Anda di halaman 1dari 4

Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran.

Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif. Indikator pertumbuhan meliputi

tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola

pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan tetapi laju pertumbuhan

bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan berbeda. Perkembangan

adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan keterampilan yang dimiliki

individu untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan merupakan aspek

perilaku dari pertumbuhan, misalnya individu mengembangkan kemampuan untuk

berjalan, berbicara, dan berlari dan melakukan suatu aktivitas yang semakin

kompleks (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000; Supartini, 2004; Potter & Perry,

2005; Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009;

Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Istilah pertumbuhan dan perkembangan keduanya mengacu pada proses

dinamis. Pertumbuhan dan perkembangan walaupun sering digunakan secara

bergantian, keduanya memiliki makna yang berbeda. Pertumbuhan dan

perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan, teratur, dan berurutan yang

dipengaruhi oleh faktor maturasi, lingkungan, dan genetik (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)

2.1.1 Pengertian Anak Usia Sekolah

Anak usia antara 6-12 tahun, periode ini kadang disebut sebagai masa

Anak-anak pertengahan atau masa laten, masa untuk mempunyai tantangan baru.

Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan

Kemampuan pada anak-anak usia sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan

Merasakan evaluasi teman-temannya. Dapat disimpulkan sebagai sebuah


Penghargaan diri menjadi masalah sentral bagi anak usia sekolah (Behrman,

Kliegman, & Arvin, 2000).

Menurut Buku Data Penduduk yang ditebirkan oleh Kementerian

Kesehatan Indoneisa (2011), anak usia sekolah adalah anak-anak yang berusia 7-

12 tahun (Depkes, 2011), periode pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan tanda

Akhir masa kanak-kanak menengah (Potter & Perry, 2005; Wong, Hockenberry-

Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Menurut Wong (2009), anak usia

Sekolah atau anak yang sudah sekolah akan menjadi pengalaman inti anak.

Periode ini anak-anak dianggap mulai bertanggungjawab atas perilakunya sendiri

Dalam hubungan dengan orangtua mereka, teman sebaya, dan orang lain. Usia

Sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengatahuan untuk

Keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh

Keterampilan tertentu (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, &

Schwartz, 2009). Periode pra-remaja atau pra-pubertas terjadi pada tahap

Perkembangan usia sekolah, periode pra-remaja atau pra-pubertas menandakan

Berakhirnya periode usia sekolah dengan usia kurang lebih 12 tahun, ditandai
Dengan awitan pubertas (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Menurut Kriswanto (2006), Amaliyasari & Puspitasari (2008), pola

Perkembangan anak, usia yang paling rawan adalah usia anak SD (10-12 tahun).

Pada usia 10-12 tahun, mereka ini sedang dalam perkembangan pra-remaja, yang

Mana secara fisik maupun psikologis pada masa ini mereka sedang menyongsong

Pubertas. Perkembangan aspek fisik, kognitif, emosional, mental, dan sosial anak

SD membutuhkan cara-cara penyampaian dan intensitas pengetahuan tentang seks

Dan kesehatan reproduksi yang berbeda dengan tahap-tahap usia yang lain

(Kriswanto, 2006; Amaliyasari & Puspitasari, 2008).

Manfaat adanya UKS di sekolah diantarnya :

1.Membentuk Perilaku Hidup Sehat

Fungsi UKS untuk membentuk perilaku hidup sehat bisa dikatakan merupakan dasar dari fungsi UKS
itu sendiri. Meskipun UKS juga dianggap “perawat” warga sekolah yang sakit namun lebih utama
ketika warga sekolah juga memiliki kesadaran akan pentingnya hidup sehat. Untuk itu membentuk
perilaku hidup sehat akan meningkatkan kualitas hidup sehat bagi warga sekolah itu sendiri.

2. Meningkatkan Kemampuan Hidup Sehat


Ketika warga sekolah sudah memiliki kesadaran untuk berperilaku hidup sehat selanjutnya
diharapkan warga sekolah terutama peserta didik mampu meningkatkan kemampuannya untuk
hidup sehat. UKS bukan lagi merawat si sakit, tetapi menyehatkan si sakit dan meningkatkan
kesehatan yang sudah sehat.

3. Menghasilkan Derajat Kesehatan yang Optimal

Keadaan kesehatan peserta didik yang optimal akan meningkatkan kualitas belajar peserta didik itu
pula. Jika kesehatan peserta didik yang didambakan sudah terwujud maka tidak perlu lagi khawatir
terhadap proses belajar mengajar yang ada di lingkup sekolah akan terganggu.

4. Meningkatkan Kesehatan Peserta Didik

Seperti yang telah dipapaprkan di atas bahwa ketika peserta didik memiliki kesehatan yang optimal
maka proses belajar mengajar juga tidak akan terganggu. Kesehatan peserta didik yang dimaksud
bukan hanya kesehatan secara fisik saja. Melainkan juga meliputi kesehatan mental dan sosial.
Kesehatan fisik penting untuk menjaga kebugaran siswa agar tetap aktif mengikuti berbagai kegiatan
di sekolah. Selain itu kesehatan mental juga memegang peranan penting agar pola pikir dan juga
mental peserta didik senantiasa termotivasi untuk hidup sehat sehingga ia juga bersemangat
mengikuti pembelajaran. Jika kesehatan fisik dan mental sudah tercapai maka peserta didik juga
dituntut untuk sehat dari segi sosial. Sehat secara sosial akan membentuk pribadi peserta didik
menjadi individu yang berjiwa sosial sehingga selalu peduli dengan sekitarnya.

5. Menurunkan Jumlah Anak yang Sakit di Sekolah

Belakangan ditemukan banyak kasus di sekolah yang meliputi banyaknya peserta didik yang tidak
bisa mengikuti proses belajar mengajar karena sakit. Diharapkan UKS mampu ikut berperan serta
untuk memberikan kesadaran agar peserta didik selalu hidup sehat juga mampu memberikan
pelayanan kesehatan agar jumlah peserta didik yang sakit juga bisa menurun. Jumlah peserta didik
yang sakit di sekolah dapat dikurangi ketika pelayanan kesehatan dari UKS juga bisa optimal.
Optimalnya pelayanan UKS bukan berarti agar si sakit betah berada di UKS, melainkan agar si sakit
itu bisa segera sembuh dan kembali mengikuti pembelajaran. Hal tersebut tentu beimplikasi pada
menurunnya jumlah peserta didik yang sakit dan optimalnya pembelajaran di sekolah.

6. Meningkatkan Kesadaran terhadap Pengaruh Buruk Rokok, Narkotika, Alkohol, dan Obat-obat Lain
yang Berbahaya

Anda mungkin juga menyukai