Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
yang berjudul “Inkarussunnah‘’ ini tepat pada waktunya. Adapun penulisan makalah ini
ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadits. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Studi Hadits.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Umayah M.ag. selaku dosen mata
kuliah Studi Hadits yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai materi dalam makalah ini.
Kami yang masih belajar tentu menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari
itu,kami mengharapkan kritik dan saran sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah yang sudah kami susun ini dapat bermanfaat serta memberikan
pengetahuan dan wawasan bagi yang membaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
BAB II PEMBAHASAN 6
A. Pengertian Inkarussunnah 6
B. Sejarah Inkarussunnah. 7
C. Argumen Inkarrussunnah 9
A. Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai muslim yang ingin menjalankan ajaran Agamanya secara kaffah atau
komprehensif harus menjadikan al-quran dan Hadits Rasulullah Saw. Sebagai sumber
utama dalam perilaku keagamaannya, karena Rasulullah Saw. Yang diutus oleh Allah
untuk menyampaikan risalah kepada seluruh ummat manusia, mempunyai peran yang
sangat penting yaitu sebagai sumber segala ajaran Islam oleh karenanya apa saja yang
disampaikan oleh Rasulullah saw. Merupakan wahyu atau pesan dari Allah Swt. seperti
dijelaskan dalam Al-Quran surah An-Najm ayat 3-4 yang Artinya “dan tiadalah yang
diucapknnya itu (Al-Quran ) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukannya kepadanya.” Karena pentingnya peran Rasulullah
yaitu beliau sebagai Mubayyin Al-Quran dan juga sebagai Musyarri‟, beliau juga
sekaligus sebagai Suri Tauladan bagi ummatnya, dalam rangka itulah apa yang dikatakan,
diperbuat dan ditetapkan oleh beliau dikenal dengan istilah sunnah yang di dalam ajaran
Islam sebagai salah satu sumber atau pedoman bagi ummat Islam.
Dan menurut Syaikh Yusuf Qordhowi Sunnah Rasulullah adalah metode terperinci
bagi kehidupan muslim, baik sebagai individu atau sebagai anggota masyarakat, sunnah
adalah penjelas atas Al-quran dan realisasi Islam, karena Rasulullah saw. Adalah yang
menjelaskan Al-quran dan merealisasikan Islam, dengan ucapan dan perbuatan, dan
seluruh kehidupannya. Namun dalam perjalanan sejarah ummat Islam muncul kelompok
yang mempunyai pandangan berbeda terhadap kedudukan dan fungsi sunnah sebagai
sumber hukum dalam ajaran Islam, kelompok ini menamakan diri mereka sebagai
kelompok inkar sunnah atau AlQuraniyyun, mereka menolak hadits-hadits Rasulullah
saw. dijadikan sumber hukum sebab mereka menilai al-quran sudah cukup menjadi satu-
satunya sumber hukum dan mereka menyakini bahwa sunnah atau hadits Rasulullah tidak
memiliki kekuatan hukum sedikit pun, karena al-quran bagi mereka sudah cukup dan
lengkap dan tidak ada satu masalah pun yang tidak tercatat dalam al-quran dan mereka
berargumentasi dengan firman Allah dalam surah Al-An‟aam ayat 38 yang artinya:
“Tiadalah Kami lupakan sesuatu apapun di dalam Al-kitab (Al-qur’an)”. Paham inkar
sunnah ini tentu sangat berbahaya untuk ummat, karena paham ini ingin memisahkan As-
sunnah dari dasar hukum Islam , menurut mereka As-sunnah tidah dapat dijadikan
4
sebagai dasar hukum Islam, dan mereka berkeyakinan bahwa dasar hukum islam hanya
Al-quran, sebab Al-quran jelas merupakan kalamullah sedangkan As-sunnah adalah
ucapan Rasulullah yang masih diragukan kebenarannya karena disampaikan oleh orang-
orang dekat Rasulululah dan kemudian dikodifikasikan sekian lama setelah Rasulullah
wafat yang tidak menutup kemungkinan telah terjadi perubahan dan pemalsuan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian inkarussunnah?
b. Bagaimana Sejarah Inkarussunnah?
c. Apa Faktor yang Melatarbelakangi Munculnya Inkarussunnah?
C. Tujuan
a. Mengetahui Pengertian Inkarussunnah
b. Mengetahui sejarah Munculnya Inkarussunnah
c. Mengetahui Faktor Munculnya Inkarussunnah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inkarrussunnah
Menurut bahasa kata “Ingkar Sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “Ingkar” dan
”Sunnah“. Kata “ingkar” berasal dari bahasa Arab َا ْنَك َر ُیْنِك ُر ِإْنَك ا ًراyang mempunyai
beberapa arti di antaranya: tidak mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan di hati,
bodoh atau tidak mengetahui sesuatu (antonim kata al-‘irfan, dan menolak apa yang tidak
tergambarkan dalam hati).
Dari beberapa arti kata “ingkar” tersebut dapat disimpulkan bahwa ingkar secara
etimologis diartikan menolak, tidak mengakui, dan tidak menerima sesuatu, baik lahir
maupun batin atau lisan dan hati yang di latar belakangi oleh faktor ketidaktahuannya
atau faktor lain, misalnya karena gengsi, kesombongan, keyakinan dan lain-lain.
Sedangkan secara terminologi, ada beberapa definisi Ingkar Sunnah yng sifatnya masih
sederhana pembatasannya diantaranya sebagai berikut. Pertama, Ingkar Sunnah
merupakan paham yang timbul dalam masyarakat islam yang menolak Sunnah atau
hadits sebagai sumber ajaran agama Islam kedua setelah al-Qur’an. Kedua, Ingkar
Sunnah adalah suatu faham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang
menolak dasar hukum Islam dari Sunnah sahih baik Sunnah praktis atau yang secara
formal dikodifikasikan para ‘ulama, baik secara totalitas mutawatir maupun ahad atau
sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat diterima.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa Ingkar Sunnah (hadits) adalah
sekelompok umat Islam yang tidak mengakui atau menolak Sunnah (hadits) sebagai salah
satu sumber ajaran Islam. Orang yang menolak keberadaan Sunnah (hadits) sebagai salah
satu sumber ajaran Islam disebut munkir al-Sunnah. Kelompok Ingkar Sunnah
merupakan lawan atau kebalikan dari kelompok besar (mayoritas) umat Islam yang
mengakui Sunnah sebagai salah satu sumber ajaran Islam. Al-Shafi’i, seperti dikutip oleh
Shuhudi Ismail, dalam kitab al-Umm membagi kelompok Ingkar Sunnah menjadi tiga
golongan, yaitu pertama:Golongan yang menolak seluruh Sunnah, kedua: Golongan yang
menolak Sunnah kecuali apabila Sunnah itu memiliki kesamaan dengan petunjuk al-
Qur’an, ketiga: Golongan yang menolak Sunnah yang berstatus ahad. Golongan ini
hanya menerima Sunnah yang berstatus mutawatir atau hadits mutawatir. Dari
penggolongan Ingkar Sunnah menjadi tiga bagian tersebut, golongan yang benar-benar
6
masuk dalam pengertian Ingkar Sunnah adalah golongan pertama (golongan yang
menolak Sunnah secara keseluruhan). Sedangkan golongan kedua dan ketiga adalah
golongan yang masih ragu terhadap keberadaan Sunnah, antara mengakui dan menolak
keberadaan Sunnah.1
Cikal bakal lahirnya paham Inkar Sunnah mulai terjadi sejak zaman shahabat Rasulullah
saw. Yaitu seorang sahabat yang bernama Imran bin Hushain (wafat tahun 52 H.) sedang
mengajar Hadits di Madinah, di sela-sela beliau mengajar ada seorang yang memotong
penjelasannya sambil mengatakan anda tidak perlu mengajar Al-Hadits tapi cukup anda
mengajar Al-quran saja, merespon teguran tersebut Imran bin Hushain kemudian
menjelaskan bahwa kita tidak bisa menjalankan segala macam bentuk ibadah seperti
sholat, zakat, puasa, Haji dan yang lainnya dengan segala macam rukun dan syaratnya
kecuali dengan petunjuk Rasulullah Saw. Setelah mendengar menjelasan Imran tersebut
orang yang menegur itu kemudian menyadari kekeliruannya dan berterima kasih pada
kepada Imran. Perkembangan selanjutnya pada waktu terjadi perang saudara antara
pasukan yang pro terhadap Ali bin Abi thalib di satu sisi dan pasukan yang pro terhadap
Muawiyah bin Abu Sufyan di sisi lain, terjadilah polarisasi ummat Islam ada yang
kemudian tetap setia dalam barisan Ali bin Abi Thalib, dan ada sebagian yang dulunya
berada di pasukan Ali bin Abi Thalib kemudian membelot disebabkan kebijakan Ali bin
Abi Thalib yang melakukan tahkim dan damai dengan pihak pasukan Muawiyah yang
mereka disebut sebagai kelompok khawarij (yang keluar dari kelompok Ali) ada juga
yang tetap setia dengan Muawiyah dan ada pula yang bersikap netral, tidak pro terhadap
salah dari dua kelompok, dan kemudian mereka dikenal pula sebagai kelompok
tersendiri. Dari kenyataan tersebut kemudian muncul pandangan mereka terhadap hadits
Nabi Muhammad Saw.
7
Nabi, dengan dibarengi usaha untuk menolak Riwayat – riwayat yang tidak berasal dari
kelompok mereka, inilah yang kemudian dikenal dengan kelompok yang ingkar terhadap
sebagian Sunnah/Hadits, dan kemudian muncul pula kelompok serupa tetapi kriterianya
bukan menolak Sunnah yang diriwayatkan oleh orang-orang yang bukan dari kelompok
mereka melainkan mereka menolak seluruh riwayat yang tidak mutawatir, sedangkan
kelompok yang ingkar terhadap seluruh Sunnah, muncul di kemudian hari, pada
umumnya mereka memang tidak menjadikan Sunnah sebagai salah satu pedoman utama
di samping Al-Quran, mereka menganggap bahwa Al–Quran sudah cukup untuk
memberikan berbagai penjelasan yang diperlukan ummat manusia. Dan sejak munculnya
firqah-firqah ini, penolakan terhadap sunnah semakin kuat, Khawarij menolak berpegang
kepada sunnah jika menurut mereka tidak sesuai dengan zhahirnya nash al-quran,
sedangkan Syi’ah menolak banyak sunnah yang shahih hanya karena mengikuti kaidah
hawa nafsu mereka. Mereka adalah makhluk terjahat di muka bumi, mereka tidak saja
menolak sunnah, bahkan juga al-quran. Jadi, kelompok Khawarij dan Syi‟ah merekalah
yang sebenanya mempelopori lahirnya gerakan spesifik inkar sunnah, bahkan gerakan-
gerakan menyimpang lainnya, yang memiliki unsur pengingkaran terhadap sunnah,
walaupun tidak secara total tetapi hanya secara parsial.
Kemudian pada akhir abad kedua Hijriyah, telah lahir gerakan yang menyerukan
dihilangkannya sunnah secara total dan bahwa sunnah tidak boleh dijadikan sandaran
dalam pensyariatan hukum-hukum islam, akibat pengaruh syubhat yang diwariskan oleh
Syi‟ah, Khawarij dan Mu’tazilah, kelompok khawarij memang cenderung
mengembalikan segala perkara kepada Al-quran saja, bahkan menuntut agar orang
mengikuti al-quran, tetapi mereka keluar dari sunnah dan Jama’ah (maksudnya
pemahamannya tidak mengikuti Jama‟ah kaum muslimin yang ditokohi para sahabat ),
berbeda dengan Mu’tajilah yang tidak menolak sunnah secaraa total, tetapi mereka suka
mengupayakan nash-nash al-quran dan sunnah supaya selaras denagn fikiran mereka
yang terbatas.
8
pengingkaran terhadap sunnah. Disebutkan kemunculannya diawali yang penduduknya
berbicara bahasa Arab, ada yang mengatakan di Irak, ada pula yang mengatakan di Mesir,
namun menurut Khadim Husian ilahi Najasy, Mesir lebih mendekati kebenaran.
Kemudian muncullah tokoh-tokoh penggerak gerakan Inkar sunnah dengan berbagai latar
belakang di Negara-negara yang mayoritas penduduknya ummat Islam seperti Irak,
Mesir, Pakistan, India, Malaysia, Indonesia dan lain-lainnya.2
C. Argument Inkarussunnah
1. Argumen-argumen Naqli
Yang dimaksud dengan argumen-argumen naqlit idak hanya berupa ayat-ayat al-
Qur’an saja, tetapi juga berupa Sunnah atau hadits Nabi. Ironis, jika yang berpaham
Ingkar Sunnah menggunakan Sunnah sebagai argumen untuk membela paham
mereka. adapun argumen naqli mereka antara lain:
a) Al-Qur’an Surat al-Nahl: 89
Artinya: . . . .Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk
menjelaskan segala sesuatu . . . .
b) Al-Qur’an Surat al-An‘am: 38
Artinya: . . . Tidak ada sesuatu yang kami tinggalkan dalam al-Kitab. . .
Menurut para pengingkar Sunnah, kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa al-
Qur’an telah mencakup segala sesuatu berkenaan dengan ketentuan agama. Dengan
demikian tidak diperlukan keterangan lain, misalnya dari Sunnah. Menurut mereka,
salat lima waktu sehari semalam yang wajib didirikan dan yang sehubungan
dengannya, dasarnya bukanlah Sunnah atau hadits, melainkan ayat-ayat al-Qur’an.
Menurut pengingkar Sunnah, tata cara salat tidaklah penting; jumlah rakaat
salat, cara duduk, cara duduk, ayat dan bacaan yang dibaca diserahkan kepada masing-
masing pelaku salat. Jadi boleh saja dilakukan dengan bahasa daerah.
Dari argumen tersebut dapat dipahami bahwa menurut para pengingkar Sunnah
bahwa Nabi Muhammad tidak berhak sama sekali untuk menjelaskan al-Qur’an
2
Ahmad, Tafsil Saefudin. (2022). Bahaya Inkar Sunnah Terhadap Kemurnian Ajaran Islam. An-Nahdlah. Vol.
09. No. 01. Hal 153-155
9
kepada umatnya dan hanya bertugas sebagai penerima wahyu saja dan menyampaikan
kepada umatnya. Mengenai ayat al-Qur’an yang memerintahkan untuk patuh kepada
Rasulullah, hal ini menurut mereka hanya berlaku ketika Nabi Muhammad hidup dan
ketika jabatan ulul-amri berada ditangan beliau. Jika beliau sudah wafat dan jabatan
ulil-amri sudah berpindah tangan maka kewajiban taat kepada Rasulullah gugur.
10
b) Seluruh sahabat Nabi sebagai periwayat Hadits pada generasi pertama dinilai
adil oleh para ulama Hadits pada akhir abad ketiga dan awal abad ke empat
Hijriyah. Dengan konsep Ta’dil al Sahabah, para sahabat Nabi dinilai terlepas dari
kesalahan dalam melaporkan Hadits.
3. Kelemahan Arguman Naqli
Seluruh argumen naqli yang diajukan oleh para pengingkar Sunnah untuk
menolak Sunnah sebagai salah satu sumber ajaran Islam adalah lemah sekali. Salah
satu Bukti kelemahannya dapat dikemukakan pada Al-Qur’an surat an-Nahl : 89
dimana didalamnya sama sekali tidak memberikan petunjuk bahwa Sunnah tidak
diperlukan.
Menurut syafi’i ayat tersebut mengandung pengertian dan petunjuk yang
menjelaskan bahwa:
a. Ayat al-Qur’an menjelaskan tentang berbagai kewajiban, larangan dan teknis
pelaksanaan ibadah tertentu.
b. Ayat al-Qur’an menjelaskan adanya kewajiban tertentu yang bersifat global.
Sehingga Hadits diperlukan untuk menjelaskan teknik pelaksanaannya.
c. Nabi menetapkan suatu ketentuan, yang dalam al-Qur’an ketentuan itu tidak
dikemukakan secara tegas. Ketentuan dalam Hadits tersebut wajib ditaati
sebab Allah memerintahkannya.
Dengan demikian al-Qur’an Surat an-Nahl: 89 sama sekali tidak menolak Hadits
sebagai salah satu sumber ajaran Islam. Bahkan ayat tersebut menekankan pentingnya
Hadits, disamping ijtihad.
11
tersebut sama sekali bukan disebabkan oleh sikap umat Islam yang berpegang pada
Hadits. Melainkan karena faktor politik. Yang mana dalam sejarah telah
terbuktikan.
Pernyataan pengingkar Sunnah yang menyatakan bahwa Hadits Nabi lahir lama
setelah Nabi wafat merupakan pernyataan yang tidak memiliki argumen yang kuat.
Karena sesungguhnya pada zaman Nabi penulisan Hadits sudah ada. Permasalahan
kodifikasi Hadits secara resmi memang dilakukan setelah wafatnya Nabi s.a.w. hal
ini sama keberadaannya dengan al-Qur’an. Penulisannya sudah dilakukan pada
zaman Nabi masih hidup, namun kodifikasinya dilakukan setelah wafatnya
Rasulullah s.a.w.
Tuduhan Taufiq Sidqi adalah disebabkan ketidak mengertiannya terhadap penulisan
H{adith itu sendiri. Sebagaimana pada paparan sebelumnya justru hadits sudah
ditulis sejak zaman Nabi masih hidup merupakan berita yang akurat. Adapun
terjadinya penyelewengan terhadap Hadits memang diakui ulama. Misalnya adalah
Hadits yang berupa surat-surat Nabi keberbagai kepala pemerintah dan negara,
perjanjian Hudaibiyah, dan piagam Madinah.
Tuduhan kritik sanad Hadits sangat lemah karena baru muncul satu setengah abad
setelah wafatnya nabi juga tidak benar. Karena kritik sanad Hadits sudah dilakukan
sejak zaman Nabi masih hidup dan sudah diconntohkan oleh Rasulullah sendiri.
Kalangan sahabat ketika menerima Hadits ada yang melakukan konfirmasi kepada
Nabi. Abu Bakar, Umar, Aisyah dan Ali dikenal sebagai sahabat yang Ahli kritik
Hadits, baik pada aspek sanad maupun aspek matannya. Sikap kritis ini terus
berlanjut dan diikuti oleh generasi selanjutnya. Akhirnya semangat itu tertuang
dalam sebuah bangunan ilmu Jarh wa Ta’dil. yang dapat menjadi acuan dalam
menentukan keaslian dan kepalsuannya.
Berdasarkan beberapa bantahan ulama terhadap kelompok Ingkar Sunnah
tersebut, dapat disimpulakan bahwa pendapat ulama yang mengakui keberadaan
Hadits sebagai salah satu sumber ajaran Islam lebih kuat dan lebih rasional.
Para pembela Sunnah dalam menjaga keotentikan Sunnah atau Hadits, ada
beberapa hal yang dilakukan oleh pembela Sunnah antara lain: pertama, dengan
menjadikan Sunnah sebagai salah satu sumber ajaran Islam. Sebagai telah
disebutkan dalam al-Qur’an. Kedua, dengan melakukan kegiatan kritik sanad dan
12
matan. Ketiga, dengan menciptakan berbagai istilah, kaidah dan cabang
pengetahuan Sunnah.3
BAB III
3
Edi, Relit Nur. (2014). As-Sunnah (Hadits) (Suatu Kajian Aliran Ingkar Sunnah). ASAS. Vol. 06. No. 02. Hal
142-147
13
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Edi, Relit Nur. (2014). As-Sunnah (Hadits) (Suatu Kajian Aliran Ingkar Sunnah). ASAS.
Vol. 06. No. 02. Hal 141-148
Ahmad, Tafsil Saefudin. (2022). Bahaya Inkar Sunnah Terhadap Kemurnian Ajaran
Islam. An-Nahdlah. Vol. 09. No. 01. Hal 153-155
15