Disusun Oleh :
Lita Muhafilah 211223023
Prodi : PTIK 3A
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial”
tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Drs. San Susilo, M.M., pada mata kuliah
Kemuhammadiyahan di STKIP Muhammadiyah Kuningan. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. San Susilo,
M., selaku dosen mata kuliah kemuhammadiyah. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Lita Muhafilah
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammadiyah sendiri mengambil surat Al-Ma’un dalam Al-Qur’an sebagai dasar
untuk berjalan pada ranah sosial. Pembahasan mengenai Teologi Al-Ma’un pun sering
digalakkan. Hal ini sebagai telaah kritis terhadap gerakan sosial yangdilakukan
Muhammadiyah. Dan bisa kita lihat, bahwa saat ini
Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha, mulai dari pondok anak yatim, sekolah/l
embaga pendidikan, sampai rumah sakit pun ada. Ini sebagai pengejawantahan dariinterpr
etasi terhadap surat Al- Ma’un.
Muhammadiyah mempunyai cita- cita sosial, yakni “kesejahteraan, dan
kemakmuran masyarakatyangdiridhai Allah”. Dari sini kita ketahui bahwaMuhammadiyah
menghendaki terciptanya negara yang baik dan penuh akan ampunanAllah. Inilah
interpretasi dari ungkapan Islam adalah agama rahmatan lil‘alamin.
Bagaimana kita lihat kemudian Muhammadiyah sejak didirikan oleh KyaiDahlan,
sampai kepemimpinan yang sekarang masih berusaha untuk menjalinkomunikasi yang
baik, dan memberikan pelayanan sosial terhadap masyarakat, fakirmiskin dan yatim piatu.
Hal inilah yang menjadi penting dalam perkembanganMuhammadiyah.Revitalisasi
gerakan Muhammadiyah dapat dimaknai sebagai proses penguatankembali sistem paham
dan jati diri sesuia dengan prinsip-prinsip ideal gerakanmenuju pada tercapainya kekuatan
muhammadiyah sebagai gerakan islam yangmenjalakan fungsi dakwah dan tajdid menju
terwujudnya masyarakat islam yangsebenar-benarnya.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah :
1. Apa yang di maksud nilai-nilai sosial kemanusiaan?
2. Apa saja gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu yangMuhammadiyah sudah
lakukan?
3. Bagaimanakah bentuk dan model gerakan sosial muhammadiyah?
4. Bagaimana revitalisasi gerakan sosial muhammadiyah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dan ini menunjukkan pula bahwa Islam memiliki visi kemanusiaan. Dan
visikemanusiaan ini harus diterjemahkan ke dalam amal nyata atau kehidupan sehari-hari.
Dengan memberi makan orang miskin yang memerlukan. Mengutamakan sifat
individualis, berarti seseorang telah melanggar visi kemanusiaan. Ialah "pendusta agama".
Agama bukan hanya bersifat vertikal, terkungkung dan terpenjara di mesjid.Agama ialah
kemanusiaan yang membebaskan dan mencerahkan.
Itulah potret-potret pendusta agama. Ayat berikutnya, dengan lebih lantang,
mengatakan pada kita: “Maka celakalah orang -orang yang salat! Bagaimanamungkin,
pengabdian transendental seorang muslim, melalui shalatnya kepada Allah,disebut sebagai
perbuatan yang tidak hanya sia- sia, tapi juga mencelakakan?”
Ada tiga parameter celakanya (wail) orang-orang yang shalat (ayat 4-7).Pertama,
mereka yang lalai dalam shalatnya (ayat 5). Kedua, mereka yang berbuatriya' (ayat 6).
Ketiga, mereka yang menolak memberi pertolongan. Buya Hamkamenafsirkan bahwa
"lalai" berarti shalat tanpa diikuti oleh kesadaran sebagai hambaAllah. Kata Buya Hamka:
"Saahuun; asal arti katanya ialah lupa. Artinyadilupakannya apa maksud sembahyang itu,
tidak didasarkan atas pengabdian kepadaAllah, walau ia mengerjakan ibadah. Ibadah tanpa
kesadaran, adalah sebuahkelalaian, begitu tafsir Buya Hamka. Kesadaran penting,
manakala kita melakukan purifikasi atas niat beribadah itu.
Mereka yang berbuat riya' berarti menodakan niat ikhlasnya pada sesuatu yang
bukan pada Allah. Menisbatkan sesuatu yang seharusnya dipersembahkan pada
Allahmisalnya: shalat dan ibadah justru kepada benda ciptaan Allah. Shalat dalam kerangka
ini hanya membawa kecelakaan. Kata Buya Hamka, kadang-kadang diamenganjurkan
memberi makan fakir miskin, kadang-kadang kelihatan dia khusyu' sembahyang; tetapi
semuanya itu dikerjakannya karena ingin dilihat, dijadikanreklame. Dalam bahasa yang
lebih moderen, shalat hanya dijadikan citra untukkekuasaan, untuk amal keduniaan.
Menolak memberi pertolongan adalah bentuk kezaliman yang lain lagi. Orang-
orang yang mendustakan agama selalu mengelakkan dari menolong. Sebab, kataBuya
Hamka tidak ada rasa cinta di dalam hatinya, yang ada ialah rasa benci.Memberi
pertolongan adalah wujud kemanusiaan. Dan menolak memberi pertolongan, membiarkan
orang lain dalam kesusahan, melawan hakikatkemanusiaan. Riya', kata Buya Hamka,
adalah simbol kebohongan dan kepalsuan,sementara menolak memberi bantuan adalah
simbol individualisme dan kezaliman.Dua-duanya, adalah refleksi pendusta-pendusta
agama. Sehingga, wajar jika SayyidQuthb dalam tafsirnya menyebut bahwa Al-Ma'un
4
memperlambangkan pertemuandimensi sosial dan ritual agama. Ini menunjukkan bahwa
agama pada hakikatnya bersifat transformatif, mewujud ke seluruh sel-sel kehidupan nyata.
Maksud mengamalkan surat al- Ma’un. Menurut beliau, mengamalkan bukan
sekadar menghafal atau membaca ayat tersebut. Namun, mengamalkan
berartimempraktikkan al- Ma’un dalam bentuk amalan nyata. “Oleh karena itu", lanjut KH
Ahmad Dahlan, “carilah anak -anak yatim, bawa mereka pulang ke rumah, berikan sabun
untuk mandi, pakaian yang pantas, makan dan minum, serta berikan merekatempat tinggal
yang layak. Untuk itu pelajaran ini kita tutup, dan laksanakan apa yangtelah saya
perintahkan kepada kalian". KH Ahmad Dahlan lantas mengajak murid-muridnya mencari
anak yatim, dan kemudian melaksanakan apa yang sudahdifirmankan Allah tersebut. Dari
sana, lahirlah Muhammadiyah dengan amalusahanya. Inilah teologi Al-Ma'un, landasan
bagi gerakan sosial Islam. Dandimensinya yang universal menembus batas jama'ah,
menembus batas ormas, bahkan menembus batas-batas agama.
5
Dalam realitas keseharian dapat disaksikan banyak orang kaya
Islam khusyukmerata dahi di atas sajadah, semantara di sekitarnya banyak tubuh layu
kekurangangizi dan di grogoti penyakit. Banyak orang rajin beribadah
padahalkemiskinan,kebodohan,kelaparan,dan kesulitan mendera saudara-saudaranya.
Faktadan realitas kemiskinan adalah wajah lain dehumanisasi. Kemiskinan terjadi
akibatkemungkaran sosial dan dosa sosial akut. Ia bukan masalah individu, tetapi
masalah bersama yang harus dicari
jalan keluarnya. Dalam kontek ini muhammadiyah dapatmemainkan peran strategis,
dengan member sumbangsi nyata terhadap masyarakat.
6
c. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 504. Balai Kesehatan
Masyarakat berjumlah 115
d. Balai Pengobatan berjumlah 846
e. Apotek dan KB berjumlah 4
3. Bidang Kesejahteraan Sosial
Hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki:
a. 228 panti asuhan yatim
b. 18 panti jompo
c. 22 balaikesehatan sosial
d. 161 santunan keluargae
e. 5 pantiwreda/manula
f. 13 santunan wreda/manula
g. 1 panti cacat netra
h. 38 santunan kematian
i. serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).
4. Bidang Kaderisasi
Dalam bidang kaderisasi Muhammadiyah telah melakukan program diantaranya:
a. Peningkatan kualitas pengkaderan
b. Melaksanakan program pengkaderan formal dan informalsecara berkelanjutan
c. Menyelenggaraka baitul arqam dan darul arqam Muhammadiyah
d. Tranformasi kader per jenjang dan per generasi
e. Sinergi Building antar unit persyarikatan untuk kaderisasi. Contoh
kaderisasi/organisasi dalam Muhammadiyah: aisyiyah, pemuda muhammadiyah,
IPM, IMM, Tapak Suci Muhammadiyah.
7
Langkah-langkah revitalisasi gerakan muhammadiyah yaitu
melakukan penguatan seluruh aspek gerakan dan menggerakkan segenap potensi
Muhammadiyah dalam menjalankan amanat Muktamar dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
8
Macam macam aspek revitalisasi gerakan yaitu :
1. RevitalisasiTeologis
Revitalisasi teologis menyangkut ikhtiar merekonstruksi atau menafsirulang
pemikiran-pemikiran dasar kegamaan (keislaman) dalammuhammadiyah sebagaimana
prinsip-prinsipnya tentang agama islam, dunia, ibadah sabilullah dan ijtihad. Dalam
revitalisasi teologis ini dapatdikaji ulang dan dirumuskan epistemologi keislaman
Muhammadiyahseperti tentang kalam (falsafah) atau pandangan ke-Tuhanan,
pandangantentang Fiqih, dan pemikiran-pemikiran keislaman lainnya.
2. Revitalisasi Ideologis
Revitalisasi ideologis menyangkut penyusunan ulang dan penguatan
sistem paham disertai langkah
langkah pelembagaannya yang menjadi landasanmembangun kesadaran dan ikatan
kolektif dalam memperjuangkangerakan muhammadiyah. Pemikiran dasar Kyai
Dahlan,12 lagkah dari KyaiMas Mansur, muqaddimah anggaran dasar, kepribadian
muhammadiyah,matan keyakinan dan cita-cita hidup muhammadiyah, khittah
perjuanganmuhammadiyah, dan pedoman hidup islami warga
muhammadiyahmerupakan rujukan dasar sekaligus perlu disistematisasi dalam
konsepterpadu sehingga menjadi basis ideologi gerakan muhammadiyah yang
mengikat seluruh anggota muhammadiya dalam melaksanakan gerakan.Ketika
dirasakan adanya krisis kemuhammadiyahan, maka krisis tersebutharus dibaca dalam
konteks pelemahan ideologis di kalanganmuhammadiyah karena tuntutan-tuntutan dan
pertimbangan-pertimbanganyang biasanya serba pragmatis.
3. Revitalisasi Pemikiran
Revitalisasi pemikiran menyangkut upaya mengembangkan
wawasan pemikiran seluruh anggota, termasuk kader dan pemimpin, baik mengenaifo
rmat pemikiran muhammadiyah sebagai gerakan islam yang bercorakdakwah dan
tajdid, maupun dalam memahami permasalahan-permasalahandan perkembangan
kehidupan tingkat lokal, nasional, dan global. Dikotomiyang keras tentang pemikiran
literal versus liberal, pemurnian
versus pembaruan atau pengembangan, ekslusif versus inklusif, organisasi versusalam
pikiran, structural versus cultural menggambarkan masihterperangkapnya sebagian
kalangan dalam muhammadiyah mengenaiorientasi pemikiran pada wilayah orientasi
9
atau paradigm yang sempit atau terbatas. Sejauh menyangkut pemikiran perlu
dijelaskan domain relativitassetiap pemikiran agar tidak terjadi pengabsolutan setiap
pemikiran, lebih-lebih jika klaim pemikiran tertentu dijadikan alat pemukul dan
salingmenegaskan terhadap pemikiran yang lain, sehingga yang terjadi ialah perebutan
dominasi dan bukan sikap tasamuh.
4. Revitalisasi Organisasi
Revitalisasi organisasi berkaitan dengan perbaikan-perbaikan
sistem pengelolaan kelembagaan persyarikatan seperti menyangkut penataanstruktur
dan fungsi organisasi, birokrasi, pengelolaan dan pelayananadministrasi, hingga
pengembangan organisasi yang mengarah pada peningkatan kualitas, efisiesnsi-
efektivitas, dan menjadikan organisasisebagai instrument gerakan untuk kemajuan dan
pencapaian tujuanMuhammadiyah.
5. Revitalisasi Kepemimpinan
Revitalisasi kepemimpinan merupakan langkah penguatan kualitas
fungsiefektivitas pimpinan persyarikatan diseluruh lini, termasuk di
lingkunganorganisasi otonom dan amal usaha, yang secara langsung menjadi
kekuatandinamik dalam menggerakan muhammadiyah.
Kepemimpinanmuhammadiyah juga tidak cukup dokonstruksi dengan idealis
normativesemata seperti mengenai hak akhlaq dan standar-standar idelakepemimpinan,
tetapi juga harus disertai format aktualisasi Kepemimpinanyang nyata (bukan
Kepemimpinan yang berumah diatas angin tetapi harusmembumi), karena
kepemimpinan Muhammadiyah merupakankepemimpinan sistem dan bukan
Kepemimpinan figure. Faktor figure puntidak dapat dikonstruksikan sekadar dari
kejauhan sebagaimana konsepkepemimpinan pesona Ratu adil. Kepemimpinan
Muhammadiyah juga bukan sekadar domain diniyyah (aspek-
aspek kemampuan aktual dalammengelola kehidupan yang di pimpin), sehingga dapat
menjalankan misikerisalahan islam.
6. Revitalisasi Amal Usaha
Revitalisasi amal usaha menyangkut pengembangan kualitas amal
usahaMuhammadiyah diberbagai bidang yang dapat tumbuh diatas misi dan
visigerakan sekaligus dapat memenuhi hajat hidup masyarakat. Amal
usahaMuhammadiyah bukan ladang mencari nafkah bagi para penghuninya,tetapi
harus menjadi sarana atau media dakwah dan perwujudan misiPersyarikatan.
10
7. Revitalisasi Aksi
Revitalisasi aksi menyangkut pengembangan model-model kegiatan
atauaktivitas gerakan Muhammadiyah yang secara langsung dapat
memenuhikepentingan masyarakat luas dengan misi dakwah dan tajdid seperti
dalam pemberdayaan ekonomi kaum miskin, advokasi kaum marjinal dantertindas,
memperkuat, potensi dan peran masyarakat madani, advokasilingkungan hidup,
resolusi konflik gerakan anti kekerasan, gerakan antikorupsi, kegiatan-kegiatan
pembinaan umat yang bercorak partisipatif, danaktivitas sosial masyarakat lainnya
semangat etos Al-Maun.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
http://fitrafg.blogspot.in/2014/11/memahami-
gerakanhttp://munawarohblog.blogspot.com/2012/11/muhammadiyah-gerakan-
sosialhttp://www.artikelsiana.comhttp://riadhariansari.blogspot.com
13