Anda di halaman 1dari 12

AJARARAN AHLUSUNAH WAL JAMAAH

The Lecturer :
Muhammad Yunus, M.Thi

Arranged by :
Muhammad Ali Maksum / 23020230024
Adellia Febriyanti / 23020230020

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI (UNISKA) KEDIRI


TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY
ENGLISH EDUCATION STUDY PROGRAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “AJARAN
AHLUSUNAH WAL JAMAAH” yang merupakan tugas pertama kami
di semester satu.

Dalam makalah ini kami membahas mengenai Pengertian, Sejarah


Perkembangan Aswaja di Indonesia dan Perbedaan Aqidah dan Syariah. Dan
dalam kesempatan ini terimakasih kami sampaikan kepada,
1. Bapak Muhammad Yunus, S.Thl,M.Thl selaku dosen pengampu Univesitas
Islam Kadiri (UNISKA) dengan Mata Kuliah Aqidah dan Ubudiyah yang telah
memberikan tugas ini kami sehingga wawasan dan pengetahuan kami
bertambah.
2. Kelompok 3 yang telah meluangkan kesibukannya untuk menyusun dan
mempelajari makalah ini serta rekan-rekan yang telah turut membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan dalam waktu yang
tepat.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
namun demikian telah memberikan manfaat bagi kami selaku tim penulis. Akhir
kata kami berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang
bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati.

Kediri, 11 November 2023

Penulis

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar belakang...................................................................................................1

B. Rumusan masalah.............................................................................................1

C. Tujuan...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

1. Aswaja.............................................................................................................2

1.1 Pengertian Aswaja....................................................................................2

2. Sejarah perkembangan Aswaja di indonesia....................................................3

3. Ajaran Ahlusunah Wal Jamaah........................................................................4

3.1 Tawasuth...................................................................................................5

3.2 Tawzun.....................................................................................................5

3.3 I’tidal.........................................................................................................6

3.4 Tasamuh....................................................................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................8

A. Kesimpulan.................................................................................................8

B. Daftar Pustaka.............................................................................................9

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, istilah aswaja sudah ada tetapi
tidak menunjukan pada kelompok tertentu atau aliran tertentu, yang mana
dimaksud dengan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah adalah orang-orang islam
keseluruhan. Ahlu Sunnah Wal Jama’ah adalah suatu golongan yang menganut
syariat islam yang berdasarkan pada al quran’an dan hadis. Aswaja tidak muncul
secara tiba-tiba tetapi karena ada sebab. Dengan demikian dapat di simpulkan
bahwa Aswaja sebagai sebuah pemahaman tentang keagamaan (ajaran) maupun
sebagai aliran pemikiran kemunculannya tidak bisa di lepaskan dari pengaruh
dinamika sosial politik pada waktu itu. Ahlu Sunnah Wal Jama’ah pemikirannya
menggunakan pemikiran al asyari dan hukum fiqihnya menggunakan imam
madzhab sehingga golongan Aswaja inilah golongan yang sifatnya luas. Oleh
sebab itu, kami dari kelompok 3 akan membahas tentang sejarah Ahlu Sunnah Wal
Jama’ah dan ajaran-ajarannya yang telah terangkum dalam makalah ini.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian Aswaja?

2. Apa sejarah perkembangan Aswaja di Indonesia?

3. Apa pengertian Tawasuth, Tawazun, I’tidal?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Aswaja.


2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan Aswaja di
Indonesia.
3. Untuk dapat mengetahui dan memahami ajaran dari Ahlusunah Wal
Jamaah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

ASWAJA
1.1 Pengertian
Ahlusunnah wal jamaah (ASWAJA) dalam pengertiannya dibedakan menjadi
2 yaitu :
a. Bahasa
Dalam ASWAJA Ahlusunah Wal Jamaah di bagi menjadi 3 kata:
1. Ahl
Dalam kamus al-Munjid fi al-lughah wa al-A’lam, kata ahl
pertama mengandung arti pergaulan yang memiliki hubungan
dekat atau kekerabatan. Kedua, berarti pemeluk atau pengikut.
Bila dikaitkan dengan aliran madzhab, misalnya: alh al-mazhab
berarti orang yang mengikuti atau memeluk mazhab.

2. Al-sunnah
Secara bahasa kata Sunnah berasal dari “Sunna Yasunnu”
yang bermakna perjalanan dari tradisi yang di jaga. Secara istilah
bermakna jalan yang di tempuh dalam agama tanpa ada
ketetapan hukum wajib. Jadi yang dimaksud sunnah nabi SAW
yaitu segala sesuatu yang di kerjakan oleh nabi SAW dengan
sekali-kali meninggalkannya. Sunnah nabi SAW ada dua macam,
pertama sunnah yang berhubungan dengan ibadah yang disebut
dengan Sunnah Alhuda (petunjuk) dan siapa yang melakukannya
akan menyempurnakan imannya, contohnya seseorang laki-laki
memakai perhiasan emas. Kedua, Sunnah Al-Zawaid (tambahan)
adalah sunnah yang berhubungan dengan adat. Dan siapa yang
melakukannya akan mendapat pahala dan apabila
meninggalkannya tidak menjadi keburukan baginya. Contohnya
adalah kebiasaan nabi dalam berdiri, duduk dan berpakaian.1

2
3. Al-jama’ah
Secara bahasa Al-jama’ah berasal dari kata “Yajma’u
Jama’atan” yang berarti menyetujui atau bersepakat. Jadi
jama’ah adalah golongan umat islam yang dalam bidang Tauhid
menganut pemikiran Imam Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu
Mansur Al Maturidi, sedangkan dalam bidang ilmu fiqih
menganut Imam Madzhab (Hanafi, Maliki, Hambali, Syafi’i)
serta dalam bidang Tasawuf menganut Imam Al Ghazali dan
Imam Junaid Al Baghdadi.

b. Istilah
Jadi pengertian Ahlusunnah Wal Jama’ah adalah ajaran islam yang murni
sebagaimana dahulu diajarkan oleh Nabi dan diamalkan oleh beliau
bersama para sahabatnya. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa karakter
“Ahlussunnah wal jamaah” sedikitpun tidak menyimpang dari karakter
agama islam. Karakteristik Ahlussunnah wal jamaah adalah karakteristik
Agama Islam.

SEJARAH PERKEMBANGAN ASWAJA DI INDONESIA


Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) lahir dari pergulatan intens antara doktrin
dengan sejarah. Di wilayah doktrin, debat meliputi soal kalam mengenai status Al-
Qur'an apakah ia makhluk atau bukan, kemudian debat antara Sifat-Sifat Allah antara
ulamaSalafiyyun dengan golongan Mu'tazilah, dan seterusnya.
Di wilayah sejarah, proses pembentukan Aswaja terentang hingga zaman al-
khulafa' ar-rasyidun, yakni dimulai sejak terjadi Perang Shiffin yang melibatkan
Khalifah Ali bin Abi Thalib RA dengan Muawiyah. Bersama kekalahan Khalifah ke-
empat tersebut, setelah dikelabui melalui taktik arbitrase (tahkim) oleh kubu
Muawiyah, ummat Islam makin terpecah kedalam berbagai golongan. Di antara
mereka terdapat Syi'ah yang secara umum dinisbatkan kepada pengikut Khalifah Ali
bin Abi Thalib, golonganKhawarij yakni pendukung Ali yang membelot karena tidak
setuju dengan tahkim,dan ada pula kelompok Jabariyah yang melegitimasi
kepemimpinan Muawiyah

3
Selain tiga golongan tersebut masih ada Murjiah dan Qadariah, faham bahwa
segala sesuatu yang terjadi karena perbuatan manusia dan Allah tidak turut campur
(af'al al-ibad min al-ibad) -- berlawanan dengan faham Jabariyah.

Di antara kelompok-kelompok itu, adalah sebuah komunitas yang dipelopori


oleh Imam Abu Sa'id Hasan ibn Hasan Yasar al-Bashri (21-110 H/639-728 M), lebih
dikenal dengan nama Imam Hasan al-Bashri, yang cenderung mengembangkan
aktivitas keagamaan yang bersifat kultural (tsaqafiyah), ilmiah dan berusaha mencari
jalan kebenaran secara jernih. Komunitas ini menghindari pertikaian politik antara
berbagai faksi politik (firqah) yang berkembang ketika itu. Sebaliknya mereka
mengembangkan sistem keberagamaan dan pemikiran yang sejuk, moderat dan tidak
ekstrim. Dengan sistem keberagamaan semacam itu, mereka tidak mudah untuk
mengkafirkan golongan atau kelompok lain yang terlibat dalam pertikaian politik
ketika itu.
Seirama waktu, sikap dan pandangan tersebut diteruskan ke generasi-generasi
Ulama setelah beliau, di antaranya Imam Abu Hanifah Al-Nu'man (w. 150 H), Imam
Malik Ibn Anas (w. 179 H), Imam Syafi'i (w. 204 H), Ibn Kullab (w. 204 H), Ahmad
Ibn Hanbal (w. 241 H), hingg tiba pada generasi Abu Hasan Al-Asy'ari (w 324 H) dan
Abu Mansur al-Maturidi (w. 333 H). Kepada dua ulama terakhir inilah permulaan
faham Aswaja sering dinisbatkan; meskipun bila ditelusuri secara teliti benih-benihnya
telah tumbuh sejak dua abad sebelumnya.
Indonesia merupakan salah satu penduduk dengan jumlah penganut faham
Ahlussunnah wal Jama'ah terbesar di dunia. Mayoritas pemeluk Islam di kepulauan ini
adalah penganut madzhab Syafi'i, dan sebagian terbesarnya tergabung, baik tergabung
secara sadar maupun tidak -- dalam jam'iyyah Nahdlatul 'Ulama, yang sejak awal
berdiri menegaskan sebagai pengamal Islam ala Ahlussunnah wal-Jama'ah..2

AJARAN AHLUSUNNAH WAL JAMAAH


Paham keagaamaan Ahlusunah wal jamaah yang dianut bersifat
menyempurnakan segala nilai-nilai yang baik, yang sudah ada dan menjadi milik serta
ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti suku maupun bangsa, dan tidak bertujuan
menghapus nilai-nilai tersebut. Lalu dasar-dasar pendirian keagamaan ini
menumbuhkan sikap kemasyarakatan yang bercirikan :
2
Hasan, Mohammad. Perkembangan Ahlusunnah Wal Jama’ah. Pamekasan : Duta Media Pubilishing, 2021
4
3.1 Tawasuth
Sikap tengah yang berintikan pada prinsip hidup yang menjungjung tinggi
keharusan berlaku adil dan lurus di tengah kehidupan bersama. Dengan sikap
dasarr ini, akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak
lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk
pendekatan yang bersifat ekstrem, sikap tawasuth dilandasi oleh surat Al-
Baqarah (2): 143

‫َو َك َذ ِلَك َجَع ْلَناُك ْم ُأَّم ًة َو َس طًا ِّلَتُك وُنوْا ُش َهَداء َع َلى الَّناِس َو َيُك وَن الَّرُسوُل َع َلْيُك ْم َش ِهيدًا‬

Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat


pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas
(sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi
(ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian. (QS al-Baqarah:
143).

3.2 TAWAZUN
Sikap seimbang dalam berkhidmat, menyerasikan khidmat kepada Allah
swt, khidmat kepada sesama manusia, serta pada lingkungan hidupnya,
menyelaraskan kepentingan masalalu, masa kini, dan masa mendatang. at-
tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli
(dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari
Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT:

‫َلَقْد َأْر َس ْلَنا ُرُس َلَنا ِباْلَبِّيَناِت َو َأنَز ْلَنا َم َع ُهُم اْلِكَتاَب َو اْلِم يَز اَن ِلَيُقوَم الَّناُس ِباْلِقْس ِط‬

Sungguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti


kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan
neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.
(QS al-Hadid:25)

5
3.3 I’TIDAL
I’tidal merupakan sikap, adil, jujur dan apa adanya. Ahlussunnah wal
jamaah selalu menegakkan dan menjalankan keadilan kepada siapaun,
dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun berdasarkan pertimbangan
kemaslahatan bersama dengan sikap i’tidal diharapkan terwujudnya
kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran sesuai dengan dasar Indonesia
Pancasila sehingga pada gilirannya akan tercipta masyarakat yang adil dan
makmur. Sikap ini merupakan sebuah kewajiban dari ajaran syariat islam.
Dalam Alquran Allah Swt Berfirman :

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوْا ُك وُنوْا َقَّو اِم يَن ِهّلِل ُش َهَداء ِباْلِقْس ِط َو َال َيْج ِر َم َّنُك ْم َش َنآُن َق ْو ٍم َع َلى‬
‫َأَّال َتْع ِد ُلوْا اْع ِد ُلوْا ُهَو َأْقَر ُب ِللَّتْقَو ى َو اَّتُقوْا َهّللا ِإَّن َهّللا َخ ِبيٌر ِبَم ا َتْع َم ُلوَن‬

Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi


orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi
(pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu
kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu
lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8)

3.4 TASAMUH
Tasamuh adalah pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan
untuk menerima berbagaipandangan dan pendirian yang beranekaragam meskipun
tidak sependapat dengannya. Pada umumnya istilah tasamuh atau toleransi
diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau sesama warga
masyarakat untuk menjalankan keyakinannya, atau mengatur kehidupannya dan
menentukan pilihannya masing-masing, selama tidak bertentangan dengan syarat-
syarat terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.

‫َع ِن اْبِن َعَّباٍس َقاَل ِقيَل ِلَر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأُّي ْاَألْد َياِن َأَح ُّب ِإَلى ِهَّللا‬
‫َقاَل اْلَحِنيِفَّيُة الَّس ْمَح ُة‬
6
Artinya : Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah SAW :
“’Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah? Maka beliau bersabda
: ‘Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)’.” (HR
Bukhari).3

3
Ali, Mudzakir. Pokok-Pokok Ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Semarang : Wahid Hasyim University Press,2009.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Di wilayah sejarah, proses pembentukan Aswaja terentang hingga zaman al-


khulafa` ar-rasyidun, yakni dimulai sejak terjadi Perang Shiffin yang melibatkan
Khalifah Ali bin Abi Thalib RA dengan Muawiyah. Di antara mereka terdapat
Syi'ah yang secara umum dinisbatkan kepada pengikut Khalifah Ali bin Abi
Thalib, golonganKhawarij yakni pendukung Ali yang membelot karena tidak
setuju dengan tahkim,dan ada pula kelompok Jabariyah yang melegitimasi
kepemimpinan Muawiyah. Dengan sistem keberagamaan semacam itu, mereka
tidak mudah untuk mengkafirkan golongan atau kelompok lain yang terlibat
dalam pertikaian politik ketika itu. Mayoritas pemeluk Islam di kepulauan ini
adalah penganut madzhab Syafi'i, dan sebagian terbesarnya tergabung, baik
tergabung secara sadar maupun tidak -- dalam jam'iyyah Nahdlatul 'Ulama, yang
sejak awal berdiri menegaskan sebagai pengamal Islam ala Ahlussunnah wal-
Jama'ah.
2. Alhu sunnah wal jama’ah memiliki 4 ajaran yakni : Tawasuth(Tengah dan
Lurus), Tawazun(Seimbang dalam berbagai hal(manusia dan tuhan)),
I’tidaa(Adil dalam segala ha), Tasamuh(Pendirian).

8
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mudzakir. Pokok-Pokok Ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Semarang : Wahid Hasyim
University Press,2009.
Hasan, Mohammad. Perkembangan Ahlusunnah Wal Jama’ah. Pamekasan : Duta Media Pubilishing,
2021

Anda mungkin juga menyukai