Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGERTIAN BID'AH, CONTOH PERILAKUNYA DI MASYARAKAT

DAN CARA MENGHINDARINYA

Dosen pembimbing:

Ustad Asep Setiawan, S.Th.I., M.Ud

Disusun oleh:

Dimas Aspri Mulhansah

Hanif Talenta Firdaus

Muhamad Hanif Royan Ahzami

Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Segala ucap syukur alhamdulillah kepada ALLAH S.W.T yang telah

melimpahkan rahmat dan ridha-Nya sehingga Penulis bisa menyusun makalah ini

yang berjudul “ BID’AH“ sebagai tugas mata kuliah Akidah, Pendidikan Ulama

Tarjih Muhamadiyah, Yogyakarta

Kami bertiga sebagai penulis berharap semoga dengan disusunnya

makalah ini akan memberikan manfaat bagi kami selaku penulis khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya.

            Kami bertiga menyadari pasti ada kekurangan dan kelemahan yang

terdapat pada makalah ini karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki.

Untuk itu, kamk terbuka terhadap kritik dan saran sehingga bisa menambah

kesempurnaan dan memberikan kami tambahan pengetahuan.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Yogyakarta, 29 Desember 2022

Kami bertiga:

Dimas Aspri Mulhansah


Hanif Talenta Firdaus
Muhammad Hanif Royyan Ahzami
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tema materi dakwah yang sangat riskan dan sering terjadi

kontroversi jika disampaikan pada masyarakat muslim secara umum adalah

masalah bidah, bahkan ada yang tidak suka dengan istilah bid'ah sehingga

terlontar ungkapan "mana dalilnya? Kok enak aja ngomongin orang bahwa

ritual tahlilan, selamatan, yasinan, sholawatan, istighosah, dzikir berjamaah,

dan ziarah wali songo dikatakan bidah, syirik, dan kufur kepada Allah? Itu

kan hanya omongan orang-orang yang anti tahlilan dan amaliyah amaliyah

lainnya yang kami kerjakan."

Terkadang banyak yang langsung dituding dan dicerdas sebagai orang

yang memiliki paham Muhammadiyah atau wahabiyah, yang suka merubah-

rubah ritual amalan yang telah umum di masyarakat. Bahkan sampai pada

tahap diintimidasi dan diteror bagimu balik yang ceramahnya menyinggung

masalah ritualitas selamatan yasinan sholawatan istighosah dzikir berjamaah

yang dikategorikan bid'ah. Sebagaimana yang dialami oleh penyusun.


Realita ini menggelitik kami untuk membahas tentang bid'ah, macam-

macamnya serta hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah dan

menyikapinya di masyarakat secara paham Muhammadiyah. Kami berharap

agar tulisan ini dapat menjadi bagian proses pencerahan bagi internal warga

persyarikatan Muhammadiyah, agar mereka lebih mengerti dan lebih paham

dalam beragama menurut paham Muhammadiyah.

1.2. Perumusan  Masalah

Berdasarkan latar belakang pemasalahan di atas, maka Penulis dalam

menyusun makalah ini dapat mengambil beberapa permasalahan, yaitu

1. Apa yang di maksud dengan “BID’AH”?

2. Apa saja perilaku “BID’AH” di masyarakat?

3. Bagaimana cara menghindarkan diri dari perbuatan “BID’AH”?

1.3. Tujuan

            Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan Penulis menyusun makalah ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian bid’ah

2. Untuk mengetahui perilaku bid’ah dalam masyarakat

3. Untuk mengetahui cara menghindarkan diri dari bid’ah


BAB  II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian  Bid’ah

2.1.1. Menurut Bahasa

Syaikh Sholih Fauzan bin Fauzan menjelaskan makna bid'ah dalam kitab

beliau Kitabut Tauhid bahwa bid’ah menurut bahasa, diambil dari kata al-

bad'u dengan makna:

‫االختراع على غير مثال سابق اي مخترعها على غير مثال سابق‬

"Artinya : mengadakan sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya atau hal yang

diadakan itu tidak seperti apa yang sudah ada sebelumnya".

Beliau menambah penjelasan dengan menyebut ayat 117 dari surat al-

baqarah sebagai berikut:

‫بديع السماوات واالرض‬

"Artinya : Allah pencipta langit dan bumi"

Maksudnya adalah Allah menciptakan langit dan bumi yang belum pernah Ia

ciptakan yang semisalnya sebelumnya.

Kemudian beliau menyebutkan ayat Alquran surat Al ahqaf ayat 6:

‫قل ما كنت بدعا من الرسل‬

“Artinya : Katakanlah olehmu wahai Muhammad, 'aku bukanlah seorang

rasul yang mengadakan suatu yang batu dari rasul-rasul sebelumnya"

Maksudnya adalah nabi Muhammad tidak melakukan bid'ah (mengadakan

sesuatu hal yang baru yang sama sekali tidak dilakukan oleh rasul-rasul

sebelumnya) akan tetapi risalah yang beliau bawa sudah dibawa oleh rasul-
rasul sebelumnya. Apabila dikatakan kepada fulan "Fulan telah membuat

suatu bidah" maka maksudnya adalah Fulan telah memulai suatu cara yang

belum pernah ada sebelumnya.1

2.2.2. Bid’ah  Menurut  Istilah

Imam As Syatibi dalam kitab beliau Al I'tisham sebagaimana penulis kutip

dari buku Bid'ah Hasanah mengenal bid'ah dan Sunnah yang disusun oleh

ustadz Firanda Andirja Abidin, Lc., M. A. Sebagai berikut

‫طريقه في الدين مخترعه تضاهي الطريقه الشرعيه يقصد بالسلوك عليها ما يقصد بالطريقه‬

‫الشرعيه‬

"Artinya : suatu metode atau model dalam agama yang dikreasikan yang

menyerupai metode ibadah yang syar'i tujuan menempuh/ melakukannya

adalah sebagaimana tujuan melakukan ibadah yang syar'i"2

2.2. Perilaku BID’AH di masyarakat

1.1.1. Bid'ah ritual tahlilan

Ustad Tohari bin Misro Al Maduri mengambil pendapat tim PP Majelis

Tarjih Muhammadiyah dalam kitab yang beliau susun yaitu Mantan Santri

NU Mengupas Bid'ah dan Paham Muhammadiyah Tentang Bid'ah sebagai

berikut

"Dasar hadist yang menyuruh atau memberi tuntunan tasyakur dengan

tahlilan pada waktu seseorang mempunyai anak dalam kandungan telah 7 bulan

atau tahlilan setelah 3 hari, 7 hari, dan 40 hari seseorang meninggal dunia tidak

1 Soleh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, "aqidatul tauhid" , Saudi Arabia: Darut Taqwa, 2012,
hlm. 214
2 Tohari, "mantan santri NU mengupas bid'ah dan paham Muhammadiyah tentang bidah",
Yogyakarta: Pustaka Buya Hamka, 2017, hlm. 184-185
dijumpai dalam Muhammadiyah. Jika kita telaah hadis tentang dasar pengamalan

agama, maka akan kita temukan Hadits Riwayat Muslim dan Ahmad dari Aisyah

yang berbunyiberbunyi

‫من عمل عمال ليس عليه أمرنا فهو رد‬

" dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

berkata Siapa yang melakukan suatu perbuatan( ibadah) yang bukan urusan

maka dia tertolak" (HR.ahmad dan muslim dari aisyah)"

Di dalam Alquran dan hadis banyak kita temukan tuntunan cara

mensyukuri nikmat Allah. Namun tuntunan dengan cara tahlilan pada

bulan ke-7 kalau seseorang mengandung tidak kita jumpai. Demikian pula

mengadakan tahlilan dengan memasak makanan yang kadang-kadang

mengadakan bagi orang yang tidak mampu bila kena musibah kematian

keluarga juga tidak dijumpai dalam amalan nabi. Bahkan kita jumpai

keterangan sahabat bahwa di masa sahabat mengadakan perjamuan dan

pembuatan makanan sehabis jenazah seseorang dikubur termasuk

perbuatan meratap yang dilarang. (HR. Ahmad)3

1.1.2. Bacaan surat Yasin

Muhammadiyah berpendapat bahwa membacakan surat Yasin bagi orang

yang hampir mati tidak ada dasar yang kuat. Dalam Himpunan Putusan

Tarjih halaman 239 disebutkan:

‫اما قراءة يس على المحتضر فليس لها اصل ثابت‬

3 Ibid, hlm. 199-208


"Artinya : bacaan Yasin pada orang yang hampir mati itu tiada ada

alasannya yang shahih"4

1.1.3. Sholawat sholawat bid'ah dan membaca kitab Al Barzanji

Pandangan Muhammadiyah tentang sholawat dan kitab barzanji .

Menurut pandangan Muhammadiyah dalam buku tanya jawab agama

jilid 6 PP Muhammadiyah 2010 halaman 144-148 majelis tarjih

menyimpulkan bahwa membaca kitab barzanji sebaiknya menurut

kami tidak usah saudara membacanya karena di dalamnya apabila

pembaca paham bahasa Arab ada lafadz-lafadz yang menyimpang dan

meracuni keimanan. Berikut ini kami tunjukkan beberapa contoh dari

kitab tersebut untuk menjadi perhatian saudara

‫واصلي واسلم على النور الموصوف بالتقدم واالولية المنتقل في الغرر الكريمة والجباة‬

"Artinya aku ucapkan sholawat dan salam atas cahaya yang bersifat

mula pertama yang berpindah-pindah di ubun-ubun dahi-dahi yang

mulia"

Maka yang dimaksud dengan yang mula pertama ialah nur cahaya

Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang diterangkan telah

terwujud sebelum ada wujud-wujud yang lain dan adanya segala

makhluk Allah karena nur Muhammad shallallahu alaihi wasallam itu.5

2.3. Hal-hal yang harus dilakukan untuk menghindarkan diri dari perbuatan

BID’AH

4 https://www.academia.edu/34973130/MAKALAH_BIDAH
5 Firanda andirja Abidin, "tidak Hasanah mengenal bid'ah dan Sunnah", Jakarta: Nasirus Sunnah,
2013, hlm. 16
2.3.1 Menghadapai bid’ah yang menyesatkan ini, kita wajib melakukan

sesutu untuk menghentikannya. Cara efektif dalam menghadapi

bid’ah adalah lewat bentuk-bentuk pengingkaran/penolakan

dengan hikmah (bijak), bashirah (ketajaman mata hati), dialog

yang sehat dan metode-metode lain yang tidak menimbulkan

bid’ah yang lebih besar dari yang hendak dihapuskan.

2.3.2 Metode efektif menghadapi bid’ah adalah metode yan dapat diukur

tingkat pencapaiannya dengan biaya yang paling ringan dan korban

yang paling minimal. Sarana dan cara menghadapi bid’ah  tidak

baku dan kaku, tetapi berkembang sesuai dengan situasi, ruang dan

waktu  bid’ah itu muncul.

2.3.3 Rasulullah saw telah memberikan teladan dalam menghadapi

bid’ah dengan hikmah dan bashirah agar tidak menimbulkan

bid’ah yang lebih besar lagi. Dalam ruang dan waktu yang berbeda

diperlukan sikap yang berbeda. Rasulullah membedakan sikapnya

dalam menghadapi bid’ah di Makkah, di Madinah dan di Makkah

seusai Fathu Makkah. Hal ini bisa kita lihat dari  sikap Nabi

terhadap berhala yang ada di sekitar Ka’bah, antara sebelum hijrah

dan sesudah fathu Makkah. Dan  adakah yang lebih bid’ah

dibandingkan dengan berhala di sekeliling Ka’bah.

2.3.4 Selain itu hanya iman yang bisa mengatasi berbagai Bid’ah dan

semua kemelut dalam kehidupan ini,karena ilmu dan teknologi

yang canggih sekalipun tidak berdaya menghadapi kepentingan-


kepentingan duniawi.Kegelisahan,keraguan,kecurigaan hanya akan

hilang oleh iman.6

6 Ibid, hlm. 192


BAB  III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Bid’ah adalah sebuah pendapat mengada-adakan sesuatu yang belum jelas

kebenarannya menurut syari’at.

2. Banyak ritual yang beredar di masyarakat dianggap sebagai ibadah yang

menghasilkan pahala padahal hal yang demikian tidak benar malah

mendatangkan dosa bagi para pelaku ritual tersebut.

3. Iman yang kuat memiliki fungsi dan hikmah yang besar bagi kehidupan

untuk melenyapkan Bid’ah.

3.2. Saran

1. Setelah disadari bahwa Bid’ah kesalahan yang besar yang menyalahi

hukum-hukum Allah dan tidak diajarkan dalam agama Islam maka

hendaklah masyarakat betul betul belajar ajaran agama yang benar

tidak hanya sekedar ikut-ikutan oleh orang yang dianggapnya benar.

2. Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca akan lebih paham

mengenai bid'ah dan mampu menghindari perilaku bid'ah di

lingkungan masyarakat.

3. Masyarakat hendaknya mampu menjalankan ritual ibadah dengan baik

dan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi

wasallam.
DAFTAR PUSTAKA

Tohari, mantan santri NU mengupas bid'ah dan paham Muhammadiyah tentang

bid'ah, (Yogyakarta, pustaka Buya Hamka) cetakan III, Rajab 1438 H/April 2017

M.

Al Fauzan, Soleh bin Fauzan bin Abdullah, aqidatul tauhid, (Saudi Arabia, Darut

Taqwa) 2012 M.

Abidin, Firanda Andirja, bidah Hasanah mengenal bid'ah dan Sunnah, (Jakarta,

Nasirus Sunnah) cetakan I, Dzulhijah 1434 H/September 2013.

https://www.academia.edu/34973130/MAKALAH_BIDAH

Anda mungkin juga menyukai