Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan
Agama Islam dengan dosen pengampu Dr. H. Aam Abdusalam, M.Pd dan Nurti
Budiyanti, M.Pd

Disusun oleh:

Dwi Cahya Kurniawan 1700987

Ghina Fauziyah 1704580

M. Hafizh N 1607029

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam, Adapun judul dari makalah
ini adalah “Sejarah dalam Perspektif Al-Qur’an”

Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada Dr. H. Aam Abdusalam,


sebagai dosen pengampu mata kuliah ini sekaligus yang telah memberikan tugas
ini sehingga kami sebagai tim penyusun dapat meningkatkan dan
mengembangkan potensi diri serta kemampuan dalam penulisan suatu karya
ilmiah dan potensi untuk menginterpretasi suatu fakta.

Terima kasih pula kepada kelompok yang ikut mendukung dalam


pengerjaan makalah ini dalam hal berbagi pengalaman dan hal-hal pendukung
lainnya. Kami menyadari jika dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kesalahan dalam segi penulisan maupun kekurangan
dari segi pengumpulan sumber. Diharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga atas setiap bantuan dan kerja sama
dari semua pihak dapat menjadi amal ibadah kepada Allah Swt dan mendapat
pahala yang berlipat ganda dari-Nya.

Bandung, April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Islam dan Sejarah 3

B. Konsepsi Sejarah Menurut Islam 5

C. Sejarah dalam Perspektif Al-Qur’an 7

BAB III PENUTUP 10

Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-qur’an sebagai kitab suci ummat Islam merupakan suatu kitab yang
memuat berbagai macam persoalan. Ia dapat menerangkan segala sesuatu serta
memberikan jawaban terhadap masalah-masalah yang berjalan dan berkembang
sampai akhir zaman. Di dalamnya mengandung beribagai macam keterangan dan
informasi. Sebagian besar berisi sejarah, tetapi al-quran bukanlah buku sejarah.
Dari keuniversalan al-quran banyak orang mengatakan alquran merupakan
ensiklopedi umum. Jika ditelusuri lebih jauh isi alquran, akan ditemukan beberapa
ayat yang menunjukkan bahwa alquran itu mencakup segala sesuatu, yang sangat
penting adalah menjadi petunjuk dan penjelasan, menjadi rahmat dan memberi
kabar gembira (An- Nahl/16: 89).
Keberadaan manusia di dunia ini sebagaimana diisyaratkan dalam
alquran surah Adz-Zariyat/51:56 adalah untuk beribadah kepada Allah dalam arti
yang seluas-luasnya. Pelaksanaan dari ibadah membawa manusia kepada pelaku
atau pembuat sejarah. Berbagai aktivitas yang dilakukan manusia dalam rangka
ibadah, terutama kegiatan yang berdampak luas dan bermanfaat dalam jangka
panjang biasanya di catat dan di kenang oleh manusia sepanjang masa, cacatan
tersebut terkadang di abadikan dalam bentuk ornament, tugu, perasasti, dan buku-
buku dan inilah yang kemudian menjadi sumber sejarah. Dengan demikian,
manusia di dunia ini pada hakekatnya adalah pembuat sejarah. Sejarah yang
dilakukan manusia di masa lalu dinilai sebagai bahan berharga yang patut di
pelajari dan di telaah secara seksama untuk diambil pelajaran dan hikmah yang
terkandung didalamnya. Itulah sebabnya maka sejarah tersebut ditulis dalam buku
dan dimasukkan kedalam salah satu disiplin ilmu yang dipelajari di berbagai
lembaga pendidikan, mulai dari tingkat yang paling rendah sampai ketingkat
paling tinggi.
Dengan demikian sejarah tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan
manusia karena manusia membuat sejarah dan manusiapun butuh pada sejarah.
Al-quran dengan fungsi utamanya memberikan petunjuk bagi kehidupan manusia
agar berjalan di atas ketentuan yang benar telah pula memanfaatkan sejarah.

1
Alquran telah banyak mendorong manusia agar memperhatikan perjalanan umat
masa lalu agar di ambil pelajaran dan hikmahnya untuk kehidupan selanjutnya.
Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi (1987, hlm. 706) mengemukakan, bahwa di dalam
alquran tidak kurang sebanyak 7 kali, Allah SWT menyuruh manusia untuk
mempelajari kehidupan umat masa lampau, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul)” (QS. Ali-Imran/2: 137).
Berdasarkan hal tersebut bahwa memperhatikan kehidupan orang-orang
terdahulu, baik yang shalih maupun yang durhaka dapat memberikan petunjuk
pada jalan yang lurus. Jika seseorang mengambil jalan kehidupan orang-orang
yang shalih, maka akibatnya akan seperti apa yang dirasakan oleh orang tersebut
dan sebaliknya jika seorang mengambil jalan hidup orang yang durhaka, maka
akibatnya pun seperti yang di alami oleh orang yang durhaka (Al-Maraghi, 1993,
hlm. 76)
A. Rumusan Masalah
1. Apa itu Islam dan Sejarah?
2. Bagaimana konsep sejarah dalam Islam?
3. Bagaimana sejarah dalam perspektif Al-Qur’an?
B. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Islam dan Sejarah
2. Memahami konsep sejarah dalam Islam
3. Memahami sejarah dalam perspektif Al-Qur’an

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam dan Sejarah
1. Islam
Islam merupakan sebuah agama terbesar ke-2 di dunia setelah Kristen
(katholik dan protestan), orang-orang yang memeluk agama islam sendiri
sering disebut dengan orang Muslim. Secara harfiyah dari segi bahasa kata
Islam terbentuk dari 3 huruf yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang berartikan
salama atau selamat. “Jadi, makna-makna Islam secara bahasa antara lain: Al
istislam (berserah diri), As salamah (suci bersih), As Salam (selamat dan
sejahtera), As Silmu (perdamaian), dan Sullam (tangga, bertahap, atau
taddaruj)” (Jamal, 2011:287). Yang bisa diartikan bahwa Islam marupakan
agama yang membawa keselamatan bagi umat manusia baik di dunia dan di
akhirat (kehidupan setelah kematian). Sebagaimana dalam firman Allah SWT
dalam Al-Baqarah (2) ayat 112:

ٌ ْ‫بَ ٰلى َم ْن اَ ْسلَ َم َوجْ هَهٗ هّٰلِل ِ َوهُ َو ُمحْ ِس ٌن فَلَ ٗ ٓه اَجْ ر ُٗه ِع ْن َد َرب ٖ ِّۖه َواَل َخو‬
١١٢ - ࣖ َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُوْ ن‬
Artinya:
“Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia
berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut
pada mereka dan mereka tidak bersedih hati”.
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan Islam adalah
agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir
dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. (Jamal, 2011:287).
Islam sendiri merupakan wahyu yang diberikan oleh Allah kepada Rosul-
Nya dan untuk disampaikan kembali kepada umat manusia. Islam merupakan
sebuah sistem keyakinan dan tata ketentuan yang mengatur segala
perkehidupan dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan:
dengna Tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya. (Jamal: 287). Agama Islam
hadir diantara umat manusia dengan tujuan untuk menjadi keridhaan Allah,

3
rahmat bagi segenap alam, dan menjadi kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat
yang bersumber dari Al-Quran sebagai wahyu-wahyu Allah yang diberikan
kepada Nabi Muhammad sebagai perantara dan menjadi pelengkap bagi
wahyu-wahyu yang sebelumnya.
Sebelum masa risalah Muhammad Saw. Islam masih bersifat lokal. Ia
hanya ditujukan untuk kepentingan bangsa dan daerah tertentu, dan terbatas
pada periodenya. Selanjutnya Islam yang datang kepangkuan risalah
Muhammad Saw. berlaku untuk seluruh bangsa dan dunia. Seperti yang
dicantumkan dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 107 berbunyi, "Dan
tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam". Dalam ayat lain dijelaskan bahwa, "Dan Kami tidak mengutus
kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui".
2. Sejarah
Sejarah di pandangan orang umum sering dikatikan dengan ilmu yang
membahas mengenai peristiwa-periwtiwa di kehidupan manusia pada masa
lampau, damun dari segi bahasa “kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu
yaitu Syajarotun yang artinya pohon kayu” (Ismaun, dkk. 2016:1).
Yang dimaksud denga pohon sendiri adalah, dimana pohon merupakan
sebuah pengibaratan dari sejarah. Di dalam pohon terdiri dari banyak-banyak
bagian seperti akar, batang, ranting, daun, dna buah. Bagian bagian itulah yang
membentuk sebatang pohon dan menjadi bagian dari sebuah sistem yang
berkaitan satu dan lainnya, karena bagian itu yang membuat pohon bisa hidup.
Bagaimana sebatang pohon bisa hidup jika tidak memiliki akar atau tidak
memiliki daun. Pohon sendiri mengibaratkan adanya suatu perkembangan
seiring dengan berjalannya waktu. Kutipan atas pendapat Kuntowijoyo dari
buku yang ditulis Ismaun, dkk:
Kuntowojoyo (dalam Ismaun, dkk. 2016, hlm.2) dalam bahasa Arab, syajarah
an-nasab yang berarti “pohon silsilah”.
Karena sejarah seiring berjalannya waktu akan bertambah seperti sebuah
silsilah. Yang dapat diartikan bahwa manusia akan terus hidup, tumbuh, dan

4
bergerak seiring perjalanan waktu dan tempat atau ruang dimana manusia
tersebut berada.
Menurut Mohammad Hatta mengungkapkan arti sejarah di dalam bukunya
“Pengantar ke Jalan Ilmu Pengetahuan” bahwa sejarah wujudnya memberi
pengetahuan dari pada masa yang lalu”. Ia menggambarkan suatu ideal tipe
bentuk rupa dari masa itu bukan gambaran yang di mudahkanya tetapi supaya
kita mengenali rupanya. Yang bisa diartikan bawasanya Moh.Hatta
beranggapan bahwa sejarah merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang
berfungsi memberikan informasi mengenai peristiwa pada masa lampau, dan
lebih dari sekedar kisah atau hikayat. Mengutip dari penpadat Edward Hallee
Carr dari buku yang ditulis Ismaun, dkk:
Edwar Hallee Carr (dalam Ismaun, dkk. 2016: 7) “History is a continous
proces of interaction between the historian and his facts, and an unleading
dilague between the present and the past”.
Yang diartikan bahwa sejarah ialah suatu proses interaksi berkelanjutan antara
sejarawan dengan fakta-fakta yang ada padanya. Suatu dialog tiada henti antara
masa sekarang dengan masa silam. Menurut Muhammad Yamin dalam buku
pengantar ilmu sejarah yang ditulis Ismaun, dkk:
Muhammad Yamin (Ismaun, dkk. 2016:8) Sedjarah ialah ilmu pengetahuan
dengan umumnja jang berhubungan dengan tjerita bertaich sebagai hasil
penafsiran tentang kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu
jang telah lampau, jaitu susunan hasil penjelidikan bahan-bahan tulisan atau
tanda-tanda jang lain.

B. Konsepsi Sejarah Menurut Islam


Islam menaruh perhatian yang besar terhadap sejarah, meskipun disadari
bahwa al-Quran sebagai pedoman dalam ajaran Islam bukanlah buku
kesejarahan. Murtadha Muthahhari mengatakan dalam al-Quran masalah
kesejarahan tidak dibahas secara teknis kesejarahan namun, di dalamnya
terdapat sekitar dua per tiga dari keseluruhan ayat al-Quran yang berkaitan dan
berhubungan dengan atau memilki nilai-nilai sejarah (Esha, 2011: 35).

5
Manna al-Qaththan membagi kisah dalam al-Quran kepada tiga kategori
(al-Qaththan, 1993: 306):
a. Kisah para Nabi yang berisi usaha, tahap-tahap dan perkembangan dakwah
mereka dan sikap orang-orang yang menentang mereka.
b. Kisah orang terdahulu yang tidak termasuk kategori Nabi, seperti kisah
Thalut, Ashab al-Kahfi, Luqman, dan seterusnya.
c. Kisah yang berhubungan dengan peristiwa di masa Nabi Muhammad seperti
perang Badar, Hijrah Nabi, Isra Mi’raj, dan seterusnya.

Agama Islam melalui Al-Qur’an mendorong umat manusia agar


mementingkan sejarah atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa lalu dengan
tujuan agar manusia dapat mengambil pelajaran dan hikman dari setiap
kejadian yang ada agar berguna di kehiddupan selanjutnya. Muhammad Fu’ad
Abd al-Baqi misalnya, menginformasikan bahwa di dalam al-Qur’an tidak
kurang sebanyak 7 (tujuh) kali Allah SWT. menyuruh manusia untuk
mempelajari kehidupan umat masa lampau (al-Baqi, 1987: 706).

Konsep sejarah dalam Islam, sebagaimana diungkapkan al-Quran,


berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah. Secara tidak langsung hal
ini menyiratkan bahwa manusia berperan untuk menciptakan perubahan. Untuk
itu perlu sekali menengok peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau
karena sejarah memberikan mau’idzah (pelajaran) yang membuat manusia
sadar akan perannya sebagai aktor sejarah. Manusia sebagai mahluk ciptaan
Allah yang paling unggul mengemban fungsi sebagai khalifah. Khalifah
berasal dari kata Kholafa, yalibu: yang artinya sebagai pengganti, sedangkan
menurut istilah Khalifah dapat diartikan menjadi dua pengertian, yaitu khalifah
sebagai pemimpin negara dan khalifah sebagai penghuni bumi Allah.

Selanjutnya dalam al-Qur’an sejarah memiliki historical law atau sunnah


tarikhiyyah. Yang dimaksud oleh historical law atau sunnah tarikhiyyah adalah
hukum kesejarahan yang berlaku di alam dan masyarakat, yaitu hukuman-
hukuman Allah yang berupa malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada
orang-orang yang mendustakan. Seperti yang tercantum dalam surat Ali-Imran
ayat 137-138 yang artinya, “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu

6
sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-
rasul). (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
Selanjutnya, fungsi sejarah dalam Islam menurut yang diungkapkan dalam
al-Quran paling tidak ada empat, yaitu sejarah sebagai peneguh hati, sejarah
sebagai pengajaran, sejarah sebagai peringatan dan sejarah sebagai
pembenaran. Keseluruhannya terangkum pada surat Hud ayat 120. Artinya:
“dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-
kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman.”

C. Sejarah dalam Perspektif Al-Quran

Kata Al-Quran menurut bahasa mempunyai arti yang bermacam-macam,


salah satunya adalah bacaan atau sesutau yang harus di baca, dipelajari
(aminudin, et, all, 2005:45). Adapun menurut istilah para ulama berbeda
pendapat dalam memberikan definisi terhadap Al-Quran. Ada yang
mengatakan bahwa Al-Quran adalah kalam Allah yang bersifat mu’jizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara jibril dengan lafal
dan maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawatir
membacanya merupakan ibadah dimulai dengan surat alf-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Nas. Dapat kita ketahui bahwa dua per tiga ayat-ayat Al-Quran
memiliki nilai-nilai sejarah dan di antara ulama, ada yang menyebutkan sekitar
159 ayat yang memiliki kandungan nilai-nilai sejarah.

Islam menaruh perhatian besar terhadap studi sejarah. Alquran yang


merupakan sumber inspirasi, pedoman hidup dan sumber tata nilai bagi umat
islam. Sekitar dua pertiga dari keseluruhan ayat terdiri dari 6660 ayat memiliki
nilai atau norma sejarah (Misri, 2002:23). Al-quran berbicara tentang
perubahan dalam sejarah, dimana perubhana itu menurut penegasan Allah
sangat di tentukan oleh kebaikan dan keburukan perbuatan manusia. Hal ini
seperti kebiadaban orang kafir terhadap nabi Muhammad SAW, yang

7
diabadikan Allah dalam FirmanNya: “Bersabarlah (hai Muhammad) dan
tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah
kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit
dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan” (Qs. An-Nahl/16:127).

Di samping itu, Al-Quran juga berbicara sebab-sebab khusus terjadinya


disintegrasi sosial, bangsa, semisal disinetegrasi yang akhir-akhir ini terjadi di
Indonesia. Disintegrasi itu tidak lain karena tingkah laku manusia sendiiri yang
sudah terlalu jauh menyimpang dari sendi-sendi kebenaran hakiki, dalam ranah
ini Allah berFirman: “Yang demiikian itu adalah karena Tuhanmu tidaklah
membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan
lengah (Qs. Al-An’Am/6:131). Maksud dari ayat ini adalah Allah tidak akan
mengazab penduduk suatu desa atau kota meskipun mereka berbuat kekafiran,
sebelum diutus Rasul yang akan memberi peringatan kepada mereka. Akan
tetapi kalau sudah diutus seorang Rasul kepada mereka, dengan kitab suci yang
di tinggalkan kepada mereka dan mereka tetap berbuat kezaliman dan
kekufuran, maka Allah akan mengazab mereka di dunia dan di akhirat.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam Q.S Hud/11:117 Allah menyebutkan,


“ Tidak sekali-kali membinasakan negeri-negeri secara zhalim, sedang
penduduk negeri itu adalah orang-orang yang berbuat kebaikan”. Maksud dari
ayat ini adalah dengan jelas Allah menyatakan bahwa pembinasaan dan
pendatangan musibah dari-Nya baru ditimpakan, jika satu kampung atau
masyarakat suatu negara berbuat durjana atau kezhaliman. Karena itu, nyata
pula bahwa perhatian Allah terhadap tingkah lanku dan perubana-perubahan
yang terjadi pada manusia begitu besar. Adapun beberapa ayat yang memiliki
nilai kesejarahan diantaranya surat al-Hasyr ayat 18 menyebutkan bahwa “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepad Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok(akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. Ayat di atas berkaitan dengan konsep sejarah tiga dimensi
para pakar modern. Perintah “untuk memperhatikan” tertuju kepada setiap
insan yang hidup sekarang, dan itu berarti tertuju pada dimensi sekarang.
Adapun penyeleksian dan pendeskripsian yang telah dikerjakan merupakan

8
tinjauan dimensi waktu lalu. Sementara “persiapan untuk hari esok” bermakna
dimensi waktu yang akan datang, baik untuk keperluan hidup di dunia maupun
di akhirat (Muchsin, 2002: 26).

Tidak hanya surat al-Hasyr yang memiliki nilai sejarah, di dalam surat Al-
Ahzab pun memiliki konsep sejarah. Surat Al-Ahzab ayat 61 menyebutkan
bahwa “Sebagai sunnah Allah yang Berlaku ats orang-orang yang terdahulu
sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada
sunnah Allah”. Ayat 62 surat Al-Ahzab ini menjelaskan mengenai konsep
hukum kesejarahan menurut Al-Quran itu bersifat tetap (konstan) atau dapat
dipahami pula hukum kesejarhaan itu adalah hukum sebab akibat. Cpntohnya,
sebab suatu kaum berbuat kezaliman, maka mereka dibinasakan. Dalam
beberapa penjelasan surat diatas menunjukan bahwa Al-Quran pun kebanyakan
dalam surat-suratnya menceritakan tentang sejarah yang terjadi pada masa lalu,
bertujuan bagi umat muslim untuk mempelajari apa yang telah terjadi di masa
lalu dan tidak mengulangnya di masa depan maupun masa sekarang. Dengan
begitu Al-Quran sebagai pedoman umat muslim sudah seharusnya dapat
memahami dan mengamalkan apa yang ada di dalam Al-Quran dan
mempelajari kisah-kisah yang dijelaskan dalam Al-Quran mengenai peristiwa-
peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu.

9
BAB III

KESIMPULAN

Bahwa kita ketahui di dalam Al-Quran sebanyak 159 memiliki nilai sejarah
yang dicerminkan dengan kisah-kisah yang terdapat di dalam Al-Quran seperti
peristiwa-peristiwa penting, mukzizat dan pemberian hukuman terhadap suatu
kaum/masyarakat. Allah berFirman beberapa kali dalam Al-Quran untuk
mempelajari apa yang sudah dilakukan manusia-manusia terdahulu, disini jelas
bahwa Al-Quran mencoba untuk memberitahukan kepada umat muslim untuk
belajar dari masa lalu agar tidak terulang kesalahan yang sama. Di dalam Al-
Quran pun dijelaskan Kisah para Nabi yang berisi usaha, tahap-tahap dan
perkembangan dakwah mereka dan sikap orang-orang yang menentang mereka.
Kisah orang terdahulu yang tidak termasuk kategori Nabi, seperti kisah Thalut,
Ashab al-Kahfi, Luqman, dan seterusnya. Kisah yang berhubungan dengan
peristiwa di masa Nabi Muhammad seperti perang Badar, Hijrah Nabi, Isra
Mi’raj, dan seterusnya. Semua kisah tersebut yang dikisahkan dalam ayat suci Al-
Quran semata-mata hanya untuk memberitahukan manusia maupun umat muslim
untuk belajar dari orang-orang terdahulunya agar kekufuran atau kezaliman suatu
kaum tidak terulang kembali. Allah SWT berFirman dalam Q.S Hud/11:117
Allah menyebutkan, “ Tidak sekali-kali membinasakan negeri-negeri secara
zhalim, sedang penduduk negeri itu adalah orang-orang yang berbuat kebaikan”
dari ayat tersebut kita dapat memahami bahwa Allah tidak akan menurunkan
kebinasaan kepada suatu kaum apabila kaum tersebut berbuat baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Fuad Al-Baqi. (1987). Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz Alquran Al-


Karim. Beirut: Daaral Fikr.

Al-maraghi, Ahmad Musthafa. (1993). Tafsir Al-Maraghi, Terjemahan Anshori


Umar Sitanggal, dkk. Semarang: Karya Toha Putra.

Al-Baqi, Muhammad Fuad. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz Al-Qur’an Al-


Karim. Beirut: Darul Fikr. 1987.

Esha, Muhammad In’am. Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam.


Malang: UIN Maliki Press. 2011.

Ismaun, dkk. (2016). Pengantar Ilmu Sejarah. Asosiasi Pendidik dan Peneliti
Sejarah (APPS).

Al-Qaththan, Manna. Mabahits fi Ulum al-Quran. Beirut: Muassasah al-Risalah.


1993.

Siddqi.M., et. al(1986). Konsepsi Al-Quran tentang Sejarah. Jakarta:Pustaka


Firdaus

Muchsin, M.A.(2002). Filsafat Sejarah Dalam Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Press.

Jamal, M. (2011). Konsep Al-Islam Dalam Al-Quran. Jurnal Al-Ulum, 11, 283-
310. Doi: https://media.neliti.com/media/publications/184357-ID-konsep-al-
islam-dalam-al-quran.pdf.

Sodikin, A. (2003). Konsep Agama Islam. Jurnal Al-Qalam, 20, 1-20. Doi:
file:///D:/KULIAH/DARING/SPAI/sumber/Konsep%20Agama
%20ISLAM_JURNAL.pdf.

11

Anda mungkin juga menyukai