PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Muhammadiyah sendiri mengambil surat Al-Ma’un dalam Al-Qur’an sebagai dasar
untuk berjalan pada ranah sosial. Pembahasan mengenai Teologi Al-Ma’un pun sering
digalakkan. Hal ini sebagai telaah kritis terhadap gerakan sosial yang dilakukan
Muhammadiyah. Dan bisa kita lihat, bahwa saat ini Muhammadiyah banyak mempunyai
amal usaha, mulai dari pondok anak yatim, sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit
pun ada. Ini sebagai pengejawantahan dari interpretasi terhadap surat Al-Ma’un.
Muhammadiyah mempunyai cita-cita sosial, yakni “kesejahteraan, dan kemakmuran
masyarakat yang diridhai Allah”. Dari sini kita ketahui bahwa Muhammadiyah menghendaki
terciptanya negara yang baik dan penuh akan ampunan Allah. Inilah interpretasi dari
ungkapan Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Bagaimana kita lihat kemudian
Muhammadiyah sejak didirikan oleh Kyai Dahlan, sampai kepemimpinan yang sekarang
masih berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik, dan memberikan pelayanan sosial
terhadap masyarakat, fakir miskin dan yatim piatu. Hal inilah yang menjadi penting dalam
perkembangan Muhammadiyah.
Dalam dunia pendidikan, Muhammadiyah telah melakukan aktifitasnya dalam bentuk
mendirikan madrasah-madrasah dan pesantren dengan memasukkan kurikulum pendidikan
dan pengajaran ilmu pengetahuan umum dan modern, mendirikan sekolah-sekolah umum
dengan memasukkan kurikulum keislaman dan kemuhammadiyahan. Lembaga pendidikan
yang didirikan di atas dikelola dalam bentuk amal usaha dengan penyelenggaranya dibentuk
sebuah majelis dengan nama Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, secara vertikal mulai
dari Pimpinan Pusat sampai ke tingkat Pimpinan Cabang.
1
B. Rumusan masalah
A. Apa yang di maksud nilai-nilai sosial kemanusiaan?
B. Bagaimanakah bentuk dan model gerakan sosial muhammadiyah?
C. Bagaimana revitalisasi gerakan sosial muhammadiyah?
D. Bagaimana Gerakan Muhammadiyah Dalam Dunia Pendidikan ?
E. Apa saja Peran Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan?
F. Perkembangan pendidikan di Indonesia
C. Tujuan penulisan
A. Memahami nilai-nilai sosial kemanusiaan.
B. Memahami bentuk dan model gerakan sosial muhammadiyah.
C. Mengerti tentang revitalisasi gerakan muhammadiyah.
D. Agar memahami gerakan muhammaddiyah dalam dunia pendidikan
E. Memahami peran muhammadiyah dalam bidang pendidikan
F. Memahami perkembangan pendidikan di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berarti seseorang telah melanggar visi kemanusiaan. Ialah "pendusta agama". Agama bukan
hanya bersifat vertikal, terkungkung dan terpenjara di mesjid. Agama ialah kemanusiaan
yang membebaskan dan mencerahkan.
Itulah potret-potret pendusta agama. Ayat berikutnya, dengan lebih lantang,
mengatakan pada kita: “Maka celakalah orang-orang yang salat! Bagaimana mungkin,
pengabdian transendental seorang muslim, melalui shalatnya kepada Allah, disebut sebagai
perbuatan yang tidak hanya sia-sia, tapi juga mencelakakan?”
Ada tiga parameter celakanya (wail) orang-orang yang shalat (ayat 4-7). Pertama,
mereka yang lalai dalam shalatnya (ayat 5). Kedua, mereka yang berbuat riya' (ayat 6).
Ketiga, mereka yang menolak memberi pertolongan. Buya Hamka menafsirkan bahwa "lalai"
berarti shalat tanpa diikuti oleh kesadaran sebagai hamba Allah. Kata Buya Hamka:
"Saahuun; asal arti katanya ialah lupa. Artinya dilupakannya apa maksud sembahyang itu,
tidak didasarkan atas pengabdian kepada Allah, walau ia mengerjakan ibadah. Ibadah tanpa
kesadaran, adalah sebuah kelalaian, begitu tafsir Buya Hamka. Kesadaran penting, manakala
kita melakukan purifikasi atas niat beribadah itu.
Mereka yang berbuat riya' berarti menodakan niat ikhlasnya pada sesuatu yang bukan
pada Allah. Menisbatkan sesuatu yang seharusnya dipersembahkan pada Allah misalnya:
shalat dan ibadah justru kepada benda ciptaan Allah. Shalat dalam kerangka ini hanya
membawa kecelakaan. Kata Buya Hamka, kadang-kadang dia menganjurkan memberi makan
fakir miskin, kadang-kadang kelihatan dia khusyu' sembahyang; tetapi semuanya itu
dikerjakannya karena ingin dilihat, dijadikan reklame. Dalam bahasa yang lebih moderen,
shalat hanya dijadikan citra untuk kekuasaan, untuk amal keduniaan.
Menolak memberi pertolongan adalah bentuk kezaliman yang lain lagi. Orang-orang
yang mendustakan agama selalu mengelakkan dari menolong. Sebab, kata Buya Hamka tidak
ada rasa cinta di dalam hatinya, yang ada ialah rasa benci. Memberi pertolongan adalah
wujud kemanusiaan. Dan menolak memberi pertolongan, membiarkan orang lain dalam
kesusahan, melawan hakikat kemanusiaan. Riya', kata Buya Hamka, adalah simbol
kebohongan dan kepalsuan, sementara menolak memberi bantuan adalah simbol
individualisme dan kezaliman. Dua-duanya, adalah refleksi pendusta-pendusta agama.
Sehingga, wajar jika Sayyid Quthb dalam tafsirnya menyebut bahwa Al-Ma'un
memperlambangkan pertemuan dimensi sosial dan ritual agama. Ini menunjukkan bahwa
agama pada hakikatnya bersifat transformatif, mewujud ke seluruh sel-sel kehidupan nyata.
Maksud mengamalkan surat al-Ma’un. Menurut beliau, mengamalkan bukan sekadar
menghafal atau membaca ayat tersebut. Namun, mengamalkan berarti mempraktikkan al-
Ma’un dalam bentuk amalan nyata. “Oleh karena itu", lanjut KH Ahmad Dahlan, “carilah
4
anak-anak yatim, bawa mereka pulang ke rumah, berikan sabun untuk mandi, pakaian yang
pantas, makan dan minum, serta berikan mereka tempat tinggal yang layak. Untuk itu
pelajaran ini kita tutup, dan laksanakan apa yang telah saya perintahkan kepada kalian". KH
Ahmad Dahlan lantas mengajak murid-muridnya mencari anak yatim, dan kemudian
melaksanakan apa yang sudah difirmankan Allah tersebut. Dari sana, lahirlah
Muhammadiyah dengan amal usahanya. Inilah teologi Al-Ma'un, landasan bagi gerakan
sosial Islam. Dan dimensinya yang universal menembus batas jama'ah, menembus batas
ormas, bahkan menembus batas-batas agama.
Dalam buku profil dan direktori amal usaha muhammadiyah dan asyiyah bidang social
yang diterbitkan oleh majelis pembinaan kesejahteraan social dan pengembangan masyarakat
pimpiman pusat disebut bahwa sampai pada tahun 2000 muhammadiyah melili 168 panti
asuhan yatim piyatu dan fakir miskin, dengan jumlaha anan 7935 anak asuh. Selain itu
muhammadiyah juga sedang mengembangkan amal social berupa pemberian bantuan dan
pembinaan anak asuh bagi oorang yangtidak mampu. Adapun jenis bantuan yang diberikan
antara lain :
a. Bantuan uang bayaran spp
b. Bantuan uang dan alat-alat keprluan sekolah
c. Bantuan pinjaman sementara untuk penujang usaha produktif usaha anak asuh
d. Bantuan bahan pangan untuk emningkankan gizi.
5
pengobatan seperti rumah sakit PKU (Pembina Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah, yang
pada masa berdirinya Muhammadiyah bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat), kini
mulai meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan buku Profil dan Direktori
Amal Usaha Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai
berikut:
a. Rumah sakit berjumlah 34
b. Rumah bersalin berjumlah 85
c. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 504. Balai Kesehatan Masyarakat berjumlah
115
d. Balai Pengobatan berjumlah 846
e. Apotek dan KB berjumlah 4
4. Bidang Kaderisasi
Dalam bidang kaderisasi Muhammadiyah telah melakukan program diantaranya:
a. Peningkatan kualitas pengkaderan
b. Melaksanakan program pengkaderan formal dan informalsecara berkelanjutan
c. Menyelenggaraka baitul arqam dan darul arqam Muhammadiyah
d. Tranformasi kader per jenjang dan per generasi
e. Sinergi Building antar unit persyarikatan untuk kaderisas.
6
dimiliki (proses potensial) maupun dengan melakukan pengembangan (proses aktual) menuju
pada keadaan yang lebih baik dan lebih maju dari kondisi sebelumnya. Revitaliasi sebagai
proses perubahan yang direncanakan meliputi tahapan-tahapan penataan, pemantapan,
peningkatan dan pengembangan yang dilakukan secara berkesinambungan.
Langkah-langkah revitalisasi gerakan muhammadiyah yaitu melakukan penguatan
seluruh aspek gerakan dan menggerakkan segenap potensi Muhammadiyah dalam
menjalankan amanat Muktamar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memperluas peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan masyarakat
di daerah lokal, nasional, dan global dengan menjalankan fungsi dakwah dan tajdid
serta mengembangkan ukhuwah dan kerjasama dengan semua pihak yang membawa
pada pencerahan dan kemaslahatan hidup.
2. Meneguhkan dan mewujudkan kehidupan Islami sesuai dengan paham agama dalam
Muhammadiyah yang mengedepankan uswah hasanah dan menjadi rahmat bagi
kehidupan.
3. Mengembangkan pemikiran Islam sesuai dengan prinsip Manhaj Tarjih dan ijtihad
yang menjadi acuan/pedoman Muhammadiyah.
4. Pengembangan infrastruktur dan perbaikan sistem pengelolaan organisasi yang
mampu menjalankan fungsi-fungsi gerakan dan semakin mengarah pada pencapaian
tujuan Muhammadiyah.
5. Mendinamisasi kepemimpinan Persyarikatan di semua tingkatan (Wilayah, Daerah,
Cabang, dan Ranting).
6. Peningkatan kualitas dan memperluas jaringan amal usaha Muhammadiyah menuju
tingkat kompetisi dan kepentingan misi Persyarikatan yang tinggi, serta
menjadikannya sebagai pelaksana usaha yang terikat dan memiliki ketaatan pada
kepemimpinan Persyarikatan.
7. Pengembangan model-model kegiatan/aksi yang lebih sensitif terhadap kepentingan-
kepentingan aktual/nyata umat, masyarakat, dan dunia kemanusiaan dengan
pengelolaan yang lebih konsisten.
8. Menggerakkan seluruh potensi angkatan muda dan organisasi otonom
Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan Persyarikatan.
9. Meningkatkan bimbingan, arahan, dan panduan kepada seluruh tingkatan pimpinan
dan warga Muhammadiyah.
10. Menggerakkan kembali Ranting dan jamaah sebagai basis gerakan Muhammadiyah.
7
Macam macam aspek revitalisasi gerakan yaitu:
1. Revitalisasi Teologis
Revitalisasi teologis menyangkut ikhtiar merekonstruksi atau menafsir ulang
pemikiran-pemikiran dasar kegamaan (keislaman) dalam muhammadiyah sebagaimana
prinsip-prinsipnya tentang agama islam, dunia, ibadah sabilullah dan ijtihad. Dalam
revitalisasi teologis ini dapat dikaji ulang dan dirumuskan epistemologi keislaman
Muhammadiyah seperti tentang kalam (falsafah) atau pandangan ke-Tuhanan, pandangan
tentang Fiqih, dan pemikiran-pemikiran keislaman lainnya.
2. Revitalisasi Ideologis
Revitalisasi ideologis menyangkut penyusunan ulang dan penguatan sistem paham
disertai langkah-langkah pelembagaannya yang menjadi landasan membangun kesadaran dan
ikatan kolektif dalam memperjuangkan gerakan muhammadiyah. Pemikiran dasar
Kyai Dahlan, 12 lagkah dari Kyai Mas Mansur, muqaddimah anggaran dasar, kepribadian
muhammadiyah, matan keyakinan dan cita-cita hidup muhammadiyah, khittah perjuangan
muhammadiyah, dan pedoman hidup islami warga muhammadiyah merupakan rujukan dasar
sekaligus perlu disistematisasi dalam konsep terpadu sehingga menjadi basis ideologi gerakan
muhammadiyah yang mengikat seluruh anggota muhammadiya dalam melaksanakan
gerakan. Ketika dirasakan adanya krisis kemuhammadiyahan, maka krisis tersebut harus
dibaca dalam konteks pelemahan ideologis di kalangan muhammadiyah karena tuntutan-
tuntutan dan pertimbangan-pertimbangan yang biasanya serba pragmatis.
3. Revitalisasi Organisasi
Revitalisasi organisasi berkaitan dengan perbaikan-perbaikan sistem pengelolaan
kelembagaan persyarikatan seperti menyangkut penataan struktur dan fungsi organisasi,
birokrasi, pengelolaan dan pelayanan administrasi, hingga pengembangan organisasi yang
mengarah pada peningkatan kualitas, efisiesnsi-efektivitas, dan menjadikan organisasi
sebagai instrument gerakan untuk kemajuan dan pencapaian tujuan Muhammadiyah.
4. Revitalisasi Kepemimpinan
Revitalisasi kepemimpinan merupakan langkah penguatan kualitas fungsi efektivitas
pimpinan persyarikatan diseluruh lini, termasuk di lingkungan organisasi otonom dan amal
usaha, yang secara langsung menjadi kekuatan dinamik dalam menggerakan muhammadiyah.
Kepemimpinan muhammadiyah juga tidak cukup dokonstruksi dengan idealis normative
semata seperti mengenai hak akhlaq dan standar-standar idela kepemimpinan, tetapi juga
harus disertai format aktualisasi Kepemimpinan yang nyata (bukan Kepemimpinan yang
8
berumah diatas angin tetapi harus membumi), karena kepemimpinan Muhammadiyah
merupakan kepemimpinan sistem dan bukan Kepemimpinan figure. Faktor figure pun tidak
dapat dikonstruksikan sekadar dari kejauhan sebagaimana konsep kepemimpinan pesona
Ratu adil. Kepemimpinan Muhammadiyah juga bukan sekadar domain diniyyah (aspek-aspek
kemampuan aktual dalam mengelola kehidupan yang di pimpin), sehingga dapat menjalankan
misi kerisalahan islam.
5. Revitalisasi Amal Usaha
Revitalisasi amal usaha menyangkut pengembangan kualitas amal usaha
Muhammadiyah diberbagai bidang yang dapat tumbuh diatas misi dan visi gerakan sekaligus
dapat memenuhi hajat hidup masyarakat. Amal usaha Muhammadiyah bukan ladang mencari
nafkah bagi para penghuninya, tetapi harus menjadi sarana atau media dakwah dan
perwujudan misi Persyarikatan.
6. Revitalisasi Aksi
Revitalisasi aksi menyangkut pengembangan model-model kegiatan atau aktivitas
gerakan Muhammadiyah yang secara langsung dapat memenuhi kepentingan masyarakat luas
dengan misi dakwah dan tajdid seperti dalam pemberdayaan ekonomi kaum miskin, advokasi
kaum marjinal dan tertindas, memperkuat, potensi dan peran masyarakat madani, advokasi
lingkungan hidup, resolusi konflik gerakan anti kekerasan, gerakan anti korupsi, kegiatan-
kegiatan pembinaan umat yang bercorak partisipatif, dan aktivitas sosial masyarakat lainnya
semangat etos Al-Maun.
9
Pendirian pendidikan Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengungkapkan dengan
pemikirannya bahwa pendidikan Muhammadiyah didirikan dan dilandasi atas motivasi
teologis bahwa manusia akan mampu mencapai derajat keiamanan dan ketaqwaan yang
sempurna apabila mereka memiliki kedalaman ilmu pengetahuan. Motivasi teologis inilah
menurut Mu’ti, yang mendorong KH.Ahmad Dahlan menyelenggarakan pendidikan di
emperan rumahnya dan memberikan pelajaran agama ekstra kurikuler di OSVIA
dan kweekschoool. Pada aspek yang berbeda, Muhammad Azhar melihat pendidikan yang
diselenggarakan oleh Muhammadiyah pada aspek burhani yakni sebuah lembaga pendidikan
lebih banyak melahirkan output ketimbang outcome, aspek irfani yakni pendidikan
Muhammadiyah yang bercirikan rasionalitas dan materialitas-birokratik, aspek bayani, yakni
pendidikan Muhammadiyah yang model pengajarannya menjadi terasa kering, mengingat
paradigma pergerakan Muhammadiyah yang modernistik.
10
mapan inilah yang masih membutuhkan perhatian lebih dari Muhammadiyah untuk terus
mengembangkan dan memajukannya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Muhammadiyah sendiri mengambil surat Al-Ma’un dalam Al-Qur’an sebagai dasar
untuk berjalan pada ranah sosial. Saat ini Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha,
mulai dari pondok anak yatim, sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit. Revitalisasi
adalah salah satu bentuk perubahan yang mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan
terhadap aspek-aspek yang selama ini dimiliki maupun dengan melakukan pengembangan
sehingga menjadi lebih baik dan lebih maju dari kondisi sebelumnya. Salah satu langkah
revitalisasi gerakan Muhammadiyah yaitu melakukan penguatan seluruh aspek gerakan
dan menggerakkan segenap potensi Muhammadiyah dalam menjalankan amanat Muktamar.
Dalam dunia pendidikan, Muhammadiyah telah melakukan aktifitasnya dalam bentuk
mendirikan madrasah-madrasah dan pesantren dengan memasukkan kurikulum pendidikan
dan pengajaran ilmu pengetahuan umum dan modern, mendirikan sekolah-sekolah umum
dengan memasukkan kurikulum keislaman dan kemuhammadiyahan.
3.2 SARAN
Tujuan dakwah Muhammadiyah adalah meningkatkan kualitas hidup manusia.
Seharusnya kita ikut berpartisipasi dalam dakwah tersebut. Karena dengan dakwah tersebut
menggerakkan dinamika kehidupan masyarakat Islam di bidang pendidikan, ekonomi, dan
sosial-budaya.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://fitrafg.blogspot.in/2014/11/memahami-gerakan
http://munawarohblog.blogspot.com/2012/11/muhammadiyah-gerakan-sosial
http://www.artikelsiana.com
http://riadhariansari.blogspot.com
Amien, saiful. 2012 . AIK( al islam kemuhammadiyahan). Malang : UMM pres.
Syail, Arwanto, al islam dan kemuhammadiyahan 1. Cirebon: UMC press.
Syail, Arwanto,studi kritis kemuhammadiyahan. Cirebon.
13