Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit
kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab
kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain
menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan
produktifitas, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat.
Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur, dan
dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di rumah sakit (hospital acquired).
Pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih
besar dari pada di luar rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien,
lingkungan/vektor, dan mikroba.
Enchepalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, ricketsia atau virus. Ada banyak tipe-tipe dari ensefalitis, kebanyakan
darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Enchepalitis dapat
juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Enchepalitis?
2. Apa tanda & gejala Enchepalitis?
3. Apa etiologi dari Enchepailitis?
4. Apa patofisiologi dari Enchepalitis?
5. Apa manifestasi klinis dari Enchepalitis?
6. Apa komplikasi dari Enchepalitis?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Enchepalitis?
8. Apa teori asuhan keperawatan Enchepalitis?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Enchepalitis
2. Untuk mengetahui tanda & gejala Enchepalitis
3. Untuk mengetahui etiologi dari Enchepailitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Enchepalitis
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Enchepalitis
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Enchepalitis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Enchepalitis
8. Untuk mengetahui teori tentang asuhan keperawtan Enchepalitis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Enchepalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme. (Naga,
2012)

Enchepalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen yang dapat
disebabkan karena virus, bakteri, jamur dan parasite. (Tarwoto, 2013)

Enchepalitis adalah infeksi virus yang mengenai system saraf pusat (SPP) yang
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non purulent. Arif Muttaqin, 2011)

2.2 Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :

1. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia

2. Kesadaran dengan cepat menurun

3. Muntah

4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang

di muka)

5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama,


misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya .

Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan
gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks
tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.

3
2.3 Etiologi

A. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.

Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin :

1) Infeksi virus yang bersifat epidermik :


a. Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.
b. Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis encephalitis,
Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray valley
encephalitis.
2) Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster,
3) limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap
4) disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
5) Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinia,
6) pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus
7) respiratorius yang tidak spesifik.

B. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.

C. Keracunan : arsenik, CO.

2.4 Patofisiologi

Virus masuk kedalam tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas, dan saluran pencernaan. setelah
masuk kedalam tubuh virus akan menyebar keseluruh tubuh melalui cara :

1. Setempat : virus hanya menginfeksi selaput lendir, permukaan atau organ tertentu
2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk kedalam darah kemudian menyebar
keberbagai organ dan berkembang biak pada organ tersebut.
3. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertama kali ia
masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.

4
4. Penyebaran melalui syaraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lendir dan
menyebar melalui sistim syaraf.

Pathway

5
2.5 Manifestasi Klinis

1) Demam
2) Sakit kepala dan biasanya pada bayi
3) Pusing
4) Muntah
5) Nyeri tenggorokan dan ekstrimitas
6) Malaise
7) Pucat
8) Kejang
9) Gangguan kesadaranKomplikasi

2.6 Komplikasi

Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50 %, dari pada
penderita yangb hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralitis.
Gangguan penglihatan atau gejala neurologik yang lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan
neurologik yang nyata,dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi
mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi.

2.7 Penatalaksanaan

1) Isolasi bertujuan mengurangi stimulus/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan


pencegahan.
2) Terapi antibiotic, sesuai hasil kultur.
3) Bila enchepalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan
dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV enchepalitis, Acyclovir diberikan
secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB perhari dan dilanjutkan selama 10-14 hari
untuk mencegah kekambuhan.
4) Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan; jenis dan jumlah cairan yang diberikan
tergantung dengan keadaan pasien.
5) Mengontrol kejang obat antikonvusif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat
yang diberikan ialah valium atau luminal. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5

6
mg/kgBB/kali. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi diulang dengan dosis yang sama.
Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan
dosis 5 mg/kgBB/24jam.
6) Mempertahankan ventilasi; bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3
l/menit)
7) Penatalaksanaan shock septic.
8) Untuk mengatasi hiperpireksia, dapat diberikan kompres pada permukaan tubuh atau
dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau paracetamol bila keadaan telah
memungkinkan pemberian obat per oral.

2.8 Teori Asuhan Keperawatan Enchapilitis

1.        Pengkajian

a. Identitas : Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.


b. Keluhan Utama, berupa panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas
badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.
d. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4
hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan
tenggorokan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan
oleh virus contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh : Staphylococcus
Aureus,Streptococcus, E, Coli, dan lain-lain.
f. Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi pada
post imunisasi pertusis.           

2.        Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.

7
b. Hipertemi b/d reaksi inflamasi.
c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan
susunan saraf pusat.
d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

3.        Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan


untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994).
Intervensi keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis adalah :

a.    Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria hasil :

      1)      Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

      2)      Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

Berikan tindakan nyaman. Tindakan non analgetik dapat


menghilangkan ketidaknyamanan
dan memeperbesar efek terapi
analgetik.

Berikan lingkungan yang Menurunkan reaksi terhadap


tenang, ruangan agak gelap stimulasi dari luar atau sensitivitas
sesuai indikasi. terhadap cahaya dan
meningkatkan istirahat/relaksasi.

8
Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang
akan dilakukan kemudian.

Tingkatkan tirah baring, Menurunkan gerakan yang dapat


bantu kebutuhan perawatan meningkatkan nyeri.
diri pasien.

Berikan latihan rentang gerak Dapat membantu merelaksasikan


aktif/pasif secara tepat dan ketegangan otot yang
masase otot daerah meningkatkan reduksi nyeri atau
leher/bahu. rasa tidak nyaman tersebut.

Kolaborasi :

Berikanan algesik sesuai Obat ini dapat digunakan untuk


indikasi. meningkatkan kenyamanan
/istirahat umum.

     b.    Hipertermi b/d reaksi inflamasi.

Tujuan : Suhu tubuh normal.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

Pantau suhu pasien, Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan


perhatikan menggigil/ proses penyakit infeksius akut.
diaforesis.

Pantau suhu lingkungan, Suhu ruangan/jumlah selimut


batasi / tambahkan harus diubah untuk
linen  tempat tidur sesuai mempertahankan suhu mendekati
indikasi. normal.

Berikan kompres mandi Dapat membantu mengurangi

9
hangat, hindari penggunaan demam.
alkohol.

Kolaborasi :

Berikan antipiretik sesuai Digunakan untuk mengurangi


indikasi. demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.

     c.    Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan
susunan saraf pusat.

Tujuan : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.

Kriteria hasil : Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual.

Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri : Kesadaran akan tipe/daerah yang


terkena membantu. dalam
Lihat kembali proses patologis mengkaji/ mengantisipasi defisit
kondisi individual. spesifik dan keperawatan

Munculnya gangguan
penglihatan dapat berdampak
Evaluasi adanya gangguan
negatif terhadap kemampuan
penglihatan
pasien untuk menerima
lingkungan.

Ciptakan lingkungan yang Menurunkan/ membatasi jumlah


sederhana, pindahkan perabot stimuli yang mungkin dapat
yang membahayakan. menimbulkan kebingungan bagi

10
pasien.

     d.   Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

Tujuan : Tidak terjadi kontraktur.

Ktiteria hasil : Tidak terjadi kekakuan sendi.

Dapat menggerakkan anggota tubuh.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri:                         
Dengan diberi penjelasan diharapkan
 Berikan penjelasan pada keluarga klien keluarga mengerti dan mau membantu
tentang penyebab terjadinya spastik dan program perawatan.
terjadi kekacauan sendi.

Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas Melatih melemaskan otot-otot,


jari secara bertahap. mencegah kontraktor.

Dengan melakukan perubahan posisi


Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam. diharapkan perfusi ke Jaringan lancar,
meningkatkan daya pertahanan tubuh.

Kolaborasi untuk pemberian


Diberi dilantin / valium , kejang /
pengobatan spastik dilantin / valium
spastik hilang.
sesuai Indikasi.

 




11

 CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1.1 Identitas

Identitas Klien

a. Nama : An.W

b. Usia : 2 Tahun

c. Tanggal Lahir : 20 November 2012

d. Alamat : Majalengka

e. Jenis Kelamin : Laki Laki

f. Pendidikan : Belum Bersekolah

g. Agama : Islam

h. Suku Bangsa : Sunda

i. Tanggal Masuk : 25 November 2014

j. Tanggal Pengkajian : 28 November 2014

k. Diagnosa Medis : Ensephalitis

1.2 Identitas Penanggung Jawab

Tabel 1.2 Identitas Penanggung Jawab

Ayah Ibu
Nama : Tn.N Nama : Ny.W

12
Umur : 30 Tahun Umur : 38 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : IRT
Alamat : Majalengka Alamat : Majalengka

1.3 Riwayat Kesehatan

1.3.1 Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan badan anaknya panas.

1.3.2 Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)

Dari hasil wawancara ibu klien mengatakan klien datang ke Rumah Sakit
pada tanggal 25 November 2014 jam 07:30 WIB dengan keluhan panas tinggi kurang
lebih 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit dengan suhu 39,7C serta mual dan
muntah.Demam meningkat pada malam hari dan dan turun pada pagi hari ini. Suhu tubuh
klien turun apabila sudah dikompres dan akan meningkat apabila klien melakukan
banyak aktivitas.

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 28 November 2014 pukul 07:30 WIB,
ibu klien mengatakan bahwa suhu badan klien masih naik dan turun. Suhu badan ketika
dikaji 39,3 derajat celcius. Ibu klien mengatakan bahwa muntah masih terjadi. Demam
meningkat pada malam hari dan turun pada pagi hari. Suhu tubuh klien turun apabila
sudah dikompres dan diberi obat dan akan meningkat apabila klien tidak di kompres dan
tidak diberi obat.

1.3.3 Riwayat Kesehatan Dahulu

Dari hasil wawancara mengenai riwayat kesehatan dahulu, Ibu klien


mengatakan “Sebelumnya anak saya tidak pernah menderita penyakit seperti sekarang ini
mas, tetapi anak saya pernah menderita penyakit biasa yaitu batuk pilek”(Ny.W)

1.3.4 Riwayat Kesehatan Keluarga

13
Dari hasil wawancara mengenai riwayat kesehatan keluarga, Ibu klien
mengatakan “Didalam keluarga saya tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti
yang diderita anak saya sekarang, akan tetapi neneknya menderita darah tinggi” (Ny.W)

Bagan Genogram

Keterangan:

: Laki-Laki

:Perempuan

: : Meninggal

: Menikah

14
Penjelasan :

Klien adalah anak pertama, klien tinggal satu rumah dengan ayah dan ibu. Ibu klien
mengatakan dalam keluarga klien tidak ada yang pernah mengalami penyakityang sama
seperti yang di derita klien saat ini (Ensephalitis) tetapi nenek klien menderita darah
tinggi.

Tabel Kedudukan Anak dalam Keluarga

No Nama Umur Jenis Kelamin Keterangan


1 An.W 2 Tahun Laki-Laki Anak Pertama

1.3.5 Riwayat Dirawat di Rumah Sakit

Dari hasil wawancara mengenai riwayat dirawat di Rumah Sakit, ibu klien
mengatakan “Anak saya sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah Sakit” (Ny.W)

1.3.6 Pengobatan yang di berikan

Dari hasil wawancara mengenai pengobatan yang diberikan, ibu klien


mengatakan “Sewaktu anak saya menderita batuk pilek saya membawa berobat ke dokter
dan minum obat sampai sembuh” (Ny.W)

1.3.7 Alergi

Dari hasil wawancara mengenai riwayat alergi, ibu klien mengatakan


“Alhamdulillah anak saya tidak punya riwayat alergi baik obat, makanan ataupun cuaca”
(Ny.W)

1.3.8 Riwayat Mengalami Kecelakaan

Dari hasil wawancara mengenai riwayat mengalami kecelakaan, ibu klien


mengatakan “Alhamdulillah anak saya tidak pernah mengalami kecelakaan dan anak saya
tidak mempunyai cacat bawaan” (Ny.W)

15
1.3.9 Riwayat Prenatal

Ibu klien selalu memeriksakan kehamilannya setiap bulan sekali ke bidan desa.
Ibu klien mengatakan mendapatkan tablet Fe, vitamin dan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
Ibu klien saat hamil tidak sakit hanya pusing dan mual saja

“Saya selalu memeriksakan kandungan saya ke bidan desa setiap sebulan sekali mas, dan
saya dikasih obat Penambah darah, vitamin dan imunisasi TT sebanyak 2kali” (Ny.W)

1.3.10 Riwayat Natal

Klien lahir secara caesar di RS Cideres Majalengka, klien lahir menangis kuat,
kulit merah serta aktif, berat badan lahir 3600 gram dengan panjang 54cm.

“Anak saya lahir sesar di Rumah Sakit Cideres dengan berat badan 3600 gram dan
panjangnya 54cm kulitnya mera, aktif, dan menangis kencang”(Ny.W)

1.3.11 Riwayat Post Natal

Setelah melahirkan, ibu klien memberikan ASI Pada klien setelah satu jam lahir,
klien lahir dalam kondisi sehat dan tanpa cacat.

“Abis lahiran setelah 1jam lahir langsung diberi ASI dan kondisinya sehat” (Ny.W)

1.3.12 Riwayat Imunisasi

Dari hasil wawancara mengenai riwayat imunisasi, ibu klien mengatakan


“Alhamdulillah, imunisasi anak saya lengkap” (Ny.W)

Tabel Riwayat Imunisasi

No Imunisasi Frekwensi Pelaksanaan Keterangan


1 BCG 1 kali 1 kali 1 bulan
2 DPT 3 kali 3 kali 2,4,6 bulan
3 Polio 4 kali 4 kali 1,2,3,4 bulan
4 Campak 1 kali 1 kali 9 bulan
5 Hepapatis 3 kali 3 kali 2,4,6 bulan

1.3.13 Kondisi Lingkungan

16
Dari hasil wawancara mengenai kondisi lingkungan, ibu klien mengatakan
“Kondisi lingkungan rumah dan disekitarnnya agak kotor, mas dan banyak nyamuk”
(Ny.W)

1.3.14 Kondisi Keluarga

a. Psikologis

Dari hasil wawancara tentang psikologis keluarga klien dalam menghadapi klien
selama dirawat di Rumah Sakit, ibu klien mengatakan “Saya sangat sedih melihat kondisi
anak saya sekarang mas, saya berharap mudah-mudahan anak saya cepat sembuh dan
bisa berkumpul bersama keluarga lagi, saya juga kurang paham dengan penyakit anak
saya” (Ny.W)

b. Sosial

Selama dirawat di Rumah Sakit hubungan keluarga dengan perawat dan tenaga
medis lainnya sangat baik dan bisa diajak bekerja sama.

c. Spiritual

Dari hasil wawancara dengan ibu klien tentang keyakinan beragama, ibu klien
mengatakan “Alhamdulillah keluarga saya beragama islam, kami selalu mengerjakan
shalat lima waktu dan selalu berdo’a agar anak saya cepat sembuh dan bisa cepat pulang”
(Ny.W)

1.4 Tabel Pola Aktifitas Sehari-hari

No Kebutuhan Dasar Saat Sehat Saat Sakit


1 Makan
-Frekuensi 3 kali/hari 3 kali/hari
-Jenis Nasi dan Biskuit Tem dan susu
-Jumlah 1 porsi 80cc
-Kesukaan Biskuit Susu
-Alergi Tidak ada Tidak ada
-Keluhan Tidak ada Tidak nafsu makan dan

17
muntah
2 Minum
-Frekuensi 6 gelas/hari 3gelas/hari
-Jenis 4 gelas Air putih dan 2 gelas Susu
susu
-Jumlah 1200-2000 cc susu 240cc
-Kesukaan Tidak ada Susu
-Alergi Tidak ada Tidak ada
-Keluhan Tidak ada

3 BAB
-Frekuensi 1 kali/hari 1 kali/hari
-Warna Kuning Kuning
-Konsistensi Lembek Lembek
-Bau Khas Khas
-Keluhan Tidak ada Tidak ada

4 BAK
-Frekuensi 7-8 kali/hari 7-8 kalihari
-Warna Kuning Kuning
-Konsistensi Cair Cair
-Bau Khas Khas
-Keluhan Tidak ada Tidak ada
5 Istirahat dan Tidur
-Jumlah jam/hari 11jam/hari 9jam/hari
-Kebiasaan sebelum tidur Diajarkan berdoa Diajarkan berdoa
-Kebiasaan setelah tidur Diajarkan berdoa Diajarkan berdoa
-Gangguan tidur Suasana gaduh Demam tinggi
6 Personal Hygine
-Mandi 2 kali/hari 1 kali/hari
-Gosok gigi 2 kali/hari 1 klai/hari
-Cuci rambut 2 kali/minggu Belum pernah
7 Aktifitas bermain

18
-Jumlah jam 3 jam/hari 1 jam/hari
-Bentuk Main bola tangkap Bercanda bersama Ibu
-Jenis Kelompok/Tim Individu
-Tempat Lingkungan Rumah Tempat tidur

1.5 Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

1. Penampilan : Rapih dan Bersih

2. Tingkat Kesadaran : Samnollen (E2M5V4)

3. Postur Tubuh : Kurus

b. Tanda-tanda Vital

1. Nadi : 120 kali/menit

2. Respirasi : 32 kali/menit

3. Suhu : 39,3C

c. Pengukuran Antropometri

1. Berat Badan : 12kg (sebelum sakit)

10kg (sesudah sakit)

2. Tinggi Badan : 79 cm

3. Lingkar Lengan : 15 cm

4. Lingkar kepala : 53 cm

5. Lingkar Dada : 51 cm

6. Lingkar Perut : 57 cm

d. Pemeriksaan Fisik

19
1. Kepala

Warna rambut hitam, rambut tidak rontok, rambut bersih, bentuk kepala
oval, tidak tedapat benjolan, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, sifat
rambut lurus.

2. Mata
Konjungtiva anemis, sklera putih, kornea jernih, bentuk dan gerakan
mata simetris, refleks pupil terhadap cahaya positif, tidak ada tanda-
tanda infeksi, dan tidak memakai alat bantu penglihatan.
3. Telinga
Bentuk simetris, telinga luar tidak terdapat lesi, tidak ada penumpukan
serumen, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, dan fungsi
pendengaran baik ditandai dengan klien melirik ketika dipanggil oleh
perawat.
4. Hidung
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada penumpukan
sekret ataupun pendarahan/mimisan, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan,dan fungsi penciuman baik.

5. Mulut
Mukosa bibir kering, kebersihan mulut bersih, tidak ada pendarahan
pada gigi dan gusi, terdapat caries gigi, tidak ada stomatitis dan fungsi
mengunyah dan menelan negatif.
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan, fungsi menelan baik.
7. Dada
Bentuk dada dan pergerakan dada simetris, tidak ada retraksi didinding
dada, bunyi nafas vaskuler pada seluruh area paru, tidak ada suara
nafas tambahan, irama dan frekuensi jantung normal.

20
8. Punggung
Terlihat bersih, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan, tidak terdapat kifosis, lordosis dan skoliosis pada bentuk
tulang belakang klien.
9. Abdomen
Tidak terdapat ascites, tidak ada nyeri tekan, bising usus 11kali/menit,
bentuk umbilicus normal, dan tidak ada lesi.
10. Genetalia
Terlihat bersih, tidak ada nyeri, dan tidak ada benjolan pada skrotum.
11. Ekstermitas

a) Ekstermitas atas

Bentuk simetris antara tangan kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan, turgor kulit baik, CRT (Capillary Refill time)
kurang dari 3 menit dan terpasang infus KA EN 4B 30 tpm ditangan kanan.

b) Ekstermitas bawah

Bentuk kaki kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan, dan refleks patella normal.

2. ANALISA DATA

Analisa Data

Nama : An. W No Medrek : 848593

Umur : 2 tahun Tanggal Masuk: 25-11-2014

Dx Medis : Enchepalitis Tanggal Pengkajian: 28-11-2014

21
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Invasi bakteri Hipertermi
Ibu klien mengatakan:
“ Anak saya suhu badannya Respon antigen antibody
tinggi”
“Suhu badan anak saya tinggi Bakteremia
ketika malam hari dan turun
ketika pagi hari” Merangsang hipotalamus
DO:
- Suhu tubuh 39°7 C Hipertermi
- Klien tampak lemah
- Mukosa bibir kering
- Klien terlihat gelisah
2 DS: Kerusakan saraf Pemenuhan nutrisi
Ibu klien mengatakan: Cranial IX kurang dari kebutuhan
“Nafsu makan anak saya (glosofaringcus)
menurun”
“Badannya jadi kurus semenjak Sulit menelan
sakit”
DO: Pemenuhan nutrisi
- Terlihat lemah Kurang dari kebutuhan
- BB sebelum sakit 12kg
- BB setelah sakit 10kg
- Tidak dapat mengunyah
dan menelan
- Terpasang NGT
3 DS: Iritasi korteks Resiko cedera
Ibu klien mengatakan: serebral area fokal
“Kalau terjadi kejang suka
meonta-ronta” Kejang dan nyeri

22
“pada saat kejang suhunya kepala
panas”
DO: Resiko cedera
- Penghalang dikasur
tiding terpasang
- Pada saat kejang
tubuhnya meronta-ronta

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi b.d enchepalitis (infeksi virus)


2. Kurangnya pemenuhan nutrisi b.d ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik
3. Risiko cedera b.d faktor resiko kejang, perubahan status mental, dan penurunan tingkat
kesadaran

4.PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : An. W No Medrek : 848593

Umur : 2 tahun Tanggal Masuk: 25-11-2014

Dx Medis : Enchepalitis Tanggal Pengkajian: 28-11-2014

Perencanaan Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Hipertemi b.d Setelah dilakukan 1) Monitor suhu 1) Untuk
proses infeksi tindakan secara mengetahui
DS: keperawatan 2x24 continue peningkatan
Ibu klien jam diharapkan setiap 4 jam suhu klien
mengatakan: suhu tubuh 2) Monitor 2) Untuk
“ Anak saya suhu menurun dengan warna kulit mengetahui

23
badannya tinggi” kriteria hasil: 3) Lakukan intensitas
“Suhu badan anak - Suhu kompres panas klien
saya tinggi ketika tubuh klien hangat pada 3) Membantu
malam hari dan normal lipatan aksila kulit
turun ketika pagi (36,5°- dan paha vasodilatasi
hari” 37,5°C) 4) Kolaborasi sehingga
DO: - Klien pemeberian panas yang
- Suhu tubuh tampak antipyretic: ada didalam
39°7 C segar paracetamol tubuh
- Klien - Mukosa berpindah ke
tampak bibir luar
lemah lembab 4) Untuk
- Mukosa menurunkan
bibir kering panas
- Klien
terlihat
gelisah
Kurangnya Setelah dilakukan 1) Tentukan 1) Untuk
pemenuhan nutrisi tindakan kemampuan menetapkan
b.d keperawatan 2x24 klien dalam jenis makanan
ketidakmampuan jam diharapkan mengunyah yang akan
menelan, keadaan kebutuhn nutrisi dan menelan diberikan
hipermetabolik klien terpenuhi 2) Observasi kepada klien
DS: dengan kriteria asupan dan 2) Untuk
Ibu klien hasil: keluaran mengetahui
mengatakan: 3) Obervasi keseimbangan
“Nafsu makan anak tekstur dan nutrisi
saya menurun” turgor kulit 3) Untuk
“Badannya jadi 4) Observasi mengetahui
kurus semenjak posisi dan nutrisi klien
sakit” keberhasilan 4) Untuk

24
DO: sonde menghindari
- Terlihat risiko infeksi
lemah atau iritasi
- BB sebelum
sakit 12kg
- BB setelah
sakit 10kg
- Tidak dapat
mengunyah
dan menelan
Terpasang NGT
Risiko cedera b.d Setelah dilakukan 1) Monitor 1) Gambaran
faktor resiko kejang, tindakan adanya iritabilitas
perubahan status keperawatan 2x24 kejang atau system saraf
mental, dan jam diharapkan tida adanya pusat
penurunan tingkat klien bebas dari kejang memerlukan
kesadaran cedera yang 2) Persiapan evaluasi yang
DS: disebabkan oleh lingkungan sesuai dengan
Ibu klien kejang dengan yang aman intervensi
mengatakan: kriteria hasil: seperti yang tepat
“Kalau terjadi - Klien tidak batasan untuk
kejang suka mengalami ranjang mencegah
meonta-ronta” cedera 3) Anjurkan terjadinya
“pada saat kejang apabila ada keluarga komplikasi
suhunya panas” kejang untuk 2) Melindungi
DO: berulang persiapkan klien bila
- Penghalang lingkungan kejang terjadi
dikasur yang aman 3) Agar keluarga
tiding serta awasi ikut serta
terpasang klien setiap mengawasi
- Pada saat saat keamanan

25
kejang 4) Kolaborasi klien
tubuhnya pemberian 4) Untuk
meronta- obat terapi: mencegah atau
ronta sibital mengurangi
kejang.
Catatan:
sibital dapat
menyebabkan
depresi
pernafasan
dan sedasi

5.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : An. W No Medrek : 848593

Umur : 2 tahun Tanggal Masuk: 25-11-2014

Dx Medis : Enchepalitis Tanggal Pengkajian: 28-11-2014

Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan

No Tgl/Jam Dx Implementasi Tgl/Ja Evaluasi Paraf


m
1 28-11- 1 I: Memonitori suhu secra 29-11- S: ibu klien
2014 continue setiap 4 jam 2014 mengatakan
R: S=39°C “Suhu tubuh anak
I: Melakukan kompres saya masih tinggi
hangat dibagian aksila tetapi setelah
dan lipatan paha diberikan kompres
R: suhu tubuh klien tubuh hangat dan diberi
turun dari 39°C menjadi obat suhunya turun”
38,8° “Kulitnya
I: Berkolaborasi kemerahan”

26
pemberian antipiretik O: - Suhu tubuh
R: Setelah 15 menit pukul 07.30 39°C
diberikan obat, suhu - Suhu tubuh
tubuh turun menjadi setlah
38,5°C dikompres
I: Memonitor warna kulit 38,8°C
R: Warna kulit - Diberikan
kemerahan obat
I: Melakukan kompres antipiretik
hangat pada lipatan pukul 08.00
aksila dan paha dan suhunya
R: klien diberikan menjadi
kompres hangat 38,5°C
- Klien
kulitnya
kemerahan
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
Intervensi
2 28-11- 2 I: Menentukan 29-11- S: “Ibu klien
2014 kemampuan klien dalam 2014 mengatakan
mengunyah dan menelaan “Kemarin malam
R: Klien tidak bisa kejang lagi”
mengunyah dan menelan, “Sudah dipasang
terpasang NGT penghalang ranjang”
I: Observasi asupan dan “Sudah diberikan
keluaran obat”
R: Asupan susu dan tem O: - Tidak terjadi
30cc, tidak terjadi muntah kejang
I: Observasi posisi dan - Terpasang

27
keberhasilan sonde penghalang
R: Sonde masuk 100% ranjang
I: Observasi tekstuer dan - Diberikan
turgor kulit obat sibita
R: Tekstur dan turgor A: Masalah teratasi
kulit baik sebagian
P: Lanjutkan
Intervensi
3 28-11- 3 I: Memonitor adanya 29-11- S: Ibu klien
2014 kejang atau tidak adanya 2014 mengatakan
kejang “Saya sangat sedih
R: Untuk mengetahui melihat anak saya
adanya kejang atau tidak sedang sakit dan
I: Mempersiapkan dirawat di RS”
lingkungan yang aman “Saya cemas dengan
seperti bed plang kondisi anak saya”
R: Sudah terpasang O: - Ibu klien terlihat
I: Berkolaborasi cemas
pemberian terapi obat: A: Masalah teratasi
sibital P: Hentikan
R: Diberikan terapi obat Intervensi
sibital sebanyak 30 mg
I: Menganjurkan keluarga
untuk menciptakan
lingkungan yang aman
pada klien
R: Untuk memberi tahu
lingkungan yang aman
4 29-11- 1 I: Memonitori suhu secara 30-11- S: ibu klien
2014 continue setiap 4 jam 2014 mengatakan
R: S= 38,7°C “Alhamdulillah suhu
I: Melakukan kompres tubuh anak saya agak

28
hangat dibagian aksila turun”
dan lipatan paha “Baik saya akan
R: Suhu tubuh klien turun mengompres anak
dari 38,7°C menjadi saya dibagian ketiak
38,4°C dan lipatan pahanya”
I: Berkolaborasi O: - Suhu tubuh
pemberian obat pukul 07.30 38,7°C
antipiretik - Suhu tubuh
R: Setelah 15 menit setelah
diberikan obat, suhu dikompres
tubuh turun menjadi 38°C 38,4°C
- Diberikan
obat
antipiretik
pukul 08.00
dan suhunya
turun menjadi
38°C
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan
Intervensi
5 29-11- 2 I: Observasi asupan dan 30-11- S: Ibu klien
2014 keluaran 2014 mengatakan
R: Asupan susu dan tem “Anak saya
80cc, tidak terjadi muntah makannya susu dan
I: Observasi posisi dan tem”
keberhasilan sonde “Dalam porsi susu
R: Sonde masuk 100% dan tem 80cc”
I: Observasi tekstur dan O: - Susu dan tem
turgor kulit 80cc lewat NGT

29
R: Tekstur dan turgor - Tidak terjadi
kulit baik muntah
- Sonde masuk
100%
- Tekstur dan
turgor kulit
baik
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
Intervensi
6 29-11- 3 I: Memonitor adanya 30-11- S: Ibu klien
2014 kejang atau tidak adanya 2014 mengatakan
kejang “Alhamdulillah
R: Untuk mengetahui sudah tidak terjadi
adanya kejang atau tidak kejang”
I: Mempersiapkan “Sudah terpasang
lingkungan yang aman penghalang ranjang”
seperti batasan ranjang O: - Tidak terjadi
R: Batasan ranjang sudah kejang
terpasang - Sudah
I: Berkolaborasi terpasang
pemberian obat sibital batasan
R: Klien diberikan terapi ranjang
obat sibital sebanyak - Sudah
30mg diberikan
terapi obat
sibital 30mg
A: Masalah teratasi
P: Hentikan
Intervensi

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Encheplitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang
Enchepalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari
penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan
tubuhnya kurang.

31
3.2 Saran

Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang
sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka
menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat
betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas
seseorang.

32

Anda mungkin juga menyukai