Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK III

AL-ISLAM & KEMUHAMMADIYAAN IV

(Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosyal)

OLEH:

Cahyadi J Malia (21910130)


Muhammad Abdul Aziz (21910048)
Lita Pratiwi (21910122)
Sri Yuni Wahyu (21910096)
Adinda Septiany M (21710143)
Rian (21710173)
Novita (21710204)
Eki Arianto (21710107)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang muhammadiyah
sebagai gerakan sosyal ini dengan lancar.

Makalah ini telah kartu susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapet memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini dengan
memberikan sumbangkan baik materi mampun pikirannya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semogah makalah tentang muhammadiyah sebagai gerakan
sosial ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta memberikan manfaat bagi para
pembaca.

Kendari, 28 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai dan ajaran sosyal kemanusiaan muhammadiyah (teologi al-ma’un)………………..


B. Gerakan peduli kepada fakir miskin dan anak yatim…………………………………………...
C. Bentuk dan model gerakan sosyal kemanusiaan muhammadiyah……………………………...
D. Revitalisasi gerakan sosyal muhammadiyah……………………………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi “Muhammadiyah” berdiri pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah


bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta. Sebagai gerakan sosyal
keagamaan, menurut (alm) Nurcholish Madjid Muhammadiyah merupakan organisasi Islam
modern terbesar di dunia. Dilihat dan segi kelembagaannya, Muhammadiyah juga dikatakan
sangat mengesankan, Karena itu, menurut Cak Nur, Muhammadiyah merupakan salah satu cerita
sukses di kalangan Islam, tidak saja secara nasional, tapi juga internasional. Pernyataan Cak Nur
ini merupakan sebagian dari pandangan yang bernada memuji dan optmistis terhadap kiprah
Muhammadiyah. Sebagai gerakan tajrih (pemurnian) dan tajdid (pembaharu), Muhammadiyah
banyak berkiprah baik di bidang akidah, ibadah, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial.
Muhammadiyah sendiri mengambil surat Al-Ma’un dalam Al-Our'an sebagai dasar untuk
berjalan pada ranah social. Pembahasan mengenai Teologi Al-Ma'un pun sering digalakkan. Hal
ini sebagai telaah kritis terhadap gerakan sosial yang dilakukan Muhammadiyah. Dan bisa kita
lihat, bahwa saat ini Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha, mulai dari pondok anak
yatim, sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit pun ada. Ini sebagai pengejawantahan
dari interpretasi terhadap surat Al-Ma'un.

Muhammadiyah mempunya cita-cita sosial, yakni “kesejahteraan, dan kemakmuran


masyarakat yang diridhai Allah". Dari sini kita ketahui bahwa Muhammadiyah menghendaki
terciptanya negara yang baik dan penuh akan ampunan Allah. Inilah interpretasi dari ungkapan
Islam adalah agama rahmatan lil “alamin. Bagaimana kita lihat kemudian Muhammadiyah sejak
didirikan oleh Kyai Dahlan, sampai kepemimpman yang sekarang masih berusaha untuk
menjalin komunikasi yang baik, dan memberikan pelayanan sosial terhadap masyarakat, fakir
miskin dan yatim piatu, Hal inilah yang menjadi penting dalam perkembangan Muhammadiyah.

Revitalisasi gerakan muhammadiyah dapat dimaknai sebagai proses penguatan kembali


sistem faham dan jati diri sesuai dengan prinsip-prinsip ideal gerakan menuju pada tercapainya
kekuatan muhammadiyah sebagai gerakan islam yang menjalankan fungsi dakwah dan tajdid
menuju terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas munculah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu nilai-nilai dan ajaran sosyal kemanusiaan muhammadiyah (teologi Al-Ma’un)?
2. Apa saja gerakan peduli kepada fakir miskin dan anak yatim?
3. Bagaimana bentuk dan model gerakan sosyal kemanusiaan muhammadiyah?
4. Bagaimana revitalisasi gerakan sosyal muhammadiyah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai-nilai dan ajaran sosyal kemanusiaan muhammadiyah (teologi Al-
ma’un)
2. Untuk mengetahui gerakan peduli kepada fakir miskin dan anak yatim
3. Untuk mengetahui bentuk dan model gerakan sosyal kemanusiaan muhammadiyah
4. Untuk mengetahui revitalisasi gerakan sosyal muhammadiyah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai dan ajaran sosyal kemanusiaan muhammadiyah (teologi Al-ma’un)


Teologi berasal dan kata Yunani “theos” yang berarti Tuhan dan “logia" yang berarti
kata-kata, ucapan, atau wacana. Teologi adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai
agama, spiritualitas dan Tuhan. Websterds New Word Dictionary (dalam https//hendariyadi
wordpress.com/risalah-2/), mendefinisikan teologi sebagai studi tentang doktrin-dokrin agama
dan ketuhanan, studi tentang Tuhan, dan hubungan Nya dengan manusia dan alam (“The study
of religions doctrines and matter of divinity, the study of God and the relations between God,
mankind and the universe”). Frank Whaihng menyimpulkan tiga pengertian teologi, yaitu
pertama, teologi berkaitan erat dengan masalah Tuhan atau transendensi; kedua, teologi berkait
erat dengan masalah doktrin, dan ketiga, teologi berkait dengan aktivitas (second-order aktivity)
yang muncul dan keimanan dan penafsiran atas keimanan.

Surah Al-Ma’un

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tidak menganjurkan untuk memberi makan (orang miskin. Maka celakalah orang
yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya", dan enggan
(memberikan) bantuan.” (Al Ma'un; 1-7).

Surat Al Ma'un termasuk dari surat-surat pendek yang ada di juz 30. Surat yang terdiri
dari tujuh ayat tersebut termasuk Makkiyah (diturunkan di Mekkah). Adapun mengenai surah
tersebut, salah satu ulama tafsir, seperti Syeikh Jamaluddin Abdur Rahman bin Ali bin
Muhammad Al Jauzi (W.597) dalam kitabnya “Zaadal Masiir fi Ilmi Tatsur", ayat tersebut turun
berkenaan dengan orang-orang munafik (Pendapat Ibnu Abbas). Umar bin A’idz (Pendapat Ad-
Dzihak), Walid bin Al Mughirah (Pendapat As-Sidi), Ash bin Wa’il (pendapat Ibnu Sa’ib), Abi
Sufyan Harb (Pendapat Ibnu Jarij), Abi Jahal (Pendapat Al-Mawardi).
Tipe-tipe Orang Yang Mendustakan Agama (Surat Al-Ma’un)

1. Orang Yang Menghardik dan Berlaku Keras Kepada Anak Yatim


Tipe pertama yang mendustakan agama yakni orang yang berlaku sewenang-wenang
terhadap anak yatim, menganiaya haknya dan tidak memberinya makan serta tidak
memperlakukannya dengan perlakuan yang baik (Ibnu Katsir, 2015) Menurut @uraish
Shihab (http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-agama/), terjemahan yadn'-u bukan
hanya menghardik tetapi juga “mendorong dengan keras"" Kata ini tidak harus dimaknai
sebatas dorongan fisik, tetapi juga mencakup segala macam penganiayaan, gangguan, dan
sikap tidak bersahabat dengan mereka. Yang jelas ayat ini melarang membiarkan dan
meninggalkan mereka dalam kondisi apapun dan dimanapun, termasuk mengabaikan anak
yanm. Kata al-yatim berarti kesendirian. Kematian ayah membuat mereka kesendirian, atau
dalam kesendirian, sebatang kara, oleh karena itu mereka disebut anak yatim. Walaupun
ayat ini membahas tentang anak Yatim, namun maknanya bisa diperluas sehingga semua
orang yang lemah dan membutuhkan pertolongan adalah termasuk kelompok terpinggirkan
dalam kesendinan, yang perlu mendapat perhatian.
2. Orang Yang Tidak Saling Menganjurkan Untuk Memberi Makan Orang Miskin
Tipe kedua yang termasuk mendustakan agama adalah mereka yang tidak saling
menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. Menurut Quraish Shihab kata yahuddhu
yang bermakna menganjurkan, memberi isyarat bahwa setiap orang (muslim) walaupun
tidak memiliki kelebihan apapun tetap dituntut perannya dimanapun berada. minimal
sebagai penganyur pemberi makan. Peran ini bisa dilakukan oleh siapa pun, selama dia
mempunyai hati nurani dan merasakan penderitaan orang lain. Ayat ini Juga menutup
peluang sekecil apapun bagi setiap orang untuk tidak berpartisipasi dan merasakan betapa
perhatian lebih harus diberikan kepada orang yang lemah dan sangat membutuhkan.
Mementaskan kemiskinan bukan hanya tanggung jawab orang-orang kaya. Semua muslim
punya tanggung jawab kepada orang-orang miskin, Jika tidak mampu untuk membantu
secara langsung, seorang muslim masih punya kewajiban untuk mendorong orang-orang
kaya agar membantu yang miskin. Tidak ada alasan lagi bagi seorang musim untuk tidak
ikut serta membantu orang. yang membutuhkan. Kata tha’am berarti makanan atau pangan.
Pengertian memberi makan atau pangan dalam ayat ini adalah memberikan hak pangan
orang lain yang ada di tangan orang kaya, bukan karena unsur hibah atau kasihan, tetapi
memang hak pangan mereka ada di tangan orang yang berpunya. Karena zakat pada
hakekatnya adalah mengembalikan hak orang muskin minimal sebesar 2,5% yang ada di
tangan orang kaya. Demikian juga memberi makanan dan pangan kepada orang miskin atau
orang yang meminta-minta, pada dasarnya adalah mengembalikan hakekat mereka yang
masih ada di tangan orang-orang kaya. Jika masih ada orang-orang yang yang belum
memberikan zakatnya, berarti pada hartanya masih ada hak orang miskin dan orang-orang
yang meminta-minta. Kalau harta ini tidak dikeluarkan, sama saja dia telah memakan harta
orang miskin dan orang-orang yang meminta-minta.
3. Orang yang lalai terhadap sholatnya
Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah orang-orang
munafik yang mengerjakan salatnya terang-terangan, sedangkan dalam kesendiriannya
mereka tidak salat. (Ibnu Katsir, 2015). Hal ini adakalanya mengandung pengertian tidak
mengerjakannya sama sekali atau mengerjakannya bukan pada waktu yang telah ditetapkan
baginya menurut syara’, bahkan mengerjakannya di luar waktunya, sebagaimana yang
dikatakan oleh Masruq dan Abud Duha. Dalam ayat ini, Allah menyebut orang-orang yang
celaka adalah orang-orang yang lalai terhadap salatnya bukan yang lalai di dalam salatnya.
Hal ini dapat ditafsirkan dengan adakalanya karena tida menunaikan salat di awal waktunya,
melainkan menangguhkannya sampai akhir waktunya secara terus-menerus atau sebagian
besar kebiasaannya. Dan adakalanya karena dalam menunaikannya tidak memenuhi rukun-
rukun dan persyaratannya sesuai dengan apa yang diperintahkan. Dan adakalanya saat
mengerjakannya tidak khusyuk dan tidak merenungkan maknanya. Maka engertian ayat ini
mencakup semua itu. Orang yang menyandang sesuatu dari sifat-sifat tersebut berarti telah
mendapat bagian dari apa yang diancamkan oleh ayat ini. Dan barang siapa yang
menyandang semua dari sifat-sifat tersebut, maka telah sempurnalah baginya bagiannya dan
jadilah dia seorang munafik dalam pebuatannya.
4. Orang yang riya
Riya’ adalah orang melakukan sesuatu perbuatan bukan diniatkan karena Allah, melainkan
agar orang lain melihatnya akan merasa takjub dengan perbuatannya (Ibnu Katsir, 2015).
Setiap manusia suka dan ingin disanjung orang. Oleh karena itu, seorang muslim harus bisa
menata niat agar amal ibadahnya hanya ditunjukkan untuk Allah semata. Orang yang riya’
termasuk dalam golongan orang yang mendustakan agama. Karena mereka tidak yakin
dengan balasan Allah SWT, hingga harus berharap dilihat dan dipuji oleh orang lain. Jika
dia yakin, pasti ia akan beramal hanya untuk-Nya.
5. Orang yang enggan memberikan bantuan
Tipe pendusta agama yang terakhir dalam surat Al-Maun adalah mereka yang enggan
memberi bantuan walaupun berupa hal-hal yang kerap terkesan remeh. Al-Ma’un dalam
bahasa arab bermakna sesuatu yang kecil dan remeh. Sesuatu yang tidak berharga yang bisa
dipinjamkan kepada orang lain. Menurut Ibnu Katsir (2015), makna ayat ini yakni mereka
yang tidak menyembah Allah SWT dengan baik dan tidak mau pula berbuat baik dengan
sesama makhluk-Nya, sehingga tak memperkenankan dipinjam sesuatunya yang bermanfaat
dan tidak mau menolong orang lain. Menurut Ibnu Katsir (2015), mereka yang tidak
menyembah Allah SWT dengan baik dan tidak mau pula berbuat baik dengan sesama
makluk-Nya sehingga tidak pula memperkenankan dipinjam sesuatunya yang bermanfaat
dan tidak mau menolong orang lain dengannya.

Nilai-nilai Ajaran Sosyal Kemanusiaan Muhammadiyah


Surat Al-Ma'un walaupun hanya terdiri dari 7 ayat, tetapi pesan yang terkandung di
dalamnya pada hakekatnya sengat pening Antara lain:
1. Menjelaskan secara tegas dan jelas bahwa ajaran Islam tidak pernah memisahkan ibadah
ritual dengan ibadah sosyl antara duniawi dan ukhrowi, atau membiarkan ibadah tersebut
berjalan sendiri-sendiri. Sebagai contoh orang yang rajin sholat tetapi tidak peduli dengan
tetangganya dan penderitaan orang lain, orang ini juga belum dikatakan sempuna imannya,
sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa siapa saja yang beriman kepada
Allah SWT hendaklah dia berbuat dengan tetangga atau tamunya.
2. Keikhlasan. Ikhlas memang sulit didefinisikan. Beda orang, beda pula definisi Banyak
orang mengatakan ikhlas berarti tanpa pamrih, atau mengerjakan sesuatu hanya mengharap
ridho Allah SWT. Apapun defenisi ikhlas dikembalikan kepada kita semua, karena
keihklasan seseorang, yang tahu hanya orang yang bersangkutan dan Allah SWT. Ikhlas ini
adalah puncaknya ibadah atau kenikmatan suatu ibadah. Orang yang ikhlas adalah orang
yang tidak pernah menghitung-hitung kebaikan yang dilakukannya kepada orang lain, atau
mungkin dia melupakan sama sekali kalau dia telah berbuat baik kepada orang lain, baik
secara nyata ataupun tidak nyata, Orang yang ihklas adalah orang yang tidak pernah
mendongkol kalau tidak diberi, atau menyebut-nyebut kebaikan yang telah dilakukannya
kepada orang lain dan seterusnya.
3. Kesediaan mengulurkan bantuan kepada orang-orang lemah yang membutuhkan dalam
bentuk apapun dan sekecil apapun. Membantu tidak mesti menunggu kaya terlebih dahulu,
atau menunggu menjadi pejabat/pengusaha. Membantu dilakukan kapanpun dan dimanapun.
Membantu bisa dengan tenaga, pikiran, nasehat atau sebagainya.
Menurut Sayyid Guthub yang dikutip oleh Quraish Shihab bahwa mungkin jawaban Al-
Qur’an tentang siapa yang mendustakan agama atau “hari kemudian” yang dikemukakan dalam
surat Al-Ma'un ini cukup mengagetkan jika dibandingkan dengan pengertian aman secara
tradisional (iman berarti percaya), tetapi yang demikian itulah anti persoalan dan hakekatnya.
Hakekat pembenaran ad-din tidak cukup dengan Iidah, tetapi perlu perubahan nyata dalam jiwa
yang mendorong kepada kebaikan dan kebajikan terhadap manusia lain yang membutuhkan
pelayanan dan perlindungan.

Kiai Haji Ahmad Dahlan (1868-1923), pendiri Muhammadiyah pada 8 Dzulhijjah


1330/18 November 1912, pernah membuat murid-muridnya bertanya-tanya keheranan saat
memberi pelajaran tafsir. Ketika menafsirkan surah AI-Ma'un (Al Qur’an surah 107) secara
berulang-ulang tanpa diteruskan dengan surah-surah lain, Dahlan sebenarnya sedang menguji
kepekaan batin para muridnya dalam memahami Al-Qur’an, apakah sekedar untuk dibaca atau
langsung diamalkan.

` Baru para murid itu paham bahwa Al-Qur’an tidak saja menyangkut dimensi kognitif,
tetapi sekaligus sebagai pedoman bagi aksi sosial. Mulailah para murid itu mencari orang-orang
miskin dan anak yatim di sekitar Yogyakarta untuk disantuni dan diperhatikan. Maka, berdirinya
Panti-Panti Asuhan dan Rumah Sakit PKU tahun 1923 adalah salah satu perwujudan dari aksi
sosial ini.

Surat Al-Ma'un adalah salah satu di antara surat-surat Makkiyah. Surat Ini tidak
tanggung-tanggung mengategorikan sebagai pendusta terhadap agama mereka yang tidak peduli
atas nasib anak yatim dan orang miskin. Rupanya Ahmad Dahlan telah menangkap isyarat Al-
Quran itu sehingga kajian tafsirnya perlu diulang-ulang sampai para muridnya benar-benar
memahami betul tentang apa tujuan pengulangan itu.

B. Gerakan Peduli Kepada Fakir Miskin dan Anak Yatim


Gerakan peduli kepada fakir miskin dan yatim piatu salah satunya adalah berzakat. Di
jelaskan dalam Al-Qur’an surah At-Taubah: 60.
Artinya :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang muskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.

Kelompok penerimaan zakat, fakir miskin dan yatim piatu termasuk golongan yang wajib
menerima zakat. Karena anak yatim dan yatim piatu adalah anak yang ditinggal meninggal oleh
orang tuanya baik ayahnya atau ibunya atau keduanya dan belum dewasa serta belum dapat
mencari nafkah sendiri.
Muhammadiyah adalah institusi dan institusionalisasi teologi Al-Ma'un yang diharapkan
perduli pada kaum tersebut dalam mengikis problematika social. Muhammadiyah dalam praktisi
sosial dengan pemihakan terhadap kaum mustadI'afin, dhuafa, masakin, dan anak yatim,
mengilhami Muhammadiyah untuk mendirikan banyak lembaga pendidikan, panti asuhan,
rumah sakit, dan tempat layanan sosial lainnya. Pendirian tempat layanan sosial adalah
kepedulian Muhammadiyah kepada kaum miskin dan kepentingan umat.
Dalam realitas keseharian dapat disaksikan banyak orang kaya Islam khusyuk merata
dahi di atas sajadah, semantara di sekitarnya banyak tubuh layu kekurangan gizi dan di grogoti
penyakit. Banyak orang rajin beribadah padahal kemiskinan, kebodohan, kelaparan, dan
kesulitan mendera saudara saudaranya. Fakta dan realitas kemiskinan adalah wajah lain
dehumanisasi. Kemiskinan terjadi akibat kemungkaran sosial dan dosa sosial akut. Ia bukan
masalah individu, tetapi masalah bersama yang harus dicari jalan keluarnya. Dalam kontek ini
muhammadiyah dapat memainkan peran strategis, dengan member sumbangsi nyata terhadap
masyarakat.

C. Bentuk dan Model Gerakan Sosyal Kemanusiaan Muhammadiyah


Bidang-bidang yang terdapat dalam gerakan sosyal muhammadiyah, diantaranya:
1. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan misalnya, hingga tahun 2000 ormas Islam Muhammadiyah telah
memiliki 3.979 taman kanak kanak, 33 taman pendidikan Al Qur'an, 6 sekolah luar biasa,
940 sekolah dasar, 1.332 madrasahdiniyah/ibtidaiyah, 2.143 sekolah lanjutan tingkat
pertama (SMP dan MTs), 979 sekolah lanjutan tingkat atas (SMA,MA, SMK), 101 sekolah
kejuruan, 13 mualimin/mualimat, 3 sekolah menengah farmasi, serta 64 pondok pesantren.
Dalam bidang pendidikan tinggi, hingga tahun ini Muhammadiyah memiliki 36 universitas,
72 sekolah tinggi, 54 akademi, dan 4 politeknik. Nama nama sepert: Bustanul Athfal/TK
Muhammadiyah, SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, SMK
Muhammadiyah, dan Universitas Muhammadiyah bermunculan di berbagai daerah.

2. Bidang Kesehatan
Dalam amal usaha bidang kesehatan, Muhammadiyah telah dan terus mengembangkan
layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk kepedulian. Balai-balai pengobatan seperti
rumah sakit PKU (Pembina Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah, yang pada masa
berdirinya Muhammadiyah bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat), kini mulai
meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan buku Profil dan Direktori Amal
Usaha Muhammadiyah & “Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:
a. Rumah sakit berjumlah 34
b. Rumah bersalin berjumlah 85
c. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 504. Balai Kesehatan Masyarakat
berjumlah 115
d. Balai pengobatan berjumlah 846
e. Apotek dan KB berjumlah 4
3. Bidang Kesehatan Sosyal
Hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki:
a. 228 panti asuhan yatim
b. 18 panti jompo
c. 22 balai kesehatan social
d. 161 santunan keluarga
e. 5 pantiwreda/manula
f. 13 santunan wreda/manula
g. 1 panti cacat netra
h. 38 santunan kematian
i. serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).
4. Bidang Kaderisasi
Dalam bidang kaderisasi Muhammadiyah telah melakukan program diantaranya:
a. Peningkatan kualitas pengkaderan
b. Melaksanakan program pengkaderan formal dan mformalsecara berkelanjutan
c. Menyelenggaraka baitul argam dan darul arqam Muhammadiyah
d. Tranformasi kader per jenjang dan per generasi
e. Sinergi Building antar unit persyarikatan untuk kaderisasi

Contoh kaderisasi/organisasi dalam Muhammadiyah: aisyiyah, pemuda muhammadiyah,


IPM, IMM, Tapak Suci Muhammadiyah.

D. Revitalisasi Gerakan Sosyal Muhammadiyah


Revitalisasi merupakan salah satu jenis atau bentuk perubahan (transformasi) yang
mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan terhadap aspek-aspek yang selama ini
dimiliki (proses potensial) maupun dengan melakukan pengembangan (proses aktual) menuju
pada keadaan yang lebih baik dan lebih maju dari kondisi sebelumnya. Revitalisasi sebagai
proses perubahan yang direncanakan meliputi tahapan-tahapan penataan, pemantapan,
peningkatan dan pengembangan yang dilakukan secara berkesinambungan.
Revitalisasi gerakan Muhammadiyah dapat dimaknai sebagai proses penguatan kembali
sistem paham dan jati diri sesuai dengan prinsip-prinsip ideal gerakan menuju pada tercapainya
kekuatan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang menjalankan fungsi dakwah dan tajdid
menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

1. Langkah-langkah Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah


Melakukan penguatan seluruh aspek gerakan dan menggerakkan segenap potensi
Muhammadiyah dalam menjalankan amanat Muktamar dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Memperluas peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan masyarakat di atas
lokal, nasional, dan global dengan menjalankan fungsi dakwah dan tajdid serta
mengembangkan ukhuwah dan kerjasama dengan semua pihak yang membawa pada
pencerahan dan kemaslahatan hidup.
b. Meneguhkan dan mewujudkan kehidupan Islami sesuai dengan paham agama dalam
Muhammadiyah yang mengedepankan uswah hasanah dan menjadi rahmat bagi
kehidupan.
c. Mengembangkan pemikiran Islam sesuai dengan prinsip Manhaj Tarjih dan ijtihad
yang menjadi acuan/pedoman Muhammadiyah.
d. Pengembangan infrastruktur dan perbaikan sistem pengelolaan organisasi yang
mampu menjalankan fungsi-fungsi gerakan dan semakin mengarah pada pencapaian
tujuan Muhammadiyah.
e. Mendinamisasi kepemimpinan Persyarikatan di semua tingkatan (Wilayah, Daerah,
Cabang, dan Ranting).
f. Peningkatan kualitas dan memperluas jaringan amal usaha Muhammadiyah menuju
tingkat kompetisi dan kepentingan misi Persyarikatan yang tinggi, serta
menjadikannya sebagai pelaksana usaha yang terikat dan memiliki ketaatan pada
kepemimpinan Persyarikatan.
g. Pengembangan model-model kegiatan/aksi yang lebih sensitif terhadap kepentingan-
kepentingan aktual/nyata umat, masyarakat, dan dunia kemanusiaan dengan
pengelolaan yang lebih konsisten.
h. Menggerakkan seluruh potensi angkatan muda dan organisasi otonom
Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan Persyarikatan.
i. Meningkatkan bimbingan, arahan, dan panduan kepada seluruh tingkatan pimpinan
dan warga Muhammadiyah.
j. Menggerakkan kembali Ranting dan jama'ah sebagai basis gerakan Muhammadiyah

2. Aspek Revitalisasi Gerakan


a. Revitalisasi Teologis
Revitalisasi teologis menyangkut ikhtiar merekonstruksi atau menafsir ulang
pemikiran-pemikiran dasar kegamaan (keislaman) dalam Muhammadiyah
sebagaimana prinsip-prinsipnya tentang agama Islam, dunia, ibadah sabilullah dan
ijtihad. Dalam revitalisasi teologis ini dapat dikaji ulang dan dirumuskan
epistemologi keislaman Muhammadiyah seperti tentang kalam (falsafah) atau
pandangan keTuhanan, pandangan tentang Fiqih, dan pernikiran-pemikiran
keislaman lainnya.
b. Revitalisasi Ideologis
Revitalisasi ideologis menyangkut penyusunan ulang dan penguatan sistem paham
disertai langkah-langkah pelembagaannya yang menjadi landasan membangun
kesadaran dan ikatan kolektif dalam memperjuangkan gerakan Muhammadiyah.
Pemikiran dasar Kyai Dahlan, dua belas langkah dari Kyai Mas Mansur,
muqaddimah anggaran dasar, kepribadian Muhammadiyah, matan keyakinan dan
Cita-cita hidup Muhammadiyah, khittah perjuangan Muhammadiyah, dan pedoman
hidup islami warga Muhammadiyah merupakan rujukan 15 dasar sekaligus perlu
disistematisasi dalam konsep terpadu sehingga menjadi basis ideologi gerakan
Muhammadiyah yang mengikat seluruh anggota Muhammadiyah dalam
melaksanakan gerakan. Ketika dirasakan adanya krisis kemuhammadiyahan, maka
krisis tersebut harus dibaca dalam konteks pelemahan ideologis di kalangan
Muhammadiyah karena tuntutan-tuntutan dan pertimbangan pertimbangan yang
biasanya serba pragmatis.
c. Revitalisasi Pemikiran
Revitalisasi pemikiran menyangkut upaya mengembangkan wawasan pemikiran
seluruh anggota, termasuk kader dan pemimpin, baik mengenai format pemikiran
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang bercorak dakwah dan tajdid, maupun
dalam memahami permasalahan-permasalahan dan perkembangan kehidupan tingkat
lokal, nasional, dan global. Dikotomi yang keras tentang pemikiran literal versus
liberal, pemurnian versus pembaruan atau pengembangan, ekslusif versus inklusif,
organisasi versus alam pikiran, struktural versus kultural menggambarkan masih
terperangkapnya sebagian kalangan dalam Muhammadiyah mengenai orientasi
pemikiran pada wilayah orientasi atau paradigma yang sempit atau terbatas. Sejauh
menyangkut pemikiran perlu dijelaskan domain relativitas setiap pemikiran agar
tidak terjadi pengabsolutan setiap pemikiran, lebih lebih jika klaim pemikiran
tertentu dijadikan alat pemukul dan saling menegaskan terhadap pemikiran yang
lain, sehingga yang terjadi ialah perebutan dominasi dan bukan sikap tasamuh. 16
d. Revitalisasi Organisasi
Revitalisasi organisasi berkaitan dengan perbaikan-perbaikan sistem pengelolaan
kelembagaan persyarikatan seperti menyangkut penataan struktur dan fungsi
organisasi, birokrasi, pengelolaan dan pelayanan administrasi, hingga pengembangan
organisasi yang mengarah pada peningkatan kualitas, efisiensi-efektivitas, dan
menjadikan organisasi sebagai instrument gerakan untuk kemajuan dan pencapaian
tujuan Muhammadiyah.
e. Revitalisasi Kepemimpinan
Revitalisasi kepemimpinan merupakan langkah penguatan kualitas fungsi efektivitas
pimpinan persyarikatan diseluruh Iini, termasuk di lingkungan organisasi otonom
dan amal usaha, yang secara langsung menjadi kekuatan dinamik dalam
menggerakan Muhammadiyah. Kepemimpinan Muhammadiyah juga tidak cukup
dikonstruksi dengan idealis normatif semata seperti mengenai hak akhlaq dan
standar-standar ideal kepemimimpinan, tetapi juga harus disertai format aktualisasi
kepemimpinan yang nyata (bukan kepemimpinan yang berumah diatas angin tetapi
harus membumi), karena kepemimpinan Muhammadiyah merupakan kepemimpinan
sistem dan bukan kepemimpinan figur. Faktor figur pun tidak dapat dikonstruksikan
sekadar dari kejauhan sebagaimana konsep kepemimpinan pesona Ratu adil.
Kepemimpinan Muhammadiyah juga bukan sekadar domain diniyyah (aspek-aspek
kemampuan aktual dalam mengelola kehidupan yang dipimpin), sehingga dapat
menjalankan misi kerisalahan islam.
f. Revitalisasi Amal Usaha
Revitalisasi amal usaha menyangkut pengembangan kualitas amal usaha
Muhammadiyah diberbagai bidang yang dapat tumbuh diatas misi dan visi gerakan
sekaligus dapat memenuhi hajat hidup masyarakat. Amal usaha Muhammadiyah
bukan ladang mencari nafkah bagi para penghuninya, tetapi harus menjadi sarana
atau media dakwah dan perwujudan misi Persyarikatan.
g. Revitalisasi Aksi
Revitalisasi aksi menyangkut pengembangan model-model kegiatan atau aktivitas
gerakan Muhammadiyah yang secara langsung dapat memenuhi kepentingan
masyarakat luas dengan misi dakwah dan tajdid seperti dalam pemberdayaan
ekonomi kaum muskin, advokasi kaum marjinal dan tertindas, memperkuat, potensi
dan peran masyarakat madani, advokasi lingkungan hidup, resolusi konflik gerakan
anti kekerasan, gerakan anti korupsi, kegiatan-kegiatan pembinaan umat yang
bercorak partisipatif, dan aktivitas sosial masyarakat lainnya semangat etos Al-
Ma'un.

3. Peneguhan Kembali Gerakan Muhammadiyah


Peneguhan kembali gerakan muhammadiyah dikarenakan adanya masalah perserikatan
antara lain:
a. Longgarnya penjagaan identitas dan ideologi gerakan, sehingga lemah dalam ikatan
organisasi dan kolektivitas.
b. Lemahnya dinamika organisasi
c. Mulai dirasakan kekurangan kader potensi untuk memenuhi kebutuhan
kepemimpinan
d. Terjadi perpindahan aktivitas-warga-kader persyarikatan ke jamaah lain
e. Amal usaha cenderung jalan sendiri lepas kendali dari misi otoritas persyarikatan
f. Beberapa amal usaha terutama pendidikan keadaannya amat memprihatinkan.

.
4. Solusi dalam Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah
a. Menggerakkan kembali Ranting dan jama'ah sebagai basis gerakan Muhammadiyah
b. Menggerakkan kembali pengajian persyarikatan yang terstruktur (terprogram),
kurikulum jelas dan tersedia narasumber yang kompeten
c. Optimalisasi masjid wakaf Muhammadiyah sebagai basis pembinaan warga
persyarikatan.
d. Menggerakkan seluruh potensi angkatan muda dan organisasi otonom
Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan Persyarikatan.
e. Pendataan kebutuhan kader (termasuk kader pengelola) cross cek dengan
ketersediaan/potensi yang ada.
f. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan pengkaderan formal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teologi Al-Ma’un yang merupakan dasar ajaran nilai sosial kemanusiaan
Muhammadiyah mengajarkan bahwa ajaran Islam tidak pernah memisahkan ibadah ritual
dengan ibadah sosial antara duniawi dan ukhrowi, atau membiarkan ibadah tersebut berjalan
sendiri-sendiri. Selain itu, teologi Al-Ma'un juga mengajarkan arti keikhlasan, dan kesediaan
untuk mengulurkan bantuan kepada orang-orang lemah yang membutuhkan dalam bentuk apa
pun dan sekecil apapun. Bahkan KH Ahmad Dahlan merasa perlu harus mengulang ulang tafsir
dari surat Al-Ma'un tersebut agar murid-muridnya benar-benar memahami ajaran dalam surat
Al-Ma'un, apakah sekedar untuk dibaca atau langsung diamalkan sebagai aksi sosial. Sebagai
organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara yang telah berdiri selama dua abad
dan memiliki banyak bidang yang dijalankan, Muhammadiyah dihadapkan pada berbagai
persoalan. Muhammadiyah diibaratkan seperti gajah gemuk yang semakin lamban dalam
memberikan respons terhadap tantangan zaman. Oleh karena itu, Muhammadiyah perlu
merevitalisasi gerakannya diberbagai aspek antara lain aspek teologi, ideologi, pemikiran,
organisasi, kepemimpinan, amal usaha dan aksi agar terus dapat memberikan kontribusi positif
kepada masyarakat luas.

B. Saran
Nilai-nila ajaran sosial kemanusiaan dalam teologi Al-Ma'un (AlMaunisme) perlu benar-
benar dihayati dan diamalkan oleh seluruh masyarakarat pada umumnya dan anggota
Muhammadiyah pada khususnya agar tercipta masyarakat yang sejahtera dan memiliki jiwa
sosial dan nilai-nilai.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.artikelsiana.com
http://riadhariansari.blogspot.com
http://eprints.uinsby.ac.id/47/
http://dokumen.tips/documents/makalah-revitalisasi-gerakan-muhammadiyahkel12.html
Algensindo Ahmad, Bojes. Makna muhammadiyah dalam gerakan sosyal.www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai