PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Enchepalitis
2. Untuk mengetahui tanda & gejala Enchepalitis
3. Untuk mengetahui etiologi dari Enchepailitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Enchepalitis
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Enchepalitis
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Enchepalitis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Enchepalitis
8. Untuk mengetahui teori tentang asuhan keperawtan Enchepalitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Enchepalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme. (Naga,
2012)
Enchepalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen yang dapat
disebabkan karena virus, bakteri, jamur dan parasite. (Tarwoto, 2013)
Enchepalitis adalah infeksi virus yang mengenai system saraf pusat (SPP) yang
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non purulent. Arif Muttaqin, 2011)
3. Muntah
4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang
di muka)
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan
gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks
tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
3
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
Virus masuk kedalam tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas, dan saluran pencernaan. setelah
masuk kedalam tubuh virus akan menyebar keseluruh tubuh melalui cara :
1. Setempat : virus hanya menginfeksi selaput lendir, permukaan atau organ tertentu
2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk kedalam darah kemudian menyebar
keberbagai organ dan berkembang biak pada organ tersebut.
3. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertama kali ia
masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.
4
4. Penyebaran melalui syaraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lendir dan
menyebar melalui sistim syaraf.
Pathway
5
2.5 Manifestasi Klinis
1) Demam
2) Sakit kepala dan biasanya pada bayi
3) Pusing
4) Muntah
5) Nyeri tenggorokan dan ekstrimitas
6) Malaise
7) Pucat
8) Kejang
9) Gangguan kesadaranKomplikasi
2.6 Komplikasi
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50 %, dari pada
penderita yangb hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralitis.
Gangguan penglihatan atau gejala neurologik yang lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan
neurologik yang nyata,dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi
mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi.
2.7 Penatalaksanaan
6
mg/kgBB/kali. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi diulang dengan dosis yang sama.
Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan
dosis 5 mg/kgBB/24jam.
6) Mempertahankan ventilasi; bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3
l/menit)
7) Penatalaksanaan shock septic.
8) Untuk mengatasi hiperpireksia, dapat diberikan kompres pada permukaan tubuh atau
dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau paracetamol bila keadaan telah
memungkinkan pemberian obat per oral.
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :
7
b. Hipertemi b/d reaksi inflamasi.
c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan
susunan saraf pusat.
d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
3. Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
8
Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang
akan dilakukan kemudian.
Kolaborasi :
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
9
hangat, hindari penggunaan demam.
alkohol.
Kolaborasi :
c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan
susunan saraf pusat.
Kriteria hasil : Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual.
INTERVENSI RASIONAL
Munculnya gangguan
penglihatan dapat berdampak
Evaluasi adanya gangguan
negatif terhadap kemampuan
penglihatan
pasien untuk menerima
lingkungan.
10
pasien.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
Dengan diberi penjelasan diharapkan
Berikan penjelasan pada keluarga klien keluarga mengerti dan mau membantu
tentang penyebab terjadinya spastik dan program perawatan.
terjadi kekacauan sendi.
11
1. PENGKAJIAN
1.1 Identitas
Identitas Klien
a. Nama : An.W
b. Usia : 2 Tahun
d. Alamat : Majalengka
g. Agama : Islam
Ayah Ibu
Nama : Tn.N Nama : Ny.W
12
Umur : 30 Tahun Umur : 38 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : IRT
Alamat : Majalengka Alamat : Majalengka
Dari hasil wawancara ibu klien mengatakan klien datang ke Rumah Sakit
pada tanggal 25 November 2014 jam 07:30 WIB dengan keluhan panas tinggi kurang
lebih 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit dengan suhu 39,7C serta mual dan
muntah.Demam meningkat pada malam hari dan dan turun pada pagi hari ini. Suhu tubuh
klien turun apabila sudah dikompres dan akan meningkat apabila klien melakukan
banyak aktivitas.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 28 November 2014 pukul 07:30 WIB,
ibu klien mengatakan bahwa suhu badan klien masih naik dan turun. Suhu badan ketika
dikaji 39,3 derajat celcius. Ibu klien mengatakan bahwa muntah masih terjadi. Demam
meningkat pada malam hari dan turun pada pagi hari. Suhu tubuh klien turun apabila
sudah dikompres dan diberi obat dan akan meningkat apabila klien tidak di kompres dan
tidak diberi obat.
13
Dari hasil wawancara mengenai riwayat kesehatan keluarga, Ibu klien
mengatakan “Didalam keluarga saya tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti
yang diderita anak saya sekarang, akan tetapi neneknya menderita darah tinggi” (Ny.W)
Bagan Genogram
Keterangan:
: Laki-Laki
:Perempuan
: : Meninggal
: Menikah
14
Penjelasan :
Klien adalah anak pertama, klien tinggal satu rumah dengan ayah dan ibu. Ibu klien
mengatakan dalam keluarga klien tidak ada yang pernah mengalami penyakityang sama
seperti yang di derita klien saat ini (Ensephalitis) tetapi nenek klien menderita darah
tinggi.
Dari hasil wawancara mengenai riwayat dirawat di Rumah Sakit, ibu klien
mengatakan “Anak saya sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah Sakit” (Ny.W)
1.3.7 Alergi
15
1.3.9 Riwayat Prenatal
Ibu klien selalu memeriksakan kehamilannya setiap bulan sekali ke bidan desa.
Ibu klien mengatakan mendapatkan tablet Fe, vitamin dan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
Ibu klien saat hamil tidak sakit hanya pusing dan mual saja
“Saya selalu memeriksakan kandungan saya ke bidan desa setiap sebulan sekali mas, dan
saya dikasih obat Penambah darah, vitamin dan imunisasi TT sebanyak 2kali” (Ny.W)
Klien lahir secara caesar di RS Cideres Majalengka, klien lahir menangis kuat,
kulit merah serta aktif, berat badan lahir 3600 gram dengan panjang 54cm.
“Anak saya lahir sesar di Rumah Sakit Cideres dengan berat badan 3600 gram dan
panjangnya 54cm kulitnya mera, aktif, dan menangis kencang”(Ny.W)
Setelah melahirkan, ibu klien memberikan ASI Pada klien setelah satu jam lahir,
klien lahir dalam kondisi sehat dan tanpa cacat.
“Abis lahiran setelah 1jam lahir langsung diberi ASI dan kondisinya sehat” (Ny.W)
16
Dari hasil wawancara mengenai kondisi lingkungan, ibu klien mengatakan
“Kondisi lingkungan rumah dan disekitarnnya agak kotor, mas dan banyak nyamuk”
(Ny.W)
a. Psikologis
Dari hasil wawancara tentang psikologis keluarga klien dalam menghadapi klien
selama dirawat di Rumah Sakit, ibu klien mengatakan “Saya sangat sedih melihat kondisi
anak saya sekarang mas, saya berharap mudah-mudahan anak saya cepat sembuh dan
bisa berkumpul bersama keluarga lagi, saya juga kurang paham dengan penyakit anak
saya” (Ny.W)
b. Sosial
Selama dirawat di Rumah Sakit hubungan keluarga dengan perawat dan tenaga
medis lainnya sangat baik dan bisa diajak bekerja sama.
c. Spiritual
Dari hasil wawancara dengan ibu klien tentang keyakinan beragama, ibu klien
mengatakan “Alhamdulillah keluarga saya beragama islam, kami selalu mengerjakan
shalat lima waktu dan selalu berdo’a agar anak saya cepat sembuh dan bisa cepat pulang”
(Ny.W)
17
muntah
2 Minum
-Frekuensi 6 gelas/hari 3gelas/hari
-Jenis 4 gelas Air putih dan 2 gelas Susu
susu
-Jumlah 1200-2000 cc susu 240cc
-Kesukaan Tidak ada Susu
-Alergi Tidak ada Tidak ada
-Keluhan Tidak ada
3 BAB
-Frekuensi 1 kali/hari 1 kali/hari
-Warna Kuning Kuning
-Konsistensi Lembek Lembek
-Bau Khas Khas
-Keluhan Tidak ada Tidak ada
4 BAK
-Frekuensi 7-8 kali/hari 7-8 kalihari
-Warna Kuning Kuning
-Konsistensi Cair Cair
-Bau Khas Khas
-Keluhan Tidak ada Tidak ada
5 Istirahat dan Tidur
-Jumlah jam/hari 11jam/hari 9jam/hari
-Kebiasaan sebelum tidur Diajarkan berdoa Diajarkan berdoa
-Kebiasaan setelah tidur Diajarkan berdoa Diajarkan berdoa
-Gangguan tidur Suasana gaduh Demam tinggi
6 Personal Hygine
-Mandi 2 kali/hari 1 kali/hari
-Gosok gigi 2 kali/hari 1 klai/hari
-Cuci rambut 2 kali/minggu Belum pernah
7 Aktifitas bermain
18
-Jumlah jam 3 jam/hari 1 jam/hari
-Bentuk Main bola tangkap Bercanda bersama Ibu
-Jenis Kelompok/Tim Individu
-Tempat Lingkungan Rumah Tempat tidur
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda Vital
2. Respirasi : 32 kali/menit
3. Suhu : 39,3C
c. Pengukuran Antropometri
2. Tinggi Badan : 79 cm
3. Lingkar Lengan : 15 cm
4. Lingkar kepala : 53 cm
5. Lingkar Dada : 51 cm
6. Lingkar Perut : 57 cm
d. Pemeriksaan Fisik
19
1. Kepala
Warna rambut hitam, rambut tidak rontok, rambut bersih, bentuk kepala
oval, tidak tedapat benjolan, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, sifat
rambut lurus.
2. Mata
Konjungtiva anemis, sklera putih, kornea jernih, bentuk dan gerakan
mata simetris, refleks pupil terhadap cahaya positif, tidak ada tanda-
tanda infeksi, dan tidak memakai alat bantu penglihatan.
3. Telinga
Bentuk simetris, telinga luar tidak terdapat lesi, tidak ada penumpukan
serumen, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, dan fungsi
pendengaran baik ditandai dengan klien melirik ketika dipanggil oleh
perawat.
4. Hidung
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada penumpukan
sekret ataupun pendarahan/mimisan, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan,dan fungsi penciuman baik.
5. Mulut
Mukosa bibir kering, kebersihan mulut bersih, tidak ada pendarahan
pada gigi dan gusi, terdapat caries gigi, tidak ada stomatitis dan fungsi
mengunyah dan menelan negatif.
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan, fungsi menelan baik.
7. Dada
Bentuk dada dan pergerakan dada simetris, tidak ada retraksi didinding
dada, bunyi nafas vaskuler pada seluruh area paru, tidak ada suara
nafas tambahan, irama dan frekuensi jantung normal.
20
8. Punggung
Terlihat bersih, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan, tidak terdapat kifosis, lordosis dan skoliosis pada bentuk
tulang belakang klien.
9. Abdomen
Tidak terdapat ascites, tidak ada nyeri tekan, bising usus 11kali/menit,
bentuk umbilicus normal, dan tidak ada lesi.
10. Genetalia
Terlihat bersih, tidak ada nyeri, dan tidak ada benjolan pada skrotum.
11. Ekstermitas
a) Ekstermitas atas
Bentuk simetris antara tangan kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan, turgor kulit baik, CRT (Capillary Refill time)
kurang dari 3 menit dan terpasang infus KA EN 4B 30 tpm ditangan kanan.
b) Ekstermitas bawah
Bentuk kaki kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan, dan refleks patella normal.
2. ANALISA DATA
Analisa Data
21
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Invasi bakteri Hipertermi
Ibu klien mengatakan:
“ Anak saya suhu badannya Respon antigen antibody
tinggi”
“Suhu badan anak saya tinggi Bakteremia
ketika malam hari dan turun
ketika pagi hari” Merangsang hipotalamus
DO:
- Suhu tubuh 39°7 C Hipertermi
- Klien tampak lemah
- Mukosa bibir kering
- Klien terlihat gelisah
2 DS: Kerusakan saraf Pemenuhan nutrisi
Ibu klien mengatakan: Cranial IX kurang dari kebutuhan
“Nafsu makan anak saya (glosofaringcus)
menurun”
“Badannya jadi kurus semenjak Sulit menelan
sakit”
DO: Pemenuhan nutrisi
- Terlihat lemah Kurang dari kebutuhan
- BB sebelum sakit 12kg
- BB setelah sakit 10kg
- Tidak dapat mengunyah
dan menelan
- Terpasang NGT
3 DS: Iritasi korteks Resiko cedera
Ibu klien mengatakan: serebral area fokal
“Kalau terjadi kejang suka
meonta-ronta” Kejang dan nyeri
22
“pada saat kejang suhunya kepala
panas”
DO: Resiko cedera
- Penghalang dikasur
tiding terpasang
- Pada saat kejang
tubuhnya meronta-ronta
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
23
badannya tinggi” kriteria hasil: 3) Lakukan intensitas
“Suhu badan anak - Suhu kompres panas klien
saya tinggi ketika tubuh klien hangat pada 3) Membantu
malam hari dan normal lipatan aksila kulit
turun ketika pagi (36,5°- dan paha vasodilatasi
hari” 37,5°C) 4) Kolaborasi sehingga
DO: - Klien pemeberian panas yang
- Suhu tubuh tampak antipyretic: ada didalam
39°7 C segar paracetamol tubuh
- Klien - Mukosa berpindah ke
tampak bibir luar
lemah lembab 4) Untuk
- Mukosa menurunkan
bibir kering panas
- Klien
terlihat
gelisah
Kurangnya Setelah dilakukan 1) Tentukan 1) Untuk
pemenuhan nutrisi tindakan kemampuan menetapkan
b.d keperawatan 2x24 klien dalam jenis makanan
ketidakmampuan jam diharapkan mengunyah yang akan
menelan, keadaan kebutuhn nutrisi dan menelan diberikan
hipermetabolik klien terpenuhi 2) Observasi kepada klien
DS: dengan kriteria asupan dan 2) Untuk
Ibu klien hasil: keluaran mengetahui
mengatakan: 3) Obervasi keseimbangan
“Nafsu makan anak tekstur dan nutrisi
saya menurun” turgor kulit 3) Untuk
“Badannya jadi 4) Observasi mengetahui
kurus semenjak posisi dan nutrisi klien
sakit” keberhasilan 4) Untuk
24
DO: sonde menghindari
- Terlihat risiko infeksi
lemah atau iritasi
- BB sebelum
sakit 12kg
- BB setelah
sakit 10kg
- Tidak dapat
mengunyah
dan menelan
Terpasang NGT
Risiko cedera b.d Setelah dilakukan 1) Monitor 1) Gambaran
faktor resiko kejang, tindakan adanya iritabilitas
perubahan status keperawatan 2x24 kejang atau system saraf
mental, dan jam diharapkan tida adanya pusat
penurunan tingkat klien bebas dari kejang memerlukan
kesadaran cedera yang 2) Persiapan evaluasi yang
DS: disebabkan oleh lingkungan sesuai dengan
Ibu klien kejang dengan yang aman intervensi
mengatakan: kriteria hasil: seperti yang tepat
“Kalau terjadi - Klien tidak batasan untuk
kejang suka mengalami ranjang mencegah
meonta-ronta” cedera 3) Anjurkan terjadinya
“pada saat kejang apabila ada keluarga komplikasi
suhunya panas” kejang untuk 2) Melindungi
DO: berulang persiapkan klien bila
- Penghalang lingkungan kejang terjadi
dikasur yang aman 3) Agar keluarga
tiding serta awasi ikut serta
terpasang klien setiap mengawasi
- Pada saat saat keamanan
25
kejang 4) Kolaborasi klien
tubuhnya pemberian 4) Untuk
meronta- obat terapi: mencegah atau
ronta sibital mengurangi
kejang.
Catatan:
sibital dapat
menyebabkan
depresi
pernafasan
dan sedasi
26
pemberian antipiretik O: - Suhu tubuh
R: Setelah 15 menit pukul 07.30 39°C
diberikan obat, suhu - Suhu tubuh
tubuh turun menjadi setlah
38,5°C dikompres
I: Memonitor warna kulit 38,8°C
R: Warna kulit - Diberikan
kemerahan obat
I: Melakukan kompres antipiretik
hangat pada lipatan pukul 08.00
aksila dan paha dan suhunya
R: klien diberikan menjadi
kompres hangat 38,5°C
- Klien
kulitnya
kemerahan
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
Intervensi
2 28-11- 2 I: Menentukan 29-11- S: “Ibu klien
2014 kemampuan klien dalam 2014 mengatakan
mengunyah dan menelaan “Kemarin malam
R: Klien tidak bisa kejang lagi”
mengunyah dan menelan, “Sudah dipasang
terpasang NGT penghalang ranjang”
I: Observasi asupan dan “Sudah diberikan
keluaran obat”
R: Asupan susu dan tem O: - Tidak terjadi
30cc, tidak terjadi muntah kejang
I: Observasi posisi dan - Terpasang
27
keberhasilan sonde penghalang
R: Sonde masuk 100% ranjang
I: Observasi tekstuer dan - Diberikan
turgor kulit obat sibita
R: Tekstur dan turgor A: Masalah teratasi
kulit baik sebagian
P: Lanjutkan
Intervensi
3 28-11- 3 I: Memonitor adanya 29-11- S: Ibu klien
2014 kejang atau tidak adanya 2014 mengatakan
kejang “Saya sangat sedih
R: Untuk mengetahui melihat anak saya
adanya kejang atau tidak sedang sakit dan
I: Mempersiapkan dirawat di RS”
lingkungan yang aman “Saya cemas dengan
seperti bed plang kondisi anak saya”
R: Sudah terpasang O: - Ibu klien terlihat
I: Berkolaborasi cemas
pemberian terapi obat: A: Masalah teratasi
sibital P: Hentikan
R: Diberikan terapi obat Intervensi
sibital sebanyak 30 mg
I: Menganjurkan keluarga
untuk menciptakan
lingkungan yang aman
pada klien
R: Untuk memberi tahu
lingkungan yang aman
4 29-11- 1 I: Memonitori suhu secara 30-11- S: ibu klien
2014 continue setiap 4 jam 2014 mengatakan
R: S= 38,7°C “Alhamdulillah suhu
I: Melakukan kompres tubuh anak saya agak
28
hangat dibagian aksila turun”
dan lipatan paha “Baik saya akan
R: Suhu tubuh klien turun mengompres anak
dari 38,7°C menjadi saya dibagian ketiak
38,4°C dan lipatan pahanya”
I: Berkolaborasi O: - Suhu tubuh
pemberian obat pukul 07.30 38,7°C
antipiretik - Suhu tubuh
R: Setelah 15 menit setelah
diberikan obat, suhu dikompres
tubuh turun menjadi 38°C 38,4°C
- Diberikan
obat
antipiretik
pukul 08.00
dan suhunya
turun menjadi
38°C
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan
Intervensi
5 29-11- 2 I: Observasi asupan dan 30-11- S: Ibu klien
2014 keluaran 2014 mengatakan
R: Asupan susu dan tem “Anak saya
80cc, tidak terjadi muntah makannya susu dan
I: Observasi posisi dan tem”
keberhasilan sonde “Dalam porsi susu
R: Sonde masuk 100% dan tem 80cc”
I: Observasi tekstur dan O: - Susu dan tem
turgor kulit 80cc lewat NGT
29
R: Tekstur dan turgor - Tidak terjadi
kulit baik muntah
- Sonde masuk
100%
- Tekstur dan
turgor kulit
baik
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
Intervensi
6 29-11- 3 I: Memonitor adanya 30-11- S: Ibu klien
2014 kejang atau tidak adanya 2014 mengatakan
kejang “Alhamdulillah
R: Untuk mengetahui sudah tidak terjadi
adanya kejang atau tidak kejang”
I: Mempersiapkan “Sudah terpasang
lingkungan yang aman penghalang ranjang”
seperti batasan ranjang O: - Tidak terjadi
R: Batasan ranjang sudah kejang
terpasang - Sudah
I: Berkolaborasi terpasang
pemberian obat sibital batasan
R: Klien diberikan terapi ranjang
obat sibital sebanyak - Sudah
30mg diberikan
terapi obat
sibital 30mg
A: Masalah teratasi
P: Hentikan
Intervensi
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Encheplitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang
Enchepalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari
penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan
tubuhnya kurang.
31
3.2 Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang
sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka
menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat
betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas
seseorang.
32