat Islam.
3. Asal mula hadits nabi yang di himpun dalam kitab-kitab hadits adalah
dongeng-dongeng semata.
4. Menurut dokter Taufiq Shidqi tiada satupun hadits nabi yang dicatat
pada zaman nabi. Pencatatan hadits terjadi setelah nabi wafat. Dalam masa
tidak tertulisnya hadits tersebut manusia berpeluang untuk
mempermainkan dan merusak hadits sebagaimana yang telah terjadi.
Menurut pengingkar sunnah kritik sanad yang terkenal dalam ilmu
hadits sangat lemah untuk mencantumkan kesahihan hadits dengan alasan,
yaitu :
1. Pertama, dasar kritik sanad itu yang dalam ilmu hadits dikenal dengan
ilmu jarh wa at-ta’dil baru muncul setelah satu setengah abad nabi wafat,
dengan demikian, para periwayat generasi sahabat nabi, at-tabi’in dan
atba’at-tabi’in tidak dapat ditemui dan diperiksa lagi.
2. Kedua, seluruh sahabat nabi sebagai periwayat hadits pada generasi
pertama di nilai adil oleh para ulama hadits pada akhir abad ketiga dan
awal abad keempat hijriyah.

E. Bantahan Terhadap Kaum Ingkar Sunnah


Seluruh argumentasi yang diajukan dan menjadi dasar dari berbagai
statemen yang dikedepankan oleh kelompok Ingkar As-Sunnah dinilai lemah

12
oleh mayoritas muslim. Untuk para intelektual dari kalangan muhaddisin
melakukan counter attact terhadap statemen dan argumentasi yang mereka
ajukan tersebut.
Bantahan terhadap argumentasi yang didasarkan pada dalil-dalil naqli adalah;
1. Pandangan yang mengatakan sunnah Nabi zann, sedangkan kita dituntut
untuk menggunakan yang yakin saja yaitu al-Qur’an. Padahal ayat al-
Qur’an jika dilihat dari perspektif asbab al-nuzul-nya memang diakui qat’i
datang dari Allah SWT, namun jika dilihat dari perspektif dalalahnya
masih sangat banyak yang bernilai zanniyat al-dalalah dengan pengertian
yang zann juga dan belum memberikan kepastian hukum
2. Hadits-hadits yang berstatus ahad memang bersifat zann, namun disisi lain
juga didapati ayat-ayat yang dalam pengertiannya juga mengandung
makna zhann. Sehingga jika dilihat dari perspektif pengertian dan makna,
antara sebagian ayat al-Qur’an dengan hadits ahad tidak ada perbedaan
yang signifikan.
3. Ayat-ayat Al-Qur’an dalam menjelaskan hukum dan kewajiban tertentu
sebagian masih bersifat general, yang menghendaki penjelasan (bayan),
salah satunya dengan menggunakan sunnah Nabi.
4. Kelompok Ingkar As-Sunnah terkesan sepotong-potong dalam mengambil
ayat al-Qur’an, sehingga sangat terlihat kekurangan waktu untuk
menelaah ayat-ayat tersebut. Misalnya mereka hanya berdalil dengan
surat An-Nahl ayat: 89 artinya: “dan Kami turunkan al-Qur’an kepadamu
sebagai penjelas semua masalah”, Padahal dalam konteks yang lain Allah
juga berfirman dalam surat An-Nahl ayat: 44 artinya: “dan Kami turunkan
al-Qur’an kepadamu agar kamu menjelaskan kepada manusia tentang
segala sesuatu yang diturunkan kepada mereka”, tapi tidak mereka
jadikan hujjah.
5. Surat Al-An’am ayat 38, dalam pemahaman para ulama sangat berbeda
dengan pemahaman kelompok Ingkar As-Sunnah. Menurut para ulama,
arti kata al-kitab dalam ayat tersebut adalah “segala sesuatu tidak ada
yang dialpakan Allah SWT, semuanya telah termuat di lauh al-

13
mahfudz” Inilah pandangan sekaligus jawaban para pembela sunnah
dalam membantah argumentasi yang diajukan dalam bentuk dalil naqli.

Adapun pandangan terhadap argumentasi yang berdasarkan logika adalah;


a. Orang yang memahami bahasa Arab secara baik dari segi tata bahasa
demikian juga uslubnya yang dapat dikatakan sebagai pakar bahasa
sekalipun tidak akan mampu memahami Al-Qur’an secara keseluruhan.
Karena kata-katanya masih banyak yang bervariasi, ada yang global ada
pula yang masih mubham dan lain sebagainya yang d alam pemaknaan
sangat membutuhkan intervensi dari sunnah Nabi.
b. Realitas sejarah kemunduran umat Islam memang suatu kenyataan dan
perpecahan menjadi salah satu penyebabnya, namun tidak tepat kalau
menjadikan sunnah sebagai kambing hitamnya. Karena realitas historis
juga telah membuktikan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta sosio-kultural termotivasi oleh hadits nabi disamping
Al-Qur’an. Ini sebagai bukti kelompok Ingkar Al-Qur’an, sunnah tidak
memiliki pengetahuan yang cukup dalam historiografi Islam dan ilmu
hadits.
c. Dalam berbagai literatur dan dokumen historis telah ditemukan perhatian
sahabat yang besar terhadap hadits, seperti Ibnu Abbas (w. 69 H)
demikian juga Ibnu ‘Amr Ibnu ‘As (w. 65H), merupakan diantara sahabat
yang sangat commited terhadap hadis dan sangat rajin membukukannya
dari Nabi.
d. Pandangan Taufiq Sidiq sangat lemah dilihat dari perspektif historiografi,
karena dalam beberapa hal dan keadaan cukup banyak para sahabat yang
mempunyai koleksi hadits nabi walaupun masih dalam bentuk private
collection (koleksi pribadi). Perjanjian Hudaibiyah, Piagam Madinah dan
beberapa surat Nabi yang dikirim kepada para Raja merupakan bukti
konkritnya.

14
F. Ingkar As-Sunnah di Indonesia
Paham Ingkar Sunah Indonesia timbul dari ketidaktahuannya tentang
status Sunah dalam beragama dan tentang fungsi Sunah terhadap al-Qur’an.
Semangat belajar mereka hanya pada al-Qur’an. Tetapi sayangnya mereka
sangat minim penguasaan ilmu-ilmu dasar untuk memahami al-Qur’an seperti
bahasa Arab, tata bahasa dan sastranya, ilmu-ilmu Tafsir dan lain-lain.
Mayoritas ide-ide penolakan Sunah ditransfer dari orientalis yang sengaja
menghembuskan di dunia Islam untuk menyesatkan umat. Inti pandangan
mereka bahwa dalam beragama hanyalah Al-Qur’an karena kesempurnaannya
sedangkan Sunah atau hadis dipandang sebagai dongeng yang diciptakan oleh
sebagian umat Islam belakangan. Mengikuti Hadis memicu perpecahan umat
yang menyebabkan kelemahan dan kehancuran umat.
Paham ingkar sunah muncul di Indonesia secara terang-terangan kira-
kira terjadi pada tahun 1980-an. Persisnya menurut Zufran Rahman (seorang
peneliti pemikiran Ingkar Sunah dan Dosen IAIN Jambi) pada tahun 1982-
1983. Tetapi bukti menunjukkan, bahwa pada 1981 paham ini sudah ada
seperti yang terjadi di Bogor pimpinan oleh H. Endi Suradi dan 1982 aliran
sesat yang diajarkan H. Sanwani asal kelahiran Pasar Rumput itu sudah
berlangsung sejak November 1982. Kemungkinan besar jauh sebelum itu
sudah ada penyebarannya secara sembunyi-sembunyi seperti yang dilakukan
oleh orientalis di Indonesia Snouck Hourgronje. Buku-buku orientalis atau
kaki tangannya sudah bertebaran jauh sebelumnya.
Indonesia memang menjadi sasaran gerakan modern ingkar sunah
setelah India dan Mesir. Dalam sejarah penetesan ingkar sunah era modern di
India dalam rangka melemahkan semangat jihad umat Islam dan
menghancurkan Islam dari dalam melalui ide-ide kaum emperealis Inggris
bekerja sama dengan para tokoh-tokoh Islam India yang koperatif. Kemudian
dikembangkan lagi melalui pemikiran orientalis yang bertebaran di Mesir,
karena mereka tahu benar bahwa Mesir adalah pusat informasi dunia Islam
baik bagi yang berkedok research ilmiah yang dituangkan ke dalam buku-
buklu mereka maupun berhadapan langsung dengan para mahasiswa maupun

15
dosennya melalui pengajaran di Al-Azhar Mesir. Gerakan pemikiran modern
ingkar sunah di Indonesia menjadi target mereka setelah Mesir, karena
Indonesia berpenduduk mayoritas Islam terbanyak di seluruh dunia Islam.
Sekitar tahun 1980-an paham pemikiran modern ingkar sunah
Indonesia bergerak di beberapa tempat dan pada tahun 1983-1985 mengcapai
puncaknya sehingga menghebohkan masyarakat Islam dan memenuhi halaman
berbagai harian koran dan majalah. Pusat pergerakan mereka di Jakarta yang
mendominasi jumlah pembawanya yang mayoritas, kemudian di Bogor Jawa
Barat, Tegal Jawa Tengah dan Padang Sumatra Barat.
Penyebaran paham pemikiran modern Ingkar Sunah melalui berbagai
cara di antaranya ada yang melalui pengajian di beberapa Masjid, diktat
tulisan tangan, ceramah melalui kaset, dan buku. Banyak di antara umat Islam
yang terbawa dan terpengaruh pemahaman tersebut baik sebagai tokoh,
pembantu dan pengikut. Di antaranya, tokoh ingkar sunnah yang berasal dari
Indonesia adalah Abdul Rahman, Moh. Irham, Sutarto, dan Lukman Saad.
Sekitar tahun 1983-an tokoh ini sempat meresahkan masyarakat dan
menimbulkan banyak reaksi dikarenakan pandangan-pandangan mereka
terhadap Al-Hadits. Untuk menanggulangi keresahan, maka keluarlah
Keputusan Mahkamah Agung RI No : KEP-169/J.A/9/1983 tertanggal 30
September 1983" yang berisi larangan terhadap aliran Ingkar Sunnah di seluruh
wilayah Republik Indonesia. Dan Nomor : KEP-059/J.A/3/1984. Namun,
paham ini masih tetap ada pada masa berikutnya sampai sekarang. Terkadang
masih muncul paham ini secara sembunyi di berbagai media, baik buku, koran,
buletin dan lain-lain.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul,
baik sebagian maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu
dalam menyikapi sunnah.
Klasifikasi ingkar sunnah ada 3, diantaranya yaitu pertama, mereka
menolak hadis-hadis rasulullah secara keseluruhan. Kedua, mereka menolak
hadis rasulullah kecuali hadis-hadis yang mengandung nashnya di dalam Al-
Quran. Ketiga, mereka menolak hadis ahad dan hanya menerima hadis
mutawatir.
Menurut kelompok pembela sunnah, ingkar sunnah terkesan sepotong-
potong dalam mengambil ayat Al-Qur’an, sehingga sangat terlihat kekurangan
waktu untuk menelaah ayat-ayat tersebut.
Realitas sejarah kemunduran umat Islam merupakan suatu kenyataan dan
perpecahan menjadi salah satu penyebabnya, namun tidak tepat kalau
menjadikan sunnah sebagai kambing hitamnya. Karena realitas histories juga
telah membuktikan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta sosio-kultural termotivasi oleh hadits nabi disamping Al-
Qur’an.

B. Saran
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa kedudukan As-sunnah Rasul
merupakan sumber dan dasar hukum Islam setelah Al-quran, dan umat Islam
diwajibkan mengikuti hadits sebagaimana diwajibkan mengikuti Al-
quran.Dalam hubungannya dengan Al-quran, As-sunnah berfungsi sebagai
penafsir, dan penjelas dari ayat ayat Al-quran tersebut. Oleh sebab itu,
mengikuti sunnah nabi merupakan suatu yang harus diikuti. Karena As-sunnah
merupakan penafsir serta penjelasan dari ayat-ayat Al-quran.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghani Abdul Khaliq, Hujjiyyah as-Sunnah, Daar al- Qur’an, Beirut. Abdul
Majid Khon, Sunnah dan Pengingkarannya di Mesir Modern, Disertasi,
2004.
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Amzah, Jakarta, 2013.
Abi Hilal al-Askari, Al-Lum’ah Min Al-Furiq, As-Safaqiyah, Surabaya, t.t.
Jalaluddin As-Suyuthi, Miftah al-Jannah fi al-Ihtijaj bi as-Sunnah, Daar as-Salam,
Cairo, 1999.

18

Anda mungkin juga menyukai