Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hadits Nabi saw telah disepakati oleh mayoritas ulama dan umat Islam sebagai
sumber kedua ajaran Islam setelah kitab suci Al-Qur’an. Berbeda dengan Al-Qur’an
yang semua ayat-ayatnya disampaikan oleh Nabi SAW secara mutawatir dan telah
ditulis serta dikumpulkan sejak zaman Nabi SAW masih hidup, serta dibukukan secara
resmi sejak zaman khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, sebagian besar hadis Nabi saw
tidaklah diriwayatkan secara mutawatir dan pengkodifikasiannyapun baru dilakukan
pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis, salah seorang khalifah Bani Umayyah.

Hal yang disebutkan terakhir, didukung oleh beberapa faktor lainnya, oleh
sekelompok kecil (minoritas) umat Islam dijadikan sebagai alasan untuk menolak
otoritas hadis-hadis Nabi saw sebagai hujjah atau sumber ajaran Islam yang wajib
ditaati dan diamalkan. Dalam wacana ilmu hadis, dikenal dangan kelompok ingkar
as-sunnah.

Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik
sebagian maupun keseluruhannya. Bahkan Dari argumennya bahwa Nabi Muhammad
tidak berhak sama sekali untuk menjelaskan Al-quran kepada umatnya. Nabi Muhammad
hanya bertugas untuk menerima wahyu dan menyampaikan wahyu itu kepada para
pengikutnya, di luar hal tersebut nabi Muhammad tidak memiliki wewenang.

Mengesampingkan, apalagi menafikan kedudukan Sunnah sebagai wahyu,


berarti memenggal pilar utama yang menyangga tegaknya ajaran Islam itu sendiri dan
sekaligus menolak fungsi ke-Nabi-an Muhammad SAW.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini, adalah :

1) Apa yang dimaksud dengan pengertian ingkar sunnah ?


2) Jelaskan mengenai sejarah ingkar sunnah ?
3) Jelaskan mengenai klasifikasi dari ingkar sunnah ?
4) Jelaskan mengenai agumentasi dari ingkar sunnah ?
5) Jelaskan mengenai bantahan-bantahan terhadap argumentsi ingkar sunnah?
6) Jelaskan mengenai sejarah perkembangan ingkar as-sunnah di Indonesia ?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah :

1) Mahasiswa dapat mengetahui pengertian ingkar sunnah.


2) Mahasiswa dapat memahami mengenai sejarah ingkar sunnah.
3) Mahasiswa dapat memahami klasifikasi dari ingkar sunnah.
4) Mahasiswa dapat mengetahui agumentasi dari ingkar sunnah.
5) Mahasiswa dapat memahami tentang bantahan terhadap argumentasi ingkar
sunnah.
6) Mahasiswa dapat mengetahui tentang perkembangan ingkar as-sunnah di
Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ingkar Sunnah

Kata “Ingkar Sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “Ingkar” dan “Sunnah”. Kata
“Ingkar” mempunyai beberapa arti di antaranya: “Tidak mengakui dan tidak menerima
baik di lisan dan di hati, bodoh atau tidak mengetahui sesuatu (antonim kata al-irfan,
dan menolak apa yang tidak tergambarkan dalam hati.

As-Sunnah menurut istilah syari’at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir
(penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri’
(pensyari’atan) bagi ummat Islam.

Menurut istilah ada beberapa definisi Ingkar Sunnah yang sifatnya masih
sangat sederhana pembatasannya di antaranya sebagai berikut:

 Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadis atau sunnah
sebagai sumber ajaran agama Islam kedua setelah Alquran.
 Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang menolak
dasar hukum Islam dari sunnah shahih baik sunnah praktis atau secara formal
dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas muttawatir maupun ahad atau
sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat diterima.

Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik
sebagian maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu dalam
menyikapi sunnah. Hal ini mengakibatkan tertolaknya sunnah, baik sebagian maupun
keseluruhannya.

Paham Ingkar Sunnah bisa jadi menolak keseluruhan sunnah baik sunnah
muttawatir dan ahad atau menolak yang ahad saja dan atau sebagian saja. Demikian
juga penolakan sunnah tidak didasari alasan yang kuat, jika dengan alasan yang dapat
diterima oleh akal yang sehat, seperti seorang muktahid yang menemukan dalil yang
lebih kuat dari pada hadis yang ia dapatkan, atau hadis itu tidak sampai kepadanya,
atau karena kedhaifannya, atau karena ada tujuan syar’i yang lain, maka tidak
digolongkan Ingkar Sunnah.

3
Penyebutan Ingkar as-sunnah tidak semata-mata berarti penolakan total
terhadap sunnah. Penolakan terhadap sebagian sunnah pun termasuk dalam kategori
Inkar as-sunnah, termasuk di dalamnya penolakan yang berawal dari sebuah konsep
berpikir yang janggal atau metodologi khusus yang diciptakan sendiri oleh
segolongan orang baik masa lalu maupun sekarang sedangkan konsep tersebut tidak
dikenal dan diakui oleh ulama hadis dan fiqh.

2.2 Sejarah Ingkar Sunnah

Sejarah perkembangan Ingkar Sunnah hanya terjadi dua masa, yaitu masa
klasik dan masa modern, diantaranya sebagai berikut:

1) Ingkar Sunnah Klasik

Ingkar Sunnah klasik terjadi pada awal masa dinasti Bani Abbas, kemunculan
ingkar sunnah zaman klasik bertepatan dengan masa hidup Imam Asy-Syafi’i (wafat
204 H) yang menolak kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagai sumber hukum
Islam baik muttawatir atau ahad. Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir As-
Sunnah (pembela Sunah) pernah didatangi oleh seseorang yang disebut sebagai ahli
tentang mazhab teman-temannya yang menolak seluruh sunnah, baik muttawatir
maupun ahad. Ia datang untuk berdiskusi dan berdebat dengan Asy-Syafi’i secara
panjang lebar dengan berbagai argumentasi yang ia ajukan. Namun, semua argumentasi
yang dikemukakan orang tersebut dapat ditangkis oleh Asy-Syafi’i dengan jawaban
yang argumentatif, ilmiah, dan rasional sehingga akhirnya ia mengakui dan menerima
sunnah Nabi.

Secara garis besar, Muhammad Abu Zahrah berkesimpulan bahwa ada tiga
kelompok pengingkar sunah yang berhadapan dengan Asy-Syafi’i, yaitu sebagai
berikut:

 Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui Alquran


saja yang dapat dijadikan hujjah.
 Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Alquran.
 Hanya menerima sunnah muttawatir saja dan menolak selain muttawatir yakni
sunnah ahad.

4
Kesimpulannya, Ingkar sunnah klasik diawali akibat konflik internal umat
Islam yang dikobarkan oleh sebagian kaum Zindik yang berkedok pada sekte-sekte
dalam Islam, kemudian diikuti oleh para pendukungnya, dengan cara saling mencari
para sahabat dan melemparkan hadis palsu. Penolakan sunnah secara keseluruhan bukan
karakteristik umat Islam. Semua umat Islam menerima kehujjahan sunnah. Namun,
mereka berbeda dalam memberikan kriteria persyaratan kualitas sunnah. Ingkar
sunnah klasik hanya terdapat di Bahrah Irak karena ketidaktahuannya tentang
kedudukan sunnah dalam syari’ah Islam, tetapi setelah diberikan penjelasan akhirnya
menerima kehujahannya.

2) Ingkar Sunnah Modern

Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar Sunnah Klasik lahir di Irak


(kurang lebih abad 2 H/7 M), kemudian menetas kembali pada abad modern di India
(kurang lebih abad 19 M/ 13 H), setelah hilang dari peredarannya kurang lebih 11 abad.
Baru muncul Ingkar sunnah di Mesir (pada abad 20 M).

Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini ialah akibat
pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di dunia Islam,
terutama di India setelah terjadinya pemberontakan melawan kolonial Inggris 1857 M.
Berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial untuk perdangkalan ilmu agama dan
umum, penyimpangan aqidah melalui pimpinan-pimpinan umat Islam dan tergiurnya
mereka terhadap teori-teori Barat untuk memberikan interpretasi hakikat Islam. Seperti
yang dilakukan oleh Ciragih Ali, Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadliyani dan tokoh-tokoh
lain yang menghindari hadis-hadis jihad dengan pedang, dengan cara mencela-cela
hadis tersebut. Di samping ada usaha dari pihak umat Islam menyatukan berbagai
Mazhab hukum Islam, Syafi’i, Hanbali, Hanafi, dan Maliki ke dalam satu bendera yaitu
Islam, akan tetapi pengetahuan keislaman mereka kurang mendalam.

Kemudian jika kelompok Ingkar Sunnah abad klasik sulit untuk diidentifikasi,
maka kelompok Ingkar Sunnah abad modern terutama tokoh-tokohnya dapat diketahui
dengan jelas dan pasti, seperti yang ditampilkan oleh Irsyadunnas dalam tulisannya:
Ingkar Al-Sunnah, sejarah kemunculan dan perkembangannya, yaitu:

 Taufiq Shidqi (wafat 1920M)

Tokoh ini berasal dari Mesir, dia menolak hadits Nabi SAW, dan menyatakan
bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya sumber ajaran Islam. Menurutnya "al-Islam

5
huwa al-Qur'an" (Islam itu adalah al-Qur'an itu sendiri). Dia juga menyatakan bahwa
tidak ada satu pun Hadits Nabi saw yang dicatat pada masa beliau masih hidup,
dan baru di catat jauh hari setelah Nabi wafat. Karena itu menurutnya, memberikan
peluang yang lebar kepada manusia untuk merusak Hadits sebagaimana yang
sempat terjadi. Namun ketika memasuki dunia senja, tokoh ini meninggalkan
pandangannya dan kembali menerima otoritas kehujjahan hadits Nabi SAW.

 Rasyad Khalifa

Dia adalah seorang tokoh Ingkar Sunnah yang berasal dari Mesir kemudian
menetap di Amerika. Dia hanya mengakui al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber
ajaran Islam yang berakibat pada penolakannya terhadap hadits Nabi SAW.

 Ghulam Ahmad Parwes

Tokoh ini berasal dari India, dan juga pengikut setia Taufiq Shidqi.
Pendapatnya yang terkenal adalah, bahwa bagaimana pelaksanaan shalat terserah
kepada para pemimpin umat untuk menentukannya secara musyawarah, sesuai
dengan tuntunan dan situasi masyarakat. Jadi menurut kelompok ini tidak perlu ada
hadits Nabi SAW. Anjuran taat kepada Rasul mereka pahami sebagai taat kepada
sistem/ide yang telah dipraktekkan oleh Nabi SAW, bukan kepada Sunnah secara
harfiah. Sebab kata mereka, Sunnah itu tidak kekal, yang kekal itu sistem yang
terkandung di dalam ajaran Islam.

 Kasim Ahmad

Tokoh ini berasal dari Malaysia, dan seorang pengagum Rasyad Khalifa, karena
itu pandangan-pandangnnyapun tentang hadits Nabi SAW sejalan dengan tokoh yang
dia kagumi. Lewat bukunya, "Hadits Sebagai Suatu Penilaian Semua", Kasim Ahmad
menyeru Umat Islam agar meninggalkan hadits Nabi SAW, karena menurut
penilaianya hadits Nabi SAW tersebut adalah ajaran-ajaran palsu yang dikaitkan
dengan Hadits Nabi saw. Lebih lanjut dia mengatakan "bahwa hadits Nabi SAW
merupakan sumber utama penyebab terjadinya perpecahan umat Islam, kitab-kitab
hadits yang terkenal seperti kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim adalah kitab-
kitab yang menghimpun hadits-hadits yang berkualitas dhaif dan maudhu', dan
juga hadits yang termuat dalam kitab-kitab tersebut banyak bertentangan dengan
Al-Qur'an dan logika.

6
2.3 Klasifikasi Ingkar As-sunnah

Klasifikasi ingkar sunnah ada 3, diantaranya yaitu

1) Ingkar sunnah menolak sunnah secara kesuluruhan, argumen mereka adalah:


 Bahwa Al-Quran diturunkan Allah Swt dalam bahasa Arab, dengan
bahasa Arab yang baik, maka Al-Quran akan akan dapat pula memahami
Al-Quran dengan baik, tanpa perlu penjelasan hadis-hadis Rasulullah.
 Argumen mereka selanjutnya adalah, karena al-Quran, merupakan
penjelas segala sesuatu, maka menurut mereka Al-Quran sebagi penjelas
segala sesuatu telah mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
umat-Nya. Jadi tidak perlu lagi penjelasan selain Al-Quran.
 Hadis-hadis Rasululah sampai kepada kita melalui riwayat proses
periwayatannya tidak terjamin dari kekeliruan, kesalahan dan kedutaan
terhadap rasulullah, oleh sebab itu nilai kebenarannya tidak meyakinkan
(zhanny). Tidak dapat dijadikan penjelas (mubayyin) untuk Al-Quran
yang telah diyakini kebenarannya (qathy). Untuk dalil hanya yang
qathy, sedangkan hadis bernilai zhanny maka tidak dapat dijadikan
hujah dan tidak juga untuk penjelasayat-ayat al-Quran.

Banyak alasan yang dikemukakan oleh kelompok ini untuk mendukung


pendiriannya, baik dengan mengutip ayat-ayat al-Qur’an ataupun alasan-alasan yang
berdasarkan rasio. Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang digunakan mereka sebagai alasan
menolak sunnah secara total adalah surat an-Nahl ayat 89 :

‫ﻮﻨﺰﻠﻨﺎ ﻋﻠﻳﻚ ﺍﻠﮑﺘﺎﺏ ﺘﺑﻴﺎﻨﺎ ﻠﮑﻞ ﺸﺊ‬


“Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala
sesuatu….”

Kemudian surat al-An’am ayat 38 yang berbunyi:

...‫ﺷﺊ‬ ‫ﻤﺎﻓﺮﻄﻨﺎ ﻔﻰ ﺍﻠﺘﺎﺐ ﻤﻦ‬....


“…Tidaklah kami alpakan sesuatu pun dalam al-Kitab…”

Menurut mereka kepada ayat tersebut menunjukkan bahwa Al-Qur’an telah


mencakup segala sesuatu yang berkenaan dengan ketentuan agama, tanpa perlu
penjelasan dari As-Sunnah.

7
2) Ingkar sunnah yang tidak menerima hadis Rasulullah kecuali hadis yang
membawa ajaran yang ada nashnya dalam Al-Quran.

Berargumen bahwa yang dijadikan pegangan dan rujukan utama untuk hujah dan
sumber ajaran agama adalah nash atau ayat-ayat Al-Quran bukan hadis, meskipun ada
hadis yang membahas atau mengatur tentang suatu masalah mereka tidak menggunakan
atau menerima hadis tersebut kalau tidak didukung oleh nash Al-Quran.

Argumen tokoh terhadap ingkar sunah, di antaranya adalah al-Syafi’i. Imam


Syafi’i membantah dan mengkritik argumen ingkar sunnah sebagai berikut:

 Bahwa di dalam al-Quran terdapat banyak ayat yang memerintahkan agar kita
selalu mengikuti perintah dan menjauhi larangan Rasul Allah, kita juga diperintah
untuk taat kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya.

”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga


mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

Dalam ayat lain Allah berfirman,” Barang siapa yang taat kepada Rasul,
maka sesungguhnya ia juga telah menaati Allah.” Lebih lanjut Allah berfirman,”
apa-apa yang diberikan/ disampaikan Rasul kepadamu, terimalah, dan apa-apa
yang dilarangnya, tinggalkanlah.!”

 Siapa yang menguasai bahasa Arab dengan baik, akan mengetahui bahwa Al-
Qur’an sendiri menyuruh umat islam untuk menerima dan menaati serta
mengikuti hadis-hadis Rasulullah yang disampaikan oleh paraperiwayat yang
dipercaya.
 Ayat-ayat al-Quran yang dikutip kelompok ingkar sunnah (al-Quran menjelaskan
segala sesuatu) tidak benar mengandung arti tidak diperlukan hadis Rasulullah
sebagai penjelas urusan-urusan agam di samping al-Quran. Hal tersebut
dikarenakan penjelasan Al-quran masih ada yang bersifat global atau hal-hal
pokok-pokok saja, seperti salat wajib dan zakat.
3) Kelompok yang menolak hadits Ahad dan hanya menerima hadits Mutawatir.

Argumen kelompok yang menolak hadits Ahad dan hanya menerima hadits
Mutawatir. Untuk menguatkan pendapatnya, mereka menggunakan beberapa ayat al-
Qur’an sebagai dallil yaitu, surat Yunus ayat 36:

8
‫ﻮﺍﻦ ﺍﻠﻈﻦ ﻻﻴﻐﻨﻰ ﻤﻦ ﺍﻠﺤﻖ ﺸﻴﺌﺎ‬
“…Sesungguhnya persangkaan itu tidak berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran”.

Berdasarkan ayat di atas, mereka berpendapat bahwa hadits Ahad tidak dapat
dijadikan hujjah atau pegangan dalam urusan agama. Menurut kelompok ini, urusan
agama harus didasarkan pada dalil yang qath’i yang diyakini dan disepakati bersama
kebenarannya. Oleh karena itu hanya al-Qur’an dan hadits mutawatir saja yang dapat
dijadikan sebagi hujjah atau sumber ajaran Islam.

2.4 Argumentasi Ajaran Ingkar Sunnah

Memang cukup banyak argumen yang telah dikemukakan oleh mereka yang
berfaham ingkar as-sunnah, baik oleh mereka yang hidup pada zaman as syafi’I maupun
yang hidup pada zaman sesudahnya. Dari berbagai argumen yang banyak jumlahnya itu
ada yang berupa argumen-argumen naqli dan non naqli.

Yang dimaksud dengan argumen naqli tidak hanya berupa ayat-ayat Al-quran saja,
tetapi juga berupa sunnah atau hadits nabi. Memang agak ironis juga bahwa mereka
yang berpaham ingkar As-sunah ternyata telah mengajukan sunnah sebagai argumen
membela paham mereka. Cukup banyak argumen yang mereka naqli yang mereka
ajukan diantaranya Al-quran surah an-nahl 89:

‫ونﺰلﻨﺎﻋﻠﻴﻚ ﺍلكﺘﺐ تبﻴﻨﺎلكﻞ ثيء‬


….dan kami turunkan kepadamu alkitab (al qurán untuk menjelaskan segala sesuatu..

Surah Al- an’am 38

‫مﺎﻓﺮطﻨﺎﻓﻰ ﺍلكﺘﺐ مﻦ ثﻰء‬


…tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam alkitab…

Menurut para pengingkar sunnah, kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa Al-
quran telah mencakup segala sesuatu berkenaan dengan ketentuan agama. Dengan
demikian tidak diperlukan adanya keterangan lain, misalkan dari sunnah. Menurut
mereka shalat lima waktu sehari semalam yang wajib didirikan dan yang sehubungan
dengannya, dasarnya bukanlah sunnah atau hadits, melainkan ayat Al-quran misalnya

9
(al-baqarah 238, hud 144, al-isra’ 78 dan 110, thaha 130, al hajj:77, an-nur 58, ar-rum:
17-18).

Dalam kaitannya dengan tatacara shalat, kasim ahmad pengingkar sunnah dari
Malaysia menyatakan dalam bahasa Malaysia” kita telah membuktikan bahwa perintah
sembayang telah diberi oleh tuhan kepada nabi ibrahim dan kaumnya, dan amalan ini
telah diperturunkan, generasi demi generasi hingga kepada nabi Muhammad dan
ummat nya.

Dengan demikian menurut pengingkar sunnah tatacara shalat tidaklah penting,


jumlah rakaat,cara duduk, cara sujud, ayat dan bacaan yang dibaca diserahkan kepada
masing-masing pelaku shalat. Jadi, ibadah sholat boleh aja dilakukan dengan bahasa
daerah.

Dari argumen diatas dapat dipahami bahwa para pengingkar sunnah yang
mengajukan argumen itu adalah orang-orang yang berpendapat bahwa nabi Muhammad
tidak berhak sama sekali untuk menjelaskan Al-quran kepada umatnya. Nabi Muhammad
hanya bertugas untuk menerima wahyu dan menyampaikan wahyu itu kepada para
pengikutnya, diluar hal tersebut nabi Muhammad tidak memiliki wewenang. Dalam Al-
quran dinyatakan bahwa orang-orang yang beriman diperintahkan untuk patuh kepada
Rasullulah. Hal itu menurut para pengingkar sunnah hanyalah berlaku tatkala
Rasullulah masih hidup, yakni tatkala jabatan sebagai ulul amri berada di tangan
beliau, setelah beliau wafat maka jabatan ulul amri berpindah kepada orang lain, dan
karenanya kewajiban patuh menjadi gugur.

Menurut pengingkar sunnah sesuatu yang zhann (sangkaan) tidak dapat dijadikan
hujjah, hadits pada umumnya berstatus zhann dan hanya sedikit saja yang berstatus
qath’i, kalau agama didasarkan pada sesuatu yang zhann maka berarti agama berdiri
diatas dasar yang tidak pasti. Hal itu tidak boleh terjadi. Karenanya hadits atau sunnah
bukan sumber ajaran agama Islam. Sumber ajaran Islam haruslah berstatus pasti
(qath’i) saja yakni Al-quran.

Yang dimaksud dengan argumen non naqli adalah argumen yang berupa ayat
Al-quran atau hadits. Walaupun sebagian dari argumen-argumen itu ada yang
menyinggung sisi tertentu dari ayat Al-quran ataupun hadits, namun karena yang
dibahasnya bukanlah ayat ataupun matan haditsnya secara khusus, maka argumen-
argumennya non naqli juga. Diantaranya:

10
 Al-quran diwahyukan oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui malaikat
jibril dalam bahasa arab. Orang-orang yang memiliki pengetahuan bahasa arab
mampu memahami al qurán secara langsung, tanpa bantuan penjelasan dari
hadits nabi. Dengan demikian hadits nabi tidak diperlukan untuk memahami
petunjuk Al- quran.
 Dalam sejarah, umat Islam telah mengalami kemunduran. Umat Islam mundur
karena terpecah-pecah, perpecahan itu terjadi karena umat Islam berpegang
kepada hadits nabi jadi menurut para pengingkar sunnah hadits nabi
merupakan sumber kemunduran umat Islam.
 Asal mula hadits nabi yang di himpun dalam kitab-kitab hadits adalah dongeng-
dongeng semata.
 Menurut dokter Taufiq Shidqi tiada satupun hadits nabi yang dicatat pada
zaman nabi. Pencatatan hadits terjadi setelah nabi wafat. Dalam masa tidak
tertulisnya hadits tersebut manusia berpeluang untuk mempermainkan dan
merusak hadits sebagaimana yang telah terjadi.

Menurut pengingkar sunnah kritik sanad yang terkenal dalam ilmu hadits sangat
lemah untuk mencantumkan kesahihan hadits dengan alasan, yaitu :

1. Pertama, dasar kritik sanad itu yang dalam ilmu hadits dikenal dengan ilmu jarh
wa at-ta’dil baru muncul setelah satu setengah abad nabi wafat, dengan
demikian, para periwayat generasi sahabat nabi, at-tabi’in dan atba’at-tabi’in
tidak dapat ditemui dan diperiksa lagi.
2. Kedua, seluruh sahabat nabi sebagai periwayat hadits pada generasi pertama di
nilai adil oleh para ulama hadits pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat
hijriyah.

2.5 Bantahan Terhadap Kaum Ingkar Sunnah

Seluruh argumentasi yang diajukan dan menjadi dasar dari berbagai statemen yang
dikedepankan oleh kelompok Ingkar As-Sunnah dinilai lemah oleh mayoritas muslim.
Untuk para intelektual dari kalangan muhaddisin melakukan counter attact terhadap
statemen dan argumentasi yang mereka ajukan tersebut.

Bantahan terhadap argumentasi yang didasarkan pada dalil-dalil naqli adalah;

11
1. Pandangan yang mengatakan sunnah Nabi zann, sedangkan kita dituntut untuk
menggunakan yang yakin saja yaitu al-Qur’an. Padahal ayat al- Qur’an jika
dilihat dari perspektif asbab al-nuzul-nya memang diakui qat’i datang dari Allah
SWT, namun jika dilihat dari perspektif dalalahnya masih sangat banyak yang
bernilai zanniyat al-dalalah dengan pengertian yang zann juga dan belum
memberikan kepastian hukum
2. Hadits-hadits yang berstatus ahad memang bersifat zann, namun disisi lain juga
didapati ayat-ayat yang dalam pengertiannya juga mengandung makna zhann.
Sehingga jika dilihat dari perspektif pengertian dan makna, antara sebagian ayat
al-Qur’an dengan hadits ahad tidak ada perbedaan yang signifikan.
3. Ayat-ayat Al-Qur’an dalam menjelaskan hukum dan kewajiban tertentu sebagian
masih bersifat general, yang menghendaki penjelasan (bayan), salah satunya
dengan menggunakan sunnah Nabi.
4. Kelompok Ingkar As-Sunnah terkesan sepotong-potong dalam mengambil ayat
al-Qur’an, sehingga sangat terlihat kekurangan waktu untuk menelaah ayat-ayat
tersebut. Misalnya mereka hanya berdalil dengan surat An-Nahl ayat:
89 artinya: “dan Kami turunkan al-Qur’an kepadamu sebagai penjelas semua
masalah”, Padahal dalam konteks yang lain Allah juga berfirman dalam surat
An-Nahl ayat: 44 artinya: “dan Kami turunkan al-Qur’an kepadamu agar kamu
menjelaskan kepada manusia tentang segala sesuatu yang diturunkan kepada
mereka”, tapi tidak mereka jadikan hujjah.
5. Surat Al-An’am ayat 38, dalam pemahaman para ulama sangat berbeda dengan
pemahaman kelompok Ingkar As-Sunnah. Menurut para ulama, arti kata al-kitab
dalam ayat tersebut adalah “segala sesuatu tidak ada yang dialpakan Allah
SWT, semuanya telah termuat di lauh al-mahfudz” Inilah pandangan sekaligus
jawaban para pembela sunnah dalam membantah argumentasi yang diajukan
dalam bentuk dalil naqli.

Adapun pandangan terhadap argumentasi yang berdasarkan logika adalah;

1. Orang yang memahami bahasa Arab secara baik dari segi tata bahasa demikian
juga uslubnya yang dapat dikatakan sebagai pakar bahasa sekalipun tidak akan
mampu memahami Al-Qur’an secara keseluruhan. Karena kata-katanya masih
banyak yang bervariasi, ada yang global ada pula yang masih mubham dan lain

12
sebagainya yang d alam pemaknaan sangat membutuhkan intervensi dari sunnah
Nabi.
2. Realitas sejarah kemunduran umat Islam memang suatu kenyataan dan
perpecahan menjadi salah satu penyebabnya, namun tidak tepat kalau menjadikan
sunnah sebagai kambing hitamnya. Karena realitas historis juga telah
membuktikan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta sosio-kultural termotivasi oleh hadits nabi disamping Al-Qur’an. Ini
sebagai bukti kelompok Ingkar Al-Qur’an, sunnah tidak memiliki pengetahuan
yang cukup dalam historiografi Islam dan ilmu hadits.
3. Dalam berbagai literatur dan dokumen historis telah ditemukan perhatian
sahabat yang besar terhadap hadits, seperti Ibnu Abbas (w. 69 H) demikian juga
Ibnu ‘Amr Ibnu ‘As (w. 65H), merupakan diantara sahabat yang sangat
commited terhadap hadis dan sangat rajin membukukannya dari Nabi.
4. Pandangan Taufiq Sidiq sangat lemah dilihat dari perspektif historiografi,
karena dalam beberapa hal dan keadaan cukup banyak para sahabat yang
mempunyai koleksi hadits nabi walaupun masih dalam bentuk private
collection (koleksi pribadi). Perjanjian Hudaibiyah, Piagam Madinah dan
beberapa surat Nabi yang dikirim kepada para Raja merupakan bukti
konkritnya.

2.6 Ingkar As-Sunnah di Indonesia

Paham Ingkar Sunah Indonesia timbul dari ketidaktahuannya tentang status


Sunah dalam beragama dan tentang fungsi Sunah terhadap al-Qur’an. Semangat belajar
mereka hanya pada al-Qur’an. Tetapi sayangnya mereka sangat minim penguasaan ilmu-
ilmu dasar untuk memahami al-Qur’an seperti bahasa Arab, tata bahasa dan sastranya,
ilmu-ilmu Tafsir dan lain-lain. Mayoritas ide-ide penolakan Sunah ditransfer dari
orientalis yang sengaja menghembuskan di dunia Islam untuk menyesatkan umat. Inti
pandangan mereka bahwa dalam beragama hanyalah Al-Qur’an karena
kesempurnaannya sedangkan Sunah atau hadis dipandang sebagai dongeng yang
diciptakan oleh sebagian umat Islam belakangan. Mengikuti Hadis memicu perpecahan
umat yang menyebabkan kelemahan dan kehancuran umat.

Paham ingkar sunah muncul di Indonesia secara terang-terangan kira-kira


terjadi pada tahun 1980-an. Persisnya menurut Zufran Rahman (seorang peneliti

13
pemikiran Ingkar Sunah dan Dosen IAIN Jambi) pada tahun 1982-1983. Tetapi bukti
menunjukkan, bahwa pada 1981 paham ini sudah ada seperti yang terjadi di Bogor
pimpinan oleh H. Endi Suradi dan 1982 aliran sesat yang diajarkan H. Sanwani asal
kelahiran Pasar Rumput itu sudah berlangsung sejak November 1982. Kemungkinan
besar jauh sebelum itu sudah ada penyebarannya secara sembunyi-sembunyi seperti
yang dilakukan oleh orientalis di Indonesia Snouck Hourgronje. Buku-buku orientalis
atau kaki tangannya sudah bertebaran jauh sebelumnya.

Indonesia memang menjadi sasaran gerakan modern ingkar sunah setelah India
dan Mesir. Dalam sejarah penetesan ingkar sunah era modern di India dalam rangka
melemahkan semangat jihad umat Islam dan menghancurkan Islam dari dalam melalui
ide-ide kaum emperealis Inggris bekerja sama dengan para tokoh-tokoh Islam India yang
koperatif. Kemudian dikembangkan lagi melalui pemikiran orientalis yang bertebaran di
Mesir, karena mereka tahu benar bahwa Mesir adalah pusat informasi dunia Islam baik
bagi yang berkedok research ilmiah yang dituangkan ke dalam buku-buklu mereka
maupun berhadapan langsung dengan para mahasiswa maupun dosennya melalui
pengajaran di Al-Azhar Mesir. Gerakan pemikiran modern ingkar sunah di Indonesia
menjadi target mereka setelah Mesir, karena Indonesia berpenduduk mayoritas Islam
terbanyak di seluruh dunia Islam.

Sekitar tahun 1980-an paham pemikiran modern ingkar sunah Indonesia


bergerak di beberapa tempat dan pada tahun 1983-1985 mengcapai puncaknya sehingga
menghebohkan masyarakat Islam dan memenuhi halaman berbagai harian koran dan
majalah. Pusat pergerakan mereka di Jakarta yang mendominasi jumlah pembawanya
yang mayoritas, kemudian di Bogor Jawa Barat, Tegal Jawa Tengah dan Padang
Sumatra Barat.

Penyebaran paham pemikiran modern Ingkar Sunah melalui berbagai cara di


antaranya ada yang melalui pengajian di beberapa Masjid, diktat tulisan tangan,
ceramah melalui kaset, dan buku. Banyak di antara umat Islam yang terbawa dan
terpengaruh pemahaman tersebut baik sebagai tokoh, pembantu dan pengikut. Di
antaranya, tokoh ingkar sunnah yang berasal dari Indonesia adalah Abdul Rahman, Moh.
Irham, Sutarto, dan Lukman Saad. Sekitar tahun 1983-an tokoh ini sempat meresahkan
masyarakat dan menimbulkan banyak reaksi dikarenakan pandangan-pandangan mereka
terhadap Al-Hadits. Untuk menanggulangi keresahan, maka keluarlah Keputusan
Mahkamah Agung RI No : KEP-169/J.A/9/1983 tertanggal 30 September 1983" yang

14
berisi larangan terhadap aliran Ingkar Sunnah di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Dan Nomor : KEP-059/J.A/3/1984. Namun, paham ini masih tetap ada pada masa
berikutnya sampai sekarang. Terkadang masih muncul paham ini secara sembunyi di
berbagai media, baik buku, koran, buletin dan lain-lain.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik
sebagian maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu dalam
menyikapi sunnah.
Klasifikasi ingkar sunnah ada 3, diantaranya yaitu pertama, mereka menolak hadis-
hadis rasulullah secara keseluruhan. Kedua, mereka menolak hadis rasulullah kecuali
hadis-hadis yang mengandung nashnya di dalam Al-Quran. Ketiga, mereka menolak
hadis ahad dan hanya menerima hadis mutawatir.
Menurut kelompok pembela sunnah, ingkar sunnah terkesan sepotong-potong
dalam mengambil ayat Al-Qur’an, sehingga sangat terlihat kekurangan waktu untuk
menelaah ayat-ayat tersebut.
Realitas sejarah kemunduran umat Islam merupakan suatu kenyataan dan
perpecahan menjadi salah satu penyebabnya, namun tidak tepat kalau menjadikan sunnah
sebagai kambing hitamnya. Karena realitas histories juga telah membuktikan kemajuan
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosio-kultural termotivasi oleh
hadits nabi disamping Al-Qur’an.

3.2 Saran

Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa kedudukan As-sunnah Rasul merupakan
sumber dan dasar hukum Islam setelah Al-quran, dan umat Islam diwajibkan mengikuti
hadits sebagaimana diwajibkan mengikuti Al-quran.Dalam hubungannya dengan
Al-quran, As-sunnah berfungsi sebagai penafsir, dan penjelas dari ayat ayat Al-quran
tersebut. Oleh sebab itu, mengikuti sunnah nabi merupakan suatu yang harus diikuti.
Karena As-sunnah merupakan penafsir serta penjelasan dari ayat-ayat Al-quran.

16

Anda mungkin juga menyukai