Anda di halaman 1dari 16

INGKAR AS SUNAH DIINDONESIA

(TUGAS TERSTRUKTUR ULUMUL HADIS)

Dosen Pengampu:

PEPEP. M. Pd.

Penyusun:

Ilyas Firman A

Alif mutaqin

Agnal Ulumi M.

STAI SILIWANGI BANDUNG

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

i
ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa


ta'ala karena berkat hidayah dan inayah-nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah “ingkar-ingkar sunnah” Islam ini dengan semaksimal mungkin. apabila
terdapat banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini penulis hanya mampu
mengucapkan mohon maaf sedalam-dalam nya karena ke sempurna
kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata yang memilikinya.

Shalawat beriring kan salam tak lupa penulis sampaikan kepada nabi
Muhammad SAW karena berkat perjuangan beliaulah penulis dapat menikmati
dunia yang serba canggih ini.

Dengan demikian pula penulis mengharapkan partisipasi dari teman-teman


semua dalam pembahasan makalah ini. tanpa kritik ataupun saran dari teman-
teman semua penulis tidak dapat memperbaiki kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua amin ya
rabbal alamin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Pengertian Inkar al- Sunnah ......................................................................3

2.2 Sejarah Ingkar al- Sunnah..........................................................................4

2.3 Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah......6

2.4 Kriteria Inkar al-Sunnah............................................................................9

2.5 Upaya Mengantisipasi Inkar al- Sunnah....................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................10

3.1 Kesimpulan.................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hadits Nabi saw telah disepakati oleh mayoritas ulama dan umat Islam
sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah kitab suci Al-Qur’an. Berbeda dengan
Al-Qur’an yang semua ayat-ayatnya disampaikan oleh Nabi SAW secara
mutawatir dan telah ditulis serta dikumpulkan sejak zaman Nabi SAW masih
hidup, serta dibukukan secara resmi sejak zaman khalifah Abu Bakar al-Shiddiq,
sebagian besar hadis Nabi saw tidaklah diriwayatkan secara mutawatir dan
pengkodifikasiannyapun baru dilakukan pada masa khalifah Umar bin Abdul
Azis, salah seorang khalifah Bani Umayyah.

Hal yang disebutkan terakhir, didukung oleh beberapa faktor lainnya, oleh
sekelompok kecil (minoritas) umat Islam dijadikan sebagai alasan untuk menolak
otoritas hadis-hadis Nabi saw sebagai hujjah atau sumber ajaran Islam yang
wajib ditaati dan diamalkan. Dalam wacana ilmu hadis, dikenal dangan kelompok
ingkar as-sunnah.

Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul,


baik sebagian maupun keseluruhannya. Bahkan Dari argumennya bahwa Nabi
Muhammad tidak berhak sama sekali untuk menjelaskan Al-quran kepada
umatnya. Nabi Muhammad hanya bertugas untuk menerima wahyu dan
menyampaikan wahyu itu kepada para pengikutnya, di luar hal tersebut nabi
Muhammad tidak memiliki wewenang.

Mengesampingkan, apalagi menafikan kedudukan Sunnah sebagai wahyu,


berarti memenggal pilar utama yang menyangga tegaknya ajaran Islam itu sendiri
dan sekaligus menolak fungsi ke-Nabi-an Muhammad SAW.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Ingkar al- Sunnah ?


2. Bagaimana Sejarah ingkar al- Sunnah ?
3. Bagaimana Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah ?
4. Bagaimana Kriteria Ingkar al- Sunnah ?
5. Bagimana Upaya mengantisipasi Ingkar al- Sunnah ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inkar al- Sunnah

1. Arti menurut bahasa


Kata “Inkar al-sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “inkar” dan “Sunnah”. Kata
“inkar” secara etimologis diartikan menolak, tidak mengetahui, dan tidak
menerima sesuatu, baik lahir dan batin yang dilatar belakangi oleh faktor
ketidaktahuannya atau fakor lain. Dan “Sunnah” adalah hadits-hadits
Rosulullah SAW.
2. Arti menurut istilah
a. Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadis atau
sunnah sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Al-qur’an.
b. Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang
menolak dasar hukum Islam dari sunnah shohih baik sunnah praktis atau
yang secara formal dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas
mutawatir maupun ahad atau sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat
diterima.
Paham Ingkar Sunnah bisa jadi menolak keseluruhan sunnah baik sunnah
muttawatir dan ahad atau menolak yang ahad saja dan atau sebagian saja.
Demikian juga penolakan sunnah tidak didasari alasan yang kuat, jika dengan
alasan yang dapat diterima oleh akal yang sehat, seperti seorang muktahid yang
menemukan dalil yang lebih kuat dar pada hadis yang ia dapatkan, atau hadis itu
tidak sampaikepadanya, atau karena kedhaifannya, atau karena ada tujuan syar’i
yang lain, maka tidak digolongkan Ingkar Sunnah.
Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul,
baik sebagian maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu
dalam menyikapi sunnah. Hal ini mengakibatkan tertolaknya sunnah, baik
sebagian maupun keseluruhannya. Penyebutan Ingkar as-sunnah tidak semata-
mata berarti penolakan total terhadap sunnah. Penolakan terhadap sebagian

3
sunnah pun termasuk dalam kategori ingkar as-sunnah, termasuk di dalamnya
penolakan yang berawal dari sebuah konsep berpikir yang janggal atau
metodologi khusus yang diciptakan sendiri oleh segolongan orang baik masa lalu
maupun sekarang sedangkan konsep tersebut tidak dikenal dan diakui oleh ulama
hadis dan fiqh.1

2.2 Sejarah Ingkar al- Sunnah


Sejarah perkembangan Ingkar Sunnah hanya terjadi dua masa, yaitu masa
klasik dan masa modern, diantaranya sebagai berikut:
1. Ingkar Sunnah klasik
terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H) yang menolak
kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagai sumber hukkum Islam baik
muttawatir atau ahad. Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir As-Sunnah
(pembela Sunah) pernah didatangi oleh seseorang yang disebut sebagai ahli
tentang mazhab teman-temannya yang menolak seluruh sunnah, baik muttawatir
maupun ahad. Ia datang untuk berdiskusi dan berdebat dengan Asy-Syafi’i secara
panjang lebar dengan berbagai argumentasi yang ia ajukan. Namun, semua
argumentasi yang dikemukakan orang tersebut dapat ditangkis oleh Asy-Syafi’i
dengan jawaban yang argumentatif, ilmiah, dan rasional sehingga akhirnya ia
mengakui dan menerima sunnah Nabi.
Secara garis besar, Muhammad Abu Zahrah berkesimpulan bahwa ada tiga
kelompok pengingkar sunah yang berhadapan denga Asy-Syafi’i, yaitu sebagai
berikut:
1. Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui Alquran
saja yang dapat dijadikan hujjah.
2. Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Alquran.
3. Hanya menerima sunnah muttawatir seja dan menolak selain muttawatir
yakni sunnah ahad.
Kesimpulannya, ingkar sunnah klasik diawali akibat konflik internal umat
Islam yang dikobarkan oleh sebagian kaum Zindik yang berkedok pada sekte-

1 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm 27-29

4
sekte dalam Islam, kemudian diikuti oleh para pendukungnya, dengan cara saling
mencari para sahabat dan melemparkan hadis palsu. Penolakan sunnah secara
keseluruhan bukan karakteristik umat Islam. Semua umat Islam menerima
kehujjahan sunnah. Namun, mereka berbeda dalam memberikan kriteria
peresyaratan kualitas sunnah. Ingkar sunnah klasik hanya terdapat di Bahrah Irak
karena ketidaktahuannya tentang kedudukan sunnah dalam syari’ah Islam, tetapi
setelah diberikan penjelasan akhirnya menerima kehujahannya.2
2. Ingkar Sunnah Modern
Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar Sunnah Klasik lahir di Irak
(kurang lebih abad 2 H/7 M), kemudian menetas kembali pada abad modern di
India (kurang lebih abad 19 M/ 13 H), setelah hilang dari peredarannya kurang
lebih 11 abad. Baru muncul ingkar sunnah di Mesir (pada abad 20 M). Sebab
utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini ialah akibat pengaruh
kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di dunia Islam,
terutama di India setelah terjadinya pemberontakan melawan kolonial Inggris
1857 M. Berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial untuk perdangkalan ilmu
agama dan umum, penyimpangan aqidah melalui pimpinan-pimpinan umat Islam
dan tergiurnya mereka terhadap teori-teori Barat untuk memberikan interpretasi
hakekat Islam. Seperti yang dilakukan oleh Ciragih Ali, Mirza Ghulam Ahmad
Al-Qadliyani dan tokoh-tokoh lain yang menghindari hadis-hadis jihad dengan
pedang, dengan cara mencela-cela hadis tersebut. Di samping ada usaha dari pihak
umat Islam menyatukan berbagai Mazhab hukum Islam, Syafi’i, Hanbali, Hanafi,
dan Maliki ke dalam satu bendera yaitu Islam, akan tetapi pengetahuan keislaman
mereka kurang mendalam.3
3. Paham Ingkar sunah di Indonesia
Paham ingkar as sunah di Indonesia terjadi secara terang-terangan kira-kira terjadi
pada tahun 1980-an. Persisnya menurut Zufran Rahman (seorang peneliti
pemikiran Ingkar Sunah dan Dosen IAIN Jambi) pada tahun 1982-1983.

2 Ibid, hlm 30-32


3Ibid, hlm 33-35

5
Tetapi bukti menunjukkan, bahwa pada 1981 paham ini sudah ada seperti yang
terjadi di Bogor pimpinan oleh H. Endi Suradi dan 1982 aliran sesat yang
diajarkan H. Sanwani asal kelahiran Pasar Rumput itu sudah
berlangsung sejak November 1982.2 Kemungkinan besar jauh sebelum itu sudah
ada penyebarannya secara sembunyi-sembunyi seperti yang dilakukan oleh
orientalis di Indonesia Snouck Hourgronje. Buku-buku orientalis atau kaki
tangannya sudah bertebaran jauh sebelumnya.

1. Pokok-Pokok Ajaran Ingkar Sunnah


Di antara ajaran-ajaran pokoknya adalah sebagai berikut:

 Tidak percaya kepada semua hadis Rasulullah. Menurut mereka hadis itu
karangan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.
 Dasar hukum Islam hanya Alquran saja.
 Syahadat mereka; Isyhadu bi anna muslimin.
 Shalat mereka bermacam-macam, ada yang shalatnya dua rakaat – dua
rakaat dan ada hanya felling saja (ingat).
 Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat bulan saja, kalu seorang saja
yang melihat bulan, maka dialah yang wajib berpuasa.
 Haji boleh dilakukan selama 4 bulan haram yaitu Muharram Rajab,
Zulqai’dah, dan Zulhijjah.4
 Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot. Oleh karena itu,
waktu mengerjakan haji boleh memakai celana panjang dan baju biasa serta
memakai jas/dasi.
 Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.
 Nabi Muhammad tidal berhak menjelaskan tentang ajaran Alquran
(kandungan isi Alquran).
 Orang yang meninggal dunia tidak dishalati karena tidak ada perintah
Alquran.

4 Agus Solahudin, Ulumul Hadis, Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm 219-220

6
 Demikian di antara ajaran pokok ingkar sunnah yang intinya menolak ajaran
sunnah yang dibawa Rasulullah dan hanya menerima Alquran saja secara
terpotong-potong.

2.3 Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah
1. Argumentasi Ingkar al- Sunnah
Argumen-argumen naqli :
a. Agama Bersifat Konkret dan Pasti
Mereka berpendapat bahwa agama harus dilandaskan pada suatu hal yang
pasti. Apabila kita mengambil dan memakai Sunnah, berarti landasan agama
itu tidak pasti. Sementara apabila agama Islam itu bersumber dari hadis –
khususnya hadis Ahad- bersifat dhanni (dugaan yang kuat), dan tidak
sampai pada peringkat pasti. Karena itu, apabila agama Islam berlandaskan
hadis di samping Al-Quran Islam akan bersifat ketidak pastian.
b. Al-Quran Sudah Lengkap
Dalam syari’at Islam, tidak ada dallil lain, kecuali Al-Quran. Jika kita
berpendapat Al-Quran masih memerlukan penjelasan berarti kita secara
tegas mendustakan Al-Quran dan kedudukan Al-Quran yang membahas
segala hal secara tuntas. Oleh karena itu, dalam syari’at Allah tidak
mungkin diambil pegangan lain, kecuali Al-Quran. Argumen ini dipakai
oleh Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.
c. Al-Quran Tidak Memerlukan Penjelas
Al-Quran tidak memerlukan penjelasan, justru sebaliknya Al-Quran
merupakan penjelasan terhadap segala hal. Allah berfirman: Kami turunkan
kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri (Q.S. An-Nahl [16]: 89). Dan Dialah yang telah menurunkan Al-Kitab
(Al-Quran) kepadamu dengan terperinci. (Q.S. Al-An’am [6]: 114). Ayat-
ayat ini dipakai dalil oleh para pengingat Sunnah, baik dulu maupun kini.
Mereka menganggap Al-Quran sudah cukup karena memberikan penjelasan

7
terhadap segala masalah. Mereka adalah orang-p\orang yang menolak hadis
secara keseluruhan, seperti Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.
Argumen-argumen Non Naqli :
Argumen yang tidak berupa ayat Al-Qur’an dan atau hadis-hadis diantaranya:
a. Al-Qur’an diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad (melalui
malaikat Jibril) dalam bahasa Arab. Orang-orang yang memiliki
pengetahuan bahasa Arab mampu memahami Al-Qur’an secara langsung,
tanpa bantuan penjelasan dari hadis Nabi.
b. Dalam sejarah, umat Islam mengalami kemunduran. Umat Islam mundur
karena umat Islam terpecah-pecah. Perpecahan itu terjadi karena umat Islam
berpegang kepada hadis Nabi.
c. Asal mula hadis Nabi yang dihimpun dalam kitab-kitab hadis adalah
dongeng-dongeng semata.
d. Menurut dokter Tauqif Sidqi, tiada satupun hadis nabi yang dicatat pada
zaman Nabi. Pencatatan hadis terjadi setelah Nabi wafat. Dalam masa tidak
tertulisnya hadis itu, manusia berpeluang untuk mempermainkan dan
merusak hadis sebagaimana yang telah terjadi5
2. Bantahan Ulama
Abd Allah bin Mas’ud berpendapat bahwa orang yang menghindari
sunnah tidak termasuk orang beriman bahkan dia orang kafir. Hal ini sesuai
dengan hadits Rasulullah SAW. Yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, sebagai
berikut:
“Jika kamu bersembahyang di rumah-rumah kamu dan kamu tinggalkan
masjid-masjid kamu, berarti kamu meninggalkan sunnah Nabimu, dan berarti
kamu kufur.” (H.R. Abu Dawud :91). Allah SWT telah menetapkan untuk
mentaati Rsul, dan tidak ada alasan dari siapa pun untuk menentang perintah
yang diketahui bearsal dari Rasul. Allah telah membuat semua manusia
(beriman) merasa butuh kepadanya dalam segala persoalan agama dan
memberikan bukti bahwa sunnah menjelaskan setiap makna dari kewajiban-
kewajiban yang ditetapkan Allah dalam kitabnya. Sunnah Rasul mempunyai

5Agus Solahudin, Ulumul Hadis, Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm 220-221

8
tugas yang amat besar, yakni untuk memberikan pemahaman tentang
Kitabullah, baik dari segi ayat maupun hukumnya. Orang yang ingin
mempedalam pemahaman Al-Quran, ia harus mengetahui hal-hal yang ada
dalam sunnah , baik dalam maknanya, penafsiran bentuknya, maupun dalam
pelaksanaan hukum-hukumnya. Contoh yang paling baik dalam hal ini adalah
masalah ibadah shalat.
Tegasnya setiap agian Sunnah Rasul SAW. Berfungsi menerangkan semua
petunjuk maupun perintah yang difirmankan Allah di dalam Al-Quran. Siapa
saja yang bersedia menerima apa yang ditetapkan Al-Quran dengan sendirinya
harus pula menrima petunjuk-petunjuk Rasul dalam Sunnahnya. Allah sendiri
telah memerintahkan untuk selalu taat dan setia kepada keputusan Rasul.
Barang siapa tunduk kepada Rasul berarti tunduk kepada Allah, karena Allah
jugalah yang menyuruh untuk tunduk kepadaNya. Menerima perintah Allah
dan Rasul sama nilainya, keduanya berpangkal kepada sumber yang sama
(yaitu Allah SWT). Dengan demikian, jelaslah bahwa menolak atau
mengingkari sunnah sama saja dengan menolak ketentuan-ketentuan Al-
Quran, karena Al-Quran sendiri yang memerintahkan untuk menerima dan
mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

2.4 Kriteria Inkar al-Sunnah


1. Mendahulukan ketetapan hukum berdasar nash yang zhahir, disertai
keyakinan bahwa Sunnah tidak memiliki kekuatan hukum sedikit pun.
2. Menolak hadis Nabi, baik seluruhnya maupun sebagian.
3. Menyalahi faham mayoritas ulama dan umat.
4. Hanya mengambil dasar hukum dari Al-Quran saja.
5. Berbeda dalam cara pelaksanaan ibadah tertentu.6

2.5 Upaya Mengantisipasi Inkar al- Sunnah


Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi paham inkar as-
sunnah diantaranya:

6 M. Noor. Sulaiman, Antologi Ilmu Hadits, Gaung Persada Press, Jakarta, hlm 206-211

9
1. Lebih mendalami ilmu agama agar tidak mudah terpengaruh aliran sesat.
2. Memahami isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits.
3. Waspada terhadap pendapat-pendapat yang muncul, yang tidak sesuai
dengan Al-Qur’an dan Hadits.
4. Meyakini bahwa sunnah dan hadits adalah sumber kedua hukum Islam.
5. Menjauhi aliran-aliran yang menganggap bahwa sunnah dan hadits tidak
benar.
6. Pihak berwajib melarang penyebaran paham inkar al-sunnah di wilayahnya.7

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
7 Ibid, hlm 212-213

10
1. Pengertian Inkar al- Sunnah
Kata “Inkar al-sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “inkar” dan “Sunnah”.
Kata “inkar” secara etimologis diartikan menolak, tidak mengetahui, dan tidak
menerima sesuatu, baik lahir dan batin yang dilatar belakangi oleh faktor
ketidaktahuannya atau fakor lain. Dan “Sunnah” adalah hadits-hadits Rosulullah
SAW.
2. Sejarah Ingkar al- Sunnah
Ingkar Sunnah klasik terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H)
yang menolak kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagai sumber hukkum
Islam baik muttawatir atau ahad. Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir
As-Sunnah (pembela Sunah) pernah didatangi oleh seseorang yang disebut
sebagai ahli tentang mazhab teman-temannya yang menolak seluruh sunnah, baik
muttawatir maupun ahad.
Ingkar al- Sunnah modern
Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar Sunnah Klasik lahir di Irak
(kurang lebih abad 2 H/7 M), kemudian menetas kembali pada abad modern di
India (kurang lebih abad 19 M/ 13 H), setelah hilang dari peredarannya kurang
lebih 11 abad. Baru muncul ingkar sunnah di Mesir (pada abad 20 M). Sebab
utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini ialah akibat pengaruh
kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di dunia Islam.
3. Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah
Argumen-argumen naqli : Agama Bersifat Konkret dan Pasti, Al-Quran
Sudah Lengkap, Al-Quran Tidak Memerlukan Penjelas. Bantahan Ulama : Abd
Allah bin Mas’ud berpendapat bahwa orang yang menghindari sunnah tidak
termasuk orang beriman bahkan dia orang kafir. Hal ini sesuai dengan hadits
Rasulullah SAW. Yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, sebagai berikut: “Jika
kamu bersembahyang di rumah-rumah kamu dan kamu tinggalkan masjid-masjid
kamu, berarti kamu meninggalkan sunnah Nabimu, dan berarti kamu kufur.”
(H.R. Abu Dawud :91).
4. Kriteria Inkar al-Sunnah

11
a. Mendahulukan ketetapan hukum berdasar nash yang zhahir, disertai
keyakinan bahwa Sunnah tidak memiliki kekuatan hukum sedikit pun.
b. Menolak hadis Nabi, baik seluruhnya maupun sebagian.
5. Upaya Mengantisipasi Inkar al- Sunnah
1. Lebih mendalami ilmu agama agar tidak mudah terpengaruh aliran sesat.
2. Memahami isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits.
3. Waspada terhadap pendapat-pendapat yang muncul, yang tidak sesuai
dengan Al-Qur’an dan Hadits.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Khon. 2010. Ulumul Hadis. Jakarta: Bumi Aksara.


Agus Solahudin. 2009. Ulumul Hadis. Bandung: Pusataka Setia.
M. Noor. Sulaiman.2008. Antologi Ilmu Hadits. Jakarta: Gaung Persada Press.

12

Anda mungkin juga menyukai