tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola
pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan tetapi laju pertumbuhan
berjalan, berbicara, dan berlari dan melakukan suatu aktivitas yang semakin
kompleks (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000; Supartini, 2004; Potter & Perry,
dipengaruhi oleh faktor maturasi, lingkungan, dan genetik (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)
Anak usia antara 6-12 tahun, periode ini kadang disebut sebagai masa
Anak-anak pertengahan atau masa laten, masa untuk mempunyai tantangan baru.
Kemampuan pada anak-anak usia sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan
Kesehatan Indoneisa (2011), anak usia sekolah adalah anak-anak yang berusia 7-
12 tahun (Depkes, 2011), periode pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan tanda
Akhir masa kanak-kanak menengah (Potter & Perry, 2005; Wong, Hockenberry-
Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Menurut Wong (2009), anak usia
Sekolah atau anak yang sudah sekolah akan menjadi pengalaman inti anak.
Dalam hubungan dengan orangtua mereka, teman sebaya, dan orang lain. Usia
Berakhirnya periode usia sekolah dengan usia kurang lebih 12 tahun, ditandai
Dengan awitan pubertas (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
Perkembangan anak, usia yang paling rawan adalah usia anak SD (10-12 tahun).
Pada usia 10-12 tahun, mereka ini sedang dalam perkembangan pra-remaja, yang
Mana secara fisik maupun psikologis pada masa ini mereka sedang menyongsong
Pubertas. Perkembangan aspek fisik, kognitif, emosional, mental, dan sosial anak
Dan kesehatan reproduksi yang berbeda dengan tahap-tahap usia yang lain
Fungsi UKS untuk membentuk perilaku hidup sehat bisa dikatakan merupakan dasar dari fungsi UKS
itu sendiri. Meskipun UKS juga dianggap “perawat” warga sekolah yang sakit namun lebih utama
ketika warga sekolah juga memiliki kesadaran akan pentingnya hidup sehat. Untuk itu membentuk
perilaku hidup sehat akan meningkatkan kualitas hidup sehat bagi warga sekolah itu sendiri.
Keadaan kesehatan peserta didik yang optimal akan meningkatkan kualitas belajar peserta didik itu
pula. Jika kesehatan peserta didik yang didambakan sudah terwujud maka tidak perlu lagi khawatir
terhadap proses belajar mengajar yang ada di lingkup sekolah akan terganggu.
Seperti yang telah dipapaprkan di atas bahwa ketika peserta didik memiliki kesehatan yang optimal
maka proses belajar mengajar juga tidak akan terganggu. Kesehatan peserta didik yang dimaksud
bukan hanya kesehatan secara fisik saja. Melainkan juga meliputi kesehatan mental dan sosial.
Kesehatan fisik penting untuk menjaga kebugaran siswa agar tetap aktif mengikuti berbagai kegiatan
di sekolah. Selain itu kesehatan mental juga memegang peranan penting agar pola pikir dan juga
mental peserta didik senantiasa termotivasi untuk hidup sehat sehingga ia juga bersemangat
mengikuti pembelajaran. Jika kesehatan fisik dan mental sudah tercapai maka peserta didik juga
dituntut untuk sehat dari segi sosial. Sehat secara sosial akan membentuk pribadi peserta didik
menjadi individu yang berjiwa sosial sehingga selalu peduli dengan sekitarnya.
Belakangan ditemukan banyak kasus di sekolah yang meliputi banyaknya peserta didik yang tidak
bisa mengikuti proses belajar mengajar karena sakit. Diharapkan UKS mampu ikut berperan serta
untuk memberikan kesadaran agar peserta didik selalu hidup sehat juga mampu memberikan
pelayanan kesehatan agar jumlah peserta didik yang sakit juga bisa menurun. Jumlah peserta didik
yang sakit di sekolah dapat dikurangi ketika pelayanan kesehatan dari UKS juga bisa optimal.
Optimalnya pelayanan UKS bukan berarti agar si sakit betah berada di UKS, melainkan agar si sakit
itu bisa segera sembuh dan kembali mengikuti pembelajaran. Hal tersebut tentu beimplikasi pada
menurunnya jumlah peserta didik yang sakit dan optimalnya pembelajaran di sekolah.
6. Meningkatkan Kesadaran terhadap Pengaruh Buruk Rokok, Narkotika, Alkohol, dan Obat-obat Lain
yang Berbahaya