Anda di halaman 1dari 23

MUHAMMADIYAH SEBAGAI

GERAKAN SOSIAL

Oleh: Baidarus, MM.,M.Ag

Kuliah Kemuhammadiyahan
UMRI 20141
Coba pikirkan apa yang anda ketahui tentang
Dakwah Muhammadiyah di Bidang Sosial.

Diskusikan dengan teman di samping anda.

Siapa yang mau berbagi pengetahuan ?


Nilai-nilai & Ajaran Sosial-Kemanusiaan
Muhammadiyah (Teologi al-Ma’un)

Gerakan sosial Muhammadiyah dilatar belakangi oleh


pemahaman KHA. Dahlan terhadap QS. Al-Ma’un.
 Ada cerita yang cukup populer di kalangan
warga Muhammadiyah mengenai KH Ahmad
Dahlan dan para muridnya.
 Diceritakan bahwa KH. Ahmad Dahlan selalu
saja mengulang-ulang pelajaran surat al-Ma’un
dalam jangka waktu yang lama. Bahkan hingga
tidak pernah beranjak kepada ayat berikutnya,
meskipun murid-muridnya sudah mulai bosan.
 Karena jenuh, salah seorang muridnya, KH. Syuja’ -yang masih
muda waktu itu-, bertanya mengapa Kyai Dahlan tidak beranjak
ke pelajaran berikutnya.
 Kyai Dahlan pun balik bertanya, “Apakah kamu benar-benar
memahami surat ini?”.
 KH. Syuja’ menjawab bahwa ia dan kawan-kawannya sudah
memahami benar-benar arti surat tersebut dan bahkan telah
menghafalnya di luar kepala.
 Kemudian Kyai Dahlan bertanya kembali, “Apakah kamu sudah
mengamalkannya?”. Dijawab oleh KH. Syuja’, “Bukankah kami
membaca surat ini berulang kali sewaktu salat?”
 Kyai Dahlan lalu menjelaskan maksud mengamalkan surat
al-Ma’un bukanlah sekedar menghafal atau membacanya
semata, namun lebih dari itu semua.
 Yaitu mempraktekkan al-Ma’un dalam bentuk amalan nyata.
“Oleh karena itu’, lanjut Kyai Dahlan, “setiap orang harus
keliling kota mencari anak-anak yatim, bawa mereka pulang
ke rumah, berikan sabun untuk mandi, pakaian yang pantas,
makan dan minum, serta berikan mereka tempat tinggal
yang layak.
 Untuk itu pelajaran ini kita tutup, dan laksanakan apa yang
telah saya perintahkan kepada kalian.”
 Sayyid Quth (dalam Tafsir fi Zhilalil Qur’an Vol. 24)
menjelaskan bahwa surat pendek ini mampu memecahkan
hakikat besar yang mendominasi pengertian iman dan kufur
secara total.
 Boleh jadi definisi iman dan kufur di sini sangat berbeda bila
dibandingkan definisi tradisional.
 Karena kufur (mendustakan agama) di sini diartikan sebagai
menghardik anak yatim dan atau menyakitinya (Itulah orang
yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin, ayat 2-3).
 Logika kufur muncul karena seharusnya saat iman seorang
sudah mantap di hati niscaya anak-anak yatim dan orang
miskin tentu tidak akan diterlantarkan.
 Pada dasarnya, Allah tidak hanya menghendaki
pernyataan-pernyataan dari manusia. Tetapi
menghendaki pernyataan itu disertai dengan amalan-
amalan sebagai pembuktiannya.
 Kalau tidak, pernyataan tersebut tidak lebih hanya debu
yang tidak ada bobotnya di sisi Allah.
 Karena itu, Islam bukanlah agama simbol dan lambang
semata. Iman akan tidak berwujud bila tidak
direfleksikan ke dalam gerakan amal shaleh.
 Jadi, Al-Ma'un adalah inspirasi intelektual yang kritis-
emansipatoris.
 Teologi Kritis Al-Ma'un ingin menghidupkan kembali
semangat agama yang membebaskan dan
mencerahkan, dalam realitas sosial secara nyata.
 Teologi Al-Ma'un berarti advokasi; pembelaan atas hak-
hak masyarakat yang terlupakan oleh negara.
 Peran-peran ini perlu diampu semua elemen, tidak
hanya Muhammadiyah, yang memang independen dari
negara, bebas dari relasi-kuasa yang diciptakan negara.
Gerakan Peduli Kepada Fakir Miskin
dan Anak Yatim

Gerakan peduli kepada fakir miskin dan anak yatim yang


dilakukan oleh Kyai Dahlan pada masa-masa awal, sebagai
terjemahan dari teologi al-Ma’un di atas, yaitu dalam
bentuk tiga pilar kerja, yaitu:
 Healing (pelayanan kesehatan),
 Schooling (pendidikan), dan
 Feeding (pelayanan sosial).
 Gerakan untuk memperbaiki kehidupan sosial umat
didahulukan oleh kiyai Dahlan, sedangkan penyadaran
terhadap penyimpangan ajaran agama seperti tahayul,
bid’ah dan kurafat mengikuti gerakan tersebut.
 Usaha kiyai Dahlan tersebut menggambarkan apa yang
disebut oleh Moeslim Abdurrahman sebagai usaha
mempertautkan (bahkan mengkonfrontasikan)
hubungan antara iman dengan realitas sosial.
 Inilah yang dimaksud dengan Islam transformatif.
 Islam transformatif yang merupakan jiwa kiyai
Dahlan merupakan sikap teologis, yakni menghimpun
kekuatan simbolik yang dimiliki setiap orang Islam
yang meyakini bahwa tujuan risalah al-Islamiyah
pada intinya adalah bagaimana membawa ide agama
dalam pergaulan hidup secara kolektif untuk
menegakkan tatanan sosial yang adil, sebagai cita-
cita ketakwaan.
 Kiyai Dahlan merupakan sample yang paling tepat
untuk merujuk bentuk gerakan Islam transformatif-
kontekstual untuk membangun peradapan Islam di
Indonesia.
 Bertolak pengamalan inilah kemudian
Muhammadiyah berkembang dan menugaskan
Majelis Pertolongan Kesengsaraan Oemoem (MPKO)
yang kemudian berkembang menjadi Majelis
Pembina Kesejahteraan Ummat (PKU) dan saat ini
bernama Majeis Pelayanan Sosial dan Majelis
Pelayanan Kesehatan.
Bentuk & Model Gerakan Sosial-Kemanusiaan
Muhammadiyah
Bentuk & model gerakan sosial-kemanusiaan Muhammadiyah
sampai saat ini dapat kita lihat dengan banyaknya amal usaha-
amal usaha yang berhasil dibangun, seperti :
 Sekolah & Perguruan Tinggi;
 Rumah sakit;
 Panti asuhan;
 Rumah jompo;
 Pembentukan Amil Zakat, dan
 Gerakan pemberdayaan masyarakat.
Pada saat ini gerakan yang dirintis oleh
Muhammadiyah telah menjadi budaya di ummat
Islam di Indonesia (tidak terbatas dalam
lingkungan Muhammadiyah saja), antara lain
pengumpulan zakat fitrah maupun zakat mal oleh
amil yang kemudian dibagikan kepada yang
berhak; pendirian Panti Asuhan-Panti Asuhan di
lingkungan ummat Islam dan sebagainya.
Pembinaan kaum dhu‘afa yang selama ini telah dilaksanakan
oleh Muhammadiyah perlu ditingkatkan dan diintensifkan
yang ditujukan kepada prinsip “memberi kail, bukan
memberi ikan” terhadap individu dan atau kelompok
masyarakat dengan mengusahakan faktor-faktor produksi
yang terdiri dari:
 Lahan
 Modal
 Manajemen
 Teknologi
Revitalisasi Gerakan Sosial Muhammadiyah
 Pada dasarnya agama berperan sebagai pedoman hidup
manusia, yang akan mengantarkannya ke jalan keselamatan,
di dunia dan di akherat.
 Karena itu agama merupakan suatu sistem yang total
meliputi seluruh sektor kehidupan manusia.
 Karena itu pula agama akan senantiasa mempertautkan
dirinya dengan semua persoalan kemanusiaan yang
dihadapi manusia.
 Dengan demikian, setiap tantangan masalah kemanusiaan
yang selalu dihadapi manusia, adalah juga merupakan
tantangan bagi agama untuk menghadapinya.
 Maka, menjadi tugas Muhammadiyah untuk
merealisasikan misi agama-agama itu.
 Warga Persyarikatan wajib menerjemahkan nilai-
nilai ajaran agama yang bersifat blue print ke
dalam sikap perilaku nyata yang mencerminkan
secara utuh ajaran Islam.
 Untuk ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan
Muhammadiyah, baik secara kelembagaan
maupun secara individu, yaitu:
 Pertama, menegaskan kembali kepada masyarakat
bahwa keberislaman yang sempurna adalah
perpaduan antara ideologi dan orientasi praktis,
antara iman dan kesejahteraan, (doa dan tindakan).
 Kedua, kembalikan Muhammadiyah kepada spirit
dasar organisasi ini didirikan, yakni kesejahteraan
umum menjadi tolok ukur bagi sikap dan perilaku
umat.
 Ketiga, dua program tersebut harus dipayungi
kemauan Muhammadiyah untuk menggali watak
Islam sebagai agama pembebasan
Revitalisasi yang perlu mendapat perhatian Muhammadiyah ke
depan dalam gerakan sosialnya dalam rangka mengejawantahkan
teologi al-Ma‘un di era kapitalisme global, adalah :

 Pertama, definisi orang miskin itu tak boleh dibatasi pada


mereka yang miskin secara ekonomi. Orang miskin adalah
mereka yang mengalami marjinalisasi sosial, seperti petani,
pemulung, dan pelacur, dan sebagainya.
 Kedua, bagaimana menerapkan teologi al-Ma‘un bagi
orang-orang miskin kontemporer itu? Caranya tentu tak bisa
dilakukan dengan memberi mereka uang, tapi melawan
sebab-sebab yang membuat mereka miskin, seperti
kapitalisme global dan budaya kemiskinan (culture of
poverty).
Which of the strategies we’ve
covered would you like to try in
your own classes?
Summarize the most important
points in today’s lecture.

Anda mungkin juga menyukai