Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN SOSIAL


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan II
Dosen bapak Zainal Muttaqin, M. PdI

Disusun Oleh :
Kelompok 8

Syifa Qolbi Hakim C1814201036


Mila Meilawati C1814201048
Zuli Jaelani C1814201083

Kelas 2B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang muhammadiyah sebagai gerakan sosial ini
dengan lancar.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini dengan memberikan sumbangkan baik materi
maupun pikirannya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang muhammadiyah
sebagai gerakan sosial ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Tasikmalaya, 06 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................3

A. Nilai-nilai dan ajaran social-kemanusiaan muhammadiyah (teologi al-

ma’un) .........................................................................................................3

B. Gerakan peduli kepada fakir miskin dan anak yatim ...................................9

C. Bentuk dan model gerakan social-kemanusiaan muhammadiyah ..............10

D. Revitalisasi gersos muhammadiyah ...........................................................11

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................17

A. Kesimpulan.................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi “Muhammadiyah” berdiri pada tanggal 18 November 1912
Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta.
Sebagai gerakan sosial keagamaan, menurut (alm) Nurcholish Madjid
Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern tebesar di dunia. Dilihat
dari segi kelembagaannya, Muhammadiyah juga dikatakan sangat
mengesankan. Karena itu, menurut Cak Nur, Muhammadiyah merupakan
salah satu cerita sukses di kalangan Islam, tidak saja secara nasional, tapi juga
internasional. Pernyataan Cak Nur ini merupakan sebagian dari pandangan
yang bernada memuji dan optmistis terhadap kiprah Muhammadiyah. Sebagai
gerakan tajrih (pemurnian) dan tajdid (pembaharu), Muhammadiyah banyak
berkiprah baik di bidang akidah, ibadah, pendidikan, kesehatan, dan
pelayanan sosial. Muhammadiyah sendiri mengambil surat Al-Ma’un dalam
Al-Qur’an sebagai dasar untuk berjalan pada ranah sosial. Pembahasan
mengenai Teologi Al-Ma’un pun sering digalakkan. Hal ini sebagai telaah
kritis terhadap gerakan sosial yang dilakukan Muhammadiyah. Dan bisa kita
lihat, bahwa saat ini Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha, mulai
dari pondok anak yatim, sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit
pun ada. Ini sebagai pengejawantahan dari interpretasi terhadap surat Al-
Ma’un.
Muhammadiyah mempunyai cita-cita sosial, yakni “kesejahteraan, dan
kemakmuran masyarakat yang diridhai Allah”. Dari sini kita ketahui bahwa
Muhammadiyah menghendaki terciptanya negara yang baik dan penuh akan
ampunan Allah. Inilah interpretasi dari ungkapan Islam adalah agama
rahmatan lil ‘alamin. Bagaimana kita lihat kemudian Muhammadiyah sejak
didirikan oleh Kyai Dahlan, sampai kepemimpinan yang sekarang masih
berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik, dan memberikan pelayanan
sosial terhadap masyarakat, fakir miskin dan yatim piatu. Hal inilah yang
menjadi penting dalam perkembangan Muhammadiyah.

1
Revitalisasi gerakan Muhammadiyah dapat dimaknai sebagai proses
penguatan kembali sistem paham dan jati diri sesuia dengan prinsip-prinsip
ideal gerakan menuju pada tercapainya kekuatan muhammadiyah sebagai
gerakan islam yang menjalakan fungsi dakwah dan tajdid menju terwujudnya
masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas munculah rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu nilai-nilai dan ajaran social-kemanusiaan muhammadiyah (teologi
al-ma’un)?
2. Apa saja gerakan peduli kepada fakir miskin dan anak yatim?
3. Bagaimana bentuk dan model gerakan social-kemanusiaan
muhammadiyah?
4. Bagaimana revitalisasi gersos muhammadiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Nilai-nilai dan ajaran social-kemanusiaan
muhammadiyah (teologi al-ma’un)
2. Untuk mengetahui gerakan peduli kepada fakir miskin dan anak yatim
3. Untuk mengetahui bentuk dan model gerakan social-kemanusiaan
muhammadiyah
4. Untuk mengetahui revitalisasi gersos muhammadiyah

2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai dan ajaran social-kemanusiaan muhammadiyah (teologi al-
ma’un)
Teologi berasal dari kata Yunani “theos” yang berarti Tuhan dan
“logia” yang berarti kata-kata, ucapan, atau wacana. Teologi adalah wacana
yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan . Websterds
New Word Dictionary (dalam https://hendarriyadi.wordpress.com/risalah-2/),
mendefinisikan teologi sebagai studi tentang doktrin-doktrin agama dan
ketuhanan, studi tentang Tuhan, dan hubungan-Nya dengan manusia dan alam
(“The study of religious doctrines and matter of divinity, the study of God
and the relations between God, mankind and the universe”). Frank Whalling
menyimpulkan tiga pengertian teologi, yaitu pertama, teologi berkaitan erat
dengan masalah Tuhan atau transendensi; kedua, teologi berkait dengan
masalah doktrin; dan ketiga, teologi berkait dengan aktivitas (second-order
activity) yang muncul dari keimanan dan penafsiran atas keimanan.
Surah Al-Ma’un
‫) فَ َويْل‬٣( ‫ط َع ِام ْال ِم ْس ِكي ِْن‬
َ ‫) َو َل َي ُحض َعلَى‬٢( ‫) فَذلِكَ الَّذِى َيد ُع ْال َي ِتي َْم‬١( ‫أ َ َر َءيْتَ الَّذِى يُ َك ِذِّبُ ِبال ِدِّي ِْن‬
)٧( َ‫) َويَ ْمنَعُ ْونَ ْال َماع ُْون‬٦( َ‫) الَّ ِذيْنَ ُه ْم ي َُرآ ُء ْون‬٥( َ‫ساه ُْون‬ َ ‫ِلِّ ْل ُم‬
َ ‫) الَّ ِذيْنَ هُ ْم َع ْن‬٤( َ‫ص ِلِّيْن‬
َ ‫ص ََلتِ ِه ْم‬
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan untuk memberi makan
orang miskin. Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang
lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya’, dan enggan (memberikan)
bantuan.” (Al-Ma’un:1-7)
Surat Al-Ma’un termasuk dari surat-surat pendek yang ada di juz 30.
Surat yang terdiri dari tujuh ayat tersebut termasuk Makkiyah (diturunkan di
Mekkah). Adapun mengenai surath tersebut, salah satu ulama tafsir, seperti
Syeikh Jamaluddin Abdur Rahman bin Ali bin Muhammad Al-Jauzi (W.597)
dalam kitabnya “Zaadal Masiir fi Ilmi Tafsir”; ayat tersebut turun berkenaan
dengan orang-orang munafiq (Pendapat Ibnu Abbas), Umar bin A’idz
(Pendapat Ad-Dzihak), Walid bin Al-Mughirah (Pendapat As-Sidi), Ash bin

3
Wa’il (Pendapat Ibnu Sa’ib), Abi Sufyan bin Harb (Pendapat Ibnu Jarij), Abi
Jahal (Pendapat Al-Mawardi).
Tipe-tipe Orang Yang Mendustakan Agama (Surat Al-Ma’un)
1. Orang yang Menghardik dan Berlaku Keras Kepada Anak Yatim
)٢( ‫فَذلِكَ الَّذِى يَد ُع ْاليَتِي َْم‬
“Maka itulah orang yang menghardik anak yatim” (Al-Maun:2)
Tipe pertama yang mendustakan agama yakni orang yang berlaku
sewenang-wenang terhadap anak yatim, menganiaya haknya dan tidak
memberinya makan serta tidak memperlakukannya dengan perlakuan yang
baik (Ibnu Katsir, 2015). Menurut Quraish Shihab
(http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-agama/), terjemahan
yadu`-u bukan hanya menghardik tetapi juga “mendorong dengan keras”.
Kata ini tidak harus dimaknai sebatas dorongan fisik, tetapi juga mencakup
segala macam penganiayaan, gangguan, dan sikap tidak bersahabat dengan
mereka. Yang jelas ayat ini melarang membiarkan dan meninggalkan
mereka dalam kondisi apapun dan dimanapun, termasuk mengabaikan
anak yatim. Kata al- yatim berarti kesendirian. Kematian ayah membuat
mereka kesendirian, atau dalam kesendirian, sebatang kara, oleh karena itu
mereka disebut anak yatim. Walaupun ayat ini membahas tentang anak
yatim, namun maknanya bisa diperluas sehingga semua orang yang lemah
dan membutuhkan pertolongan adalah termasuk kelompok terpinggirkan
dalam kesendirian, yang perlu mendapat perhatian.
2. Orang yang Tidak Saling Menganjurkan Untuk Memberi Makan Orang
Miskin
)٣( ‫طعَ ِام ْال ِم ْس ِكي ِْن‬
َ ‫َو َل يَ ُحض َعلَى‬
“Dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin”.
(AlMaun:3)
Tipe kedua yang termasuk mendustakan agama adalah mereka yang tidak
saling menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. Menurut
Quraish Shihab (http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakanagama/),
kata yahuddhu yang bermakna menganjurkan, memberi isyarat bahwa
setiap orang (muslim) walaupun tidak memiliki kelebihan apapun tetap

4
dituntut perannya dimanapun berada, minimal sebagai penganjur pemberi
makan. Peran ini bisa dilakukan oleh siapa pun, selama dia mempunyai
hati nurani dan merasakan penderitaan orang lain. Ayat ini juga menutup
peluang sekecil apapun bagi setiap orang untuk tidak berpartisipasi dan
merasakan betapa perhatian lebih harus diberikan kepada orang yang
lemah dan sangat membutuhkan. Mementaskan kemiskinan bukan hanya
tanggung jawab orang-orang kaya. Semua muslim punya tanggung jawab
kepada orang-orang miskin. Jika tidak mampu untuk membantu secara
langsung, seorang muslim masih punya kewajiban untuk mendorong
orang-orang kaya agar membantu yang miskin. Tidak ada alasan lagi bagi
seorang muslim untuk tidak ikut serta membantu orang yang
membutuhkan. Kata tha`am berarti makanan atau pangan. Pengertian
memberi makan atau pangan dalam ayat ini adalah memberikan hak
pangan orang lain yang ada di tangan orang kaya, bukan karena unsur
hibah atau kasihan, tetapi memang hak pangan mereka ada di tangan orang
yang berpunya. Karena zakat pada hakekatnya adalah mengembalikan hak
orang miskin minimal sebesar 2,5% yang ada di tangan orang kaya.
Demikian juga memberi makanan dan pangan kepada orang miskin atau
orang yang meminta-minta, pada dasarnya adalah mengembalikan hakhak
mereka yang masih ada di tangan orang-orang kaya. Jika masih ada orang-
orang yang yang belum memberikan zakatnya, berarti pada hartanya masih
ada hak orang miskin dan orang-orang yang meminta minta. Kalau harta
ini tidak dikeluarkan, sama saja dia telah memakan harta orang miskin dan
orang-orang yang meminta-minta.
3. Orang yang Lalai Terhadap Salatnya
َ ‫ص ََلتِ ِه ْم‬
)٥( َ‫ساه ُْون‬ َ ‫فَ َويْل ِلِّ ْل ُم‬
َ ‫) الَّ ِذيْنَ هُ ْم َع ْن‬٤( َ‫ص ِلِّيْن‬
“Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
terhadap shalatnya.”(Al-Maun:4-5)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud
ialah orang-orang munafik yang mengerjakan salatnya terang terangan,
sedangkan dalam kesendiriannya mereka tidak salat. (Ibnu Katsir, 2015).
Hal ini adakalanya mengandung pengertian tidak mengerjakannya sama

5
sekali atau mengerjakannya bukan pada waktu yang telah ditetapkan
baginya menurut syara’, bahkan mengerjakannya diluar waktunya,
sebagaimana yang dikatakan oleh Masruq dan Abud Duha. Dalam ayat ini
Allah menyebut orang-orang yang celaka adalah yang lalai terhadap
salatnya bukan yang lalai di dalam salatnya. Atau dalam bahasa arab Allah
menyebutkan dan bukan . Hal ini dapat ditafsirkan dengan adakalanya
karena tidak menunaikan salat di awal waktunya, melainkan
menangguhkannya sampai akhir waktunya secara terusmenerus atau
sebagian besar kebiasaannya. Dan adakalanya karena dalam
menunaikannya tidak memenuhi rukun-rukun dan persyaratannya sesuai
dengan apa yang diperintahkan. Dan adakalanya saat mengerjakannnya
tidak khusyuk dan tidak merenungkan maknanya. Maka pengertian ayat ini
mencakup semua itu. Orang yang menyandang sesuatu dari sifat-sifat
tersebut berarti telah mendapat bagian dari apa yang diancamkan oleh ayat
ini. Dan barang siapa yang menyandang semua dari sifat-sifat tersebut,
maka telah sempurnalah baginya bagiannya dan jadilah dia seorang
munafik dalam amal perbuatannya.
4. Orang yang Riya’
)٦( َ‫الَّ ِذيْنَ ُه ْم ي َُرآ ُء ْون‬
“yang berbuat riya’.”(Al-Maun:6)
Riya’ adalah melakukan sesuatu perbuatan bukan diniatkan karena Allah,
melainkan agar orang lain yang melihatnya akan merasa takjub dengan
perbuatannya (Ibnu Katsir, 2015). Setiap manusia suka dan ingin
disanjung orang. Oleh karena itu, seorang muslim harus bisa menata niat
agar amal ibadahnya hanya ditujukan untuk Allah semata. Orang yang
riya’ termasuk dalam golongan orang yang mendustakan agama. Karena
mereka tidak yakin dengan balasan Allah SWT, hingga harus berharap
dilihat oleh orang lain. Jika dia yakin, pasti ia akan beramal hanya untuk-
Nya.5
5. Orang yang Enggan Memberikan Bantuan
)٧( َ‫َويَ ْم َنعُ ْونَ ْال َماع ُْون‬
“Dan enggan (memberikan) bantuan.”(Al-Maun:7)

6
Tipe pendusta agama yang terakhir dalam surat Al-Maun adalah mereka
yang enggan memberi bantuan walaupun berupa hal-hal yang remeh. Al-
Ma’un dalam bahasa arab bermakna sesuatu yang kecil dan remeh.
Sesuatu yang tidak berharga yang bisa dipinjamkan kepada orang lain.
Menurut Ibnu Katsir (2015), makna ayat ini yakni mereka yang tidak
menyembah Allah SWT dengan baik dan tidak mau pula berbuat baik
dengan sesama makhluk-Nya, sehingga tidak pula memperkenankan
dipinjam sesuatunya yang bermanfaat dan tidak mau menolong orang lain
dengannya
Nilai-nilai Ajaran Sosial-Kemanusiaan Muhammadiyah
Surat al-Ma`un walaupun hanya terdiri dari 7 ayat, tetapi pesan yang
terkandung di dalamnya pada hakekatnya sangat penting. Antara lain:
1. Menjelaskan secara tegas dan jelas bahwa ajaran Islam tidak pernah
memisahkan ibadah ritual dengan ibadah sosial antara duniawi dan
ukhrowi, atau membiarkan ibadah tersebut berjalan sendiri-sendiri.
Sebagai contoh orang yang rajin sholat tetapi tidak peduli dengan
tetangganya dan penderitaan orang lain, orang ini juga belum dikatakan
sempuna imannya, sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa
siapa saja yang beriman kepada Allah SWT hendaklah dia berbuat dengan
tetangga atau tamunya.
2. Keikhlasan. Ikhlas memang sulit didefenisikan. Beda orang, beda pula
definisi. Banyak orang mengatakan ikhlas berarti tanpa pamrih, atau
mengerjakan sesuatu hanya mengharap ridho Allah Swt. Apa pun defenisi
ikhlas dikembalikan kepada kita semua, karena keihklasan seseorang, yang
tahu hanya orang yang bersangkutan dan Allah SWT. Ikhlas ini adalah
puncaknya ibadah atau kenikmatan suatu ibadah. Orang yang ikhlas adalah
orang yang tidak pernah menghitung-hitung kebaikan yang dilakukannya
kepada orang lain, atau mungkin dia melupakan sama sekali kalau dia
telah berbuat baik kepada orang lain, baik secara nyata atau pun tidak
nyata. Orang yang ihklas adalah orang yang tidak pernah mendongkol
kalau tidak diberi, atau menyebut-nyebut kebaikan yang telah
dilakukannya kepada orang lain dan seterusnya.

7
3. Kesediaan mengulurkan bantuan kepada orang-orang lemah yang
membutuhkan dalam bentuk apa pun dan sekecil apapun. Membantu tidak
mesti menunggu kaya terlebih dahulu, atau menunggu menjadi
pejabat/penguasa. Membantu dilakukan kapan pun dan dimana pun.
Membantu bisa dengan tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan, nasehat dan
sebagainya.
Menurut Sayyid Quthub yang dikutip oleh Quraish Shihab bahwa
mungkin jawaban al-Qur`an tentang siapa yang mendustakan agama atau
“hari kemudian” yang dikemukakan dalam surat al-Ma`un ini cukup
mengagetkan jika dibandingkan dengan pengertian iman secara tradisional
(iman berarti percaya), tetapi yang demikian itulah inti persoalan dan
hakekatnya. Hakekat pembenaran ad-din tidak cukup dengan lidah, tetapi
perlu perubahan nyata dalam jiwa yang mendorong kepada kebaikan dan
kebajikan terhadap manusia lain yang membutuhkan pelayanan dan
perlindungan.
Kiai Haji Ahmad Dahlan (1868-1923), pendiri Muhammadiyah pada 8
Dzulhijjah 1330/18 November 1912, pernah membuat murid-muridnya
bertanya-tanya keheranan saat memberi pelajaran tafsir. Ketika menafsirkan
surah Al-Ma’un (Alquran surah 107) secara berulang-ulang tanpa diteruskan
dengan surah-surah lain, Dahlan sebenarnya sedang menguji kepekaan batin
para muridnya dalam memahami Al-Quran, apakah sekadar untuk dibaca atau
langsung diamalkan.
Baru para murid itu paham bahwa Al-Quran tidak saja menyangkut
dimensi kognitif, tetapi sekaligus sebagai pedoman bagi aksi sosial. Mulailah
para murid itu mencari orang-orang miskin dan anak yatim di sekitar
Yogyakarta untuk disantuni dan diperhatikan. Maka, berdirinya Panti-Panti
Asuhan dan Rumah Sakit PKU tahun 1923 adalah salah satu perwujudan dari
aksi sosial ini.
Surat Al-Ma’un adalah salah satu di antara surat-surat Makkiyah. Surat
ini tidak tanggung-tanggung mengategorikan sebagai pendusta terhadap
agama mereka yang tidak peduli atas nasib anak yatim dan orang miskin.
Rupanya Ahmad Dahlan telah menangkap isyarat Al-Quran itu sehingga

8
kajian tafsirnya perlu diulang-ulang sampai para muridnya benar-benar
memahami betul tentang apa tujuan pengulangan itu
B. Gerakan peduli kepada fakir miskin dan anak yatim
Gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu salah satunya adalah
berzakat. Di jelaskan dalam Surat At-Taubah : 60
‫ت ل ِ ل ْ ف ُ ق َ َر ا ِء َو ال ْ َم س َ ا ِك ي ِن َو ال ْ ع َ ا ِم ل ِ ي َن ع َ ل َ ي ْ هَ ا َو ال ْ ُم َؤ ل َّ ف َ ةِ ق ُ ل ُ و ب ُ هُ ْم َو ف ِ ي‬
ُ ‫إ ِ ن َّ َم ا ال صَّ د َ ق َ ا‬
َ ‫َار ِم ي َن َو ف ِ ي س َ ب ِ ي ِل َّللاَّ ِ َو ا ب ْ ِن ال س َّ ب ِ ي ِل ۖ ف َ ِر ي ضَ ة ً ِم َن َّللاَّ ِ ۗ َو َّللاَّ ُ عَ ل ِ يم‬
‫ح ِك يم‬ ِ ‫ال ِِّر ق َ ا ب ِ َو ال ْ غ‬

Artinya :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Kelompok penerimaan zakat, fakir miskin dan yatim piatu termasuk
golongan yang wajib menerima zakat. Karena anak yatim dan yatim
piatu adalah anak yang ditinggal meninggal oleh orang tuanya baik ayahnya
atau ibunya atau keduanya dan belum dewasa serta belum dapat mencari
nafkah sendiri.
Muhammadiyah adalah institusi dan institusionalisasi teologi Al-
Ma’un yang diharapkan perduli pada kaum tersebut dalam mengikis
problematika social. Muhammadiyah dalam praktisi sosial dengan pemihakan
terhadap kaum mustadl’afin, dhuafa, masakin, dan anak yatim, mengilhami
Muhammadiyah untuk mendirikan banyak lembaga pendidikan, panti asuhan,
rumah sakit, dan tempat layanan sosial lainnya. Pendirian tempat layanan
sosial adalah kepedulian Muhammadiyah kepada kaum miskin dan
kepentingan umat.
Dalam realitas keseharian dapat disaksikan banyak orang kaya Islam
khusyuk merata dahi di atas sajadah, semantara di sekitarnya banyak tubuh
layu kekurangan gizi dan di grogoti penyakit. Banyak orang rajin beribadah
padahal kemiskinan,kebodohan,kelaparan,dan kesulitan mendera saudara-
saudaranya. Fakta dan realitas kemiskinan adalah wajah lain dehumanisasi.
Kemiskinan terjadi akibat kemungkaran sosial dan dosa sosial akut. Ia bukan

9
masalah individu, tetapi masalah bersama yang harus di cari jalan keluarnya.
Dalam kontek ini muhammadiyah dapat memainkan peran strategis, dengan
member sumbangsi nyata terhadap masyarakat.
C. Bentuk dan model gerakan social-kemanusiaan muhammadiyah
Bidang-bidang yang terdapat dalam gerakan sosial muhammadiyah,
diantaranya:
1. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan misalnya, hingga tahun 2000 ormas Islam
Muhammadiyah telah memiliki 3.979 taman kanak-kanak, 33 taman
pendidikan Al-Qur’an, 6 sekolah luar biasa, 940 sekolah dasar, 1.332
madrasahdiniyah/ibtidaiyah, 2.143 sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP
dan MTs), 979 sekolah lanjutan tingkat atas (SMA,MA, SMK), 101
sekolah kejuruan, 13 mualimin/mualimat, 3 sekolah menengah farmasi,
serta 64 pondok pesantren. Dalam bidang pendidikan tinggi, hingga tahun
ini Muhammadiyah memiliki 36 universitas, 72 sekolah tinggi, 54
akademi, dan 4 politeknik. Nama-nama seperti Bustanul Athfal/TK
Muhammadiyah, SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA
Muhammadiyah, SMK Muhammadiyah, dan Universitas Muhammadiyah
bermunculan di berbagai daerah.
2. Bidang Kesehatan
Dalam amal usaha bidang kesehatan, Muhammadiyah telah dan terus
mengembangkan layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk
kepedulian. Balai-balai pengobatan seperti rumah sakit PKU (Pembina
Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah, yang pada masa berdirinya
Muhammadiyah bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat), kini
mulai meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan buku
Profil dan Direktori Amal Usaha Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Bidang
Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:
a. Rumah sakit berjumlah 34
b. Rumah bersalin berjumlah 85
c. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 504. Balai Kesehatan
Masyarakat berjumlah 115

10
d. Balai Pengobatan berjumlah 846
e. Apotek dan KB berjumlah 4
3. Bidang Kesejahteraan Sosial
Hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki:
a. 228 panti asuhan yatim
b. 18 panti jompo
c. 22 balaikesehatan social
d. 161 santunan keluarga
e. 5 pantiwreda/manula
f. 13 santunan wreda/manula
g. 1 panti cacat netra
h. 38 santunan kematian
i. serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).
4. Bidang Kaderisasi
Dalam bidang kaderisasi Muhammadiyah telah melakukan program
diantaranya:
a. Peningkatan kualitas pengkaderan
b. Melaksanakan program pengkaderan formal dan informalsecara
berkelanjutan
c. Menyelenggaraka baitul arqam dan darul arqam Muhammadiyah
d. Tranformasi kader per jenjang dan per generasi
e. Sinergi Building antar unit persyarikatan untuk kaderisasi
Contoh kaderisasi/organisasi dalam Muhammadiyah: aisyiyah,
pemuda muhammadiyah, IPM, IMM, Tapak Suci Muhammadiyah.
D. Revitalisasi gersos muhammadiyah
Revitalisasi merupakan salah satu jenis atau bentuk perubahan
(transformasi) yang mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan
terhadap aspek-aspek yang selama ini dimiliki (proses potensial) maupun
dengan melakukan pengembangan (proses aktual) menuju pada keadaan yang
lebih baik dan lebih maju dari kondisi sebelumnya. Revitalisasi sebagai
proses perubahan yang direncanakan meliputi tahapan-tahapan penataan,

11
pemantapan, peningkatan dan pengembangan yang dilakukan secara
berkesinambungan.
Revitalisasi gerakan Muhammadiyah dapat dimaknai sebagai proses
penguatan kembali sistem paham dan jati diri sesuai dengan prinsip-prinsip
ideal gerakan menuju pada tercapainya kekuatan mMuhammadiyah sebagai
gerakan Islam yang menjalankan fungsi dakwah dan tajdid menuju
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
1. Langkah-langkah Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah
Melakukan penguatan seluruh aspek gerakan dan menggerakkan
segenap potensi Muhammadiyah dalam menjalankan amanat Muktamar
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memperluas peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan
masyarakat di atas lokal, nasional, dan global dengan menjalankan
fungsi dakwah dan tajdid serta mengembangkan ukhuwah dan
kerjasama dengan semua pihak yang membawa pada pencerahan dan
kemaslahatan hidup.
b. Meneguhkan dan mewujudkan kehidupan Islami sesuai dengan paham
agama dalam Muhammadiyah yang mengedepankan uswah hasanah
dan menjadi rahmat bagi kehidupan.
c. Mengembangkan pemikiran Islam sesuai dengan prinsip Manhaj Tarjih
dan ijtihad yang menjadi acuan/pedoman Muhammadiyah.
d. Pengembangan infrastruktur dan perbaikan sistem pengelolaan
organisasi yang mampu menjalankan fungsi-fungsi gerakan dan
semakin mengarah pada pencapaian tujuan Muhammadiyah.
e. Mendinamisasi kepemimpinan Persyarikatan di semua tingkatan
(Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting).
f. Peningkatan kualitas dan memperluas jaringan amal usaha
Muhammadiyah menuju tingkat kompetisi dan kepentingan misi
Persyarikatan yang tinggi, serta menjadikannya sebagai pelaksana usaha
yang terikat dan memiliki ketaatan pada kepemimpinan Persyarikatan.

12
g. Pengembangan model-model kegiatan/aksi yang lebih sensitif terhadap
kepentingan-kepentingan aktual/nnyata umat, masyarakat, dan dunia
kemanusiaan dengan pengelolaan yang lebih konsisten.
h. Menggerakkan seluruh potensi angkatan muda dan organisasi otonom
Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan Persyarikatan.
i. Meningkatkan bimbingan, arahan, dan panduan kepada seluruh
tingkatan pimpinan dan warga Muhammadiyah.
j. Menggerakkan kembali Ranting dan jama’ah sebagai basis gerakan
Muhammadiyah
2. Aspek Revitalisasi Gerakan
a. Revitalisasi Teologis
Revitalisasi teologis menyangkut ikhtiar merekonstruksi atau menafsir
ulang pemikiran-pemikiran dasar kegamaan (keislaman) dalam
Muhammadiyah sebagaimana prinsip-prinsipnya tentang agama Islam,
dunia, ibadah sabilullah dan ijtihad. Dalam revitalisasi teologis ini dapat
dikaji ulang dan dirumuskan epistemologi keislaman Muhammadiyah
seperti tentang kalam (falsafah) atau pandangan keTuhanan, pandangan
tentang Fiqh, dan pemikiran-pemikiran keislaman lainnya.
b. Revitalisasi Ideologis
Revitalisasi ideologis menyangkut penyusunan ulang dan penguatan
sistem paham disertai langkah-langkah pelembagaannya yang menjadi
landasan membangun kesadaran dan ikatan kolektif dalam
memperjuangkan gerakan Muhammadiyah. Pemikiran dasar Kyai
Dahlan, dua belas langkah dari Kyai Mas Mansur, muqaddimah
anggaran dasar, kepribadian Muhammadiyah, matan keyakinan dan
cita-cita hidup Muhammadiyah, khittah perjuangan Muhammadiyah,
dan pedoman hidup islami warga Muhammadiyah merupakan rujukan
15 dasar sekaligus perlu disistematisasi dalam konsep terpadu sehingga
menjadi basis ideologi gerakan Muhammadiyah yang mengikat seluruh
anggota Muhammadiyah dalam melaksanakan gerakan. Ketika
dirasakan adanya krisis kemuhammadiyahan, maka krisis tersebt harus
dibaca dalam konteks pelemahan ideologis di kalangan Muhammadiyah

13
karena tuntutan-tuntutan dan pertimbanganpertimbangan yang biasanya
serba pragmatis.
c. Revitalisasi Pemikiran
Revitalisasi pemikiran menyangkut upaya mengembangkan wawasan
pemikiran seluruh anggota, termasuk kader dan pemimpin, baik
mengenai format pemikiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
yang bercorak dakwah dan tajdid, maupun dalam memahami
permasalahan-permasalahan dan perkembangan kehidupan tingkat
lokal, nasional, dan global. Dikotomi yang keras tentang pemikiran
literal versus liberal, pemurnian versus pembaruan atau pengembangan,
ekslusif versus inklusif, organisasi versus alam pikiran, struktural
versus kultural menggambarkan masih terperangkapnya sebagian
kalangan dalam Muhammadiyah mengenai orientasi pemikiran pada
wilayah orientasi atau paradigma yang sempit atau terbatas. Sejauh
menyangkut pemikiran perlu dijelaskan domain relativitas setiap
pemikiran agar tidak terjadi pengabsolutan setiap pemikiran, lebih-lebih
jika klaim pemikiran tertentu dijadikan alat pemukul dan saling
menegaskan terhadap pemikiran yang lain, sehingga yang terjadi ialah
perebutan dominasi dan bukan sikap tasamuh. 16
d. Revitalisasi Organisasi
Revitalisasi organisasi berkaitan dengan perbaikan-perbaikan sistem
pengelolaan kelembagaan persyarikatan seperti menyangkut penataan
struktur dan fungsi organisasi, birokrasi, pengelolaan dan pelayanan
administrasi, hingga pengembangan organisasi yang mengarah pada
peningkatan kualitas, efisiensi-efektivitas, dan menjadikan organisasi
sebagai instrument gerakan untuk kemajuan dan pencapaian tujuan
Muhammadiyah.
e. Revitalisasi Kepemimpinan
Revitalisasi kepemimpinan merupakan langkah penguatan kualitas
fungsi efektivitas pimpinan persyarikatan diseluruh lini, termasuk di
lingkungan organisasi otonom dan amal usaha, yang secara langsung
menjadi kekuatan dinamik dalam menggerakan Muhammadiyah.

14
Kepemimpinan Muhammadiyah juga tidak cukup dikonstruksi dengan
idealis normatif semata seperti mengenai hak akhlaq dan standarstandar
ideal kepemimimpinan, tetapi juga harus disertai format aktualisasi
kepemimpinan yang nyata (bukan kepemimpinan yang berumah diatas
angin tetapi harus membumi), karena kepemimpinan Muhammadiyah
merupakan kepemimpinan sistem dan bukan kepemimpinan figur.
Faktor figur pun tidak dapat dikonstruksikan sekadar dari kejauhan
sebagaimana konsep kepemimpinan pesona Ratu adil. Kepemimpinan
Muhammadiyah juga bukan sekadar domain diniyyah (aspek-aspek
kemampuan aktual dalam mengelola kehidupan yang dipimpin),
sehingga dapat menjalankan misi kerisalahan islam.
f. Revitalisasi Amal Usaha
Revitalisasi amal usaha menyangkut pengembangan kualitas amal
usaha Muhammadiyah diberbagai bidang yang dapat tumbuh diatas
misi dan visi gerakan sekaligus dapat memenuhi hajat hidup
masyarakat. Amal usaha Muhammadiyah bukan ladang mencari nafkah
bagi para penghuninya, tetapi harus menjadi sarana atau media dakwah
dan perwujudan misi Persyarikatan.
g. Revitalisasi Aksi
Revitalisasi aksi menyangkut pengembangan model-model kegiatan
atau aktivitas gerakan Muhammadiyah yang secara langsung dapat
memenuhi kepentingan masyarakat luas dengan misi dakwah dan tajdid
seperti dalam pemberdayaan ekonomi kaum miskin, advokasi kaum
marjinal dan tertindas, memperkuat, potensi dan peran masyarakat
madani, advokasi lingkungan hidup, resolusi konflik gerakan anti
kekerasan, gerakan anti korupsi, kegiatan-kegiatan pembinaan umat
yang bercorak partisipatif, dan aktivitas sosial masyarakat lainnya
semangat etos Al-Ma’un.
3. Peneguhan Kembali Gerakan Muhammadiyah
Peneguhan kembali gerakan Muhammadiya dikarenakan adanya
masalah perserikatan antara lain:

15
a. Longgarnya penjagaan identitas dan ideologi gerakan, sehingga lemah
dalam ikatan organisasi dan kolektivitas.
b. Lemahnya dinamika organisasi.
c. Mulai dirasakan kekurangan kader potensi untuk memenuhi kebutuhan
kepemimpinan
d. Terjadi perpindahan aktivitas-warga-kader persyarikatan ke jamaah lain
e. Amal usaha cenderung jalan sendiri / lepas kendali dari misi otoritas
persyarikatan
f. Beberapa amal usaha terutama pendidikan keadaannya amat
memprihatinkan.
4. Solusi dalam Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah
a. Menggerakkan kembali Ranting dan jama’ah sebagai basis gerakan
Muhammadiyah
b. Menggerakkan kembali pengajian persyarikatan yang terstruktur
(terprogram), kurikulum jelas dan tersedia narasumber yang kompeten.
c. Optimalisasi masjid wakaf Muhammadiyah sebagai basis pembinaan
warga persyarikatan.
d. Menggerakkan seluruh potensi angkatan muda dan organisasi otonom
Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan Persyarikatan.
e. Pendataan kebutuhan kader (termasuk kader pengelola) cross cek
dengan ketersediaan/potensi yang ada.
f. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan pengkaderan formal.

16
BAB 3
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Teologi Al-Maun yang merupakan dasar ajaran nilai sosial-
kemanusiaan Muhammadiyah mengajarkan bahwa ajaran Islam tidak pernah
memisahkan ibadah ritual dengan ibadah sosial antara duniawi dan ukhrowi,
atau membiarkan ibadah tersebut berjalan sendiri-sendiri. Selain itu, teologi
AlMa’un juga mengajarkan arti keikhlasan, dan kesediaan untuk
mengulurkan bantuan kepada orang-orang lemah yang membutuhkan dalam
bentuk apa pun dan sekecil apapun. Bahkan KH Ahmad Dahlan merasa perlu
harus mengulang-ulang tafsir dari surat Al-Ma’un tersebut agar murid-
muridnya benar-benar memahami ajaran dalam surat Al-Ma’un, apakah
sekadar untuk dibaca atau langsung diamalkan sebagai aksi sosial. Sebagai
organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara yang telah
berdiri selama dua abad dan memiliki banyak bidang yang dijalankan,
Muhammadiyah dihadapkan pada berbagai persoalan. Muhammadiyah
diibaratkan seperti gajah gemuk yang semakin lamban dalam memberikan
respons terhadap tantangan zaman. Oleh karena itu, Muhammadiyah perlu
merevitalisasi gerakannya diberbagai aspek antara lain aspek teologi,
ideologi, pemikiran, organisasi, kepemimpinan, amal usaha dan aksi agar
terus dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat luas.
B. Saran
Nilai-nilai ajaran sosial-kemanusiaan dalam teologi Al-Ma’un
(AlMaunisme) perlu benar-benar dihayati dan diamalkan oleh seluruh
masyarakarat pada umumnya dan anggota Muhammadiyah pada khususnya
agar tercipta masyarakat yang sejahtera dan memiliki jiwa sosial dan nilai-
nilai

17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.artikelsiana.com
http://riadhariansari.blogspot.com
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir.2015.Tafsir Ibnu Kasir Terj.
Cet Ke-6.Bandung:Sinar Baru
Algensindo Ahmad,Bojes. Makna Muhammadiyah dalam Gerakan
Sosial.www.academia.edu
Batutah, Ridwan. Makalah Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah Kel.12.
http://dokumen.tips/documents/makalah-revitalisasi-gerakan-
muhammadiyahkel12.html
http://eprints.uinsby.ac.id/47/
https://hendarriyadi.wordpress.com/risalah-2/
https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi http://staincurup.ac.id/orang-yang-
mendustakan-agama/
http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-maun-bag-1
http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-maun-bag-2
Biyanto.Revitalisasi Ideologi Muhammadiyah Biyanto November 2009.pdf.
http://munawarohblog.blogspot.com/2012/11/muhammadiyah-gerakan-sosial
http://fitrafg.blogspot.in/2014/11/memahami-gerakan
http://htq.uin-malang.ac.id/2015/03/08/kajian-tafsir-al-quran-1-surat-al-maun/

18

Anda mungkin juga menyukai