Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MUHAMMADIYAH SEBAGAI
GERAKAN SOSIAL”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dalam mata kuliah Kemuhammadiyahan (KMD) I di Universitas Muhammadiyah Metro.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL  ................................................................................................        i
KATA PENGANTAR............................................................................................        ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................        iii

BAB I:  PENDAHULUAN...................................................................................        1
1.1     Latar Belakang......................................................................................        1
1.2  Rumusan Masalah.................................................................................        1
  1.3  Tujuan Penulisan Makalah....................................................................        2

BAB II: PEMBAHASAN.....................................................................................        3


2.1   Nilai-Nilai Sosial Kemanusiaan.............................................................        3
2.2  Gerakan Peduli Pada Fakir Miskin Dan Yatim Piatu...........................        6
2.3  Bentuk Dan Model Gerakan Social Muhammadiyah...........................        7
2.4  Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah  .................................................        9

BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN............................................................        14


3.1     Kesimpulan...........................................................................................        14
3.2     Saran   ..................................................................................................        14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................        15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Muhammadiyah sendiri mengambil surat Al-Ma’un dalam Al-Qur’an sebagai dasar untuk
berjalan pada ranah sosial. Pembahasan mengenai Teologi Al-Ma’un pun sering digalakkan.
Hal ini sebagai telaah kritis terhadap gerakan sosial yang dilakukan Muhammadiyah. Dan
bisa kita lihat, bahwa saat ini Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha, mulai dari
pondok anak yatim, sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit pun ada. Ini sebagai
pengejawantahan dari interpretasi terhadap surat Al-Ma’un.
Muhammadiyah mempunyai cita-cita sosial, yakni “kesejahteraan, dan kemakmuran
masyarakat yang diridhai Allah”. Dari sini kita ketahui bahwa Muhammadiyah menghendaki
terciptanya negara yang baik dan penuh akan ampunan Allah. Inilah interpretasi dari
ungkapan Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Bagaimana kita lihat kemudian
Muhammadiyah sejak didirikan oleh Kyai Dahlan, sampai kepemimpinan yang sekarang
masih berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik, dan memberikan pelayanan sosial
terhadap masyarakat, fakir miskin dan yatim piatu. Hal inilah yang menjadi penting dalam
perkembangan Muhammadiyah.
Revitalisasi gerakan Muhammadiyah dapat dimaknai sebagai proses penguatan kembali
sistem paham dan jati diri sesuia dengan prinsip-prinsip ideal gerakan menuju pada
tercapainya kekuatan muhammadiyah sebagai gerakan islam yang menjalakan fungsi dakwah
dan tajdid menju terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1. Apa yang di maksud nilai-nilai dan ajaran sosial kemanusiaan dalam presfektif
Muhammdayah?
2. Apa saja gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu yang Muhammadiyah
sudah lakukan?
3. Bagaimanakah bentuk dan model gerakan sosial muhammadiyah?
4. Bagaimana revitalisasi gerakan sosial muhammadiyah?

1.3  TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas penulis berharap para pembaca
dapat:
1. Memahami nilai-nilai sosial kemanusiaan.
2. Mengerti dan ikut dalam gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu.
3. Memahami bentuk dan model gerakan sosial muhammadiyah.
4. Mengerti tentang revitalisasi gerakan muhammadiyah.
 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  NILAI-NILAI DAN AJARAN SOSIAL KEMANUSIAAN DALAM PRESPEKTIF


MUHAMMADYAH (TEOLOGI AL-MA’UN)
Islam menetapkan dua pola hubungan yang permanen dalam kehidupan beragama yakni:
hubungan dengan Allah SWT, yang lazim disebut hablun minallah dan hubungan dengan
sesama manusia atau lazim disebut hablun minannas. Hubungan dengan Allah dalam bentuk
ibadah dibahas dalam ilmu fiqih, sedangkan hubungan dengan sesame manusia dibahas
dalam ilmu akhlak. Baik yang berhubungan dengan ibadah maupun yang berhubungan
dengan akhlak, apabila disebutkan secara jelas dan tegas di dalam al-Qur’an atau al-Hadist,
itu disebut ajaran. Jadi, konsep ajaran Islam adalah ajaran yang terdapat di dalam al-Qur’an
atau al-Hadist. Berdasarkan konsep tersebut, dapat dinyatakan bahwa: menyantuni anak
yatim adalah ajaran Islam, memberi makan orang miskin adalah ajaran Islam, mebantu kaum
duafa adalah ajaran Islam, seperti halnya shalat adalah ajaran Islam, dan zakat adalah ajaran
Islam. Tiga bentuk ajaran Islam yang awal disebut merupakan wajib kifayah dalam
pandangan ulama fiqih, sedangkan dua ajaran yang terakhir disebut termasuk kewajiban ‘ain
(fardhu ‘ain). Dalam pandangan Muhammadiyah, kedua kewajiban t6ersebut sama nilainya
dan sama pentingnya. Tiga bentuk ajaran tersebut digolongkan dalam kategori hablun
minannas, sementara dua bentuk yang disebut terakhir digolongkan dalam kategori hablun
minallah.
Muhammadiyah menjadi pelopor gerakan filantropi atau pembelaan pada
kaum mustad’afin di Indonesia, sebuah entitas yang tetap menjadi ruh perjalanan gerakan
sepanjang masa. Dikisahkan bahwa pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan membina
sebuah pengajian. “Materi pengajiannya, sudah beberapa bulan membahas surat yang sama
yaitu al-Maun. Sampai pada suatu hari, salah seorang murid bertanya kepada Kiai Dahlan.
“Pak Kiai, pengajiannya kok membahas al-Maun terus, kapan mengaji surat lain?” Lantas,
Kiai Dahlan pun balik bertanya. “Sudahkah kamu mengamalkan surat ini?” Si murid
menjawab. “Sudah. Kiai, saya sudah menggunakan surat ini dalam shalat saya dan suka
membacanya berulang-ulang di rumah. “Bukan begitu ….,” kata Sang Kiai. “Sudahkah kamu
mengamalkan kandungan surat ini? “Sudahkah kamu peduli pada anak yatim di sekitarmu?
Sudahkah kamu memberi santunan terhadap orang miskin di sekitarmu? Kalau belum, berarti
kamu benar-benar mengamalkan surat ini. “Akhirnya, setelah itu, Sang Kiai dan para
muridnya berbondong-bondong mendatangi tempat-tempat dimana banyak orang-orang
miskin dan anak-anak yatim. Mereka kemudian membawa kaum duafa tersebut ke suraunya,
memberi mereka makan, memberi pakaian dan member pendidikan.
Cerita terkenal tentang pengajaran surat al-Maun oleh KH. Ahmad Dahlan kepada murid-
muridnya menjadi landasan kuat akan berkembangnya  perinsip “beramal ilmiah, berilmu
amaliah” dalam menjalankan gerak pesyarikatan Muhammadiyah. Tidak cukup hanya dengan
mengaji dan mengkaji saja tentang ajaran agama Islam, namun juga harus melakukan
tindakan nyata di lapangan. Harus beramal nyata, beramal yang dilandasi ilmu, dan ilmu yang
mesti diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari perinsip inilah kemudian lahir dan
bertebaran lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, lembaga social, dan sekian jumlah
amal usaha Muhammadiyah di berbagai pelosok negeri (Febriansyah, dkk., 2013:20-21).
Atas dasar spirit surat al-Maun, KH. Ahmad Dahlan memberi isyarat bahwa Islam adalah
agama yang menekankan bukan hanya aspek ritual dan mengabaikan aspek sosial. Akan
tetapi, seorang muslim dikatakan salih dalam menjalankan ibadah ritual, apabila melahirkan
akhlakul karimah dan kepekaan sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan, orang yang
melupakan tidak perduli pada nasib anak yatim dan orang miskin digolongkan sebagai
pendusta agama.
Ajaran sosial kemanusiaan yang dipopulerkan dengan istilah teologi al-Maun ini
mengandung empat nilai, yakni:
1. Nilai religi atau nilai iman
Iman adalah sesusuatu yang menjadi ruh semangat keberagamaan, sesuatu yang menjadi
sumber dan sekaligus motivasi atau penggerak amaliah. Dalam pandangan Muhammadiyah,
iman bukanlah barang yang pasif melainkan aktif. Iman bukan sesuatu yang absolute dan
tidak dapat diamati, tidak dapat diukur, melainkan iman dapat diamati, diukur dan terlihat
dalam interaksi sosial.
Di dalam al-Qur’an, banyak disinggung tentang iman dan amal social. Keduanya harus aktif
secara bersamaan. Iman disejajarkan dengan memberikan harta yang dicintai sebagaimana
dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 177 bahwa:
Artinya: “Bukanlah menghadap wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab,  nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musyafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”  (QS. Al-Baqarah:177)
Ayat ini menyebutkan tujuh syarat perbuatan yang disejajarkan nilainya dan menjadi syarat
takwa, yakni: Beriman, Memberikan harta yang dicintainya, Memerdekakan hamba sahaya,
Mendirikan shalat, Menunaikan zakat, Menepati janji, dan sabar. Tujuh item dari pesan ayat
tersebut dapat diidentifikasi jadi dua bagian. Bagian pertama terkait dengan hubungan kepada
Tuhan: beriman dan mendirikan shalat; bagian kedua menyangkut hubungan dengan sesama
manusia: memberikan harta yang dicintainya, memerdekakan hamba sahaya, menunaikan
zakat, menpati janji dan sabar. Hal ini berarti tanda-tanda taqwa lebih banyak berdimensi
kemanusiaan.
2. Nilai belas kasih atau nilai al-rahmah
Nilai al-Rahmah atau cinta kasih atau belas kasihan merupakan ajaran dasar yang sangat
prinsipil. Berbagai sifat yang berlawanan dengan sifat al-Rahmah adalah pemarah, sombong,
dengki, dendam. Semua itu dikecam dalam al-Qur’an Dalam hadist nabi disebutkan bahwa
cinta kasih merupakan indikator iman seseorang sebagaimana dijelaskan dalam hadist dari
Annas bin Malik, Artinya;
Dari anas Ibn Malik ra, dari Nabi Saw bersabda, “Tidak beriman seseorang diantar kamu
sebelum ia mencintai saudaranya atau tetangganya, sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri”  (HR. Muslim juz 1:49)
Rahmah adalah bagian dalam atau bagian dari aspek kejiwaan (psikologi) yang menjadi dasar
dari perasaan setiap orang. Perasaan tersebut menjadi identitas diri kemanusiaan. Apabila
perasaan tersebut hilang, identitas kemanusiaan juga dapat dikatakan telah hilang. Istilah
yang lebih ekstrim adalah perasaan telah mati. Inilah yang dimaksud jiwa yang meninggal
sementara jasad masih hidup. Untuk memahami makna al-Rahmah berikut sebuah riwayat
yang menceriterakan bahwa suatu ketika Nabi menggendong seorang anak yang sedang
menhadapi sakratulmaut, nafasnya tersenggal-senggal, menyaksikan situasi tersebut air mata
nabi Muhammad Saw menetes membasahi pipinya. Sahabat yang hadir pada waktu termasuk
Thalhah merasa heran dan bertanya, ada apa gterangan ya Rasulullah, Beliau menunjukkan
kepada air mata yang ada di pipinya sambil menjawab, “hadzihi al-rahmah” (ini adalah
rahmah). Jadi, orang menangis mengeluarkan air mata karena kesedihan atau perasaan belas
kasihan itulah yang disebut al-rahmah.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika Nabi Saw, diminta untuk mendoakan
orang musyrik agar dilaknat oleh Allah SWT. Lalu, Nabi menjawab sebagaimana disebutkan
vdalam hadist dar Abi Hurairah bahwa:
Artinya; “Dari Abi Hurairah, berkata, ya Rasulullah do’akan orang musyrik supaya dilaknat,
lalu Nabi menjawab, saya diutus bukan untuk melaknat melainkan sebagai rahmat”  (HR.
Muslim juz 8:24)
Al-Rahmah adalah bagian dari cinta kasih sebagaimana disinggung pada awal tulisan dan
merupakan landasan atau basis pendirian amal usaha di bidang social yang dibina oleh
Muhammadiyah. Amal usaha itu merupakan focus gerakan Muhammadiyah. Menurut Amin
Rais (1998:44-48), terdapat empat doktrin Muhammadiyah, yakni: Pertama, doktrin
pencerahan umat, sehingga amal usaha yang pertama-tama dirintis oleh tokoh-tokoh
Muhammadiyah adalah mrndirikan sekolah. Kedua, doktrin amal shalih; dalam Anggaran
Rumah Tangga Muhammadiyah telah ditetapkan bahwa syarat berdirinya suatu ranting
adalah wajib memiliki amal usaha minimal mendirikan taman kanak-kanak. Ketiga, doktrin
kerjasama untuk kebajikan; doktrin ini berlandaskan pada QS. Al-Maidah 2,
dan kempat, doktrin tidak berpolitik.
3. Nilai syukur
Syukur adalah bentuk pernyataan terima kasih atas nikmat yang telah diperoleh. Allah akan
memberi balasan kepada hambanya yang suka bersyukur (QS. Al-Qamar:35). Bentuk syukur
yang diimplementasikan oleh Muhammadiyah adalah kerja keras. Muhammadiyah
memahami bahwa bekerja secara sungguh-sungguh dalam mengelola lembaga pendidikan
merupakan perwujudan bentuk syukur (tafsir syukur). Pintu untuk meraih kebahagiaan adalah
kerja keras (syukur). Allah tidak akan membiarkan hambaNya dalam keadaan termarjinal,
dalam keadaan tertinggal untuk keluar dari kesulitan apabila si hamba beriman dan bekerja
keras (bersyukur) (QS. An-Nisa:147) Lebih tegas, dinyatakan bahwa Allah pasti membalas
orang-orang yang bekerja keras (syukur). Sebagaimana yang telah disebutkan dalam al-
Qur’an surat Ibrahim ayat tujuh bahwa:
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;”Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim:7)
Pada ayat tersebut, terdapat dua istilah yang berlawanan, yakni term”syukur/syakartum”
dengan “kufr/kafartum”. Syukur adalah simbol dari orang yang tahu berterima kasih kepada
Tuhan, sedangkan kufr adalah symbol dari orang yang tidak tahu berterima kasih. Bekerja
keras untuk mengatasi masalah kemiskinan atau bekerja keras untuk mengurusi anak yatim
adalah sikap dan perilaku orang yang tahu bersyukur.
4. Nilai tolong-menolong
Tolong-menolong merupakan perinsip ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Tolong-
menolong disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 2 bahwa:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu, dan janganlah sekali-
kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari 
Mesjidil haram, medorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya”  (QS. Al-Maidah:2)
Muhammadiyah menganut doktrin bahwa: hidip harus bermasyarakat. Di dalamnya
terkandung pengertian kerja sama, saling menghargai, dan juga saling mengakui perbedaan.
Idea tau cita-cita social Muhammadiyah berkisar pada: ukhuwah, hurriyah, musawah, dan
‘adalah(persaudaraan, kemerdekaan, persamaan dan keadilan) (Rais,1998:17). Hidup
bermuhammadiyah berarti memperbanyak kawan, dan berarti kita harus memelihara
kesetiakawanan. Hidup bermuhammadiyah berarti menghargai orang lain, menghargai
organisasi lain, dan menghargai agama lain.

2.2  GERAKAN PEDULI PADA FAKIR MISKIN DAN YATIM PIATU


Gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu salah satunya adalah berzakat. Di jelaskan
dalam Surat At-Taubah : 60 tentang kelompok penerimaan zakat, fakir miskin dan yatim
piatu termasuk golongan yang wajib menerima zakat. Karena anak yatim dan yatim
piatu adalah anak yang ditinggal meninggal oleh orang tuanya baik ayahnya atau ibunya atau
keduanya dan belum dewasa serta belum dapat mencari nafkah sendiri. Sedangkan fakir
miskin adalah golongan yang tidak mendapati sesuatu yang mencukupi kebutuhan mereka.
Ada yang mencontohkan bahwa fakir itu pendapatan sehari-hari kurang dari separuh
kebutuhannya, sedangkan miskin pendapatannya kurang dari kebutuhannya tetapi
pendapatannya diatas 50% kebutuhannya namun masih kurang.
Muhammadiyah adalah institusi dan  institusionalisasi teologi Al-Ma’un yang diharapkan
perduli pada kaum tersebut dalam mengikis problematika social. Muhammadiyah dalam
praktisi sosial dengan pemihakan terhadap kaum mustadl’afin, dhuafa, masakin, dan anak
yatim, mengilhami Muhammadiyah untuk mendirikan banyak lembaga pendidikan, panti
asuhan, rumah sakit, dan tempat layanan sosial lainnya. Pendirian tempat layanan sosial
adalah kepedulian Muhammadiyah kepada kaum miskin dan kepentingan umat.
Dalam realitas keseharian dapat  disaksikan banyak orang kaya Islam khusyuk merata dahi di
atas sajadah, semantara di sekitarnya banyak tubuh layu kekurangan gizi dan di grogoti
penyakit. Banyak orang rajin beribadah padahal kemiskinan,kebodohan,kelaparan,dan
kesulitan mendera saudara-saudaranya. Fakta dan realitas kemiskinan adalah wajah lain
dehumanisasi. Kemiskinan terjadi akibat kemungkaran sosial dan dosa sosial akut. Ia bukan
masalah individu, tetapi masalah bersama yang harus di cari jalan keluarnya. Dalam kontek
ini muhammadiyah dapat memainkan peran strategis, dengan member sumbangsi nyata
terhadap masyarakat.

2.3  BENTUK DAN MODEL GERAKAN SOSIAL MUHAMMADIYAH


Bidang-bidang yang terdapat dalam gerakan sosial muhammadiyah, diantaranya:
1.    Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan misalnya, hingga tahun 2000 ormas Islam Muhammadiyah telah
memiliki 3.979 taman kanak-kanak, 33 taman pendidikan Al-Qur’an, 6 sekolah luar biasa,
940 sekolah dasar, 1.332 madrasahdiniyah/ibtidaiyah, 2.143 sekolah lanjutan tingkat pertama
(SMP dan MTs), 979 sekolah lanjutan tingkat atas (SMA,MA, SMK), 101 sekolah kejuruan,
13 mualimin/mualimat, 3 sekolah menengah farmasi, serta 64 pondok pesantren. Dalam
bidang pendidikan tinggi, hingga tahun ini Muhammadiyah memiliki 36 universitas, 72
sekolah tinggi, 54 akademi, dan 4 politeknik. Nama-nama seperti Bustanul Athfal/TK
Muhammadiyah, SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, SMK
Muhammadiyah, dan Universitas Muhammadiyah bermunculan di berbagai daerah.

2.    Bidang Kesehatan
Dalam amal usaha bidang kesehatan, Muhammadiyah telah dan terus mengembangkan
layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk kepedulian. Balai-balai pengobatan seperti
rumah sakit PKU (Pembina Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah, yang pada masa
berdirinya Muhammadiyah bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat), kini mulai
meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan buku Profil dan Direktori Amal
Usaha Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:
a. Rumah sakit berjumlah 34
b. Rumah bersalin berjumlah 85
c. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 504. Balai Kesehatan Masyarakat
berjumlah 115
d. Balai Pengobatan berjumlah 846
e. Apotek dan KB berjumlah 4
3.    Bidang Kesejahteraan Sosial
Hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki:
a. 228 panti asuhan yatim
b. 18 panti jompo
c. 22 balaikesehatan sosial
d. 161 santunan keluarga
e. 5 pantiwreda/manula
f. 13 santunan wreda/manula
g. 1 panti cacat netra
h. 38 santunan kematian
i. serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).

4.    Bidang Kaderisasi
Dalam bidang kaderisasi Muhammadiyah telah melakukan program diantaranya:
a. Peningkatan kualitas pengkaderan
b. Melaksanakan program pengkaderan formal dan informalsecara berkelanjutan
c. Menyelenggaraka baitul arqam dan darul arqam Muhammadiyah
d. Tranformasi kader per jenjang dan per generasi
e. Sinergi Building antar unit persyarikatan untuk kaderisasi
Contoh kaderisasi/organisasi dalam Muhammadiyah: aisyiyah, pemuda
muhammadiyah, IPM, IMM, Tapak Suci Muhammadiyah.

2.4  REVITALISASI GERAKAN MUHAMMADIYAH


Revitalisasi merupakan salah satu jenis atau bentuk perubahan (transformasi) yang
mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan terhadap aspek-aspek yang selama ini
dimiliki (proses potensial) maupun dengan melakukan pengembangan (proses aktual) menuju
pada keadaan yang lebih baik dan lebih maju dari kondisi sebelumnya. Revitaliasi sebagai
proses perubahan yang direncanakan meliputi tahapan-tahapan penataan, pemantapan,
peningkatan dan pengembangan yang dilakukan secara berkesinambungan.
Langkah-langkah revitalisasi gerakan muhammadiyah yaitu melakukan penguatan seluruh
aspek gerakan dan menggerakkan segenap potensi Muhammadiyah dalam menjalankan
amanat Muktamar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memperluas peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan masyarakat
di daerah lokal, nasional, dan global dengan menjalankan fungsi dakwah dan tajdid
serta mengembangkan ukhuwah dan kerjasama dengan semua pihak yang membawa
pada pencerahan dan kemaslahatan hidup.
2. Meneguhkan dan mewujudkan kehidupan Islami sesuai dengan paham agama dalam
Muhammadiyah yang mengedepankan uswah hasanah dan menjadi rahmat bagi
kehidupan.
3. Mengembangkan pemikiran Islam sesuai dengan prinsip Manhaj Tarjih dan ijtihad
yang menjadi acuan/pedoman Muhammadiyah.
4. Pengembangan infrastruktur dan perbaikan sistem pengelolaan organisasi yang
mampu menjalankan fungsi-fungsi gerakan dan semakin mengarah pada pencapaian
tujuan Muhammadiyah.
5. Mendinamisasi kepemimpinan Persyarikatan di semua tingkatan (Wilayah, Daerah,
Cabang, dan Ranting).
6. Peningkatan kualitas dan memperluas jaringan amal usaha Muhammadiyah menuju
tingkat kompetisi dan kepentingan misi Persyarikatan yang tinggi, serta
menjadikannya sebagai pelaksana usaha yang terikat dan memiliki ketaatan pada
kepemimpinan Persyarikatan.
7. Pengembangan model-model kegiatan/aksi yang lebih sensitif terhadap kepentingan-
kepentingan aktual/nyata umat, masyarakat, dan dunia kemanusiaan dengan
pengelolaan yang lebih konsisten.
8. Menggerakkan seluruh potensi angkatan muda dan organisasi otonom
Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan Persyarikatan.
9. Meningkatkan bimbingan, arahan, dan panduan kepada seluruh tingkatan pimpinan
dan warga Muhammadiyah.
10. Menggerakkan kembali Ranting dan jamaah sebagai basis gerakan Muhammadiyah.

Macam macam aspek revitalisasi gerakan yaitu:


1. Revitalisasi Teologis
Revitalisasi teologis menyangkut ikhtiar merekonstruksi atau menafsir ulang
pemikiran-pemikiran dasar kegamaan (keislaman) dalam muhammadiyah
sebagaimana prinsip-prinsipnya tentang agama islam, dunia, ibadah sabilullah dan
ijtihad. Dalam revitalisasi teologis ini dapat dikaji ulang dan dirumuskan
epistemologi keislaman Muhammadiyah seperti tentang kalam (falsafah) atau
pandangan ke-Tuhanan, pandangan tentang Fiqih, dan pemikiran-pemikiran
keislaman lainnya.
2. Revitalisasi Ideologis
Revitalisasi ideologis menyangkut penyusunan ulang dan penguatan sistem paham
disertai langkah-langkah pelembagaannya yang menjadi landasan membangun
kesadaran dan ikatan kolektif dalam memperjuangkan gerakan muhammadiyah.
Pemikiran dasar Kyai Dahlan, 12 lagkah dari Kyai Mas Mansur, muqaddimah
anggaran dasar, kepribadian muhammadiyah, matan keyakinan dan cita-cita hidup
muhammadiyah, khittah perjuangan muhammadiyah, dan pedoman hidup islami
warga muhammadiyah merupakan rujukan dasar sekaligus perlu disistematisasi
dalam konsep terpadu sehingga menjadi basis ideologi gerakan muhammadiyah
yang mengikat seluruh anggota muhammadiya dalam melaksanakan gerakan.
Ketika dirasakan adanya krisis kemuhammadiyahan, maka krisis tersebut harus
dibaca dalam konteks pelemahan ideologis di kalangan muhammadiyah karena
tuntutan-tuntutan dan pertimbangan-pertimbangan yang biasanya serba pragmatis.
3. Revitalisasi Pemikiran
Revitalisasi pemikiran menyangkut upaya mengembangkan wawasan pemikiran
seluruh anggota, termasuk kader dan pemimpin, baik mengenai format pemikiran
muhammadiyah sebagai gerakan islam yang bercorak dakwah dan tajdid, maupun
dalam memahami permasalahan-permasalahan dan perkembangan kehidupan
tingkat lokal, nasional, dan global. Dikotomi yang keras tentang pemikiran literal
versus liberal, pemurnian versus pembaruan atau pengembangan, ekslusif versus
inklusif, organisasi versus alam pikiran, structural versus cultural menggambarkan
masih terperangkapnya sebagian kalangan dalam muhammadiyah mengenai
orientasi pemikiran pada wilayah orientasi atau paradigm yang sempit atau terbatas.
Sejauh menyangkut pemikiran perlu dijelaskan domain relativitas setiap pemikiran
agar tidak terjadi pengabsolutan setiap pemikiran, lebih-lebih jika klaim pemikiran
tertentu dijadikan alat pemukul dan saling menegaskan terhadap pemikiran yang
lain, sehingga yang terjadi ialah perebutan dominasi dan bukan sikap tasamuh.
4. Revitalisasi Organisasi
Revitalisasi organisasi berkaitan dengan perbaikan-perbaikan sistem pengelolaan
kelembagaan persyarikatan seperti menyangkut penataan struktur dan fungsi
organisasi, birokrasi, pengelolaan dan pelayanan administrasi, hingga
pengembangan organisasi yang mengarah pada peningkatan kualitas, efisiesnsi-
efektivitas, dan menjadikan organisasi sebagai instrument gerakan untuk kemajuan
dan pencapaian tujuan Muhammadiyah.
5. Revitalisasi Kepemimpinan
Revitalisasi kepemimpinan merupakan langkah penguatan kualitas fungsi efektivitas
pimpinan persyarikatan diseluruh lini, termasuk di lingkungan organisasi otonom
dan amal usaha, yang secara langsung menjadi kekuatan dinamik dalam
menggerakan muhammadiyah. Kepemimpinan muhammadiyah juga tidak cukup
dokonstruksi dengan idealis normative semata seperti mengenai hak akhlaq dan
standar-standar idela kepemimpinan, tetapi juga harus disertai format aktualisasi
Kepemimpinan yang nyata (bukan Kepemimpinan yang berumah diatas angin tetapi
harus membumi), karena kepemimpinan Muhammadiyah merupakan kepemimpinan
sistem dan bukan Kepemimpinan figure. Faktor figure pun tidak dapat
dikonstruksikan sekadar dari kejauhan sebagaimana konsep kepemimpinan pesona
Ratu adil. Kepemimpinan Muhammadiyah juga bukan sekadar domain diniyyah
(aspek-aspek kemampuan aktual dalam mengelola kehidupan yang di pimpin),
sehingga dapat menjalankan misi kerisalahan islam.
6. Revitalisasi Amal Usaha
Revitalisasi amal usaha menyangkut pengembangan kualitas amal usaha
Muhammadiyah diberbagai bidang yang dapat tumbuh diatas misi dan visi gerakan
sekaligus dapat memenuhi hajat hidup masyarakat. Amal usaha Muhammadiyah
bukan ladang mencari nafkah bagi para penghuninya, tetapi harus menjadi sarana
atau media dakwah dan perwujudan misi Persyarikatan.
7. Revitalisasi Aksi
Revitalisasi aksi menyangkut pengembangan model-model kegiatan atau aktivitas
gerakan Muhammadiyah yang secara langsung dapat memenuhi kepentingan
masyarakat luas dengan misi dakwah dan tajdid seperti dalam pemberdayaan
ekonomi kaum miskin, advokasi kaum marjinal dan tertindas, memperkuat, potensi
dan peran masyarakat madani, advokasi lingkungan hidup, resolusi konflik gerakan
anti kekerasan, gerakan anti korupsi, kegiatan-kegiatan pembinaan umat yang
bercorak partisipatif, dan aktivitas sosial masyarakat lainnya semangat etos Al-
Maun.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1  KESIMPULAN
Muhammadiyah sendiri mengambil surat Al-Ma’un dalam Al-Qur’an sebagai dasar untuk
berjalan pada ranah sosial. Saat ini Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha, mulai
dari pondok anak yatim, sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit. Revitalisasi
adalah  salah satu bentuk perubahan yang mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan
terhadap aspek-aspek yang selama ini dimiliki maupun dengan melakukan pengembangan
sehingga menjadi lebih baik dan lebih maju dari kondisi sebelumnya. Salah satu langkah
revitalisasi gerakan Muhammadiyah yaitu melakukan penguatan seluruh aspek gerakan
dan menggerakkan segenap potensi Muhammadiyah dalam menjalankan amanat Muktamar.

3.2  SARAN
Tujuan dakwah Muhammadiyah adalah meningkatkan kualitas hidup manusia. Seharusnya
kita ikut berpartisipasi dalam dakwah tersebut. Karena dengan dakwah tersebut
menggerakkan dinamika kehidupan masyarakat Islam di bidang pendidikan, ekonomi, dan
sosial-budaya.
DAFTAR PUSTAKA

http://fitrafg.blogspot.in/2014/11/memahami-gerakan
http://munawarohblog.blogspot.com/2012/11/muhammadiyah-gerakan-sosial
http://www.artikelsiana.com
http://riadhariansari.blogspot.com
https://subair3.wordpress.com/2017/12/26/muhammadiyah-sebagai-gerakan-sosial/

Anda mungkin juga menyukai