Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT

PENGETAHUAN PENDERITA TUBERCULOSIS PARU DI


PUSKESMAS KERTAJATI

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Metodologi keperawatan di STIKes


Ahmad Dahlan

DISUSUN OLEH :

CAHYATI

18006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AHMAD DAHLAN CIREBON

TAHUN AJARAN 2019/2020

Jl. Walet No.21 Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, Jawa Barat 45153


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
dengan Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah
Metodologi penelitian, tak lupa shalawat serta salam senantiasa tetap tercurahkan
kepada Nabi Besar kita Muhammad Saw.

Dalam pembuatan ini penulis mengambil pembahasan tentang “Pengaruh


penyuluhan terhadap keberhsilan dan engetahuan penderita Tuberculosis paru di
Puskesmas Kertajati” dibuat untuk memenuhi tugas laporan Metodologi
Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan penulis selanjutnya. Semoga makalah laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Cirebon, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar belakang.......................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah .................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................2
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4

2.1 Penyakit Tuberculosis............................................................................................4


1. Definisi......................................................................................................4
2. Etiologi......................................................................................................4
3. Patofisiologi...............................................................................................4
4. Manifestasi Klinis......................................................................................5
5. Komplikasi.................................................................................................6
6. Cara Penularan...........................................................................................6
7. Pencegahan................................................................................................7
8. Pengobatan.................................................................................................8
2.2 Pengetahuan.........................................................................................................11
1. Pengertian Pengetahuan...........................................................................11
2. Tinkat Pengetahuan.................................................................................11
3. Pengkuran Pengetahuan...........................................................................12
4. Sumber-Sumber Pengetahuan..................................................................12
5. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan..............................................13
6. Cara Memperoleh Pengetahuan...............................................................14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN..........................................................................16

ii
3.1 Kerangka Konsep............................................................................................16
3.2 Jenis Penelitian................................................................................................16
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................16
3.4 Populasi dan Sampel.......................................................................................16
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi...........................................................................17
3.6 Variabel Penelitian..........................................................................................17
3.7 Definisi Operasional Variabel.........................................................................17
3.8 Hipotesis..........................................................................................................18
3.9 Instrumen Penelitian/teknik pengumpulan data..............................................19
3.10 Alat dan Bahan Penelitian...............................................................................19
3.11 Prosedur Penelitian.........................................................................................19
3.12 Teknik Analisis Data.......................................................................................20
3.13 Alur Penelitian................................................................................................21
3.14 Jadwal Penelitian.............................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta
pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.
Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi
pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat
TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan
nifas.
Sasaran strategi nasional pengendalian TB ini mengacu pada
rencana strategis kementerian kesehatan dari 2009 sampai dengan tahun
2014 yaitu menurunkan prevalensi TB dari 235 per 100.000 penduduk
menjadi 224 per 100.000 penduduk. Sasaran keluaran adalah: (1)
meningkatkan prosentase kasus baru TB paru (BTA positif) yang
ditemukan dari 73% menjadi 90%; (2) meningkatkan prosentase
keberhasilan pengobatan kasus baru TB paru (BTA positif) mencapai
88%; (3) meningkatkan prosentase provinsi dengan CDR di atas 70%
mencapai 50%; (4) meningkatkan prosentase provinsi dengan keberhasilan
pengobatan di atas 85% dari 80% menjadi 88%. Sekitar 75% pasien TB
adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50
tahun).
Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata
waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal
akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain
merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya
secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Pada tahun 1990-
an, situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat
dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang

1
dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden
countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan
TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency). [CITATION Dep11 \l
1033 ]
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana pengeruh penyuluhan terhadap pengetahuan penderita
tuberculosis paru di Puskesmas Kertajati Kecamatan Kertajati
Kabupaten Majalengka
2. Seberapa penting pengetahuan dengan keberhasilan pengobatan
tuberculosis paru
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan penderita Tuberculosis paru
setelah penyuluhan dan sebelum penyuluhan
2. Tujuan khusus
Membantu klien untuk menambah pengetahuan terhadap penyakit
Tuberculosis paru dan pengobatan Tuberculosis paru.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
pengetahuan tentang penyakit Tuberculosis paru.
2. Manfaat Aplikatif Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi pihak
puskesmas yang berperan dalam dunia kesehatan untuk mampu
meningkatkan pentingnya penyuluhan terhadap tingkat
pengetahuan tentang penyakit tuberculosis paru bagi penderita.
3. Bagi Masyarakat
Penyuluhan ini dapat menambah pengetahuan penderita
tuberculosis
4. Bagi penelitiaan selanjutnya

2
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk refrensi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan penyakit Tuberculosis paru.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Pada penulisan ini dilakukan selama 4 hari yaitu pada tanggal 24
September – 27 september 2020, dengan masalah kepatuhan minum obat
pada klien dengan Tuberculosis.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberculosis paru


1. Definisi
Menurut Sylvia A. Price Tuberculosis adalah penyakit infeksi
menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru-paru dan hamper seluruh organ tubuh lainnya.
Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernafasan dan saluran
pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak
melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri
tersebut. [ CITATION Nur15 \l 1033 ]
2. Etiologi
Menurut Wim De Jong Penyebab Tubercolosis adalah
Mycobacterium tubercolosis, basil ini tidak berspora sehingga mudah
dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada
dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe Human dan tipe
Bovin. Basil tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita
mastitis tuberkolosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak
ludah (Droplet) dan diudara yang berasal dari penderita TBC, dan
orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya.
Dan menurut Patrick Davey setelah organism terinhalasi dan masuk
paru-paru bakteri dapat bertahan hidup dan menyebar kenodus
limfatikus local. Penyebaran melalui aliran darah ini dapat
menyebabkan tuberkulosis pada organ lain dimana infeksi laten dapat
bertahan sampai bertahun-tahun. [ CITATION Nur15 \l 1033 ]
3. Patofisiologi
Penyakit tuberkulosis ditularkan melalui udara secara langsung
dari penderita tuberkulosis kepada orang lain. Dengan demikian,
penularan penyakit tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara
penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di

4
dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebar penyakit
tuberkulosis sering tidak mengetahui bahwa ia menderita tuberkulosis.
Droplet yang mengandung basil tuberkulosis yang dihasilkan dari
batuk dapat melayang di udara hingga kurang lebih dua jam
tergantung pada kualitas ventilasi ruangan. Jika droplet tadi terhirup
oleh orang lain yang sehat, droplet akan masuk pada dinding sistem
pernapasan. Droplet besar akan masuk pada saluran pernapasan
bagian atas, droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus
manapun: tidak ada prediksi lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada
tempat masuknya, basil tuberculosis akan membentuk suatu fokus
infeksi primer berupa tempat pembiakan basil tuberkulosis tersebut
dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Basil
tuberkulosis yang masuk tadi akan mendapatkan perlawanan dari
tubuh, jenis perlawanan tubuh tergantung kepada pengalaman tubuh,
yaitu pernah mengenal basil tuberkulosis atau belum (Djojodibroto,
2014).

4. Manifestasi klinis
1. Demam 40-41²C, serta ada batuk/batuk darah
2. Sesak nafas dan nyeri dada
3. Malaise/Keringat malam
4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
5. Peningkatan sel darah putihndengan dominasi limfosit
6. Pada anak :
a. Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas atau gagal tumbuh
b. Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut selama dua
minggu
c. Batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa Wheeze.
d. Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa. [ CITATION
Nur15 \l 1033 ]

5
5. Komplikasi
Menurut Sudoyo (2007) penyakit tuberkulosis paru bila tidak
ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi
dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1) Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,
usus, Poncet’s arthropathy
2) Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas ; Sindrom Obstruksi
Pasca Tuberkulosis (SOFT), kerusakan parenkim berat ; SOPT /
fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru,
sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB
milier dan kavitas TB.

6. Cara penularan Tuberculosis paru


Lingkungan yang sangat padat dan pemukiman di wilayah
perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan
dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB. Proses
terjadinya infeksi oleh M. tuberculosis biasanya secara inhalasi,
sehingga TB merupakan manifestasi klinis yang paling sering
dibandingkan dengan organ lain. Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei,
khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah
atau berdahak yang mengandung Basil Tahan Asam. [ CITATION Ami09
\l 1033 ]
Penularan penyakit Tuberculosis menurut kondisinya dapat di
golongkan secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan
langsung yaitu pada saat manusia bernapas dan pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan
diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup kedalam pernapasan. Sedangkan secara

6
tidak langsung terjadi karena dahak tatu ludah yang dikeluarkan
dibuang sembarangan dan mengering lalu tercampur oleh partikel
debu, kemudian dalam kondisi tertentu kuman dihembuskan oleh
angin sehingga terhirup orang lain. Setelah kuman TB masuk dalam
tubuh manusia melalui sistem pernapasan kuman tersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran pernapasan atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. [ CITATION Dep15 \l 1033 ]

7. Pencegahan Tuberculosis paru


Pencegahan lebih baik draipada mengobati, kata-kata itu selalu
menjadi acuan dalam penanggulangan penyakit tuberculosis paru di
masyarakat. Adapun pencegahan yang harus dilakukan menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia [CITATION Dep02 \l 1033 ]
adalah :
1) Penderita tidak menularkan kepada orang lain
a. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu
tangan atau tisu
b. Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu
pada pengobatan
c. Tidak meludah disembarang tempat, tetapi didalam wadah
ynag diberi Iysol kemudian dibuang dalam lubang dan
ditimbun dalam tanah.
d. Menjemur alat tidur secara teratur setiap pagi hari.
e. Membuka jendela pada pagi hari, agar rumah mendapat
udara bersih dan cahaya matahari yang cukup sehingga
kuman tuberculosis paru dapat mati.
2) Masyarakat tidak tertular dari penderita tuberculosis paru
a. Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain dengan
makan-makanan ynag bergizi.
b. Tidur dan istirahat yang cukup

7
c. Tidak merokok dan tidak minum-minuman yang
mengandung alcohol.
d. Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari
masuk ke ruang tidur dan ruangan lainnya.
e. Imunisasi BCG pada bayi.
f. Segera periksa bila timbul batuk lebih dari tiga minggu.
g. Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

2.2 Pengobatan Tuberculosis paru


1. Tahap pengobatan
Tujuan pengobatan pada penderita tuberkulosis selain untuk
menyembuhkan/mengobati penderita juga mencegah kematian,
mencegah kekambuhan atau resintensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis
diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
a. Tahap intensif (2-3 Bulan )
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapatkan obat
setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama
rifamsin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan
secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
penderita tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan
ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah
terjadinya kekebalan otot.
b. Tahap Lanjut (4-7 Bulan )
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap
lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten
(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

8
Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis
obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide,
dan Amoksilin + Asam Klavulanat, derivate
Rifampisin/INH (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan, 2011).
2. Jenis Obat Anti Tuberculosis
a. Lini pertama

Jenis Sifat Efek samping


Isoniazid Bakterisidal Neuropati perifer (Gangguan
(H) saraf tepi), psikosis toksik,
gangguan fungsi hati, kejang.
Rifampisin Bakterisidal Flu syndrome(gejala influenza
(R) berat), gangguan
gastrointestinal, urine berwarna
merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, skin
rash, sesak nafas, anemia
hemolitik.
Pirazinamid Bakterisidal Gangguan gastrointestinal,
(Z) gangguan fungsi hati, goun
arthritis.
Streptomisin Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan,
(S) gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan
anafilaktik, anemia,
agranulositosis,
trombositopeni.
Etambutol Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan,

9
(E) gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan
anafilaktik, anemia,
agranulositosis,
trombositopeni.

b. Lini kedua

Grup Golongan Jenis obat


A Florokuinolon  Levofloksasin (Lfx)
 Moksifloksasin (Mfx)
 Gatifloksasin (Gfx)*
B OAT suntik  Kanamisin (Km)
lini kedua  Amikasin (Am)*
 Kapreomisin (Cm)
Streptomisin (S)**
C OAT oral lini  Etionamid
Kedua (Eto)/Protionamid
(Pto)*
 Sikloserin (Cs)
/Terizidon (Trd)*
 Clofazimin (Cfz)
 Linezolid (Lzd)
D D1 OAT lini  Pirazinamid
pertama (Z)
 Etambutol
(E)
 Isoniazid
(H)
 dosis tinggi
D2 OAT  Bedaquiline
baru (Bdq)
 Delamanid

10
(Dlm)*
 Pretonamid
 (PA-824)*
Keterangan :
*Tidak disediakan oleh program
**Tidak termasuk obat suntik lini kedua, tetapi dapat
diberikan pada kondisi tertentu dan tidak disediakan
oleh program.
[CITATION men16 \l 1033 ]

2.3 Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba [CITATION Soe07 \l 1033 ]
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).
Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan [ CITATION Soe07 \l 1033 ]
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut [ CITATION Soe071 \l 1033 ],
dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu :
1) Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu ini
merupakan tingkat pengertian yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)

11
Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi ke kondisi sebenarnya.
3) Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
3. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden
[ CITATION Soe071 \l 1033 ]
4. Sumber-sumber pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat dan sebagainya. Menurut [ CITATION Soe071 \l 1033 ] sumber
pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik
formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan
sebagainya.
5. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan [ CITATION Soe071 \l 1033 ] :

12
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
tersebut. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita
tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk
juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam
memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan.
Semakin tinggi tingkat kesehatan, seseorang makin menerima
informasi sehingga makin banyak pola pengetahuan yang
dimiliki.
2) Paparan media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet,
dan lain - lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi
media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
3) Ekonomi
Usaha memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah
tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah.
Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
4) Hubungan social

13
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi.
Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi
kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan
menurut model komunikasi media dengan demikian hubungan
sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
tentang suatu hal.
5) Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh
dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya,
misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik
misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan
pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi
tentang suatu hal dapat diperoleh
6. Cara memperoleh pengetahuan Menurut [ CITATION Soe07 \l 1033 ] ,
cara memperoleh pengetahuan ada 2, yaitu:
1) Cara tradisional atau non ilmiah.
a. Cara coba salah
Cara ini adalah merupakan cara tradisional, dilakukan
apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah,
upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan dalam cara ini berdasarkan pada
otoritas atau kekuasan, baik otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama, atau otoritas ilmu pengetahuan,
sehingga banyak sekali kebiasan – kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru terbaik, maksudnya bahwa
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

14
kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
d. Melalui jalan piker
Pengetahuan diperoleh dengan menggunakan penalaran
atau jalan pikiran. Cara ini melahirkan pemikiran secara
tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang
dikemukakan kemudian dicari hubungannya sehingga
dibuat suatu kesimpulan.
2) Cara modern atau cara ilmiah Cara baru atau modern dalam
memperoleh pengetahuan disebut metode penelitian ilmiah yang
mempunyai sifat lebih sistematis, logis dan ilmiah.

15
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan
pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
[ CITATION Soe07 \l 1033 ]
Keberhasilan penyuluhan dinyatakan dengan tahu atau tidaknya
penderita Tuberulosis terhadap penyuluhan yang telah dilakukan
dengan cara klien mengisi angket atau quisioner yang telah disediakan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita sebelum penyuluhan
dan sesudah penyuluhan.
3.2 Jenis Penelitian
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh peran penyuluhan yang
telah diberikan dalam meningkatkan pengetahuan penderita tentang
pengobatan TB paru, maka dilakukan wawancara oleh peneliti selama
bulan Oktober-November. Wawancara pertama dilakukan sebelum
penyuluh dan wawancara kedua dilakukan setelah penyuluhan.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kertajati Kecamatan
Kertajati Kabupaten Majalengka.
Dilakukan pada hari Selasa tanggal 20 Oktober 2020 sampai Hari
Jumat pada tanggal 20 November 2020.
3.4 Populasi dan Sampel
Sebagian populasi adalah individu TB paru baru yang datang atas
kemauan sendiri untuk berobat ke Puskesmas Kertajati Kecamatan
Kertajati Kabupaten Majalengka (penemuan kasus secara pasif)
sedangkan sebagai sampel adalah seluruh penderita TB paru baru yang

16
datang berobat pada bulan Oktober 2020 sampai November di
Puskesmas Kertajati Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka..
Puskesmas yang dijadikan obyek penelitian yaitu Puskesmas
Kertajati Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka.
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi :
Penderita TB paru baru yang berobat ke Puskesmas Kertajati, berusia
dewasa (>15 tahun), dan bersedia ikut dalam penelitian.
Kriteria Eksklusi :
Penderita TB paru yang tidak menderita penyakit lain yang dapat
mengganggu jalannya penelitian dan Penderita TB paru dibawah umur
(< 15 Tahun ).
3.6 Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel
bebas yang diteliti adalah pengetahuan, sikap dan perilaku
penderita Tuberculosis paru di Puskesmas Kertajati.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap penderita
penyakit TB Paru.
3.7 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Kriteria Metode


Objektif Pengukran

Independen Tujuan penyuluhan a. Berhasil jika Observasi


untuk mengetahui pengetahuan dan
tingkat pengetahuan bertambah Quisioner

17
penderita terhadap setelah
penyakit tuberculosis penyuluhan
paru yang b. Gagal jika
dideritanya. pengetahuan
Selain untuk tetap seperti
mengetahui tingkat sebelum
pengetahuan penyuluhan
penyuluhan ini juga
dapat membantu
penderita untuk
menambah wawasan
terhadap keberhasilan
therapy Tuberculosis
paru dan memutus
mata rantai penularan.
Dependen Pengetahuan a.Berhasil jika Observasi
merupakan hal pengetahuan dan
penting untuk bertambah Quisioner
mendukung setelah
keberhasilan therapy penyuluhan
Tuberculosis paru. b.Gagal jika
pengetahuan
tetap seperti
sebelum
penyuluhan

3.8 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas, maka hipotesis yang diajukan
dan akan diuji kebenarannya adalah Pengaruh penyuluhan terhadap
pengetahuan penderita Tuberculosis paru terhadap keberhasilan.
Instrument penelitian/tekhnik pengumpulan data
3.9 Instrumen Penelitian/teknik pengumpulan data

18
Pengertian metode angket menurut [CITATION Suh06 \l 1033 ]
“Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-
hal yang ia ketahui”. Sedangkan menurut [ CITATION Sug03 \l 1033 ]
“Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,
yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden.
3.10 Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
a. Alat tulis
b. Laptop
c. Lembar balik
d. Materi Penyuluhan
e. Soal tes pengetahuan
f. lembar informed consent.
2. Bahan
a. Masker
b. Tissue
c. Sabun cuci tangan
3.11 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Penyusunan proposal penelitian
b. Pengurusan surat permohonan izin penelitian di STIKes Ahmad
Dahlan Cirebon
b. Menyiapkan Modal
c. Menyiapkan Quisioner dan lembar balik

19
a. Pengurusan rekomendasi perizinan di Puskesmas Kertajati
Kab.Majalengka
b. Peneliti menyiapkan instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti memohon izin ke Ruang Perawat di Puskesmas
Kertajati untuk melakukan penelitian
b. Melakukan kontrak dengan penderita Tuberculosis paru
c. Peneliti membagikan informed concent dan kuesioner penelitian
kepada penderita Tb paru yang berkunjung selama bulan
Oktober-November
d. Peneliti memberikan penjelasan kepada Penderita TB paru cara
mengisi jawaban pada kuesioner
e. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang sudah dikerjakan oleh
Penderita
f. Peneliti melakukan ceramah tentang penyakit TB paru dan
Therapi pengobatannya.
g. Peneliti melakukan quisioner kembali setelah dilakukan
penyulluhan.
h. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang sudah dikerjakan oleh
Penderita kembali.
3. Tahap Akhir
a. Peneliti mendapatkan surat keterangan sudah selesai melakukan
penelitian dari Puskesmas Kertajati Kab.Majalengka
b. Peneliti melakukan pengolahan data
c. Peneliti melakukan analisis data
d. Peneliti membuat laporan hasil penelitian
e. Penyajian hasil penelitian
3.12 Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer

20
Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari objek
penelitian oleh peneliti baik perorangan maupun organisasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pembagian kuesioner
kepada responden. Data yang dikumpulkan adalah umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, ketersediaan akses, pengetahuan,
sikap.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data dari objek penelitian yang didapat
secara tidak langsung. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi
yang dibuat oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode
secara komersial ataupun non-komersial.
Dalam penelitian ini data diambil dari arsip Dinas Kesehatan
Kabupaten Majalengka dan catatan pengobatan TB Paru di
Puskesmas Kertajati pada bulan Oktober-November 2020.
3.13 Alur Penelitian
Secara keseluruhan proses penelitian ini dilaksanakan dalam 4 tahap
yaitu :
1. Tahap persiapan
Yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Penyusunan proposal
b. Perijinan penelitian
c. Persiapan alat dan bahan penelitian yang meliputi
kuesioner
d. Koordinasi dengan berbagai pihak
e. Uji coba kuesioner.
2. Tahap pelaksanaan
Yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Pengambilan data
b. Pengumpulan data
c. Melakukan pengumpulan data kualitatif melalui in depth
interview terhadap beberapa responden.

21
d. Editing data
3. Tahap evaluasi dan analisis data
4. Tahap penyusunan laporan hasil penelitian
3.14 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kertajati Kecamatan Kertajati
Kabupaten Majalengka selama bulan Oktober dan November dilakukan
selama 1 bulan pada tanggal 20 Oktober 2020 sampai 20 November
2020.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amir, & Bahar. (2009). Tuberkulosis Paru; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Pubishing.

Arikunto, S. (2006). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Depkes, R. I. (2011). Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. (C. B.


Asik Surya, Ed.) Jakarta: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN
PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN 2011.

DepkesRI. (2002). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Jakarta.

DepkesRI. (2015). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:


Depkes RI.

Dewi. (2018). konsep dasar tuberculosis paru. http://repository.poltekkes-


denpasar.ac.id/462/3/BAB%20II.pdf.

Manuhara, L. (2012). EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN


OBAT. NASKAH PUBLIKASI, 2.

Menkes, R. I. (2016). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._67_ttg_Pena
nggulangan_Tuberkolosis_.pdf, (pp. 79-81).

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatandan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmojo, S. (2007). Promosi Kesehatandan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS DAN NANDA NIC-NOC (Vols.
209-210). Yogyakarta: Mediaction.

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.

Werdhani, R. A. (n.d.). PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLAFISIKASI.


Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga, 1.

Anda mungkin juga menyukai