Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN SOSIAL”

Disusun Oleh :

Kelompok 8
Anis Mardiyah 1734030059
Jessy renika 1734030193
Wendhy iriyani Atmaja 1734030120
Riki adrian pratama 1734030052

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Teologi Al-Maún (Al-Maunisme) ............................................................... 2
B. Nilai-nilai Ajaran Sosial-Kemanusiaan Muhammadiyah ........................... 3
C. Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah ........................................................ 5
D. Kritik dan Kelemahan-kelemahan terhadap Gerakan Sosial
Muhammadiyah .......................................................................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................. 7
B. Penutup ........................................................................................................ 7

Daftar Pustaka

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi “MUHAMMADIYAH” berdiri pada tanggal 18 November 1912
Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta. Sebagai
gerakan sosial keagamaan, menurut (alm) Nurcholish Madjid Muhammadiyah
merupakan organisasi Islam modern tebesar di dunia. Dilihat dari segi
kelembagaannya, Muhammadiyah juga dikatakan sangat mengesankan. Karena itu,
menurut Cak Nur, Muhammadiyah merupakan salah satu cerita sukses di kalangan
Islam, tidak saja secara nasional, tapi juga internasional. Pernyataan Cak Nur ini
merupakan sebagian dari pandangan yang bernada memuji dan optmistis terhadap
kiprah Muhammadiyah.
Sebagai gerakan tajrih (pemurnian) dan tajdid (pembaharu), Muhammadiyah
banyak berkiprah baik di bidang akidah, ibadah, pendidikan, kesehatan, dan
pelayanan sosial. Melalui teologi al-Maun (al-Maunisme) Muhammadiyah telah
membuktikan diri sebagai gerakan yang sangat menekankan pentingnya amal saleh.
Dengan menekuni wilayah praksis sosial keagamaan berarti Muhammadiyah telah
melaksanakan prinsip a faith with action. Dalam bahasa warga Muhammadiyah
prinsip ini dikenal dengan dakwah bil hal (mengajak dengan amalan dan tindakan
konkret). Muhammadiyah juga mempraktikkan ajaran sedikit berbicara banyak
bekerja, berdisiplin, bekerja keras, dan tanggung jawab secara organisasi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Pada makalah ini adalah :
1. Apa itu Teologi Al-Maún ?
2. Nilai-nilai Ajaran Sosial-Kemanusiaan Muhammadiyah?
3. Kritik dan Kelemahan-kelemahan terhadap Gerakan Sosial Muhammadiyah?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teologi Al-Maún (Al-Maunisme)


Teologi berasal dari kata Yunani “theos” yang berarti Tuhan dan “logia” yang
berarti kata-kata, ucapan, atau wacana. Teologi adalah wacana yang berdasarkan
nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan1. Websterds New Word Dictionary
(dalam https://hendarriyadi.wordpress.com/risalah-2/), mendefinisikan teologi
sebagai studi tentang doktrin-doktrin agama dan ketuhanan, studi tentang Tuhan,
dan hubungan-Nya dengan manusia dan alam (“The study of religious doctrines and
matter of divinity, the study of God and the relations between God, mankind and the
universe”). Frank Whalling menyimpulkan tiga pengertian teologi, yaitu pertama,
teologi berkaitan erat dengan masalah Tuhan atau transendensi; kedua, teologi
berkait dengan masalah doktrin; dan ketiga, teologi berkait dengan aktivitas
(second-order activity) yang muncul dari keimanan dan penafsiran atas keimanan.
Dalam wacana pemikiran keagamaan Islam kontemporer, term teologi ini
sering digandengkan dengan term-term lain yang lebih bernuansa sosial-
antropologis. Misalnya, teologi kebudayaan, teologi pembangunan, teologi
transformatif, teologi kaum tertindas, teologi perdamaian, teologi pembebasan dan
sebagainya. Dalam konteks ini, teologi terkadang diidentikkan dengan agama (al-
din atau religiusitas) sebagai landasan moral dan spiritual. Munir Mulkhan misalnya
mendefinisikan teologi kebudayaan sebagai upaya menempatkan pengembangan
keberagamaan dan religiusitas yang fungsional terhadap kehidupan obyektif dan
sebagai realisasi ibadah.

Surat Al-Maun

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang
miskin. Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
terhadap shalatnya, yang berbuat riya’, dan enggan (memberikan) bantuan.” (Al-
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi
6
Ma’un:1-7)

Surat Al-Ma’un termasuk dari surat-surat pendek yang ada di juz 30. Surat
yang terdiri dari tujuh ayat tersebut termasuk Makkiyah (diturunkan di Mekkah).
Adapun mengenai surath tersebut, salah satu ulama tafsir, seperti Syeikh
Jamaluddin Abdur Rahman bin Ali bin Muhammad Al-Jauzi (W.597) dalam
kitabnya “Zaadal Masiir fi Ilmi Tafsir”; ayat tersebut turun berkenaan dengan
orang-orang munafiq (Pendapat Ibnu Abbas), Umar bin A’idz (Pendapat Ad-
Dzihak), Walid bin Al-Mughirah (Pendapat As-Sidi), Ash bin Wa’il (Pendapat
Ibnu Sa’ib), Abi Sufyan bin Harb (Pendapat Ibnu Jarij), Abi Jahal (Pendapat Al-
Mawardi).2

Ketika menjelaskan tafsir surat ini, Prof. Dr. H. Quraish Shihab dalam Tafsir
Al-Misbah, Volume 15 hal.643 sd 658 (Abdul Rahman,
http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-agama/), menjelaskan bahwa
asbabun nuzul surat Al-Maun ini sehubungan dengan kebiasaan Abu Sofyan dan
Abu Jahal yang konon tiap minggu menyembelih seekor unta. Suatu ketika
seorang anak yatim datang meminta sedikit daging yang telah disembelih itu,
namun bukannya diberi daging oleh Abu Jahal dan Abu Sofyan, tetapi anak
yatim itu malah dihardik dan diusir. Inilah peristiwa yang melatar belakangi
turunnya surat Al-Ma`un.

Kata al-ma`un yang terdapat, dalam bahasa Arab berarti: bantuan,


membantu dengan bantuan yang jelas (baik dengan alat-alat maupun dengan
fasilitas), yang memudahkan tercapainya sesuatu yang diharapkan. Al-ma`un juga
bisa bermakna: zakat, harta benda, alat-alat rumah tangga, air, keperluan sehari-
hari, seperti periuk, piring, pacul, dan sebagainya. Dalam makna yang lebih luas
al-ma`un dimaknai membantu dengan sesuatu yang kecil dan dibutuhkan oleh
orang lain.

B. Nilai-nilai Ajaran Sosial-Kemanusiaan Muhammadiyah


Surat al-Ma`un walaupun hanya terdiri dari 7 ayat, tetapi pesan yang
terkandung di dalamnya pada hakekatnya sangat penting. Antara lain:

a. Menjelaskan secara tegas dan jelas bahwa ajaran Islam tidak pernah
2
http://htq.uin-malang.ac.id/2015/03/08/kajian-tafsir-al-quran-1-surat-al-maun/
7
memisahkan ibadah ritual dengan ibadah sosial antara duniawi dan ukhrowi,
atau membiarkan ibadah tersebut berjalan sendiri-sendiri. Sebagai contoh
orang yang rajin sholat tetapi tidak peduli dengan tetangganya dan
penderitaan orang lain, orang ini juga belum dikatakan sempuna imannya,
sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa siapa saja yang
beriman kepada Allah SWT hendaklah dia berbuat dengan tetangga atau
tamunya.

b. Keikhlasan. Ikhlas memang sulit didefenisikan. Beda orang, beda pula


definisi. Banyak orang mengatakan ikhlas berarti tanpa pamrih, atau
mengerjakan sesuatu hanya mengharap ridho Allah Swt. Apa pun defenisi
ikhlas dikembalikan kepada kita semua, karena keihklasan seseorang, yang
tahu hanya orang yang bersangkutan dan Allah SWT. Ikhlas ini adalah
puncaknya ibadah atau kenikmatan suatu ibadah. Orang yang ikhlas adalah
orang yang tidak pernah menghitung-hitung kebaikan yang dilakukannya
kepada orang lain, atau mungkin dia melupakan sama sekali kalau dia telah
berbuat baik kepada orang lain, baik secara nyata atau pun tidak nyata. Orang
yang ihklas adalah orang yang tidak pernah mendongkol kalau tidak diberi,
atau menyebut-nyebut kebaikan yang telah dilakukannya kepada orang lain
dan seterusnya.

c. Kesediaan mengulurkan bantuan kepada orang-orang lemah yang


membutuhkan dalam bentuk apa pun dan sekecil apapun. Membantu tidak
mesti menunggu kaya terlebih dahulu, atau menunggu menjadi
pejabat/penguasa. Membantu dilakukan kapan pun dan dimana pun.
Membantu bisa dengan tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan, nasehat dan
sebagainya.

Surat Al-Ma’un adalah salah satu di antara surat-surat Makkiyah. Surat ini
tidak tanggung-tanggung mengategorikan sebagai pendusta terhadap agama
mereka yang tidak peduli atas nasib anak yatim dan orang miskin. Rupanya
Ahmad Dahlan telah menangkap isyarat Al-Quran itu sehingga kajian tafsirnya
perlu diulang-ulang sampai para muridnya benar-benar memahami betul tentang
apa tujuan pengulangan itu.3

3
Ma’arif, Ahmad Syafi’i, http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/12/08/07/m8dxq8- teologi-
8
C. Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah
Revitalisasi merupakan salah satu jenis atau bentuk perubahan (transformasi)
yang mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan terhadap aspek-aspek
yang selama ini dimiliki (proses potensial) maupun dengan melakukan
pengembangan (proses aktual) menuju pada keadaan yang lebih baik dan lebih maju
dari kondisi sebelumnya. Revitalisasi sebagai proses perubahan yang direncanakan
meliputi tahapan-tahapan penataan, pemantapan, peningkatan dan pengembangan
yang dilakukan secara berkesinambungan.
Revitalisasi gerakan Muhammadiyah dapat dimaknai sebagai proses
penguatan kembali sistem paham dan jati diri sesuai dengan prinsip-prinsip ideal
gerakan menuju pada tercapainya kekuatan mMuhammadiyah sebagai gerakan
Islam yang menjalankan fungsi dakwah dan tajdid menuju terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya.

D. Kritik dan Kelemahan-kelemahan terhadap Gerakan Sosial Muhammadiyah


Muhammadiyah sering menuai kritik sebagai gerakan sosial yang mulai
terjangkit penyakit elitisme. Perkembangan Muhammadiyah yang kian pesat dari
hari ke hari dalam banyak hal menyebabkan terjadinya pergeseran orientasi,
termasuk orientasi gerakan sosialnya. Jika pada mulanya, amal usaha
Muhammadiyah, khususnya dalam bidang sosial lebih banyak “berbicara” pada
bidang-bidang sosial yang berorientasi voulentaire, kini hampir bisa dipastikan
bahwa seluruh amal usaha Muhammadiyah berorientasi pada persoalan ekonomi
dan sampai batas- batas tertentu cenderung profit oriented. Hal itu tidak sepenuhnya
salah, karena sebagai sebuah organisasi, Muhammadiyah harus profesional, dan
profesionalitas itu antara lain harus diwujudkan dalam bentuk-bentuk seperti itu,
sedangkan pola-pola volunteerism tentu memiliki potensi yang kontra produktif
dengan kenyataan tersebut. Tetapi hal itu sekaligus menimbulkan dilema: pada satu
sisi Muhammadiyah memang harus terus mengembangkan profesionalitasnya,
tetapi yang juga harus diingat adalah, jangan sampai profesionalitas yang hendak
dicapai itu melupakan fungsi-fungsi sosial Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan
sosial keagamaan.
Jika dikaitkan dengan teori gerakan, maka Muhammadiyah cenderung berada
pada posisi peripheral, tidak “Kiri” tidak juga “Kanan”. Maka tidak ada salahnya

almaun-muhammadiyah-1
9
jika Muhammadiyah mengambil peran gerakan Kiri, bukan dalam bentuk, tetapi
dalam fungsi, untuk melakukan keberpihakan ulang terhadap kaum proletar seperti
pada masa-masa awal berdirinya organisasi ini. Secara umum, Kiri diartikan
sebagai kelompok yang cenderung radikal, sosialis, “anarkis”, reformis, progresif
atau liberal. Dengan kata lain, Kiri selalu menginginkan kemajuan (progress) yang
memberikan inspirasi bagi keunggulan manusia atas “takdir sosial” yang
dialaminya. Kelemahan Muhammadiyah dalam bidang gerakan sosial lainnya
adalah pendasaran pembinaan sosial pada jenis kelamin dan usia yang pada
gilirannya menjadikan Muhammadiyah seolah-olah tidak peduli dengan interest
group, seperti petani, buruh, nelayan kalangan proletar lainnya. Akibatnya,
Muhammadiyah seolah-olah membiarkan warganya yang menjadi buruh
berbondong-bondong ke organisasi lain yang dirasa lebih aspiratif dengan
kepentingannya, seperti APSI, atau petani yang ke HKTI dan sebagainya. Maka
proletarisasi Muhammadiyah, nampaknya merupakan suatu persoalan yang sangat
urgen untuk dilakukan dalam diri Muhammadiyah. Mau tidak mau harus diakui,
bahwa apapun yang dilakukan oleh Muhammadiyah kurang menyentuh massa di
kalangan grass root. Jika hal ini terus berlanjut, maka sedikit demi sedikit
Muhammadiyah akan mulai kehilangan basis massa pendukungnya, khususnya dari
kalangan kelas menengah ke bawah. Kecuali jika Muhammadiyah memang sudah
puas dengan basis massa kalangan menengah ke atas yang saat ini dimilikinya.4

4
Ahmad, Bojes. Makna Muhammadiyah dalam Gerakan Sosial
10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teologi Al-Maun yang merupakan dasar ajaran nilai sosial-kemanusiaan
Muhammadiyah mengajarkan bahwa ajaran Islam tidak pernah memisahkan ibadah
ritual dengan ibadah sosial antara duniawi dan ukhrowi, atau membiarkan ibadah
tersebut berjalan sendiri-sendiri. Selain itu, teologi Al- Ma’un juga mengajarkan arti
keikhlasan, dan kesediaan untuk mengulurkan bantuan kepada orang-orang lemah
yang membutuhkan dalam bentuk apa pun dan sekecil apapun. Bahkan KH Ahmad
Dahlan merasa perlu harus mengulang-ulang tafsir dari surat Al-Ma’un tersebut
agar murid-muridnya benar-benar memahami ajaran dalam surat Al-Ma’un, apakah
sekadar untuk dibaca atau langsung diamalkan sebagai aksi sosial.
Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara yang
telah berdiri selama dua abad dan memiliki banyak bidang yang dijalankan,
Muhammadiyah dihadapkan pada berbagai persoalan. Muhammadiyah diibaratkan
seperti gajah gemuk yang semakin lamban dalam memberikan respons terhadap
tantangan zaman. Oleh karena itu, Muhammadiyah perlu merevitalisasi gerakannya
diberbagai aspek antara lain aspek teologi, ideologi, pemikiran, organisasi,
kepemimpinan, amal usaha dan aksi agar terus dapat memberikan kontribusi positif
kepada masyarakat luas.

B. Penutup
Demikian penjelasan yang dapat penulis sampaikan mengenai materi yang
menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan
dalam penulisan disebabkan kerena terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan
atau juga mungkin referensi yang penulis peroleh. Diharapkan dengan makalah ini,
para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik maupun saran yang
membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan khususnya pada diri penulis sendiri.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir.2015.Tafsir Ibnu Kasir Terj.
Cet Ke-6.Bandung:Sinar Baru Algensindo

Ahmad,Bojes. Makna Muhammadiyah dalam Gerakan Sosial.www.academia.edu

Batutah, Ridwan. Makalah Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah


Kel.12. http://dokumen.tips/documents/makalah-revitalisasi-gerakan-
muhammadiyah- kel12.html

Biyanto.Revitalisasi Ideologi Muhammadiyah Biyanto November


2009.pdf. http://eprints.uinsby.ac.id/47/

https://hendarriyadi.wordpress.com/risalah-2/

http://htq.uin-malang.ac.id/2015/03/08/kajian-tafsir-al-quran-1-surat-al-

maun/ https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi

http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-agama/

http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-maun-

bag-1 http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-

maun-bag-2

12

Anda mungkin juga menyukai